Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS CA LIDAH DI RUANGAN

PERAWATAN ONKOLOGI LONTARA 3 BEDAH


RSUP Dr WAHIDIN SUDIROHUSODO

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :

IVON DUKKUN
A1C121034

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………..) (…………………………..)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

CA LIDAH

KONSEP DASAR

A. DEFENISI

Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadi didasar mulut,


kadang-kadang meluas kearah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas
lidah (Van de Velde, 1999).

Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari


jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell
carcinoma (cell epitel gepeng berlapis), juga beberapa penyakit-penyakit
tertentu (premaligna). Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah
sekitarnya, disamping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan
hematogen.

B. ANATOMI
Karsinoma pada rongga mulut merupakan salah satu jenis kanker yang
menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia. Di Amerika
Serikat, dari sekitar 1 juta kanker baru yang didiagnosis setiap tahunnya,
ditemukan kurang lebih 3% karsinoma rongga mulut dan orofaring. Sebagian
besar kanker rongga mulut adalah karsinoma sel skuamosa. Kurang lebih 95%
karsinoma sel skuamosa pada rongga mulut terjadi pada umur lebih dari 40
tahun, dengan usia rata-rata ± 60 tahun.
Kanker ganas dari lidah berkisar antara 25 sampai dengan 50 % dari
semua kanker ganas didalam mulut. Dari 441 kanker ganas lidah yang
dilaporkan oleh Ash dan Millar, 25 % terjadi pada wanita dan 75 % terjadi
pada pria dengan umur rata-rata 63 tahun. Pada 330 kasus pada kanker ganas
pada lidah yang dilaporkan oleh Gibbel dan Ariel rata-rata penderita tersebut
berumur 53 tahun dengan jarak umur 32 tahun sampai dengan 87 tahun,
sehingga penyakit tersebut merupakan penyakit pada orang tua tetapi dapat
juga terjadi pada orang-orang yang relatif muda. Sebagai contoh dari 11
penderita berumur kurang dari 30 tahun, 4 diantaranya berumur kurang dari 20
tahun (yang dilaporkan oleh Byers), kelompok penderita ini mewakili kira-kira
3 % dari seluruh penderita yang dijumpai dirumah sakit Anderson dengan
epidormoit carsinomalida, penelitian ini dilakukan antara tahun 1959 sampai
dengan 1973 (pada 418 kasus). Insiden kanker ganas tertinggi terdapat pada
bagian lidah (2/3 anterior lidah), jika dibandingkan dengan bagian belakang
lidah (1/3 posterior lidah).

C. ETIOLOGI

Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu


proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi
dan perkembangan tumor. Secara garis besar, etiologi kanker lidah:
1. Tembakau: 80% penderita kanker lidah adalah perokok. Risiko perokok
adalah 5-9 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok.
2. Alkoholisme: peminum berat mempunyai risiko 30 kali lebih besar dan
efeknya sinergis dengan merokok.
3. Infeksi virus dalam rongga mulut: Human papilloma virus (HPV)
khususnya HPV 16 dan HPV 18.
4. Oral hygiene yang jelek.
5. Sunburn: iritasi sinar matahari dan iritasi kronis lainnya.
6. Gaya hidup: kebiasaan mengunyah sirih.
Sumber lain menyebutkan beberapa etioogi atau penyebab kanker lidah
yaitu Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu
proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi
dan perkembangan tumor. Secara garis besar, etiologi kanker lidah:
1. Predisposisi genetic
2. Efek hormonal
3. Lesi prakanker
4. Iritasi kronis, trauma, dan inflamasi
5. Kegagalan fungsi sistem imun
6. Terapi obat
7. Faktor lingkungan (Radiasi pengion, Pemajanan sinar matahar,i Efek
radon dan medan electromagnet, Polusi kimia, Polusi udara)
8. Kebiasaan pola hidup (Rokok dan tembakau, Nutrisi, Konsumsi alcohol,
Praktik seksual)
9. Virus
10. Faktor-faktor psikososial (Sifat kepribadian dan sikap; Sistem pendukung
social)

