Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN HIV DENGAN INFEKSI OPPORTUNISTIK

CITOMEGALOVIRUS (CMV)

OLEH KELOMPOK 4:

SRI RESKY MUSTAFA 70300111078

NURFAIZAH 70300111064

NURSYAMSIAH 70300111065

VALDESYIAH 70300111085
WAHYUNI 70300111087

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2014

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas

segala nikmat iman, rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan penulisan Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi

Opportunistik Citomegalovirus (CMV) Teriring pula salam dan shalawat kepada

junjungan kami Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para

sahabatnya.

Dalam penulisan Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik

Citomegalovirus (CMV) ini tidak menutup kemungkinan terdapat kesalahan

yang luput dari pengamatan penulis karena keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan yang dimiliki penulis. Olehnya diharapkan adanya saran dan

kritikan yang sifatnya membangun dari semua pihak. Semoga ini dapat

bermanfaat dan mendapat pahala di sisi Allah SWT.Amin.

Samata, 30 Juni 2014

Penulis

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................1

B. Rumusan masalah ...........................................................................................2

C. Tujuan .............................................................................................................3

BAB II KONSEP MEDIS

A. Definisi ...........................................................................................................4

B. Etiologi ..........................................................................................................5

C. Klasifikasi .......................................................................................................6

D. Menifestasi Klinis ...........................................................................................7

E. Patofisiologi ....................................................................................................9

F. Komplikasi....................................................................................................11

G. Penatalaksanaan ............................................................................................13

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian.....................................................................................................15

B. Diagnosa .......................................................................................................16

C. Penyimpangan KDM ....................................................................................17

D. Intervensi ......................................................................................................18

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................35

B. Saran ............................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) dalam sering dikelompokkan dalam
infeksi TORCH yang merupakan singkatan dari Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes simplex virus. Seperti pada infeksi TORCH,
infeksi CMV dipopulerkan sebagai penyakit yang berdampak negatif
terhadap janin atau fetus yang dikandung oleh wanita hamil yang terinfeksi.
Pada infeksi CMV, infeksi maternal atau ibu hamil kebanyakan bersifat
silent, asimtomatik tanpa disertai keluhan klinik atau gejala, atau hanya
menimbulkan gejala yang minim bagi ibu, namun dapat memberi akibat yang
berat bagi fetus yang dikandung. Dapat pula menyebabkan infeksi kongenital,
perinatal bagi bayi yang dilahirkan. Keadaan seperti ini memang perlu
diketahui dan dideteksi agar dapat diberikan pengelolaan yang tepat, sebab
infeksi prenatal dapat berakibat fatal, sedangkan infeksi kongenital atau
perinatal yang pada awalnya berjalan tanpa gejala dapat bermanifestasi di
kemudian hari.
Infeksi CMV tidak selalu bergabung dalam infeksi TORCH,
melainkan dapat berdiri sendiri, karena selain pada ibu hamil dan fetus, dapat
menyerang setiap individu. Prevalensi infeksi sangat tinggi, dan walaupun
umumnya bersifat silent, infeksi CMV ternyata dapat memicu banyak
komplikasi pada berbagai sistem tubuh.
Diagnosis infeksi CMV tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan
latar belakang klinik saja, terlebih bila tidak dijumpai keluhan atau hanya
menimbulkan keluhan yang mirip dengan infeksi virus pada umumnya.
Deteksi secara laboratorik diperlukan untuk menunjang diagnosis. Sejauh ini,
pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi CMV banyak dilakukan
oleh pasangan pranikah, prahamil, atau wanita hamil yang mempunyai
riwayat kelainan kehamilan termasuk keguguran atau ingin punya anak, serta
bayi baru lahir cacat. Namun, dengan memahami seluk beluk infeksi CMV,
akan dapat dipahami bahwa deteksi laboratorik juga diperlukan oleh setiap

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


individu yang dicurigai terinfeksi CMV, baik hamil maupun tidak hamil,
wanita maupun pria, dewasa, anak, maupun bayi baru lahir.
Pengetahuan tentang CMV dan respons imun terhadap CMV perlu
didalami agar dapat diketahui bagaimana tubuh berusaha memberikan
perlindungan, bagaimana kegagalan usaha perlindungan terjadi, sehingga
mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit atau manifestasi klinik infeksi
CMV. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium perlu dipelajari, agar dapat
diketahui adanya infeksi asimtomatik, status infeksi, kemungkinan
penyebaran infeksi baik di dalam tubuh sendiri ataupun di luar tubuh. Semua
hal tersebut diperlukan dalam upaya memberikan wawasan untuk membantu
penatalaksanaan infeksi CMV, melakukan pengobatan seawal mungkin,
mencegah dampak negatif, baik pada individu dengan kompetensi imun yang
baik maupun immunocompromised atau yang lemah, serta mencegah
penyebaran atau penularan penyakit.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiaman konsep medis pada pasien HIV/AIDS cytomegalovirus ?
2. Bagaimana konsep keperawatan pada pasien HIV/AIDS dengan
cytomegalovirus ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medispada pasien HIV/AIDS
cytomegalovirus
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan pada pasien HIV/AIDS dengan
cytomegalovirus

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Citomegalovyrus (CMV) adalah virus yang diklasifikasikan dalam
keluarga virus herpes. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang
saat system kekebalan tubuh lemah.
Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota keluarga
virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai
virus paradoks karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau
dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya.
Cytomegalovirus (CMV) suatu pathogen utama dalam pasien AIDS
dengan yang menderita viremia CMV menetap. Pneumoniaitis dapat
disebabkan oleh CMVdan sering di isolasi dari biopsi transbronkial.
Beberapa kasus ulserasi dan perforasi usus CMV telah dilaporkan serta
karioretinitis dan kebutaan tidak jarang terlihat dalam stadium akhir pasien
AIDS. Virus hepatitis B sering ada dalam stadium akhir pasien AIDS
maupun pada populasi berisiko. Kehati-hatian dalam mencegah penularan
HBV dalam pasien AIDS harus diikuti juga Herpes simplex bila
menyebabkan ulkus kulit mukosa yang luas dalam area mulut dan
pnemonium seta bias menyear atau memperlihatkan keterlibatan visera.
Herves soster bisa terlokalisasi pada distrubusidermatom atau bisa
diseminata. Heves zoster di seminta terbaik dapat diobati dengan perawatan
local dan terapi anti virus intravena, tetapi biasanya lesi ini kambuh. Virus
Epstein-Barr bisa berhubungan dengan limfoma SSP (Saundres,1992).

B. Etiologi
Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi
yang lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan
terinfeksi CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit
inklusi sito megalik.

