mulut.
Ulkus atau sariawan yang tidak ada perbaikan setelah 2 minggu.
Benjolan atau penebalan di bibir, ginggiva atau dalam rongga mulut
Gigi tanggal atau gigi palsu tidak cocok lagi
Sulit menelan dan problem dlam mengunyah
Kesukaran bicara dan perubahan suara
benjolan di mandibula atau terkadang di leher
Perdarahan, nyeri atau kebas-kebas di bibir atau pipi
Kanker rongga mulut terkadang tidak menimbulkan keluhan dan
bening jugular. Tumor pada bibir atas dapat bermetastasis ke kelenjar getah
bening periauricular.
Perilaku karsinoma bibir bervariasi. Sebagian besar kanker tetap
terlokalisis dan tumbuh berlahan, penyebaran radial dan periperal lebih
sering dibanding invasi ke struktur dalam. Ekstensi langsung ke tulang atau
invasi perineural merupakan bentuk agresif dari tumor ini. Metastasis
regional bervarisi 2-20% (tersering 10%) saat diagnos aditegakan. Lima
sampai tiga puluh persen (umumnya 15%) bermetastasis ke kelenjar getah
bening leher setelah terapi.
4. Kelenjar palatum durum
Tampilan klinis karsinoma sel skuamous palatum durum adalah
berupa lesi ulkus, umumnya asimptomatis pada stadium dini dan sangat
nyeri pada stadium lanjut. Gambaran lain adalah masa di palatum, berdarah,
foul
odor
(bau
mulut),
gigi
tanggal
dan
ill-fitting
dentures.
sel
mucoepidermoid
skuamous,
carcinoma,
15%
4%
adenoid
cystic
adenocarcinoma,
carcinoma,
4%
10%
anaplastic
terlibatnya
Gambar 4. Tahap awal oral squamous cell carcinoma pada mukosa bukal
berkembang dari leukoplakia kandida kronik pada seorang
perokok berat. Lesi tanpa rasa sakit dan benjolan berindurasi
kronis.
F. Pemeriksaan Penunjang
Secara umum sama pada kanker kepala dan leher umumnya. Foto
mandibula (panoramik) dilakukan pada tumor ginggiva, mandibula atau tumor
yang melekat ke mandibula. CT scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail
lokasi tumor, luas ekstensi tumor primer dan lokoregional. USG hepar, foto
thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis jauh. USG hepar dan
8
bone scan dilakukan bila ada keluhan klinis atau ada peningkatan alkali
pospatase.
1. Fine needle aspiration biopsy (FNAB)
Biopsi ini dapat meningkatkan diagnosis keganasan kepala dan leher. Dapat
dilakukan pada tumor primer atau pada metastasis ke kelenjar getah bening
leher. Namun hasil pemeriksaan masih tingkat sitologi belum bisa dijadikan
pegangan untuk menentukan terapi definitif.
2. Biopsi insisi
Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (di atas 1
cm) atau tumor inoperable.
3. Biopsi eksisi
Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil (1 cm atau kurang), eksisi
yang dilakukan ialah eksisi luar seperti operasi definitif yaitu 1 cm dari tepi
tumor. Bila terdapat fasilitas potong beku insisional biopsi hanya dilakukan
bila tumor inoperable, oleh karena prosedur ini meningkatkan penyebaran
sel-sel tumor yang dapat mengakibatkan tumor menjasi inoperable. Tumor
yang besar operable dilakuakn potong beku waktu operasi untuk
menentukan terapi definitifnya.
G. Stadium
Stadium klinis berdasarkan UICC 2002:
1. T: berdasarkan inspeksi dan palpasi dapat dilihat dan diraba apakah tumor
tumbuh infiltratif, exophitik, ulseratif, verukosa. Ukuran, detail lokasi
tumor, ekstensi dan infiltrasi ke tulang atau dapat dievaluasi dengan foto,
2.
3.
4.
5.
Stadium untuk N, M sama dengan kritesia N, M pada kanker kepala dan leher.
H. Penatalaksanaan
Tujuan akhir penatalaksanaan kanker rongga mulut adalah tercapainya
penyembuhan kuratif (cure of cancer), persevasi dan restorasi fungsi dan
kosmetik, sekuele minimal dan pencegahan terjadinya second primary cancer.
10
mempunyai
kerugian
agak terganggu.
Mandibulotomi paramesian: tindakan ini memberikan ekpose tumor
lebih mudah, tidak memotong banyak otot (terutama digastrikus),
tidak terletak dalam lapanagn radiasi dan tidak menciderai n.
alveolaris inferior.
c. Upper cheek flap dan lower cheek flap
Dilakukan pada pengangkatan tumor
rongga
mulut
disertai
11
T4),
margin
closed
atau
positif,
adanya
invasi
perineural
atau
memerlukan
trakeostomi,
xerostomia,
disgeusia
dan
tetap
dipertahankan.
Radioterapi
akan
menyebabkan
13
14
menutup defek ini adalah fore head flap, deltopectoral flap, pectoralis
mayor myocutaneus flap atau free flap.