D. PATOFISIOLOGI
Kejadian kanker lidah disebabkan oleh banyak faktor yang
dikelompokkan menjadi beberapa faktor, yaitu Faktor luar, faktor heriditer
dan faktor non heriditer. Faktor luar meliputi rokok, alcohol, infeksi kronis
dan trauma krinis. Faktor non heriditer meliputi Faktor fisik seperti sinar
ultraviolet, Faktor biologis seperti virus (papiloma yang ditularkan melalui
hubungan suami istri,hepatitis) parasit, dan bakteri.
Faktor-faktor tersebut akan memicu suatu rangsang karsinogen yang
mengenai sel squamous carcinoma pada mukosa mulut yang tidak mempunyai
keratin sebagai pelindung. Dimukosa mulut tersebut, zat-zat karsinogen
tertampung dan berproliferasi secara tidak terkontrol. Kanker lidah yang
mengenai radix linguae biasanya asimptomatis hingga proses penyakit
berlanjut hingga timbul nyeri menelan dan pergerakan lidah yang terbatas.
Kanker pada posterior lidah (radix linguae) dominan bermetastase ke
colli/leher. Ketika kanker mengenai corpus linguae tanda yang paling sering
terlihat adalah putih-putih pada lidah yang tidak bisa dihilangkan. Kemudian
bisa terbentuk ulkus yang mudah berdarah. Kanker pada anterior (corpus
linguae) dominan metastase pada kelenjar limfe submental dan
submandibular. Penatalaksanaan kanker lidah meliputi operasi glosektomi dan
diseksi leher yang dilanjutkan dengan kemoterapi.
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi ca lidah terdiri dari :
a. Tumor primer
1) TIS adalah karsinoma in situ
2) T1 adalah tumor dengan penampang kurang kurang 2 cm.
3) T2 adalah tumor dengan penampang sama dengan 2 cm dengan
infiltrasi dangkal.
4) T3 adalah tumor dengan penampang lebih dari 2 cm dengan infiltrasi
dalam.
5) T4 adalah tumor dengan penampang lebih dari 4 cm dan tumor
tersebut sudah sudah meluas disekelilingnya.
b. Pembesaran kelenjar limfe
1) N0 : Kelenjar-kelenjar leher yang palpable tidak ada.
2) N1 : Sudah ada kelenjar leher yang palpable, mobile serta
holmolateral.
3) N2 : Kelenjar leher yang palpable, mobile serta
heterolateral/bilateral.
4) N3 : Kelenjar-kelenjar leher ini sudah fixed, baik holmolateral atau
bilateral.
c. Metastase
1) M0 = Metastase jauh tidak ada.
2) M1 = Metase jauh sudah ada.

F. MANIFESTASI KLINIK
1. Tanda awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-
sembuh. Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan
sekitar yang megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri
mandibula (Suyatno, 2010).
2. Infiltrasi ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas sehingga
proses menelan bolus makanan dan bicara terganggu. Kanker ini dapat
menginfiltrasi jaringan sekitarnya seperti dasar mulut (floor of mouth,
FOM), dasar lidah dan tonsil (Suyatno, 2010. Bedah Onkologi Diagnostik
dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto).
3. Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri tekan,
kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan sputum
bersemu darah atau terjadi pembesaran nodus limfe servikal. (Baughman
Diane C, 2000).