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


2. Akut-didapat: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa.
Gejala mirip dengan mononucleosis( malaise, demam, faringitis,
splenomegali, ruam petekia, gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa
sekuela, terutama pada anak-anak yang masih kecil, dan dapat terjadi
akibat tranfusi.
3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita
imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ.
Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang
kadang-kadang fatal. Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan
dan dapat menyebabkan reaktivasi virus

Klasifikasi Virus
Group : Group I (dsDNA)
Family : Herpesviridae
Genus : Cytomegalovirus
(HHV5) : Dimensi 100-200 nm.

Karakteristik CMV
a. Karakteristik CMV adalah sebagai berikut: termasuk famili
Herpesvirus, diameter virion 100-200 nanomikron, mempunyai selubung
lipoprotein(envelope), bentuk ikosahedral nukleokapsid, dengan asam
nukleat berupa DNA double-stranded. Nama "Cytomegalo" mengacu
pada ciri khas pembesaran sel yang terinfeksi virus, di dalam
nukleusnya, dijumpai inclusion bodies, dan membesar berbentuk
menyerupai mata burung hantu (owl’s eye).
b. Cytomegalovirus dapat dipisahkan dari virus herpes lainnya dengan
menggunakan perangkat biologi seperti jenis semang dan jenis
sitopatologi yang ditimbulkan. Pembelahan virus dihubungkan dengan
produksi inklusi intranukleus yang besar dan inklusi intrasitoplasma
yang lebih kecil. Virus ini tampaknya bereplikasi dalam berbagai jenis
sel in vivo; pada biakan jaringan virus lebih banyak bereplikasi di
fibroblast. Masih belum jelas apakah sitomegalovirus bersifat onkogenik

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


dalam tubuh. Walaupun jarang sekali, virus ini dapat mengubah bentuk
fibroblast, dan pecahan gen perubah bentuk ini telah ditemukan.

C. Klasifikasi
CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan hamper
semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
1. CMV nefritis (ginjal).
2. CMV hepatitis (hati).
3. CMV myocarditis (jantung).
4. CMV pneumonitis (paru-paru).
5. CMV retinitis (mata).
6. CMV gastritis (lambung).
7. CMV colitis (usus).
8. CMV encephalitis (otak).

D. Manifestasi klinis
Pada usia bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi sitomegalovirus
biasanya asimtomatik. Awitan gejala infeksi yang di dapat secara congenital
dpat terjadi segera setelah lahir atau sampai berusia 12 minggu.
Masa inkubasi tidak diketahui. Berikut ini perkiraan masa inkubasi:
setelah lahir-3 sampai 12 minggu setelah transfusi-3 sampai 12 minggu, dan
setelah transplatasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urine sering mengandung
CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus
tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang dan masih dapat
diaktifkan kembali. Saat ini belum ada imunisasi untuk mencegah infeksi
virus.
Tidak ada indikator yang dapat di ramalkan, tetapi sering dijumpai
gejala-gejala berikut:
1. Petekie dan akimasis
2. Hepatoplenomegali
3. Ikterus neonaturum : hiperbilirubinemia direk
4. Mikrosefali dengan klasifikasi periventrikular
5. Retardasi pertumbuhan intrauterus

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


6. Prematuritas
7. Ukuran kecil menurut usia kehamilan
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih
besar:
a) Purpura
b) Hilang pendengaran
c) Korioretinitis (kebutaan)
d) Demam
e) Pneumonia
f) Takipneu dan dispnue
Kerusakan otak. (Cecily Lynn Bezt., 2009., buku saku keperawatan
pediatric., Eds 5., EGC., Jakarta)
Pada orang dewasa sehat, CMV biasanya tidak menghasilkan gejala
infeksi. Bila ada gejala, mungkin muncul sebagai pembengkakan ringan
kelenjar getah bening, demam, dan kelelahan. Orang dengan infeksi HIV
/AIDS dapat mengembangkan infeksi CMV yang parah, termasuk CMV
retinitis, sebuah penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan.
Hanya pada individu dengan penurunan daya tahan dan pada masa
pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakkan virulensinya pada
manusia. Pada wanita normal sebagian besar adalah asimptomatik atau
subklinik., tetapi bila menimbulkan gejala akan tampak gejala antara lain.
1. Mononukleosis-like syndrome yaitu demam yang tidak teratur selama 3
minggu. Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan
hematologi yang sulit dibedakan dengan infeksi mononukleosis ( tanpa
tonsilitis atau faringitis dan limfadenopati servikal ). Kadang-kadang
tampak gambaran seperti hepatitis dan limfositosis atipik. Secara klinis
infeksi sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus Epstein-Barr
dan dibedakan dari hasil tes heterofil yang negatif. Gejala ini biasanya
self limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti hepatitis,
pneumonitis, ensefalitis, miokarditis dan lain-lain. Penting juga
dibedakan dengan toksoplasmosis dan hepatitis B yang juga
mempunyai gejala serupa.

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


2. Sindroma post transfusi. Viremia terjadi 3 – 8 minggu setelah transfusi.
Tampak gambaran panas kriptogenik, splenomegali , kelainan biokimia
dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada transplantasi
ginjal.
3. Penyakit sistemik luas antara lain pneumonitis yang mengancam jiwa
yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma
atau pasien dengan kelainan sekunder dari proses imunologi ( seperti
HIV tipe 1 atau 2 ).
4. Hepatitis anikterik yang terutama terjadi pada anak-anak.
a. Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil
konsepsi setiap saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa
organogenesis ( trimester I ) atau selama periode pertumbuhan dan
perkembangan aktif ( trimester II ) dapat terjadi kelainan yang
serius. Juga didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya infeksi
intrauteri dengan embriopati.
b. Pada trimester I infeksi kongenital sitomegalovirus dapat
menyebabkan prematur, mikrosefali, IUGR, kalsifikasi intrakranial
pada ventrikel lateral dan traktus olfaktorius, sebagian besar
terdapat korioretinitis, juga terdapat retardasi mental,
hepatosplenomegali, ikterus, purpura trombositopeni, DIC.
c. Infeksi pada trimester III berhubungan dengan kelainan yang bukan
disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatik atau
pembentukan psikomotor. Bayi cenderung normal tetapi tetap
berisiko terjadinya kurang pendengaran atau retardasi psikomotor.

