Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

“KARSINOMA LIDAH”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Klinik Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
di Ruang GPS 2 RSUP Fatmawati

Dosen Pengampu : Ernawati, M.Kep., Sp.KMB

Disusun oleh:

Nanda Syifana

11171040000030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
A. Definisi................................................................................................................................................3
B. Etiologi...............................................................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis..............................................................................................................................4
D. Patofisiologi........................................................................................................................................5
E. Penatalaksanaan................................................................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................................6
G. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................................6
H. Rencana Keperawatan......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................12
PETA KONSEP.......................................................................................................................................13

2
A. Definisi
Karsinoma lidah merupakan keganasan jenis karsinoma yang mengenai lidah dan
hampir 95% berupa karsinoma sel skuamosa. Karsinoma lidah terletak sebagian besar
pada dua pertiga anterior lidah, umumnya pada tepi lateral dan bawah lidah yaitu sekitar
40-75%. Keganasan ini menempati insiden 1% dari seluruh karsinoma tubuh dan
merupakan keganasan rongga mulut yang paling sering ditemukan yaitu sekitar 25-45%.
Karsinoma lidah memiliki sifat progresif dengan derajat keganasan yang tinggi.
Keganasan jenis ini memiliki kecenderungan untuk metastasis ke kelenjar getah bening
leher yang merupakan stadium lanjut. Penemuan dini karsinoma lidah merupakan faktor
yang sangat penting. Keterlambatan dalam penegakkan diagnosis dan penanganan
selanjutnya akan menimbulkan komplikasi dan prognosis yang lebih buruk. Hal ini erat
kaitannya dengan pengetahuan dan kewaspadaan tenaga medis (Sri SH, Widodo AK,
2012).

B. Etiologi
1) Tembakau
Penggunaan tembakau dalam waktu lama merupakan faktor utama yang penting
dan berhubungan erat dengan timbulnya karsinoma lidah. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa hampir 90% penderita karsinoma lidah mempunyai riwayat
penggunan tembakau dan meningkat dengan kebiasaan merokok. Insiden karsinoma lidah
pada penderita yang merokok diperkirakan 6 kali lebih sering terjadi dibandingkan pada
penderita yang tidak merokok.
Efek karsinogenik dari tembakau sebagian besar dirangsang oleh zat kimia yang
terdapat pada asap rokok. Asap rokok merangsang perubahan genetik termasuk mutasi
gen, gangguan kromosom, mikronuklei, perubahan kromatin, rusaknya rantai DNA.
Mutasi gen menyebabkan hiperaktif onkogen, gangguan proliferasi, penolakan G-S, G-M
dan M pada siklus sel, mencegah apoptosis dan gangguan kelangsungan hidup sel. Selain
itu juga mutasi gen akan menginaktifkan tumor supresor yang secara normal berperan
untuk mencegah perubahan sel-sel menjadi ganas.
2) Alkohol

3
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara konsumsi alkohol yang tinggi
terhadap terjadinya karsinoma sel skuamosa lidah. Minuman alkohol mengandung bahan
karsinogen seperti etanol, nitrosamin, urethane contaminant. Alkohol merupakan zat
pelarut yang dapat meningkatkan permeabilitas sel terhadap bahan karsinogen dari
tembakau.
Alkohol merupakan salah satu faktor yang memudahkan terjadinya leukoplakia karena
penggunaan alkohol dapat menimbulkan iritasi pada mukosa. Kombinasi kebiasaan
merokok dan minum alkohol menyebabkan efek sinergis sehingga mempunyai resiko
yang lebih besar untuk terjadinya karsinoma lidah. Alkohol menyebabkan dehidrasi dan
rasa panas yang mempengaruhi selaput lendir mulut. Peningkatan permeabilitas mukosa
ini menimbulkan rangsangan menahun dimana timbul proses kerusakan dan pemulihan
jaringan yang berulangulang sehingga mengganggu keseimbangan sel dan sel mengalami
displasia.
3) Infeksi Virus
Virus dapat menyebabkan keganasan dengan mengubah struktur DNA dan
kromosom sel yang diinfeksinya. Virus human papilloma (HPV) berhubungan dengan
timbulnya karsinoma lidah. HPV subtipe 16, 18, 31 dan 33 merupakan jenis yang
dilaporkan paling sering berhubungan dengan timbulnya displasia dan karsinoma sel
skuamosa. Virus human papilloma merupakan virus DNA rantai ganda yang menyerang
sel epitel.
4) Faktor Gigi dan Mulut
Keadaan rongga mulut dengan higien yang jelek ikut berperan memicu timbulnya
karsinoma lidah. Iritasi kronis yang terus menerus berlanjut dari gigi yang kasar atau
runcing, gigi yang karies, akar gigi dan gigi palsu yang letaknya tidak sesuai akan dapat
memicu terjadinya keganasan.
(Sri SH, Widodo AK, 2012)

C. Manifestasi Klinis
1) Tanda awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-sembuh. Kemudian
membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekitar yang megakibatkan nyeri
lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula (Suyatno, 2010).

4
2) Infiltrasi ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas sehingga proses
menelan bolus makanan dan bicara terganggu. Kanker ini dapat menginfiltrasi jaringan
sekitarnya seperti dasar mulut (floor of mouth, FOM), dasar lidah dan tonsil (Suyatno,
2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto).
3) Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri tekan, kesulitan
mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan sputum bersemu darah atau terjadi
pembesaran nodus limfe servikal. (Baughman Diane C, 2010)

D. Patofisiologi
Kejadian kanker lidah disebabkan oleh banyak faktor yang dikelompokkan
menjadi beberapa faktor. Yaitu, Faktor luar, dalam dan faktor lainya. Faktor-faktor
tersebut akan memicu suatu rangsang karsinogen yang mengenai sel squamous carcinoma
pada mukosa mulut yang tidak mempunyai keratin sebagai pelindung. Dimukosa mulut
tersebut, zat-zat karsinogen tertampung dan berproliferasi secara tidak terkontrol. Kanker
lidah yang mengenai radix linguae biasanya asimptomatis hingga proses penyakit
berlanjut hingga timbul nyeri menelan dan pergerakan lidah yang terbatas. Kanker pada
posterior lidah (radix linguae) dominan bermetastase kecolli/leher.Ketika kanker
mengenai corpus linguae tanda yang paling sering terlihat adalah putih-putih pada lidah
yang tidak bisa dihilangkan.Kemudian bisa terbentuk ulkus yangmudah berdarah. Kanker
pada anterior (corpus linguae) dominan metastase pada kelenjar limfe submental dan
submandibular.

5
E. Penatalaksanaan
1) Pembedahan
Tindakan pembedahan karsinoma lidah pada bagian anterior lidah dilakukan
dengan pendekatan transoral berupa eksisi luas, hemiglosektomi atau glosektomi
subtotal. Eksisi luas merupakan teknik pengambilan jaringan lidah kurang dari separuh
lidah. Hemiglosektomi adalah pengambilan separuh jaringan lidah. Glosektomi subtotal
adalah pengambilan jaringan lidah lebih dari separuh tetapi tidak sampai seluruh lidah
terambil. Glosektomi total adalah mengambil seluruh jaringan lidah. Glosektomi total
dilakukan pada karsinoma lidah yang luas, karsinoma yang melibatkan dua sisi pangkal
lidah dan permukaan ventral lidah.
2) Radioterapi
Karsinoma lidah dapat dilakukan dengan terapi radiasi eksternal maupun radiasi
internal. Sebelum radioterapi harus diperhatikan higiene rongga mulut yang baik dengan
membersihkan atau mencabut gigi yang karies, mencegah dan mengeliminasi sumber
infeksi dari dental.
3) Kemoterapi
Kemoterapi digunakan pada karsinoma stadium lanjut dan sebagai terapi paliatif
pada tumor rekuren untuk mengurangi rasa nyeri. Regimen yang digunakan adalah
cisplatin dan 5-fluorouracil (Sri SH, Widodo AK, 2012).

6
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi CT Scan atau MRI dapat digunakan untuk menentukan
batas dan ukuran tumor serta keterlibatan kelenjar getah bening leher. Pembesaran
kelenjar getah bening lebih dari satu sentimeter dapat dideteksi pada pemeriksaan CT
scan. Pemeriksaan CT scan juga dapat mendeteksi penjalaran karsinoma lidah ke tulang
berupa nekrosis tulang, sedangkan MRI dapat mendeteksi luasnya suatu massa pada
jaringan lunak. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
metastasis jauh adalah foto toraks dan pemeriksaan fungsi hati (Sri SH, Widodo AK,
2012).

G. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral.
3. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, efek dari pembedahan
reseksi.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan neurology dan
kemampuan menelan.
5. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penyakit atau pengobatan
6. Kurang pengetahuaan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan.