G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi akut yang dapat terjadi adalah :
a. Mukositis : Mukositis oral merupakan inflamasi pada mukosa mulut
berupa eritema dan adanya ulser yang biasanya ditemukan pada
pasien yang mendapatkan terapi kanker. Biasanya pasien
mengeluhkan rasa sakit pada mulutnya dan dapat mempengaruhi
nutrisi serta kualitas hidup pasien.
b. Kandidiasis : Pasien radioterapi sangat mudah terjadi infeksi
opurtunistik berupa kandidiasis oral yang disebabkan oleh jamur
yaitu Candida albicans. Infeksi kandida ditemukan sebanyak 17-29%
pada pasien yang menerima radioterapi.
c. Dysgeusia adalah respon awal berupa hilangnya rasa pengecapan,
dimana salah satunya dapat disebabkan oleh terapi radiasi.
d. Xerostomia : Xerostomia atau mulut kering dikeluhkan sebanyak
80% pasien yang menerima radioterapi. Xerostomia juga dikeluhkan
sampai radioterapi telah selesai dengan rata-rata 251 hari setelah
radioterapi. Bahkan tetap dikeluhkan setelah 12-18 bulan setelah
radioterapi tergantung pada dosis yang diterima kelenjar saliva dan
volume jaringan kelenjar yang menerima radiasi.
2. Komplikasi kronis adalah:
a. Karies gigi : Karies gigi dapat terjadi pada pasien yang menerima
radioterapi. Karies gigi akibat paparan radiasi atau yang sering
disebut dengan karies radiasi adalah bentuk yang paling destruktif
dari karies gigi, dimana mempunyai onset dan progresi yang cepat.
Karies gigi biasanya terbentuk dan berkembang pada 3-6 bulan
setelah terapi radiasi dan mengalami kerusakan yang lengkap pada
semua gigi pada periode 3-5 tahun.
b. Osteoradionekrosis : Osteoradionekrosis (ORN) merupakan efek
kronis yang penting pada radioterapi. Osteoradionekrosis adalah
nekrose iskemik tulang yang disebabkan oleh radiasi yang
menyebabkan rasa sakit karena kehilangan banyak struktur tulang.
c. Nekrose pada jaringan lunak : Komplikasi oral kronis lain yang
dapat terjadi adalah nekrose pada jaringan lunak, dimana 95% kasus
dari osteoradionekrosis berhubungan dengan nekrose pada jaringan
lunak. Nekrose jaringan lunak didefinisikan sebagai ulser yang
terdapat pada jaringan yang terradiasi, tanpa adanya proses
keganasan (maligna). Evaluasi secara teratur penting dilakukan
sampai nekrose berkurang, karena tidak ada kemungkinan terjadinya
kekambuhan. Timbulnya nekrose pada jaringan lunak ini
berhubungan dengan dosis, waktu, dan volume kelenjar yang
terradiasi. Reaksi akut terjadi selama terapi dan biasanya bersifat
reversibel, sedangkan reaksi yang bersifat kronis biasanya terjadi
menahun dan bersifat irreversibel.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT-scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor, luas
ekstensi tumor primer.
2. USG hepar, Foto thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis
jauh.
3. Biopsi
a. FNAB (Fine Needle Apiration Biopsy), dilakukan pada tumor primer
yang metastasis ke kelenjar getah bening leher.
b. Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (>1
cm)
c. Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil ( 1 cm atau kurang)
(Suyatno, 2010).

Pemeriksaan penunjang
1. Biopsi
a. Incisional biopsy
 Dengan cara mengambil sampel dari daerah carcinoma dan daerah yang
sehat, sehingga diketahui batas jelas dari carcinoma. Tetapi kejelekannya
adalah pembuluh darah menjadi terbuka, dan ini akan mempermudah
penyebaran dari carcinoma tersebut, sedangkan keuntunganya dapat
mengetahui batas dari carcinoma guna terapi selanjutnya ( Penyinaran ).
 Cara biopsy ini dapat dilakukan pada cacinoma lidah yang masih kecil
dengan atau tanpa metastase. Excisi jaringan yang diduga carcinoma
dengan jarak 1 – 1,5 cm dari jaringan sehat. Hasil excisi diletakkan pada
gabus ( maksudnya adalah untuk cukup bersih ). Dengan kasa yang diberi
formalin diletakkan diatas preparat agar preparat tidak melengkung
sehingga topograpi tidakm berubah, kemudian dikirim ke patologi
anatomi. Dipotong menjadi 7 preparat, dan dilihat bagian mana yang
tidak bersih dapat diulang excisinya.Setelah dilakukan pemeriksaan
diatas (incisional biopsi) baru dilakukan pemeriksaan patologi anatomi
untuk menentukan tumor ganas atau bukan.
b. Brush biopsy
 Pada prosedur ini, sampel diambil pada permukaan mukosa yang terlihat
abnormal dengan cara mengumpulkan sel epitel mukosa dengan
menggunakan alat berbentuk sikat, menempatkan sampel dalam slide dan
melakukan tindakan fiksasi sebelum membawa jaringan tersebut ke
laboratorium. Tindakan pengambilan sampel dengan skapel dan jarum
biopsi diindikasikan pada kanker yang sudah jelas terlihat, terdapat
kecurigaan yang kuat terhadap lesi atau lesi terdapat pada orang yang
memiliki faktor-faktor resiko kanker mulut. Sedangkan brush biopsi
diindikasikan pad keadaan yang sebaliknya.
c. Teknik cahaya khemoluminesen
 Jaringan yang dicurigai sebagai kanker disinari dengan
khemoluminesen setelah sebelumnya diwarnai dengan asam asetat.
Hasilnya akan terlihat gambaran opak ‘acetowhite’ pada jaringan yang
terkena kanker atau jaringan yang abnormal.

I. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan farmakologi
- Typhonium Plus - Alternatif Kanker Pengobatan ( Typhonium
Flagelliforme / Keladi Tikus ekstrak ) Sebagai suplemen alami dapat
membantu untuk memerangi kanker / tumor dan merangsang tubuh
anti. Kanker bukan merupakan salah satu spesifik penyakit . Ini
adalah proses yang dapat mempengaruhi setiap organ tubuh. Tubuh
manusia yang sehat terdiri dari sel-sel yang tumbuh normal yang
melaksanakan proses kehidupan secara normal dan teratur. Sebuah
sel hidup normal dapat, karena alasan berbagai disayangkan,
gilirannya yang abnormal atau kanker. Ini mengalikan dalam tubuh
cepat dan berlebihan, membentuk sekelompok sel pertumbuhan yang
tidak terkendali mengakibatkan pembengkakan. Kemudian sel-sel
abnormal pecah dan menyerang jaringan sekitar dan organ dan
menghancurkan mereka. Dengan setiap pertumbuhan sel sibuk, tidak
terkendali dan teratur, energi tubuh yang disalahgunakan dan
terbuang. Jika ini terus berlanjut dicentang, kematian dapat terjadi.
- Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus adalah tanaman herbal
yang tumbuh di Asia Timur sebagai obat tradisional untuk
memerangi kanker .
- Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus ekstrak dan herbal lainnya
menggabungkan membantu dalam detoksifikasi sistem
darah. Typhonium Plus mengandung ribosom dalam
bertindak protein (RIP), anti oksidan, dan anti kurkumin. Sel
bersama-sama dipicu pada gilirannya menghasilkan mediator yang
merangsang dan memperkuat sel-sel lain dari sistem kekebalan
tubuh untuk memerangi sel-sel kanker. Sejak pertumbuhan sel
kanker adalah reversibel diberikan stimulus kimia yang benar dan
lingkungan, penjelasan ini tidak terlalu mengada-ada.
- Typhonium Plus merupakan kombinasi herbal selektif ekstrak yang
dalam karya sinergi Typhonium Flagelliforme penguatan / Keladi
Tikus. Typhonium Plus Terdaftar POM TR 043 330 391 Departemen
Kesehatan Indonesia

Penggunaan yang disarankan:


Stadium I - II, ambil 1 kapsul 2 kali sehari sebelum makan. Stadium III di
atas, ambil 2 kapsul 2 kali sehari sebelum makan, atau seperti diarahkan
oleh praktisi kesehatan.
Komposisi:
Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus 80%, 10% Andrographis
paniculata, Curcuma zedoaria 10% (dalam ekstrak bentuk) 
Penyimpanan: . Simpan pada suhu kamar & jauh dari anak Packing
size: Packing dengan 20 kapsul.
Perhatian:
o Dua hari setelah mengkonsumsi Typhonium Ditambah , Anda
mungkin merasa masalah perut, diare sedikit, feses berubah menjadi
hitam dan tubuh merasa kelelahan.
o Kadang-kadang pasien dapat muntah setelah konsumsi, jika ini terjadi
gejala berhenti minum kapsul, ketika Anda merasa lebih baik, Anda
dapat melanjutkan mengambil kapsul tetapi mengurangi dosis atau
berkonsultasi dengan praktisi medis Anda.
o Wanita hamil tidak harus mengambil kapsul ini