E. Patofisiologi
CMV merupakan virus litik yang menyebabkan efek sitopatik in vivo
dan in vitro.tanda patologi dari infeksi CMV adalah sebuah pembesaran
sel dengan tubuh yang terinfeksi virus. Sel yang menunjukan cytomegaly
biasanya terlihat pada infeksi yang disebabkan oleh betaherpesvirinae lain.
Meskipun berdasarkan pertimbangan diagnosa, penemuan histological

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


tersebut kemungkinannya minimal atau tidak ada pada organ yang
trinfeksi.
Ketika inang telah terinfeksi, DNA CMV dapat di deteksi oleh
polymerase chain reaction (PCR) di dalam semua keturunan sel atau dan
sistem organ di dalam sistem tubuh. Pada permulaannya,CMV
menginfeksi sel epitel dari kelenjar saliva, menghasilkan infeksi yang terus
menerus dan pertahanan virus. Infeksi dari sistem genitif memberi
kepastian klinik yang tidak konsekuen.meskipun replikasi virus pada
ginjal berlangsung terus-menerus, disfungsi ginjal jarang terjadi pada
penerima transplantasi ginjal (Cecily Lynn Bezt., 2009., buku saku
keperawatan pediatric., Eds 5., EGC., Jakarta)
Patogenesis
Virus CMV memasuki sel dengan cara terikat pada reseptor yang ada di
permukaan sel inang, kemudian menembus membran sel, masuk ke dalam
vakuole di sitoplasma, lalu selubung virus terlepas, dan nucleocapsid cepat
menuju ke nukleus sel inang (uncoating) (Budipardigdo, 2007)
Riwayat infeksi CMV sangat kompleks, setelah infeksi primer, virus
diekskresi melalui beberapa tempat dan ekskresi virus dapat menetap
beberapa minggu, bulan, bahkan tahun sebelum virus hidup laten. Episode
infeksi ulang sering terjadi, karena reaktivasi dari keadaan laten dan terjadi
pelepasan virus lagi. Infeksi ulang juga dapat terjadi eksogen dengan
strain lain dari CMV. Infeksi CMV dapat terjadi setiap saat dan menetap
sepanjang hidup. ”Sekali terinfeksi, tetap terinfeksi”, virus hidup dormant
dalam sel inang tanpa menimbulkan keluhan atau hanya keluhan ringan
seperti common cold. Replikasi virus merupakan faktor risiko penting
untuk penyakit dengan manifestasi klinik infeksi CMV. Penyakit yang
timbul melibatkan peran dari banyak molekul baik yang dimiliki oleh
CMV sendiri maupun molekul tubuh inang yang terpacu aktivasi atau
pembentukannya akibat infeksi CMV. CMV dapat hidup di dalam
bermacam sel seperti sel epitel, endotel, fibroblas, leukosit
polimorfonukleus, makrofag yang berasal dari monosit, sel dendritik,
limfosit T (CD4+ , CD8+), limfosit B, sel progenitor granulosit-monosit.

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


Dengan demikian berarti CMV menyebabkan infeksi sistemik dan
menyerang banyak macam organ antara lain kelenjar ludah, tenggorokan,
paru, saluran cerna, hati, kantong empedu, limpa, pankreas, ginjal, adrenal,
otak atau sistem syaraf pusat. Virus dapat ditemukan dalam saliva, air
mata, darah, urin, semen, sekret vagina, air susu ibu, cairan amnion dan
lain-lain cairan tubuh. Ekskresi yang paling umum ialah melalui saliva,
dan urin dan berlangsung lama, sehingga bahaya penularan dan
penyebaran infeksi mudah terjadi. Ekskresi CMV pada infeksi kongenital
sama seperti pada ibu, juga berlangsung lama (Budipardigdo, 2007).
Reaktivasi, replikasi dan reinfeksi umum terjadi secara intermiten,
meskipun tanpa menimbulkan keluhan atau kerusakan jaringan. Replikasi
DNA virus dan pembentukan kapsid terjadi di dalam nukleus sel inang.
Sel-sel terinfeksi CMV dapat berfusi satu dengan yang lain, membentuk
satu sel besar dengan nukleus yang banyak. Endothelial giant cells
(multinucleated cells) dapat dijumpai dalam sirkulasi selama infeksi CMV
menyebar. Sel berinti ganda yang membesar ini sangat berarti untuk
menunjukkan replikasi virus, yaitu apabila mengandung inklusi
intranukleus berukuran besar seperti mata burung hantu (owl eye)
(Budipardigdo, 2007).
Respons imun seseorang memegang peran penting untuk mengeliminasi
virus yang telah menyebabkan infeksi. Pada kondisi kompetensi imun
yang baik (imunokompeten), infeksi CMV akut jarang menimbulkan
komplikasi, namun penyakit dapat menjadi berat bila individu berada
dalam keadaan immature (belum matang), immunosuppressed (respons
imun tertekan) atau immunocompromised (respons imun lemah), termasuk
ibu hamil dan neonatus, penderita HIV (human immunodeficiency virus),
penderita yang mendapatkan transplantasi organ atau pengobatan
imunosupresan dan yang menderita penyakit keganasan. Pada kondisi
tersebut, sistem imun yang tertekan atau lemah, belum mampu
membangun respons baik seluler maupun humoral yang efektif, sehingga
dapat mengakibatkan nekrosis atau kematian jaringan yang berat, bahkan
fatal (Budipardigdo, 2007).

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


Cytomegalovirus dapat menyebabkan respons limfosit T yang
lemah, yang sering kali mengakibatkan superinfeksi oleh kuman
oportunistik. Cytomegalovirus juga dapat mejadi factor pembantu dalam
mengaktifkan infeksi laten HIV .

F. Komplikasi
Infeksi sitomegalovirus pada kehamilan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa infeksi primer terjadi pada
semua trimester dengan sekitar 37% neonatus lahir dengan infeksi
kongenital. Tidak jelas mengapa pada kasus lainnya infeksi primer tidak
menembus plasenta, tetapi karena mayoritas neonatus yang terinfeksi tidak
mengalami penyakit ini, risiko ibu yang menderita infeksi primer untuk
memiliki bayi yang terkena sitomegalovirus kongenital hanya sekitar 7%
(Griffiths 2001). Telah dikemukakan bahwa infeksi primer maternal itu
sendiri tidak dapat dijadikan kriteria untuk melakukan aborsi elektif
(Griffiths & Baboonian 1984).
Wanita sudah imun terhadap sitomegalovirus sebelum kehamilan
masih dapat melahirkan bayi yang menderita infeksi sitomegalovirus
kongenital (Rutter et al 1985). Pada kasus semacam ini, jenis infeksi
kambuhan tidak mungkin dapat dibedakan; dalam hal ini, infeksi
cenderung terjadi karena reaktivasi sitomegalovirus laten maternal bukan
karena reinfeksi dar sumber lain, misalnya dari ayah.
Insiden penularan veritikal dengan infeksi kambuhan dapat
bervariasi antara 0,15% dan 1,5% pada wanita seropositif, bergantung
pada prevalensinya. Hal ini menunjukkan bahwa sirkulasi sitomegalovirus
dikomunitas merupakan faktor risiko terjadinya infeksi primer selama
kehamilan dan juga infeksi kambuhan pada ibu (Griffithas 2001).
Infeksi janin dan neonatus
Sitomegalovirus merupakan infeksi intrauterus yang paling sering
terjadi, menyerang 0,4 hingga 2,3% dari semua kelahiran hidup. Tidak
seperti rubella yang memiliki efek teratogenik, sitomegalovirus
memungkinkan organ janin berkembang normal, tetapi menyebabkan
penyakit akibat perusakan sekunder terhadap sel. Hingga 18% bayi yang

