Anda di halaman 1dari 4

Masalah Aktual Kesehatan Mental Remaja

Perubahan psikoseksual
Produksi hormon testosteron dan hormon estrogen mempengaruhi fungsi otak, emosi, dorongan
seks dan perilaku remaja. Selain timbulnya dorongan seksual yang merupakan manifestasi langsung dari
pengaruh hormon tersebut, dapat juga terjadi modifikasi dari dorongan seksual itu dan menjelma dalam
bentuk pemujaan terhadap tokoh-tokoh olah raga, musik, penyanyi, bintang film, pahlawan, dan
sebagainya.
Remaja sangat sensitif terhadap pandangan teman sebaya sehingga ia seringkali membandingkan
dirinya dengan remaja lain yang sebaya, bila dirinya secara jasmani berbeda dengan teman sebayanya maka
hal ini dapat memicu terjadinya perasaan malu atau rendah diri.

Pengaruh teman sebaya


Kelopok teman sebaya mempunyai peran dan pengaruh yang besar terhadap kehidupan seorang
remaja. Interaksi sosial dan afiliasi teman sebaya mempunyai peranan yang besar dalam mendorong
terbentuknya berbagai keterampilan sosial. Bagi remaja, rumah adalah landasan dasar sedangkan dunianya
adalah sekolah. Pada fase perkembangan remaja, anak tidak saja mengagumi orangtuanya, tetapi juga
mengagumi figur-figur di luar lingkungan rumah, seperti teman sebaya, guru, orangtua temanya,
olahragawan, dsb.
Dengan demikian, bagi remaja hubungan yang terpenting bagi diri mereka selain orangtua adalah
teman-teman sebaya dan seminatnya. Remaja mencoba untuk bersikap independent dari keluarganya
akibat peran teman sebayanya. Di lain pihak, pengaruh dan interaksi teman sebaya juga dapat memicu
timbulnya perilaku antisosial, seperti mencuri, melanggar hak orang lain, serta membolos, dsb.

Perilaku berisiko tinggi


Remaja kerap berhubungan berbagai perilaku berisiko tinggi sebagai tahun dikatakan pernah
menunjukkan perilaku berisiko tinggi minimal satu kali dalam periode tersebut, seperti berkelakuan buruk
di sekolah, penyalahgunaan zat, serta perilaku antisosial (mencuri, berkelahi, atau bolos) dan dari 50%
remaja tersebut juga menunjukkan adanya perilaku berisiko tinggi lainnya seperti mengemudi dalam
keadaan mabuk, melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, dan perilaku kriminal yang bersifat
minor. Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa 50% remaja pernah menggunakan marijuana, 65%
remaja merokok, dan 82% pernah mencoba menggunakan alkohol.
Dengan melakukan perbuatan tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka merasa lebih dapat
diterima, menjadi pusat perhatian oleh kelompok sebayanya, dan mengatakan bahwa melakukan perilaku
berisiko tinggi merupakan kondisi yang mendatangkan rasa kenikmatan (fun). Walaupun demikian,
sebagian remaja juga menyatakan bahwa melakukan perbuatan yang berisiko sebenarnya merupakan cara
mereka untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dalam diri mereka atau mengurangi rasa ketegangan.
Dalam beberapa kasus perilaku berisiko tinggi ini berlanjut hingga individu mencapai usia dewasa.

Kegagalan pembentukan identitas diri


Menurut Piaget, awal masa remaja terjadi transformasi kognitif yang besar menuju cara berpikir
yang lebih abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan (future oriented). Remaja mulai
menunjukkan minat dan kemampuan di bidang tulisan, seni, musik, olah raga, dan keagamaan. Erikson
dalam teori perkembangan psikososialnya menyatakan bahwa tugas utama di masa remaja adalah
membentuk identitas diri yang mantap yang didefinisikan sebagai kesadaran akan diri sendiri serta tujuan
hidup yang lebih terarah. Mereka mulai belajar dan menyerap semua masalah yang ada dalam
lingkungannya dan mulai menentukan pilihan yang terbaik untuk mereka seperti teman, minat, atau pun
sekolah. Di lain pihak, kondisi ini justru seringkali memicu perseteruan dengan orangtua atau lingkungan
yang tidak mengerti makna perkembangan di masa remaja dan tetap merasa bahwa mereka belum mampu
serta memperlakukan mereka seperti anak yang lebih kecil.
Secara perlahan, remaja mulai mencampurkan nilai-nilai moral yang beragam yang berasal dari
berbagai sumber ke dalam nilai moral yang mereka anut, dengan demikian terbentuklah superego yang
khas yang merupakan ciri khas bagi remaja tersebut sehingga terjawabpertanyaan siapakah aku? dan
kemanakah tujuan hidup saya?

Bila terjadi kegagalan atau gangguan proses identitas diri ini maka terbentuk kondisi kebingungan
peran (role confusion). Role confusion ini sering dinyatakan dalam bentuk negativisme seperti,
menentang dan perasaan tidak percaya akan kemampuan diri sendiri. Negativisme ini merupakan suatu
cara untuk mengekspresikan kemarahan akibat perasaan diri yang tidak adekuat akibat dari gangguan
dalam proses pembentukan identitas diri di masa remaja ini.