b. Penatalaksanaan non farmakologi


1) Radio Therapy
Radio therapy dilakukan bila :
Tumor Inoperable, T3 atau lebih, N3, M0 – M1
a) External X ray
Dengan memasukkan jarum radium sel-sel carcinoma ikut
masuk kedalam. Dapat digunakan dengan cara lain yaitu :
Penderita dinarcose, kemudian memasukkan polyethtylene
catherter dan melalui charteter ini dimasukkan benang yang
diikat dengan radium maka radium ini akan tersebar secara
merata, bila sudah selesai benang ditarik keluar cara ini disebut
application.
b) Radon seeds
Dengan biji-biji radon yang diletakkan sekitar cartinoma
o Cytostatica theraphy :
Metotrexate (Mtx) dapat Mendepresi sum-sum tulang, ini
dapat diatasi denganleokoporin. Mempunyai akumulasi
baik. Dapat dipakai untuk merubah T3 menjadi T2-T1.
o Surgical/Hemiglosectomy (total glossectomy)
Dilakukan pengangkatan pada bagian yang diindikasi
terkena carcinoma atau hemiglosectomy atau total
glossectomy apabila tumor cukup besar dan sudah
bermetastase ke daerah leher.
Pada metastasenya dilakukan :
Pada N1 dan N2, dilakukan RND (Radical Neck Disection) yang
diangkat
a. Kelenjar leher
b. Kelenjar sub madibula.
c. V. Jugularis interna.
d. Kelenjar supra ciavicularis Pada N3, dilakukan bilateral neck
dissection.
KONSEP KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, nomor
register, tanggal masuk, dan nama penanggung jawab pasien elama dirawat.
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama: Luka pada lidah yang tidak sembuh-sembuh.
2. Riwayat penyakit sekarang: Luka pada lidah yang tidak sembuh-sembuh.
Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekitar yang
megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Tembakau: 80% penderita kanker lidah adalah perokok. Risiko
perokok adalah 5-9 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok.
b. Alkoholisme: peminum berat mempunyai risiko 30 kali lebih besar
dan efeknya sinergis dengan merokok.
c. Infeksi virus dalam rongga mulut: Human papilloma virus (HPV)
khususnya HPV 16 dan HPV 18.
d. Oral hygiene yang jelek.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
2. Pemeriksaan Tanda - Tanda Vital (TTV)
3. Pemeriksaan Head to Toe (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi)
4. Pemeriksaan B1-B6 :
a. B1 (Breathing)
Sesak napas, RR meningkat, penggunaan otot bantu pernafasaan.
b. B2 (Blood)
Takikardia, Hipertensi (nyeri hebat).
c. B3 (Brain)
Gangguan saraf IX & X (penurunan reflek menelan), saraf XII
(gerakan lidah terganggu).
d. B4 (Bladder)
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi
urine, perubahan bising usus, distensi abdomen.
e. B5 (Bowel)
Anoreksia, nafsu makan menurun, nyeri telan, perubahan berat
badan.
f. B6 (Bone)
Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat; adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC


1. CT-scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor, luas
ekstensi tumor primer.
2. USG hepar, Foto thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis
jauh.
3. Biopsi
a. FNAB (Fine Needle Apiration Biopsy), dilakukan pada tumor primer
yang metastasis ke kelenjar getah bening leher.
b. Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (>1
cm).
c. Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil ( 1 cm atau kurang)
(Suyatno, 2010).
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi


o Keperawata Kriteria Hasil
n

1 Ketidaksei Setelah dilakukan Pengelolaan nutrisi (Nutrion


. mbangan tindakan Management ) :
nutrisi keperawatan □ Monitor catatan masukan
kandungan nutrisi dan kalori.
kurang dari Nutritional
□ Anjurkan masukan kalori yang
kebutuhan Status adekuat tepat sesui dengan tipe tubuh
tubuh dengan kriteria dan gaya hidup.
hasil : □ Berikan makanan pilihan.
Faktor- □ Anjurkan penyiapan dan
faktor yang □ Intake penyajian makanan dengan
berhubunga nutrisi baik teknik yang aman.
n: □1 □2 □3 □ Berikan informasi yang tepat
□4 □5 tentang kebutuhan nutrisi dan
Ketidakma bagaimana cara memperolehnya
mpuan □ Intake □ Kaji adanya alergi makanan
makanan □ Kolaborasi dengan ahli gizi
pemasukan
baik untuk menentukan jumlah
atau □1 □2 □3 kalori dan nutrisi yang
mencerna □4 □5 dibutuhkan pasien
makanan □ Yakinkan diet yang dimakan
atau □ Asupan mengandungtinggi serat untuk
mengabsorp cairan mencegah konstipasi
si zat-zat cukup □ Ajarkan pasien bagaimana
□1 □2 □3 membuat catatan makanan
gizi
□4 □5 harian
berhubunga
□ Monitor adanya
n dengan □ Peristaltic penurunan BB dan
faktor usus g u l a darah
biologis, normal □ Monitor lingkungan selama
psikologis □1 □2 □3 makan
atau □4 □5 □ Jadwalkan pengobatan dan
ekonomi. tindakan tidakselama jam
□ Berat makan
badan □ Monitor turgor kulit
meningkat □ Monitor kekeringan, rambut
□1 □2 □3 kusam, totalprotein, Hb dan
□4 □5 kadar Ht
□ Monitor mual dan muntah
□ Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
□ Monitor intake nuntrisi
Nutrition Monitoring