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


lahir dari ibu yang menderita infeksi primer dapat mengalami gejala pada
saat lahir. Oleh sebab itu, prognosisnya tidak baik. Lebih dari 90% pasien
yang simptomatik mengalami tuli sensorineural, retardasi mental,
korioretinitis dan komplikasi lain pada tahun berikutnya (Fowler et al
1992; Stagno et al 1986). Bayi yang menderita infeksi subklinis
prognosisnya lebih baik, tetapi 5-15% akan menderita sukuela yang
biasanya tidak begitu berat dibandingkan bayi yang menderita infeksi
simptomatik pada saat lahir. Sebagian besar infeksi kongenital
simptomatik, dan infeksi yang menyebabkan sekuela terjadi akibat infeksi
primer yang didapat selama kehamilan (10-15%), bukan infeksi kambuhan
pada wanita hamil (0-2%) (Sarwano 2010).
Infeksi perinatal terjadi akibat pajanan sitomegalovirus pada saluran
genital maternal saat persalinan atau melalui ASI. Infeksi ini biasanya
terjadi dengan adanya antibodi maternal yang didapatkan secara pasif.
Sebagian besar bayi yang terkena infeksi bersifat asimptomatik, tetapi
terkadang infeksi yang diperoleh pada periode perinatal yang
menyebabkan pneumonitis pada bayi prematur dan bayi cukup bulan yang
sakit, Sukuela neurologis, dan retardasi psikomotor (Sarwano 2010).

G. Penatalaksanaan
Pilihan terapi terbaik dan pencegahan penyakit CMV yaitu gansiklovir dan
valgansiklovir. Pilihan lainnya merupakan lini kedua antara lain foscarnet dan
cidofovir . Konsensus yang menyatakan hal yang lebih baik antara profilaksis
dengan terapi preemptive yang lebih baik untuk pencegahan infeksi CMV
pada penerima organ transplan solid (Schleiss, 2010).
a. Terapi medikamentosa
Pemberian terapi anti-Cytomegalovirus hanya setelah konsultasi
dengan ahli yang mengerti dengan dosis dan efek berat. Agen antiviral
dapat diberikan pada terapi penyakir Cytomegalovirus yang sudah
ditegakan atau sebagai profilaksis (seperti terapi preemptive) jika risiko
perkembangan penyakit ini tinggi (seperti pada penerima organ transplan)
(Schleiss, 2010).

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


Antivirus nukleosida adalah agen antivirus yang sesungguhnya aktif
melawan Cytomegalovirus, meskipun immunoglobulin dapat menyediakan
efek antivirus, yang sebagian besar dikombinasikan dengan obat-obat ini.
Obat-obat ini bekerja pada target molekuler yang umum yang dinamakan
DNA polimerase virus. Gansiklovir adalah sebuah analog nukleosida
asiklik, sedangkan cidofovir adalah fosfanat nukleosid asiklik. Setiap
bahan harus difosforilasi ke dalam bentuk trifosfat sebelum dapat
dihambat oleh polimerase Cytomegalovirus. Produk gen virus, UL97
fosfotranferase memediasi langkah untuk monofosforilasi untuk
gansiklovir. Foscarnet bukan merupakan analog nukleosida sejati, tetapi
dapat juga secara langsung menghambat polimerase virus (Schleiss, 2010).
Gansiklovir umumnya digunakan sebagai terapi preemptive pada
penerima organ transplan yang berisiko tinggi mengalami perkembangan
penyakit (seperti penerima organ transplan yang seronegatif terhadap
organ transplan dari donor seropositif). Asiklovir per oral dan pernteral
juga telah sukses digunakan untuk profilaksis organ padat transplantasi
(penerima seronegatif). Meskipun demikian, asiklovir tidak pernah
digunakan untuk terapi penyakit Cytomegalovirus yang aktif. Formulasi
oral dibuktikan untuk digunakan pada pasien HIV dewasa yang mengalami
retinitis Cytomegalovirus. Meskipun demikian bioavailabilitasnya kurang
dan tidak ada data yang mendukung pada anak-anak (Schleiss, 2010).
Sekuel neurologi dari Cytomegalovirus kongenital umumnya tuli
sensorineural, berkembang pada posnatal, kemunculan hasilnya dari
percobaan terminasi kolaborasi bangsa-bangsa masih menarik diteliti.
Gansiklovir intravena membawa perkembangan atau stabilisasi
pendengaran pada sejumlah balita usia 6 bulan. Laporan kasus
menyarankan efikasi gansiklovir untuk penyakit neonatus akut dengan
pengancaman jiwa penyakit Cytomegalovirus (seperti pneumonia)
(Schleiss, 2010).
Alternatif gansiklovir meliputi trisodium fosformat (PFA) dan
cidofovir. Pengalaman dokter anak dengan obat ini terbatas. Meskipun
berpotensi digunakan dalam latar belakang resisten gansiklovir, toksisitas

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


antivirus ini cukup besar. Penggunaan obat-obatan ini pada pasien
pediatrik hanya pada kondisi perkecualian. Meskipun obat ini memiliki
aktivitas perlawanan terhadap virus ini tingkat sedang, dosis tinggi
acyclovir oral dan valacyclovir telah digunakan untuk profilaksis penyakit
ini dengan individu risiko tinggi seperti yang telah disebutkan, tetapi tidak
sesuai pada terapi penyakit aktif. Terapi oral dengan valgansiklovir
dipertimbangkan untuk diinvestigasi pada anak (Schleiss, 2010).
1) Gansiklovir
Gansiklovir terlisensi untuk terapi infeksi CMV. Nukleotida
asiklik sintetik secara struktural serupa dengan guanin. Struktur
tersebut serupa pada acyclovir yang membutuhkan fosforilasi aktivitas
antiviral. Enzim yang bertanggung jawab untuk fosforilasi adalah
produk gen UL97 virus, sebuah protein kinase. Resistensi dapat terjadi
pada penggunaan jangka panjang, secara umum terjadi karena mutasi
gen ini. Indikasi obat ini untuk anak immunocompromised seperti
infeksi HIV, postransplan, dan lain-lain jika secara klinis dan virologis
membuktikan penyakit spesifik berakhirnya organ yang spesifik
(Schleiss, 2010).
Pada balita, terapi antiviral dengan gansiklovir mungkin berguna
menurunkan prevalensi sekuel perkembangan neural, umumnya tuli
sensorineural. Sebuah penelitian mengenai penyakit alergi dan
infeksiinstitusi nasional di negara peneliti menunjukkan perbaikan
relatif pada pendengaran pada tuli simtomatik kongenital CMV yang
diterapi dengan gansiklovir. Meskipun demikian, terapi pada neonatus
harus dikonsultasikan oleh ahlinya (Schleiss, 2010).
2) Immunoglobulin
Imunoglobulin digunakan sebagai imunisasi pasif untuk mencegah
penyakit Cytomegalovirus simtomatik. Strategi ini telah digunakan
pada kontrol penyakit Cytomegalovirus pada pasien
immunocompromised pada era aantivirus prenuklosida. Bukti pada
kehamilan menyarankan infus Ig CMV pada wanita dengan infeksi