Gangguan perkembangan moral


Moralitas adalah suatu konformitas terhadap standar, hak, dan kewajiban yang diterima secara
bersama, apabila ada dua standar yang secara sosial diterima bersama tetapi saling konflik maka umumnya
remaja mengambil keputusan untuk memilih apa yang sesuai berdasarkan hati nuraninya. Dalam
pembentukan moralitasnya, remaja mengambil nilai etik dari orangtua dan agama dalam upaya
mengendalikan perilakunya. Selain itu, mereka juga mengambil nilai apa yang terbaik bagi masyarkat pada
umumnya. Dengan demikian, penting bagi orangtua untuk memberi suri teladan yang baik dan bukan
hanya menuntut remaja berperilaku baik, tetapi orangtua sendiri tidak berbuat demikian.
Secara moral, seseorang wajib menuruti standar moral yang ada namun sebatas bila hal itu tidak
mebahayakan kesehatan, bersifat manusiawi, serta berlandaskan hak asasi manusia. Dengan berakhirnya
masa remaja dan memasuki usia dewasa, terbentuklah suatu konsep moralitas yang mantap dalam diri
remaja. Jika pembentukan ini terganggu maka remaja dapat menunjukkan berbagai pola perilaku antisosial
dan perilaku menentang yang tentunya mengganggu interaksi remaja tersebut dengan lingkungannya, serta
dapat memicu berbagai konflik.

Stres di masa remaja


Banyak hal dan kondisi yang dapat menimbulkan tekanan (stres) dalam masa remaja. Mereka
berhadapan dengan berbagai perubahan yang sedang terjadi dalam dirinya maupun target perkembangan
yang harus dicapai sesuai dengan usianya. Di pihak lain, mereka juga berhadapan dengan berbagai
tantangan yang berkaitan dengan pubertas, perubahan peran sosial, dan lingkungan dalam usaha untuk
mencapai kemandirian.
Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja
William Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja14 mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa
remaja sebagai berikut:
1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.
3. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan teman sebaya, baik secara
individual maupun kelompok.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.
6. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau
falsafah hidup (weltanschauung).
7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.
Selanjutnya, dalam membahas tujuan tugas perkembangan remaja, Jahja1 mengemukakan pendapat
Luella Cole yang mengklasifikasikannya ke dalam sembilan kategori, yaitu:
1. Kematangan emosional. 4. Emansipasi dari control 7. Menggunakan waktu
2. Pemantapan minat-minat keluarga. senggang secara tepat.
heteroseksual. 5. Kematangan intelektual. 8. Memiliki falsafah hidup.
3. Kematangan sosial. 6. Memilih pekerjaan. 9. Identifikasi diri.

Secara rinci, Cole2 kemudian memerinci klasifikasi tersebut dalam suatu tabel berikut ini (Tabel 1.).
Tabel 1. Tujuan Perkembangan Masa Remaja3.

Dari arah Ke arah


Kematangan emosional
Tidak toleran dan bersikap superior. Bersikap toleran dan merasa nyaman.
Kaku dalam bergaul Luwes dalam bergaul.
Peniruan buta terhadap teman sebaya. Interdependensi dan mempunyai self-esteem.
Kontrol orangtua. Kontrol diri sendiri.
Perasaan yang tidak jelas tentang dirinya/orang lain. Perasaan mau menerima dirinya dan orang lain.
Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa marah Mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan
dan sikap permusuhannya. kreatif.
Perkembangan heteroseksualitas
Belum memiliki kesadaran tentang perubahan Menerima identitas seksualnya sebagai pria atau wanita.
seksualnya.
Mengidentifikasi orang lain yang sama jenis Mempunyai perhatian terhadap jenis kelamin yang berbeda
kelaminnya. dan bergaul dengannya.

1
Bergaul dengan banyak teman. Memilih teman-teman tertentu.
Kematangan kognitif
Menyenangi prinsip-prinsip umum dan jawaban Membutuhkan penjelasan tentang fakta dan teori.
yang final.
Menerima kebenaran dari sumber otoritas. Memerlukan bukti sebelum menerima.
Memiliki banyak minat atau perhatian. Memiliki sedikit minat/perhatian terhadap jenis kelamin
yang berbeda dan bergaul dengannya.
Bersikap subjektif dalam menafsir sesuatu. Bersikap objektif dalam menafsirkan sesuatu.
Filsafat hidup
Tingkah laku dimotivasi oleh kesenangan belaka. Tingkah laku dimotivasi oleh aspirasi.
Acuh tak acuh terhadap prinsip-prinsip ideologi dan Melibatkan diri atau mempunyai perhatian terhadap
etika. ideologi dan etika.
Tingkah lakunya tergantung pada reintorcement Tingkah lakunya dibimbing oleh tanggung jawab moral.
(dorongan dari luar).

Tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst sebagaimana dikutip Gunarsa 4 ,


sebagai berikut:
1. Menerima kenyataan terjadinya perubahan fisik yang dialaminya dan dapat melakukan peran sesuai
dengan jenisnya secara efektif dan merasa puas terhadap keadaan tersebut.
2. Belajar memiliki peranan sosial dengan teman sebaya, baik teman sejenis maupun lawan jenis sesuai
dengan jenis kelamin masing-masing.
3. Mencapai kebebasan dari ketergantungan terhadap orangtua dan orang dewasa lainnya.
4. Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang kehidupan bermasyarakat.
5. Mencari jaminan bahwa suatu saat harus mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi guna mencapai
kebebasan ekonomi.
6. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan
kesanggupannya.
7. Memahami dan mampu bertingkah laku yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
normanorma dan nilai-nilai yang berlaku.
8. Memperoleh informasi tentang pernikahan dan mempersiapkan diri untuk berkeluarga.
9. Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersikap tepat sesuai dengan pandangan ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai