Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN DISKUSI PEMICU 2 BLOK 9

Ulkus di lidah yang tak sembuh-sembuh

DISUSUN OLEH:
Yolanda Elisa Siregar (190600197)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ulkus adalah hilangnya seluruh ketebalan epitel sehingga jaringan ikat dibawahnya
terbuka yang disebabkan oleh peradangan yang menembus membran mukosa atau kulit,
sedangkan traumatik merupakan suatu kejadian yang berhubungan dengan adanya. Ulkus juga
dapat diartikan sebagai kerusakan epitel rongga mulut yang menyebabkan terbukanya ujung
saraf bebas pada lamina propia dan menyebabkan rasa sakit pada penderita. Feely (2008)
menyatakan bahwa ulkus traumatik merupakan lesi ulkus rongga mulut yang muncul dalam
bentuk lesi tunggal, disebabkan oleh kerusakan mukosa mulut dan tidak menular.
Etiologi ulkus traumatik sangat berviariasi, diantaranya adalah karena gigi yang tajam
atau patah dan melukai mukosa atau luka akibat penggunaan alatalat kedokteran gigi oleh dokter
gigi yang kurang terampil. Lesi tersebut sering ditemukan pada area tepi lidah, mukosa pipi,
mukosa bibir, area yang bersebelahan dengan gigi yang karies atau patah, juga pada tepi plat gigi
tiruan atau ortodontik . Lewis dan Lamey (2012) menyatakan bahwa kerusakan fisik pada
mukosa mulut yang disebabkan oleh permukaan tajam cengkeram atau tepi-tepi protesa,
peralatan ortodontik dan kebiasaan menggigit pipi dapat menjadi penyebab ulkus traumatik,
sedangkan iritasi kimiawi pada mukosa mulut dapat berasal dari tablet aspirin dan krim sakit.

B. Deskripsi Topik

Penyusun : drg. Rehulina Ginting, M.Si, Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, MS, Sp.FK.,
Dr. dr. Lidya Imelda Laksmi, M.Ked(PA), Sp.PA
Kasu
Seorang pasien laki-laki berumur 55 tahun datang berobat ke dokter gigi dengan keluhan ada
luka pada pinggir kanan lidah yang tidak sembuh-sembuh, luka ini dialaminya sejak 2 tahun
yang lalu. Dari hasil anamnese luka tersebut sudah diobati dengan mengoleskan salep antibiotik
tetapi tidak sembuh-sembuh terutama bila tergigit. Pasien adalah perokok. Hasil pemeriksaan
klinis (intraoral) menunjukkan adanya ulkus berdiameter 2x2 cm berwarna merah dengan tepi
yang meninggi dan keras. Dasar permukaan ulkus kotor. Ulkus tersebut tidak sakit kecuali bila
tergigit. Ulkus berbau amis, mudah berdarah, terdapat pembengkakan yang meluas sampai
kebagian ventral lidah. Pada pemeriksaan gigi menunjukkan gigi 46 edentulus, gigi 16 elongasi
hampir kepermukaan alveolus regio gigi 46.
Gigi 15 karies besar dengan permukaan gigi kasar, higiene mulut kotor diikuti dengan
plak dan kalkulus dan gingivitis baik rahang atas dan rahang bawah. Lokasi ulkus di lidah
setentang dengan regio elongasi gigi 16. Pada pemeriksaan ektra oral, menunjukkan pembesaran
kelenjar getah bening daerah submandibularis kanan yang berdiameter 3 cm, dapat digerakkan
(mobile) dan tidak terasa sakit. Tidak dijumpai adanya pembengkakan getah bening didaerah sub
mandibularis kiri. Selanjutnya pasien dirujuk ke bagian patologi anatomi FK USU untuk
kemudian dilakukan brushing pada ulkus lidah dan biopsi aspirasi jarum halus (fine needle
aspiration biopsy) kelenjar getah bening sub mandibularis kanan. Diagnosa pada lidah dan
kelenjar getah bening tersebut adalah karsinoma sel picak (Squamous cel carcinoma)
BAB II