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


primer dapat mencegah transmisi dan memeperbaiki kondisi kelahiran
(Schleiss, 2010).
3) Valgansiklovir (VGCV)
Valgansiklovir (VGCV) adalah sebuah prodrug turunan valyl dari
gansiklovir. Setelah absorbsi di intestinum, moase valine cepat diurai
oleh hepar menghasilkan GCV. Zat ini inaktif dan membutuhkan
trifosforilasi untuk aktivitas virostatis (Schleiss, 2010).
b. Pembedahan
Terapi operatif yang dibutuhkan seperti pada kejadian dengan cerebral
palsy yaitu dengan operasi ortopedik dan gastrotomy. Gastrotomy
dilakukan untuk mengganti nutrisi untuk ke enteral (Schleiss, 2010).

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Hal-hal yang perlu ditanyakan/yang bisa ditemukan:
a. Adanya riwayat tranfusi.
b. Adanya riwayat transplantasi organ.
c. Ibu pasien penderita infeksi CMV.
d. Suami/istri penderita CMV.
2. Pemeriksaan fisik
a. TTV : Suhu (demam), pernapasan (takipnea, dispnea), tekanan
darah, nadi.
b. Kulit : Petekia dan ekimosis, lesi berwarna ungu disebabkan oleh
eritripoiesis kulit.
c. Penurunan berat badan.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
b. Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan
jaringan untuk melihat vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin
untuk mengetahui adanya iklusi intra sel tidaklah bermanfaat;
verifikasi infeksi congenital harus dilakukan dalam 3 minggu
pertama dari kehidupan).
c. Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan
lain-lain (toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes
[TORCH])-digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
d. Uji serologis
1) Titer antibody IgG dan IgM (IgM yang meningkat
mengindikasikan pajanan terhadap virus; IgG neonatal yang
meningkat mengindikasikan infeksi yang didapat pada masa
prenatal; IgG maternital negative dan IgG neonatal positif
mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat pascanatal.
2) Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


e. Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala
dengan maksud mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.

B. Diagnosa
Berdasarkan NANDA( 2002), maka didapatkan diagnose keperawatan
CMV sebagai berikut:
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan system imun,
aspek kronis penyakit.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi dalam
bernapas.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan memasukkan zat-zat gizi berhubungan dengan factor
biologis: mual dan muntah.
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (inflamasi)
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penularan, penanganan, dan
perjalanan penyakit.

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


Cairan tubuh,darah, dan organ-organ transpalantasi yang
terinfeksi cytomegalovirus

penyimpangan KDM CMV Membrane sel

Sistem imun

Dalam keadaan baik menurun

Cmv dorman bereplikasi

Sel” limfosit dan monosit terinfeksi

imunodefisiensi Resiko infeksi


Penurunan status
Infeksi oportunistik
kesehatan

hospitalisasi
Paru-paru Iritasi saluran
gastrointestinal
Informasi yang
pnemonia
adekuat
anoreksia
Kurang pengetahuan Peradangan saluran pernafasan Ekspansi paru
Mual muntah
Proses inflamasi Inspirasi # maksimal
Intake nutrisi
inadekuat
nyeri Pola nafas tdk efektif

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan

KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV) HIV DENGAN

INFEKSI

OPPORTUNISTIK
C. Intervensi

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosa keperawatan Intervensi Rasional
Hasil

1 Resiko penyebaran infeksi b/d NOC : NIC :


penurunan system imun, aspek  Immune Status a. Mencegah kontaminasi
a. Pertahankan teknik aseptif
kronis penyakit.  Knowledge: silang; menurunkan
Infection control risiko infeksi.
b.Batasi pengunjung bila perlu b. Mencegah
Definisi : Peningkatan resiko  Risk control kontaminasi
masuknya organisme patogen Kriteria Hasil : silang dari pengunjung.

 Klien bebas dari Masalah risiko infeksi


Faktor-faktor resiko : tanda dan gejala harus seimbang melawan
 Prosedur Infasif infeksi kebutuhan pasien untuk
 Ketidakcukupan pengetahuan  Mendeskripsikan dukungan keluarga dan
untuk menghindari paparan proses penularan sosialisasi.
c. Cuci tangan setiap sebelum c. Mencegah kontaminasi
patogen penyakit, factor
 Trauma yang dan sesudah tindakan silang; menurunkan

 Kerusakan jaringan dan mempengaruhi keperawatan risiko infeksi.

peningkatan paparan penularan serta d.Gunakan baju, sarung tangan d. Penggunaan

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


lingkungan penatalaksanaan masker,skort, dan sarung
sebagai alat pelindung
 Ruptur membran amnion  Menunjukkan tangan dilakukan oleh
 Agen farmasi (imunosupresan) kemampuan untuk OSHAuntuk kontak
- Malnutrisi mencegah langsung dengan
- Peningkatan paparan timbulnya infeksi cairantubuh, misalnya
lingkungan patogen  Jumlah leukosit sputum, darah/zat-zat
- Imonusupresi dalam batas normal darah, serum sekresi
- Ketidakadekuatan imum  Menunjukkan vaginal.
buatan perilaku hidup sehat e. Menurunkan risiko
e. Ganti letak IV perifer dan
- Tidak adekuat pertahanan infeksi pada sisi insersi
dressing sesuai dengan
sekunder (penurunan Hb, dengan memungkinkan
Leukopenia, penekanan respon petunjuk umum mengarah pada
inflamasi) septikemia.
- Tidak adekuat pertahanan f. Gunakan kateter intermiten f. Mencegah pemasukan
tubuh primer (kulit tidak utuh, bakteri dan infeksi
untuk menurunkan infeksi
trauma jaringan, penurunan
kandung kencing
kerja silia, cairan tubuh statis, g. Diet TKTP diperlukan
g.Tingkatkan intake nutrisi
perubahan sekresi pH, untuk meningkatkan
perubahan peristaltik) asupan dari kebutuhan
- Penyakit kronik pertumbuhan jaringan.
h.Berikan terapi antibiotik h. Antibiotik lokal dan
sistemik diberikan untuk

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


mengontrol pathogen
yang teridentifikasi oleh
kultur/sensitivitas.

