Skenario
Seorang pasien anak laki-laki berumur 6 tahun datang didampingi ibunya dengan keluhan
banyak sariawan pada rongga mulutnya dan bagian sekitar tenggorokan, susah membuka
mulut, makan dan minum terasa nyeri sejak beberapa hari yang lalu.
Hasil pemeriksaan didapatkan bahwa pasien terdapat riwayat demam setelah sariawan muncul.
Pemeriksaan Subjektif
Keluhan utama :
- Rasa sakit dan nyeri pada gusi antara pipi dan gigi kiri rahang atas
- Rasa sakit dan nyeri pada bibir bagian bawah
- Rasa sakit dan nyeri pada ujung lidah dan bagian tengah lidah
- Rasa sakit dan nyeri di dekat tenggorokan sebelah kiri dan bagian atas tenggorokan
sehingga sulit menelan
Riwayat penyakit sekarang :
Sariawan muncul sejak beberapa hari yang lalu, tidak pasti sejak kapan munculnya, muncul satu
persatu sehingga menjadi banyak tanpa sebab yang jelas.
Saat ini pasien merasakan nyeri yang tak tertahankan.
Riwayat penyakit terdahulu :
Pasien tidak mengonsumsi obat apapun, tidak pernah rawat inap dan sedang tidak menjalani
perawatan apapun.
Riwayat kesehatan gigi dan mulut :
Pasien belum pernah pergi ke dokter gigi sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada kelainan
Riwayat sosial ekonomi :
Baik
Riwayat alergi :
Tidak ada riwayat alergi obat, makanan/minuman.
Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan ekstraoral :
Fasial : simetris, tidak ada kelainan
Tulang maksila : tidak ada kelainan
Tulang mandibula : tidak ada kelainan
TMJ : tidak ada kelainan
Kel. Submandibular : teraba, lunak, tidak sakit
Pemeriksaan intraoral :
OHI : Baik
Mukosa rongga mulut :
Terdapat lesi berbentuk ulserasi dan lesi berbentuk erosi dengan bentuk reguler dan
irreguler dengan ukuran bervariasi <1 cm dan >1 cm
Lesi terdapat di beberapa lokasi; vestibulum bukalis depan gigi P1 kanan rahang atas, lower
labial sinistra, 1/3 anterior lingual sinistra, median sulcus lingual, didepan tonsil, 1/3
posterior palatal didepan uvula.
Warna inti bervariasi; berwarna merah lebih pucat dari jaringan sekitarnya dan berwarna
merah lebih terang dari jaringan sekitarnya
Warna sekitar/tepi lesi (batas lesi); berwarna merah lebih terang dari jaringan sekitarnya,
berbatas jelas dan tidak jelas
Konsistensi lesi lunak
Jumlah lesi multiple >5 lesi
Lesi muncul bilateral pada rongga mulut
Lesi tidak ada indurasi
Lesi terasa nyeri dan sakit
Gigi : tidak dilakukan pemeriksaan dengan seksama
Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan
Diagnosis : Stomatitis apthous recurrent mayor multiple
Diagnosis banding : SAR minor, SAR hepertiform, Primary Herpetic Gingivostomatitis
Diagnosa Banding
Rencana Perawatan
Kunjungan 1 :
- Pengobatan stomatitis apthous recurrent
- peresepan antibiotik: amoxicilin 250 mg. Caps. No. X. ʃ 3.dd.1. pc. Habiskan
- peresepan analgesik: paracetamol 250 mg. Tab. No. X. ʃ 3.dd.1. pc. prn.
Penatalaksanaan
Tata laksana :
1. Asepsis dengan cotton pellet dan povidone iodine
2. Observasi
3. Premedikasi:
- peresepan antibiotik: amoxicilin. Syr 125mg/5cc. Fl. No. I. ʃ 3.dd. cth 1. pc.
- peresepan antibiotik: amoxicilin. Syr 125mg/5cc. Fl. No. I. ʃ 3.dd. cth 1. pc.
- peresepan vitamin: vitamin C. 50 mg. Tab. No. X. ʃ 3.dd.1. pc.
- peresepan obat kumur: poviodine iodine 10%. 60 ml. Fl. No. I. ʃ 1.dd.1. col. or.
Instruksi
DHE-KIE
- Meningkatkan oral hygiene
- Instruksi petunjuk penggunaan obat dengan tepat dan teratur
- Instruksi pasien dengan hati-hati terhadap lokasi lesi
- Instruksi pasien untuk memperbaiki pola makan-makanan lunak berkalori tinggi dan
tinggi protein
- Memperbanyak asupan sayur dan buah
- Istirahat yang cukup
- Rehidrasi (Priambodo, dkk)
- Kontrol 3 hari pasca perawatan untuk evaluasi
Diskusi
Tujuan pemberian medikamentosa untuk stomatitis apthous recurrent:
1. Terapi kausatif: antibiotik
Antibiotik
Fungsi
Meresepkan first line antibiotik: amoxicilin
Untuk pasien alergi golongan penicilin: pilihan alternative antibiortic untuk perawatan
gigi dan mulut lainnya: erythromycin, clindamycin, lincomycin.
2. Terapi simptomatik: mouthwash, analgesik
Mouthwash
Povidone iodine:
- Bekerja anti-bakteri dengan sprektrum luas
- Absorbsi povidone iodine lebih cepat dibandingkan chlorhexidine
Chlorhexidine gluconate
- Bekerja sebagai anti-bakteri juga dapat berfungsi untuk mengurangi plak gigi
- Sebaiknya digunakan dalam jangka pendek, apabila jangka panjang akan
menyebabkan stanning gigi, lidah, gusi; meningkatkan deposit kalkulus, perubahan
pengecapan, sensasi terbakar, iritasi mukosa rongga mulut
- Tidak menggantikan fungsi sikat gigi
- Benzydamide hydrochloride
- Sifat: analgesik, anti-inflamasi, anti-mikrobial dan anastetik
- Secara signifikan mengurangi severity, durasi dan insidensi ulkus terutama pasien
ulkus karena radiasi seperti radioterapi
- Recommended untuk ulkus radioterapi dan stomatitis apthous recurrent.
Asam hyaluronat
- Asam hialuronat merupakan komponen untuk meredakan peradangan
- Recommended untuk ulkus radioterapi dan stomatitis apthous recurrent.
Kortikosteroid
- Triamnicolone acetonide 0,1% in ora base
Acetonide merupakan kortikosteroid sedang hingga tinggi, fluorinated turunan
prednisolon dan dianggap a-glukokortikoid dengan aktiglukokortikoid perantara
yang mempunya efek anti inflamasi efek. Glukokortikoid menurunkan produksi
sitokin, kemokin, dan meningkatkan produksi penghambatan migrasi makrofag
faktor. Sebagai anti inflamasi, glukokortikosteroid akan melewati membran secara
difusi. Dalam membran sel, glukokortiskoteroid akan ditangkap oleh reseptor (GR)
dan dibantu oleh kejutan panas protein-90 (hsp90). Sebagai anti inflamasi
glukokortikosteroid dapat melalui 2 jalur. Jalur pertama, glukokortikosteroid dengan
reseptor akan langsung mengaktifkan anti inflamasi protein. Jalur kedua, akan
masuk ke dalam inti nukleus, ia menghambat transkripsi NF kB dalam meproduksi
protein inflamasi. (priambodo, dkk)
3. Terapi suportif: multivitamin, diet lunak, dll
Rajendran R dan Sivapathasundharam B. 2009. Shafer’s textbook of oral pathology. 6th
ed. Noida India: Elsevier.