Pembahasan

1. Jelaskan patofisiologis iritasi kronik yang menyebabkan timbulnya luka pada bagian
pinggir lidah pada kasus diatas
Luka pada kasus diatas diakibatkan oleh adanya iritasi terus menerus yang menyerang
jaringan rongga mulut. Hal ini disebabkan oleh efek kebiasaan merokok pasien. Rongga mult
adalah bagian yang sangat mudah terpapar efek rokok, karena tempa terjadinya penyerapan zat
hasil pembakaran rokok yang utama. Asap panas dari rokok yang masuk ke dalam rongga mulut
merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi
pengeluaran saliva. Akibatnya rongga mulut menjadi kering dan memberikan lingkungan yang
sesuai bagi tumbuhnya bakteri. Komponen toksik dalam rokok dapat mengiritasi jaringan lunak
rongga mulut, dan menyebabkan terjadinya infeksi mukosa, dry socket, memperlambat
penyembuhan luka, memperlemah kemampuan fagositosis, menekan proliferasi osteoblast, serta
dapat mengurangi asupan aliran darah ke gingiva.1 Kebiasaan merokok menyebabkan
perubahan vaskularisasi dan sekresi saliva akibat panas yang dihasilkan oleh asap rokok.
Perubahan vaskularisasi akibat merokok menyebabkan dilatasi pembuluh darah kapiler dan
infiltrasi agen-agen inflamasi sehingga dapat terjadi pembesaran pada gingiva.

2. Jelaskan berbagai kondisi lain yang dapat menimbulkan luka pada pinggir lidah.
• Kekurangan Zat Besi
Kadar zat besi yang rendah dalam darah dapat memicu timbulnya radang pada lidah. Zat
besi sendiri berguna untuk mengatur pertumbuhan sel dengan membantu tubuh membuat sel
darah merah yang akan membawa oksigen ke seluruh organ tubuh. Tingkat zat besi yang rendah
dalam darah akan menyebabkan tingkat myoglobin rendah. Myoglobin merupakan protein dalam
sel darah merah yang penting untuk kesehatan otot di seluruh jaringan, terutama jaringan otot
lidah.
• Penyakit Infeksi
Penyakit-penyakit tertentu dapat memengaruhi sistem kekebalan yang bisa menyerang
papilla dan otot pada lidah. Contohnya, penyakit herpes simplex. Ini adalah kondisi di mana
virus menyebabkan luka dan lecet di sekitar mulut, serta pembengkakan dan nyeri pada lidah.
• Human Papilloma Virus (HPV)
Bagi sebagian orang, virus HPV dapat memicu kanker pada mulut dan tenggorokan,
termasuk lidah. Infeksi HPV yang menyerang rongga mulut disebut dengan istilah HPV oral.
Risiko penularan HPV oral cenderung lebih tinggi ketika adanya paparan infeksi virus pada
selaput jaringan rongga mulut yang memiliki luka.
Baik pria dan wanita sama-sama berisiko mengalami kanker lidah, mulut, dan kanker
tenggorokan akibat infeksi HPV. Biasanya dibutuhkan waktu bertahun-tahun setelah terinfeksi
sampai akhirnya HPV berkembang menjadi penyakit kanker. Meskipun demikian, hanya
beberapa kasus yang mengindikasikan terjadinya kanker lidah yang disebabkan oleh HPV.
• Trauma
Trauma yang disebabkan oleh cedera pada mulut dapat memengaruhi kondisi lidah.
Peradangan dapat terjadi karena luka atau luka bakar yang disebabkan oleh makanan atau
minuman panas. Peradangan bisa juga terjadi karena peralatan gigi –seperti kawat gigi, yang bisa
menimbulkan gesekan pada permukaan yang kasar. Gesekan ini dapat menyebabkan luka dan
memicu terjadinya glossitis. Nantinya, seseorang bisa memiliki risiko cedera yang berulang pada
mulut dan lidah.
• Kebiasaan menyirih
Dalam laman resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), menyirih diketahui dapat memicu
kanker mulut. Kesimpulan ini diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan International
Agency for Research on Cancer di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Campuran biji pinang,
kapur, daun sirih, dan tembakau ternyata bersifat karsinogenik. Semakin sering dan lama
seseorang menjalani kebiasaan ini, maka risiko mereka terkena kanker lidah juga akan semakin
besar. Bahkan bukan hanya kanker lidah. Kebiasaan ini juga dapat memicu risiko kanker
esofagus (kerongkongan), kanker tenggorokan, kanker laring, dan kanker pipi.