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)
a. Setiap keadaan yang
a. Monitor tanda dan gejala
mengganggu status imun
infeksi sistemik dan lokal akan memperbesar
resiko terjadinya infeksi
kulit.

b.Pertahankan teknik isolasi b. untuk menurunkan risiko


kontaminasi
k/p
silang/terpajan pada
flora bakteri multipel.
c. Inspeksi kulit dan membran
c. Mengidentifikasi adanya
mukosa terhadap kemerahan, penyembuhan (granulasi
panas, drainase jaringan) dan
memberikan deteksi dini
infeksi

d.Monitor adanya luka d. Identivikasi/perawatan


awal dari infeksi
sekunder dapat

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


mencegah terjadinya
sepsis
e. Mempertahankan
e. Dorong masukan cairan keseimbangan cairan
f. Dorong istirahat f. Mengurangi rasa lelah,
meningkatkan
ketersediaan energy
untuk beraktifitas
g. Membantu
g.Ajarkan pasien dan keluarga
meningkatkan peran
tanda dan gejala infeksi
keluarga dan
memberikan pemahaman
tentang perawatan klien.
h. Kaji suhu badan pada pasien h. memberikan informasi
dasar peningkatan suhu
neutropenia setiap 4 jam
secara berulang dari
demam menunjukan
adanya infeksi dimana
obat yang diberikan
tidak lagi dapat secara
efektif mengontrol
infeksi yang tidak dapat

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


disembuhkan.

2 Pola nafas tidak afektif b/d NOC : NIC :


penurunan energi dalam bernafas.  Respiratory status : Airway Management Airway Management
Ventilation a. Meningkatkan ekspansi
a. Posisikan pasien untuk
Definisi : Pertukaran udara  Respiratory status : paru optimal/fungsi
memaksimalkan ventilasi
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak Airway patency pernafasan.
b. Lakukan fisioterapi dada jika b. Fisioterapi
adekuat  Vital sign Status dada
Kriteria Hasil : perlu mengalirkan area
Batasan karakteristik :  Mendemonstrasikan dependen paru,
 Penurunan tekanan batuk efektif dan sementara spirometri
inspirasi/ekspirasi suara nafas yang intensif dilakukan untuk
 Penurunan pertukaran udara bersih, tidak ada memperbaiki ekspansi
per menit sianosis dan paru, sehingga
 Menggunakan otot dyspneu (mampu meningkatkan fungsi
pernafasan tambahan mengeluarkan pernafasan dan
 Nasal flaring sputum, mampu menurunkan atelektasis.
 Dyspnea bernafas dengan c. Keluarkan sekret dengan c. Meningkatkan ekspansi
 Orthopnea mudah, tidak ada paru, memobilisasi dan
batuk atau suction
 Perubahan penyimpangan pursed lips) drainase sekret.suction
dada  Menunjukkan jalan Membantu

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


 Nafas pendek nafas yang paten mempertahankan jalan
 Assumption of 3-point (klien tidak merasa nafas bersih, tetapi harus
position tercekik, irama dilakukan kewaspadaan
 Pernafasan pursed-lip nafas, frekuensi karena edema mukosa
 Tahap ekspirasi berlangsung pernafasan dalam dan inflamasi. Teknik
sangat lama rentang normal, steril menurunkan risiko
 Peningkatan diameter tidak ada suara infeksi.
anterior-posterior nafas abnormal) d. Mempertahankan adanya
d. Auskultasi suara nafas, catat
 Pernafasan rata-rata/minimal  Tanda Tanda vital perkembangan
adanya suara tambahan
 Bayi : < 25 atau > 60 dalam rentang komplikasi/infeksi
 Usia 1-4 : < 20 atau > 30 normal (tekanan pernafasan. Mis,
 Usia 5-14 : < 14 atau > 25 darah, nadi, ateletaksis.

 Usia > 14 : < 11 atau > 24 pernafasan) e. Berikan bronkodilator : e. Mungkin diperlukan

 Kedalaman pernafasan -………………….. untuk meningkatkan/

 Dewasa volume tidalnya mempertahankan jalan

500 ml saat istirahat nafas atau untuk

 Bayi volume tidalnya 6-8 membersihkan sekresi

ml/Kg Oxygen Therapy


Oxygen Therapy
 Timing rasio
a. Membersihkan jalan
a. Bersihkan mulut, hidung dan
 Penurunan kapasitas vital
nafas sehingga
Faktor yang berhubungan : secret trakea
memungkinkan

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


 Hiperventilasi terjadinya pertukaran gas
 Deformitas tulang dan mencegah
 Kelainan bentuk dinding komplikasi pernafasan.
b. Pertahankan jalan nafas yang b. Mengoptimalkan fungsi
dada
paten
 Penurunan pernafasan

energi/kelelahan c. Observasi adanya tanda tanda c. Indicator disfungsi

 Perusakan/pelemahan hipoventilasi pernafasan.

muskulo-skeletal d. Pasien mungkin akan


d. Monitor adanya kecemasan
 Obesitas menggunakan
pasien terhadap oksigenasi
mekanisme bertahan
 Posisi tubuh
dengan penolakan dan
 Kelelahan otot pernafasan
terus berharap
 Hipoventilasi sindrom
diagnosanya tidak
 Nyeri
akurat.
 Kecemasan
e. Informasi dasar deteksi
 Disfungsi Neuromuskuler e. Monitor vital sign
dini terhadap terjadinya
 Kerusakan
hipoksia
persepsi/kognitif f. Informasikan pada pasien dan
f. Meningkatkan ekspansi
 Perlukaan pada jaringan keluarga tentang tehnik paru, memobilisasi dan
syaraf tulang belakang
relaksasi untuk memperbaiki drainase sekret.
 Imaturitas Neurologis
pola nafas. Dan Ajarkan

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


bagaimana batuk efektif
g. Takipnea, penggunaan
g. Monitor pola nafas
otot bantu, sianosis dan
perubahan sputum
menunjukkan terjadi
distress
pernafasan/edema paru
dan kebutuhan intervensi
medik.