J. Bagan Penatalaksanaan Karsinoma Menurut PERABOI 2003
Penatalaksanaan karsinoma rongga mulut yang klinis tidak ada
metastasis di kelenjar getah bening leher (N0). Tumor dengan ukuran < 1 cm
dilakuakn biopsi eksisi (eksisi luas) bila hasilnya ganas dan batas sayatan bebas
tumor dilanjutkan observasi. Jika batas sayatan dekat (closed margin) atau
tidak bebas dilakukan re-eksisi. Bila hasil biopsi jinak terapi cukup. Pada
tumor dengan ukuran > 1 cm dilakukan biopsi insisional atau potong beku saat
operatif definitif. Pasien yang dilakukan biopsi harus segera mendapatkan
terapi definitifnya. Jika hasil biopsi/ potong beku ganas dan tumor operable
dilakukan eksisi luas. Adjuvant lokal radioterapi diberikan atas indikasi.
15
Catatan:
Diseksi suprahioid pada karsinoma bibir
Diseksi supraomohioid untuk karsinoma rongga mulut
diseksi bilateral untuk lesi di garis tengah
Penatalaksanaan kanker rongga mulut pada kelenjar getah bening klinis
positif (N positif).
16
17
dari karsinoma rongga mulut adalah baik, dengan survival 5 tahun mencapai
80-90%. Survival 5 tahun untuk stadium lanjut (T3 dan T4) bervariasi 30-60%
tergantung pada faktor prognostik lainnya.
Mayoritas penderita dengan karsinoma sel skuamous rongga mulut
datang berobat saat stadium lanjut (stadium II dan IV) dan sepertiga
diantaranya tedapat metastasis kelenjar getah bening. Setelah terapi kuratif
sekitar 50% pasien mengalami kekambuhan, 80% dalam 2 tahun dalam sisanya
dalam 4 tahun. Pada stadium lanjut ini walaupun sudah diberikan terapi kuratif,
> 40% penderita juga akan mendapatkan second primary cancer di kepala dan
leher kemudian hari.
Karsinoma bibir memiliki prognosis yang paling baik di antara semua
karsinoma sel skuamous rongga mulut, kontrol lokal mencapai lebih dari 90%
untuk T1 dan T2 dan hanya 45% pada T3 dan T4. Secara keseluruhan survival
5 tahun untuk kanker dasar mulut pada stadium I, II, III dan IV berturut-turut
adalah 90%, 80%, 66% dan 32%. Indikator untuk prognosis buruk pada
karsinoma ini adalah differensiasi buruk, invasi perineural dan invasi tumor
yang dalam.
Karsinoma lidah yang kecil tanpa ada metastasis kelenjar getah bening
adalah baik. Namun bila sudah ada metastasis ke kelenjar getah bening
prognosisnya memburuk. Untuk lesi T1 dan T2 rata-rata disease free survival 5
tahun adalah 80-90% dengan terapi kuratif. Rata-rat survival 5 tahun untuk
stadium III dan IV adalah 30-50%, adanya metastasis ke kelenjar getah bening
leher menurunkan survival 15-30% (Shah JP, 50%). Untuk evaluasi prognosis
dan hasil terapi yang lebih baik, beberapa penelitian memperhatikan faktor
pertumbuhan (growth factor) dan tumor marker. Over ekspresi dari EGFR
(epidermal growth factor) dan Cerb-B2, kedua faktor ini sangat bermanfaat
untuk mempredikdikan hasil terapi dan survival.
Karsinoma mukosa bukal mempunyai prognosis lebih baik dibanding
karsinoma di lidah atau palatum durum.
Follow up. Jadwal yang dianjurkan adalah setiap 3 bulan pada 3 tahun
pertama, setiap 6 bulan oada 3-5 tahun berikutnya dan berikutnya setiap 1
tahun selama seumur hisup. Untuk pasien kanker rongga mulut yang telah
selesai menjalani terapi follow up yang harus dilakukan adalah pemeriksaan
fisik, USG hepar, foto toraks dan bone scan. Pemeriksaan ini dilakukan setiap
18
tahun bertujuan untuk menentukan apakah penderita bebas dari kanker atau ada
kekambuhan atau ada metastasis jauh. Jika jaringan tiroid diradiasi dilakukan
pemeriksaan kadar Thyrotropin (TSH) setiap 6-12 bulan. Evaluasi fungsi
bicara, menelan dan rehabilitasi adalah sangat bermanfaat.
Pada setiap follow up ditentukan lama hidup (dalam tahun dan bulan),
lama interval bebas kanker, keluhan penderita, status performans, status
penyakit (free disease, residif, metastasis, lesi baru), komplikasi dan terapi
yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Reksoprawiro, Sunarto. 2003. Protokol Penatalaksanaan Kanker Rongga Mulut.
Jakarta: Pehimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia
Suyatno., Emir Pasaribu. 2009. Bedah Onkologi: Diagnostik Dan Terapi. Jakarta:
Sagung Seto
19