3. Jelaskan faktor karsinogen dan ko-karsinogen menyebabkan kelainan pada lidah yang
terjadi pada kasus diatas.
Faktor penyebab utama adalah iritasi yang terus-menerus, baik gigi palsu yang tidak tepat
posisi atau kebiasaan mengunyah sirih dan tembakau. Agen lain seperti rokok dan alkohol
merupakan penyebab utama karsinoma lidah.
Karsinoma lidah sangat berhubungan erat dengan penggunaan tembakau (merokok).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 90% pasien karsinoma lidah menggunakan produk
tembakau, di mana risiko karsinoma lidah meningkat dengan jumlah dan lamanya merokok.
Risiko karsinoma lidah meningkat 6 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Rokok mengandung bahan karsinogen berupa nitrosamin dan hidrokarbon polisiklik yang
memiliki efek genotoksik, sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit. Paparan tembakau
menyebabkan perubahan histologi sel epitel yang progresif. Paparan dalam jangka panjang
tersebut menyebabkan perubahan ke arah keganasan, khususnya perubahan ekspresi dan mutasi
p53. Perubahan ini dapat bersifat menetap bila paparan tembakau terjadi secara terus menerus.
Sekitar 75% pasien dengan keganasan rongga mulut adalah pengkonsumsi alkohol, dan penyakit
ini muncul 6 kali lebih sering pada peminum alkohol dibandingkan dengan bukan peminum
alkohol. Pengaruh dari konsumsi alkohol pada perkembangan dari keganasan lidah tidak
bergantung pada kebiasaan merokok
Di India dan Negara-negara Asia Tenggara, kebiasaan makan sirih (paan) sangat
berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian karsinoma lidah. Kebiasan makan sirih yang
terdiri dari daun sirih yang membungkus buah pinang dan kapur, biasanya dengan tembakau dan
kadang-kadang ditambah pemanis dan bumbu. Kapur dapat menghilangkan sifat alkaloid dari
buah pinang, sehingga meyebabkan perasaan euforia dan menyenangkan. Kebiasaan ini
menyebabkan lesi prekanker yang progresif.
Beberapa penelitian terbaru menyebutkan adanya keterlibatan Human Papillomaviruses
(HPV) pada kejadian karsinoma lidah. Prevalensi HPV pada KRM adalah 23,5%. HPV-16
adalah jenis yang paling sering terdeteksi (16,0%) dari hampir 70% kasus KRM yang positif
HPV. HPV-18 adalah tipe HPV onkogenik yang paling sering.

4. Jelaskan mekanisme perubahan genetik sel (p53) menyebabkan terjadinya squamous cell
Carcinoma
Protein p53 (p53) berperan sebagai tumor-Suppressor disandi oleh gen p53 (p53). p53
merupakan faktor transkripsi dengan fungsi utama sebagai pengatur siklus sel dan sering
mengalami mutasi pada berbagai kasus keganasan manusia, yaitu sekitar 50% dari keseluruhan
keganasan pada manusia.
Gen p53 sanagt penting untuk normal cell growth dan supresi fenotip keganasan.
Inaktifnya p53 menginduksi perkembangan keganasan, oleh karena p53 yang normal seharusnya
bertindak sebagai “molecular policeman” atau mengawasi integritas genome. Pada sel yang
normal, gen ini biasanya ada pada konsentrasi normal dan waktu paruhnya sangat singkat,
sehingga hampir tidak terdeteksi pada conventional immunohistochemical assay. Gen p53 ini
akan meningkat bila DNA mengalami kerusakan, kemudian dilanjutkan dengan pemberhentihan
siklus sel secara spesifikpada fase G1. Apabila DNA rusak, p53 berakumulasi dan mematikan
tombol replikasi untuk memberi waktu perbaikan DNA. Apabila perbaikan DNA gagal, p53 akan
menginduksi sell suicide dengan apoptosis. Akan tetapi sel tumor mengandung p53 yang inaktif
atau termutasi sehingga tidak dapat menginduksi berhentinya siklus sel. Inaktifnya p53
menyebabkan sel terus proliferasi dan membentuk transformasi neoplastik karena menginhibisi
programmed cell death.
Dengan demikian, p53 bertindak sebagai tumour suppressor gene pada bentuk normal,
tetapi sebagai onkogen pada bentuk mutant.

5. Menurut saudara mengapa luka pada lidah tersebut tidak sembuh-sembuh meskipun
telah diolesi salep antibiotic
WHO menejaskan definisi dari penggunaan obat rasional yaitu:
Penggunaan Obat Rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan
klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan
dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada kasus menunjukkan adanya keganasan yaitu squamous cell
carcinoma. Sementara pengobatan untuk kasus keganasan bukan antibiotik. Dengan demikian,
pemberian salep antibiotik tidak mencapai target sehingga lukanya tidak sembuh-sembuh.

6. Jelaskan pengertian tentang terapi rasional dan jenis-jenis cara pemberian obat (CPO)
serta keuntungan dan kerugiannya.
Pengobatan rasional diartikan sebagai penggunaan cara pengobatan yang telah diakui dan
dibuktikan secara ilmiah benar atau mendekati kebenaran. Dengan mempertimbangkan aspek
mamfaat, efek samping obat, dan biaya pengeluaran baik dari pandangan sistem pelayanan
kesehatan maupun pasien.
Dikatakan rasional karena dalam pengobatan memenuhi kriteria seperti tepat indikasi, tepat obat,
tepat dosis, tepat penderita, dan waspada terhadap efek samping obat.
Jenis-jenis cara pemberian obat (CPO)
A. Pemberian obat secara oral
Pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai
dengan efek terapi dari jenis obat. Diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul,
atau puyer.
(+) relatif praktis, aman dan juga ekonomi
(+) untuk membantu absorbsi, maka obat pre oral dapat disertai dengan pemberian air putih
(-) efek yang timbul biasanya lambat
(-) pasien tidak kooperatif, biasanya tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami
mual,muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan cairan lambung, serta pasien
yang mempunyai gangguan menelan
(-) rasa dan bau obat yang tidak enak sering mengganggu pasien
B. Pemberian Obat Sublingual
Pemberian obat yang ditaruh di bawah lidah. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena
bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk
mencegah obat tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah
lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat yang sering diberikan dengan cara ini
adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah.
(+) efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di
dinding usus dan hati dapat dihindari (tidak lewat vena aorta)
(-) Absorbsi tidak adekuat
(-) Kepatuhan pasien kurang
(-) Membutuhkan kontrol agar pasien tidak menelan
C. Pemberian Obat Dengan Cara Inhalasi.
pemberian obat ke dalam saluran napas dengan cara inhalasi. Terapi inhalasi juga dapat diartikan
sebagai suatu pengobatan yang ditujukan untuk mengembalikan perubahan-perubahan
patofisiologi pertukaran gas sistem kardiopulmoner ke arah yang normal, seperti dengan
menggunakan respirator atau alat penghasil aerosol. (+) absorpsi terjadi secara cepat karena
permukaan absorpsinya luas
(+) terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk segera bekerja
(+) efek samping dapat dikurangi
(+) jumlah obat yang perlu diberikan adalah lebih sedikit dibanding cara pemberian lainnya.
(-) diperlukan alat dan metoda khusus yang agak sulit dikerjakan
(-) sukar mengatur dosis
(-) obatnya sering mengiritasi epitel paru
D. Pemberian Obat Rektal.
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan
tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat
suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah
feses dan merangsang buang air besar.
(+) Dapat dipakai jika pasien tidak bisa per-oral
(+) Dapat mencegah “first –pass –metabolism”
(+) Pilihan terbaik pada anak-anak
(-) Absorbsi tidak adekuat
(-) Banyak pasien tidak nyaman / risih per-rektal
E. Pemberian Obat Secara Per vagina
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan
untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia
dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.
(+) Obat cepat bereaksi
(+) Efek yang ditimbulkan bersifat lokal(-) Dapat menimbulka rasa malu
(-) Kesulitan dalam melakukan prosedur terhadap wanita lansia
(-) Setiap rabas yang keluar memungkinkan berbau busuk
F. Pemberian Obat Parenteral
Obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut, tanpa melalui saluran pencernaan. tetapi
langsung melalui pembuluh darah. Contohnya adalah sediaan injeksi atau suntikan. Tujuan
pemberian obat dengan melalui parenteral ini adalah agar dapat langsung menuju sasaran dan
efeknya lebih cepat. Pemberian Secara Parenteral ini bias melalui berbagi cara diantaranya yaitu
IV, IM, SC.
7. Jelaskan hubungan antara kondisi gigi 16 yang elongasi, karies besar dan permukaan
kasar pada gigi 15,oral hygiene buruk, 46 edentulous dengan terjadinya ulkus pada kasus
diatas.
Gigi 16 yang elongasi disebabkan gigi 46 yang edentulous. Edentulous (kehilangan gigi
sebagian atau seluruhnya) merupakan indikator kesehatan mulut dari suatu populasi. Kehilangan
gigi biasanya disebabkan oleh karies dan penyakit periodontal yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Kehilangan gigi menyebabkan terganggunya kebersihan mulut. Migrasi dan rotasi gigi
menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan gigi tetangganya, demikian pula pada gigi
antagonisnya. Adanya ruang interproksimal ini mengakibatkan terbentuknya celah antar gigi
yang mudah disisipi sisa makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan
mudah terbentuk plak; bila tidak diperhatikan maka akan menyebabkan angka kejadian karies
meningkat. Oleh karena gigi 16 sudah tidak ada lagi antagonis sebagai penahan posisi gigi 16,
sehingga gigi 16 mengalami supra erupsi.
Gigi 46 yang edentulous juga menyebabkan lidah melebar ke arah edentulous, sehingga risiko
lidah terkena gigi 15 yang memiliki karies besar dan permukaan kasar lebih besar. Adanya
permukaan gigi 15 yang kasar dan tidak dirawat menyebabkan terjadinya ulkus pada lidah. Dan
tidak dapat sembuh oleh karena etiologi (gigi 15) tidak dihilangkan. Sebagaimana kita
mengetahui tata laksana ulkus yang pertama adalah menghilangkan etiologi.