H. Rencana Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal.
KH : suhu tubuh dalam batas normal, badan tidak terasa panas
Intervensi :
a. Kaji suhu dan tanda- tanda vital, keadaan klien.
Rasional : Memantau perubahan suhu tubuh
b. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil.
Rasional : Suhu 38,-41,1’C menunjukan proses penyakit infeksius.
c. Berikan kompres mandi hangat.

7
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam.
d. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Mempertahankan intake.
e. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
Rasional : Menurunkan suhu tubuh
f. Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
Hipotalamus

1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral.
Tujuan : nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :

 BB sesuai usia
 Nafsu makan meningkat
 Tidak mual / muntah

Intervensi :

 Timbang BB tiap hari.


Rasional : untuk mengetahui terjadinya penurunan BB dan mengetahui
tingkat perubahan.
 Berdiit makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur).
Rasional : untuk membantu perbaikan absorbsi usus.
 Anjurkan klien untuk makan dalam keadaan hangat. Rasional :
keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu makan.
 Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering.
Rasional : untuk memenuhi asupan makanan.
 Berikan diit tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat sisa.
Rasional : untuk memenuh gizi yang cukup.
 Colaboration pemberian obat antipiretik.

8
Rasional : untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa mual dan
muntah

3. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, pembedahan


reseksi.
Tujuan : Nyeri hilang lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi

KH :

 skala nyeri 0
 Klien mengatakan nyeri berkurang
 Nadi 60 – 90 x / menit
 Klien nyaman, tenang, rileks

Intervensi :

a. Kaji karakteritas dan letak nyeri.

Rasional : untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri.

b. Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling nyaman.

Rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri.

c. Observasi nyeri berkurang atau tidak.


Rasional : Mengetahui skala nyeri saat ini
d. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi (teknik penggurang rasa nyeri non
farmakologi).
Rasional : Mengurangi rasa nyeri.

e. Diskusikan dengan keluarga tentang nyeri yang dialami klien.


Rasional : Keluarga berpartisipasi dalam pengobatan
f. Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik
Rasional : untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri

4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan neurologi


dan kemampuan menelan.
Tujuan : tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal.

9
Kriteria hasil : komunikasi lancar.

Intervensi :

a. Kaji kemampuan komunikasi klien.


Rasional : Mengetahui kemampuan komunikasi klien.

b. Sediakan alat komunikasi yang lain seperti papan tulis atau buku jika
klien tidak dapat berkomunikasi verbal

Rasional : Membantu dalam berkomunikasi.

c. Responsif terhadap bel panggilan dari klien


Rasional : Menjaga kepercayaan dari
pasien.

5. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penyakit atau pengobatan.


Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria hasil :

Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, color, dolor, tumor dan fungsion laesa)

TTV normal terutama suhu (36-37 oC)

a. Monitor TTV.
Rasional : Suhu yang meningkat dapat menunjukkan terjadi infeksi
(color).

b. Kaji luka pada abdomen dan balutan.


Rasional : Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya
pus.

c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik rawat


luka dengan antisep dan antiseptic.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organisme
infeksius.

d. Kolaborasi pemberian antibiotic.


10
Rasional : Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.

6. Kurang pengetahuaan tentang proses penyakit dan rencana


pengobatan
Tujuan : keluarga dapat menyatakan pemahaman proses penyakit
KH : menyatakan pemahaman proses penyakit
Intervensi :

a. Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang


menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor
pendukung.
Rasional : Mengetahui sejauh mana keluarga memahami
penyakit tersebut.

b. Tentukan persepsi tentang proses


penyakit.
Rasional : Menyamakan pola pikir.
c. Jelaskan tentang penyakit yang diderita
klien.
Rasional : Memberikan informasi.
d. Diskusikan kembali dengan keluarga
Rasional : Mengetahui sejauhmana informasi yang diterima keluarga

11
DAFTAR PUSTAKA

Sri Sofhia Wahyuni, Widodo Ario Kentjono. (2012). Diagnosis dan Penatalaksanaan
Karsinoma Lidah. Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah
Kepala dan Leher. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr.
Soetomo.

Suyatno. (2010). Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto.

Tim Pokja PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: DPP
PPNI.

Tim Pokja PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta: DPP PPNI.

12
PETA KONSEP

13

Anda mungkin juga menyukai