3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :


dari kebutuhan tubuh b/d intake v Nutritional Status : Nutrition Management Nutrition Management
tidak adekuat, stomatitis, gangguan food and Fluid Intake a. Kaji adanya alergi makanan a. Mengurangi
absorbsi, kelemahan, kehilangan Kriteria Hasil : hipersensifitas makanan
nafsu makan.  Adanya serta Mengantisipasi
peningkatan berat reaksi alergi yang
Definisi : Intake nutrisi tidak badan sesuai mungkin terjadi.
cukup untuk keperluan dengan tujuan. b. Kolaborasi dengan ahli gizi b. Pedoman tepat pada
metabolisme tubuh.  Berat badan ideal untuk menentukan jumlah pemasukan kalori tepat.
sesuai dengan kalori dan nutrisi yang Sesuai penyembuhan
Batasan karakteristik : tinggi badan dibutuhkan pasien. luka, presentase area
 Berat badan 20 % atau lebih  Mampu luka dievaluasi untuk

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


di bawah ideal mengidentifikasi menghitung bentuk diet
 Dilaporkan adanya intake kebutuhan nutrisi yang diberikan dan
makanan yang kurang dari  Tidak ada tanda penilaian yang tepat
RDA (Recomended Daily tanda malnutrisi dibuat.
Allowance)  Tidak terjadi c. Berikan substansi gula c. Mengawasi terjadinya
 Membran mukosa dan penurunan berat hiperglikemia
konjungtiva pucat badan yang berarti sehubungan dengan
 Kelemahan otot yang perubahan
digunakan untuk hormonal/kebutuhan
menelan/mengunyah atau penggunaan
 Luka, inflamasi pada rongga hiperalimentasi untuk
mulut memenuhi kebutuhan
 Mudah merasa kenyang, kalori.
sesaat setelah mengunyah d. Ajarkan pasien bagaimana d. Melibatkan pasien dalam
makanan membuat catatan makanan rencana memberikan
 Dilaporkan atau fakta adanya harian. perasaan control
kekurangan makanan lingkungan dan mungkin
 Dilaporkan adanya meningkatkan
perubahan sensasi rasa pemasukan. Memenuhi
 Perasaan ketidakmampuan kebutuhan akan
untuk mengunyah makanan makanan non-

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


 Miskonsepsi institusionla mungkin
 Kehilangan BB dengan juga meningkatkan
makanan cukup pemasukan.
 Keengganan untuk makan e. Monitor jumlah nutrisi dan e. Pedoman tepat pada
 Kram pada abdomen kandungan kalori pemasukan kalori tepat.
 Tonus otot jelek Sesuai penyembuhan
 Nyeri abdominal dengan atau luka, presentase area
tanpa patologi luka dievaluasi untuk
 Kurang berminat terhadap menghitung bentuk diet
makanan yang diberikan dan
 Pembuluh darah kapiler penilaian yang tepat
mulai rapuh dibuat.
 Diare dan atau steatorrhea f. Berikan informasi tentang f. Memberikan
 Kehilangan rambut yang kebutuhan nutrisi pengetahuan dasar di
cukup banyak (rontok) mana pasein dapat
 Suara usus hiperaktif membuat pilihan
 Kurangnya informasi, bersarkan informasi.
misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan : Nutrition Monitoring Nutrition Monitoring
 Ketidakmampuan pemasukan a. Monitor adanya penurunan a. Indicator kebutuhan
atau mencerna makanan atau berat badan nurtisi yang adekuat.

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


mengabsorpsi zat-zat gizi b. Monitor tipe dan jumlah b. Mengurangi rasa lelah ,
berhubungan dengan faktor aktivitas yang biasa meningkatkan
biologis, psikologis atau dilakukan ketersediaan energy.
ekonomi. c. Jadwalkan pengobatan dan c. Lambung yang penuh
tindakan tidak selama jam akan mengurangi nafsu
makan makan dan pemsukan
makanan
d. Monitor turgor kulit d. Indikatoer tidak
langsung dari status
cairan

e. Monitor mual dan muntah e. Indikatoer pemasukan


nutrisi yang adekuat

f. Monitor kadar albumin, f. Mengindikaiskan status


total protein, Hb, dan kadar nutrisi dan difungsi

Ht organ dan
mengidentifikasi
kebutuhan pengganti.
g. Monitor makanan kesukaan g. Memberikan
pasien/orang terdekat
rasa kontrol,
meningkatkan partisipasi

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


dalam perawatan dan
dapat memperbaiki
pemasukan.
h. Catat adanya edema, h. Rasa sakit pada mulut
hiperemik, hipertonik papila atau ketakutan akan
lidah dan cavitas oral. mengiritasi lesi mulut
mungkin akan
menyebabkan pasien
enggan untuk makan.
4 Nyeri akut b/d proses penyakit NOC : NIC :
- Pain Level, Pain Management Pain Management
Definisi : - Pain control, a. Lakukan pengkajian nyeri a. Mengindikasikan
Sensori yang tidak menyenangkan - Comfort level secara komprehensif kebutuhan untuk
dan pengalaman emosional yang termasuk lokasi, intervensi dan tanda-
muncul secara aktual atau potensial Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, tanda perkembangan
kerusakan jaringan atau - Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan atau resolusi
menggambarkan adanya kerusakan nyeri (tahu faktor presipitasi komplikasi.
(Asosiasi Studi Nyeri penyebab nyeri, b. Observasi reaksi nonverbal b. Membantu
Internasional): serangan mendadak mampu dari ketidaknyamanan mengidentifikasi
atau pelan intensitasnya dari ringan menggunakan tindakan yang tepat
sampai berat yang dapat tehnik untuk memberikan

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


diantisipasi dengan akhir yang nonfarmakologi kenyamanan.
dapat diprediksi dan dengan durasi untuk mengurangi c. Gunakan teknik komunikasi c. Pernyataan
kurang dari 6 bulan. nyeri, mencari terapeutik untuk mengetahui memungkinkan
bantuan) pengalaman nyeri pasien pengungkapan emosi
Batasan karakteristik : - Melaporkan bahwa dan dapat meningkatkan
 Laporan secara verbal atau non nyeri berkurang mekanisme koping.
verbal dengan d. Bantu pasien dan keluarga d. Membantu
 Fakta dari observasi menggunakan untuk mencari dan meningkatkan peran
 Posisi antalgic untuk manajemen nyeri menemukan dukungan keluarga dan
menghindari nyeri - Mampu mengenali memberikan
 Gerakan melindungi nyeri (skala, pemahaman tentang
 Tingkah laku berhati-hati intensitas, frekuensi perawatan klien.
 Muka topeng dan tanda nyeri) e. Kontrol lingkungan yang e. Mengurangi rasa lelah,
 Gangguan tidur (mata sayu, - Menyatakan rasa dapat mempengaruhi nyeri Pengaturan suhu dapat
tampak capek, sulit atau nyaman setelah seperti suhu ruangan, hilang karena luka bakar
gerakan kacau, menyeringai) nyeri berkurang pencahayaan dan kebisingan mayor. Sumber panas
 Terfokus pada diri sendiri - Tanda vital dalam eksternal perlu untuk
 Fokus menyempit (penurunan rentang normal mencegah menggigil.
persepsi waktu, kerusakan f. Pilih dan lakukan f. Pendekatan dengan
proses berpikir, penurunan penanganan nyeri menggunakan relaksasi
interaksi dengan orang dan (farmakologi, non dan non-farmakologi