8. Jelaskan patogenesis terjadinya pembesaran kelenjar getah bening.’


Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada anak
normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu masalah
klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan sendirinya
apabila disebabkan infeksi virus. Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya
infeksi virus ataupun bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis
dan cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan disebabkan
infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan infeksi
Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus. 16 Dari studi yang dilakukan di Belanda,
ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus
diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu
keganasan. Penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4%
dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia.

9. Jelaskan peran exfoliative cytology, biopsy, fine needle aspiration untuk mendiagnosa
kasus diatas.
Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan setelah
pemeriksaan fisik pada pasien yang mempunyai lesi di rongga mulut. Pemeriksaan penunjang
berfungsi sebagai penguat dalam penegakan diagnosis suatu penyakit. Adapun contoh dari
pemeriksaan peunjang ini adalh exfoliative cytology, biopsy, san juga fine needle aspiration.
· Exfoliative cytology
Teknik ini merupkan salah stau teknik yang sama dengan biopsy, mudah dilakukan,
atraumatik dna juga tidak terlalu mahal. Teknik ini berguna dalam mendiagnosis dan medeteksi
jaringan yang dianggap ganas.
· Biopsy
Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit atau mencocokkan jaringan organ
sebelum melakukan transplantasi organ. Risiko yang dapat ditimpulkan oleh kesalahan proses
biopsi adalah infeksi dan pendarahan
· Fine needle aspiration (aspirasi jarus halus)
Aspirasi jarum halus (AJH) merupakan salah satu pemeriksaan biopsi sitologi. Indikasi
mendasar pemeriksaan AJH adalah massa atau lesi yang teraba atau terlihat oleh metode
pencitraan radiologi dan lesi yang dalam dengan akses yang sulit.

10. Berdasarkan TNM system, tentukan grade pada kasus diatas.


Sistem staging kanker yang paling banyak digunakan adalah sistem tumor, nodus, metastasis
(TNM) yang membagi tumor berdasarkan ukuran dan perluasan tumor primer, keterlibatan KGB
regional, dan adanya metastasis jauh. Sistem TNM dikelola atas kerjasama American Joint
Committee on Cancer (AJCC) dan International Union for Cancer Control (UICC).
Definisi staging tumor (T):
TX Tumor tidak dapat ditentukan
TO Tidak ada bukti adanya tumor
Tis Tumor Insitu
T1 Tumor <2cm
T2 Tumor diameter antara 2-4cm
T3 Tumor >4cm
T4A umor invasi ke korteks tulang, otot lidah profunda atau otot luar lidah, sinus maksila, kulit
wajah
T4B Tumor invasi ke celah posterior gigi molar, plat pterigoid, basis kranii, A. karotis int

Definisi staging nodus (N):


NX Kelenjar getah bening regional tidak dapat ditentukan
N0 Tidak teraba pembesaran KGB
N1 Metastasis pada KGB tunggal, ipsilateral, ukuran ≤3 cm (dimensi terbesar)
N2a Metastasis pada KGB tunggal, ipsilateral, ukuran antara 3-6cm
N2b Metastasis pada KGB multipel, ipsilateral, tidak > 6 cm ukuran dimensi terbesar
N2c Metastasis pada KGB bilateral atau kontralateral, namun tidak ada yang >6 cm ukuran
dimensi terbesar
N3 Metastasis KGB>6 cm ukuran dimensi terbesar

Definisi metastasis (M):


Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh

Pengelompokan stadium TNM


Stage T N M
0 In Situ N0 M0
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T3 N0 M0
T1/T2/T3 N1 M0
IVA T4A N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4A N2 M0
IVB Semua T N3 M0
T4B Semua N M1
IVC Semua T Semua N M1

Penilaian TNM terhadap kasus diatas:


◼ T(Tumor): pada kasus ulkus berdiameter 2x2cm. Sehingga, menunjukkan hasil T2
◼ N(Nodus): pada kasus, KGB di submandibularis kanan berdiameter 3, dapat digerakkan.
Sehingga, mendapatkan hasil N1
◼ M(Metastasis): hanya didapatkan metastasis kesekitaran rongga mulut. Sehingga, didapatkan
hasil M0.
Stage: T2 N1 M0 yaitu berada di stage III.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Gigi 16 yang elongasi disebabkan oleh gigi 46 yang mengalami edentulous, gigi 46 yang
edentulous juga menyebabkan lidah melebar ke arah edentulous. Sehingga, risiko lidah terkena
gigi 15 yang memiliki karies besar dan permukaan kasar lebih besar menyebabkan terjadinya
ulkus pada lidah. Luka pada pinggir lidah pasien diakibatkan oleh adanya iritasi terus menerus
yang menyerang jaringan rongga mulut. Penyebabnya dapat berupa alergi, penyakit infeksi,
kekurangan zat besi, trauma, HPV, kebiasaan menyirih, merokok, dan minum alkohol.
Penyembuhan dengan mengoleskan antibiotik tidaklah efektif karena antibiotik bukan untuk
penyembuhan keganasan, untuk itu perlu adanya pemberian obat rasional yaitu tepat dosis, tepat
diagnosis, tepat indikasi, tepat cara dan waktu pemberian obat.

Adanya metastasis sel abnormal dari lidah melalui pembuluh darah kesekitar jaringan lidah
berakibat terjadinya pembesaran kelenjar getah bening. Untuk menegakkan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa biopsy, exsfoliative cytology, dan FNAB. Dengan
dilakukannya anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasien, didapatkan penilaian TNM pada
pasien diatas berada pada stage III.
DAFTAR PUSTAKA

1. Siagian V, Kehilangan sebagian gigi pada rongga mulut Jurnal 3-Clinic, Vol4, No 1 Jan 2016
2. Arya W, Gambaran pola kehilangan gigi sebagian pada masyarakat desa guntung ujung
kabupaten banjar, jurnal kedokteran gigi vol II, No2 september 2014
3.repositoryusu
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16862/Chapter%20II.pdf?sequence=4&is
Allowed=y
4. Li R, Faden DL, Fakhry C et al. Clinical, genomic, and metagenomic characterization of oral
tongue squamous cell carcinoma in patients who do not smoke. Head Neck. 2015;37:1642-9.
5. Edwards ZC, Trotter EW, Torres-Ayuso P et al. Survival of Head and Neck Cancer Cells
Relies upon LZK Kinase-Mediated Stabilization of Mutant p53. Cancer Res. 2017;77:4961-72.
6. Drs. Priyanto, M.Biomed., Apt. Farmakoterapi dan terminologi medis. Jawa Barat: Lembaga
Studi dan Konsultasi Farmakologi (Leskonfi); 2012.
7. MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 3 No 1 –
April 2017
8. Diogene HR, dkk. P53 Overexpression in Head and Neck Squamous Cell Carcinoma: Review
of the Literature. Oral Oncol Eur J Cancer 1996; 32B(3): 143-149.
9. Widiawaty A. Rihatmadja R. Djurzan A. Metode Pemeriksaan pada Sistem TNM untuk
Karsinoma Sel Skuamosa Kulit. JIK. 2016; Jilid 10, No.1: 5-10

10. Wahyuni SS. Kentjono WA. Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Lidah. J THT-KL.
2012; 5(1): 47-52

Anda mungkin juga menyukai