□ BB pasien dalam batas normal


□ Monitor adanya penurunan
berat badan
□ Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
□ Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
□ Monitor lingkungan selama
makan
□ Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
□ Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
□ Monitor turgor kulit
□ Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
□ Monitor mual dan muntah
□ Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
□ Monitor makanan kesukaan
□ Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
□ Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
□ Monitor kalori dan intake
nuntrisi
□ Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
□ Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Weight Management
□ Diskusikan bersama pasien
mengenai hubungan antara
intake makanan, latihan,
peningkatan BB dan penurunan
BB
□ Diskusikan bersama pasien
mengani kondisi medis yang
dapat mempengaruhi BB
□ Diskusikan bersama pasien
mengenai kebiasaan, gaya
hidup dan factor herediter yang
dapat mempengaruhi BB
□ Diskusikan bersama pasien
mengenai risiko yang
berhubungan dengan BB
berlebih dan penurunan BB
□ Dorong pasien untuk merubah
kebiasaan makan
□ Perkirakan BB badan ideal
pasien

2. Risiko Infeksi

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi


o Keperawatan Kriteria Hasil

2 Resiko Setelah Infection Control (Kontrol infeksi)


. Infeksi dilakukan
tindakan  Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Dengan pasien lain
keperawatn
faktor-faktor  Pertahankan teknik isolasi
risiko infeksi
resiko : terkontrol  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur dengan  Instruksikan pada pengunjung untuk
Infasif kriteria mencuci tangan saat berkunjung dan
- Ketidakc hasil : setelah berkunjung meninggalkan
ukupan pasien
pengetah  Klien  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
uan bebas tangan
untuk dari  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
menghin tanda tindakan kperawtan
dari dan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai
paparan gejala alat pelindung
patogen infeksi  Pertahankan lingkungan aseptik selama
- Trauma 1 2 pemasangan alat
- Kerusaka 34  Ganti letak IV perifer dan line central
n 5 dan dressing sesuai dengan petunjuk
jaringan  Menunj umum
dan ukkan  Gunakan kateter intermiten untuk
peningk kemam menurunkan infeksi kandung kencing
atan puan  Tingktkan intake nutrisi
paparan untuk  Berikan terapi antibiotik bila perlu
lingkung menceg
an ah
- Ruptur timbuln Infection Protection (proteksi terhadap
membra ya infeksi)
n infeksi
amnion 1  2   Monitor tanda dan gejala infeksi
- Agen 34 sistemik dan lokal
farmasi 5  Monitor hitung granulosit, WBC
(imunos  Jumlah  Monitor kerentanan terhadap infeksi
upresan) leukosit  Batasi pengunjung
- Malnutri dalam  Saring pengunjung terhadap penyakit
si batas menular
- Peningka normal  Partahankan teknik aspesis pada pasien
tan 1 2 yang beresiko
paparan 3  4   Pertahankan teknik isolasi k/p
lingkung 5  Berikan perawatan kuliat pada area
an  Menunj epidema
patogen ukkan  Inspeksi kulit dan membran mukosa
- Imonusu perilaku terhadap kemerahan, panas, drainase
presi hidup  Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
- Ketidaka sehat
dekuatan  Dorong masukkan nutrisi yang cukup
1  2   Dorong masukan cairan
imum
3  4   Dorong istirahat
buatan
5  Instruksikan pasien untuk minum
- Tidak
adekuat antibiotik sesuai resep
pertahan  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
an gejala infeksi
sekunder  Ajarkan cara menghindari infeksi
(penurun  Laporkan kecurigaan infeksi
an Hb,  Laporkan kultur positif
Leukope
nia,
penekan
an
respon
inflamas
i)
- Tidak
adekuat
pertahan
an tubuh
primer
(kulit
tidak
utuh,
trauma
jaringan,
penurun
an kerja
silia,
cairan
tubuh
statis,
perubah
an
sekresi
pH,
perubah
an
peristalti
k)
- Penyakit
kronik
3. Nyeri Akut