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


lingkungan) farmakologi dan inter lain telah menunjukkan
 Tingkah laku distraksi, contoh personal) keefektifan dalam
: jalan-jalan, menemui orang mengurangi nyeri.
lain dan/atau aktivitas, g. Kaji tipe dan sumber nyeri g. Indicator daerah yang
aktivitas berulang-ulang) untuk menentukan terlibat dan membantu
 Respon autonom (seperti intervensi dalam menyusun
diaphoresis, perubahan tekanan intervensi
darah, perubahan nafas, nadi h. Berikan analgetik untuk h. Analgetik memblok

dan dilatasi pupil) mengurangi nyeri lintas nyeri sehingga


 Perubahan autonomic dalam nyeri akan berkurang.
i. Tingkatkan istirahat
tonus otot (mungkin dalam i. Kekurangan tidur dapat
rentang dari lemah ke kaku) meningkatkan persepsi
 Tingkah laku ekspresif (contoh nyeri/kemampuan
: gelisah, merintih, menangis, koping menurun.
waspada, iritabel, nafas Analgesic Administration
Analgesic Administration
panjang/berkeluh kesah) a. Mengindikasikan
a. Tentukan lokasi,
 Perubahan dalam nafsu makan kebutuhan untuk
karakteristik, kualitas, dan
dan minum intervensi dan tanda-
derajat nyeri sebelum
tanda perkembangan
pemberian obat
 Faktor yang berhubungan : atau resolusi komplikasi.
b. Cek riwayat alergi
Agen injuri (biologi, kimia, b. Mengantisipasi reaksi

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


fisik, psikologis) alergi yang mungkin
terjadi.
c. Tentukan analgesik pilihan, c. Obat yang di control
rute pemberian, dan dosis berdasarkan waktu 24
optimal jammempertahankan
kadar analgesika darah
tetap stabil, mencegah
kekurangan dan
kelebohan obat-obatan.
d. Pilih rute pemberian secara d. Metode IV sering
IV, IM untuk pengobatan digunakan pada awal
nyeri secara teratur untuk memaksimalkan
efek obat.
5 Kurang pengetahuan mengenai NOC : NIC :
penularan, penanganan dan - Kowlwdge : disease a. Teaching : disease Process a. Memberikan dasar
perjalanan penyakit. process pengetahuan dimana
- Kowledge : health pasien dapat membuat
Definisi : Behavior pilihan berdasarkan
Tidak adanya atau kurangnya Kriteria Hasil : informasi.
informasi kognitif sehubungan - Pasien dan keluarga b. Berikan penilaian tentang b. Memberikan dasar
dengan topic spesifik. menyatakan tingkat pengetahuan pasien pengetahuan dimana

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


pemahaman tentang tentang proses penyakit pasien dapat membuat
 Batasan karakteristik : penyakit, kondisi, yang spesifik pilihan informasi terapi
memverbalisasikan adanya prognosis dan c. Jelaskan patofisiologi dari c. Mungkin akan
masalah, ketidakakuratan program penyakit dan bagaimana hal meningkatkan kerja
mengikuti instruksi, perilaku pengobatan ini berhubungan dengan sama untuk
tidak sesuai. - Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi, menyuksukseskan aturan
mampu dengan cara yang tepat. terapitik
 Faktor yang berhubungan : melaksanakan d. Diskusikan perubahan gaya d. Member pesein
keterbatasan kognitif, prosedur yang hidup yang mungkin peningkatan control,
interpretasi terhadap informasi dijelaskan secara diperlukan untuk mencegah mengurangi resiko dan
yang salah, kurangnya benar komplikasi di masa yang meningkatkan rasa malu
keinginan untuk mencari - Pasien dan keluarga akan datang dan atau proses
informasi, tidak mengetahui mampu pengontrolan penyakit
sumber-sumber informasi. menjelaskan e. Diskusikan pilihan terapi e. Meningkatkan kerja
kembali apa yang atau penanganan sama
dijelaskan dengan/peningkatan
perawat/tim kemungkinan untuk
kesehatan lainnya sekses dengan aturan
terapiotik.
f. Dukung pasien untuk f. Pengulangan
mengeksplorasi atau memungkinkan

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


mendapatkan second kesempatan untuk
opinion dengan cara yang bertanya dan
tepat atau diindikasikan meyakinkan pemahaman
yang akurat.
g. Rujuk pasien pada grup g. Membantu transisi ke
atau agensi di komunitas rumah, meberikan
lokal, dengan cara yang bantuan untuk
tepat memenuhi kebutuhan
individu, dan
mendukung
kemandirian.

h. Instruksikan pasien h. Pengenalan awal akan


mengenai tanda dan gejala perkembangan

untuk melaporkan pada komplikasi anintervensi

pemberi perawatan yang tepat pada

kesehatan, dengan cara waktunya akan

yang tepat mencegah


perkembangan kearah
situasi yang dapat
membahayakan jiwa.

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) tersebar luas di seluruh dunia, dan terjadi
endemik tanpa tergantung musim. Iklim tidak mempengaruhi prevalensi. Pada
populasi dengan keadaan sosial ekonomi yang baik, kurang lebih 60-70% orang
dewasa, menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium positif terhadap infeksi
CMV. Kejadian infeksi CMV pada Ibu hamil sangat tinggi dan menyebabkan
kelainan congenital pada janin. Diagnosis dini dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang amatlah penting untuk menentukan status infeksi
dan penentuan perlu tidaknya mendapat terapi untuk mencegah mortalitas dan
morbiditas. Untuk mengurangi risiko kelainan congenital pada janin perlu
memperhatikan tindakan pencegahan yang efektif.

B. Saran
1. Perlunya sosialisasi pencegahan infeksi TORCH termasuk di dalamnya infeksi
CMV untuk mengurangi risiko kelainan congenital pada janin
2. Perlunya tindakan skrining infeksi TORCH tersebar luas dan terjangkau di
sarana pelayanan kesehatan

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)


DAFTAR PUSTAKA

Cecily Lynn Bezt., 2009., Buku Saku Keperawatan Pediatric., Eds 5., EGC : Jakarta
Gordon Et All. 2002. NANDA Nursing Diagnoses Definition and Classification (NIC),
Second Edition. USA: MosbyClassification (NOC), econd Edition. USA: Mosby
Ljungman P, Griffiths P, Paya C.2001. Definitions of cytomegalovirus infection and disease
in transplant recipients. Clin Infect Dis.Sarwono

McCloskey, Joanne C. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention Classification


(NIC), Second Edition. USA: Mosby
NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia :
NANDA International.

Prawirohardjo.2010.Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

W.B. Saundres.,1992.,Buku Ajar Bedah.,EGC: Jakarta


Schleiss, M.R., 2010. Cytomegalovirus Infection: Treatment & Medication. Diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/963090-treatment. Diakses pada 30 Juni
2014

Budipardigdo S, Lisyani. 2007. Kewaspadaan Terhadap Infeksi Cytomegalovirus Serta


Kegunaan Deteksi Secara Laboratorik. Universitas Diponegoro: Semarang

Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik Citomegalovirus (CMV)

Anda mungkin juga menyukai