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawata Kriteria Hasil
n

3. Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri (Pain


berhubunga dilakukan Management) :
n dengan tindakan  Observasi reaksi nonverbal dari
agen cedera ketidaknyamanan
keperawatan
biologis  Kaji nyeri secara komprehensif
Pain Control
dengan meliputi (lokasi, karakteristik, dan
onset, durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil :
intensitas nyeri)
 Mengenali  Kaji skala nyeri
faktor
 Gunakan komunikasi terapeutik agar
penyebab
klien dapat mengekspresikan nyeri
1 23
 Kaji factor yang dapat menyebabkan
45 nyeri timbul
 Mengenali  Anjurkan pada pasien untuk cukup
onset istirahat
(lamanya
 Control  lingkungan yang dapat
sakit)
mempengaruhi nyeri
1 23
 Monitor tanda tanda vital
45
 Ajarkan tentang teknik
 Menggunak nonfarmakologi (relaksasi) untuk
an metode mengurangi nyeri
pencegahan  Jelaskan factor factor yang dapat
untuk mempengaruhi nyeri
mengurangi  Kolaborasi dengan dokter dalam
nyeri pemberian obat
1  2  3  Analgesic Administration
45
 Menggunak  Tentukan lokasi, karakteristik,
an metode kualitas, dan derajat nyeri sebelum
nonanalgeti pemberian obat
k untuk  Cek instruksi dokter tentang
mengurangi jenis obat, dosis, dan frekuensi
nyeri  Cek riwayat alergi
1 23  Pilih analgesik yang diperlukan
45 atau kombinasi dari analgesik ketika
 Mengunaka pemberian lebih dari satu
n analgesik  Tentukan pilihan analgesik
sesuai tergantung tipe dan beratnya nyeri
dengan  Tentukan analgesik pilihan, rute
kebutuhan pemberian, dan dosis optimal
1 23  Pilih rute pemberian secara IV,
45 IM untuk pengobatan nyeri secara
 Mencari teratur
bantuan  Monitor vital sign sebelum dan
tenaga sesudah pemberian analgesik
kesehatan pertama kali
1 23  Berikan analgesik tepat waktu
45 terutama saat nyeri hebat
 Melaporkan  Evaluasi efektivitas analgesik,
gejala pada tanda dan gejala (efek samping)
petugas
kesehatan
1 23
45
 Mengenali
gejala gejala
nyeri
1 23
45
 Melaporkan
nyeri  yang
sudah
terkontrol
1 23
45
4. Hipertermi

N Diagnosa
Tujuan dan
o Keperawata Intervensi
Kriteria Hasil
n

4 Hipertermi Setelah Fever treatment


. berhubunga dilakukan  Monitor suhu sesering
n dengan tindakan mungkin
penyakit  Monitor IWL
keperawatanT
hermoregulat  Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tekanan darah, nadi
ion dalam
dan RR
batas normal  Monitor penurunan tingkat
dengan kesadaran
kriteria hasil :  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 Monitor intake dan output
 Tidak  Berikan anti piretik
menggigil
 Berikan pengobatan untuk
1 23 mengatasi penyebab demam
45  Selimuti pasien
 Nadi dbn  Lakukan tapid sponge
( 60-100 x/
 Kolaborasipemberian cairan
menit)
intravena
1 23
 Kompres pasien pada lipat
45 paha dan aksila
 RR dbn  Tingkatkan sirkulasi udara
( 16-24 x/
 Berikan pengobatan untuk
menit)
mencegah terjadinya menggigil
1 23
45
 Suhu dbn Temperature regulation
(36-37°C)  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
1  2  3   Rencanakan monitoring suhu secara
45 kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif
dari kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan yang
diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
5. Kurang Pengetahuan

Diagnosa
N Tujuan dan
Keperawata Intervensi
o Kriteria Hasil
n

5 Kurang Setelah Mengajarkan proses penyakitnya :


. pengetahu dilakukan
an b/d tindakan  Kaji tingkat pengetahuan pasien
tentang penyakitnya
keperawatan
- keterbat  Jelaskan patofisiologi penyakitnya
klien dan bagaimana hubungannya
asan
kognitif mengetahui dengan anatomi dan fisiologinya
- interpret tentang proses  Deskripsikan tanda dan gejala dari
asi penyakitnya : penyakitnya
terhadap  Jelaskan pada pasien bagaimana
informa  Klien mengelola gejala ytang timbul
si yang familier  Deskripsikan proses penyakitnya
salah dengan  Identifikasi faktor penyebab
- kurangn nama penyakitnya
ya penyakitny  Jelaskan tentang kondisi penyakit
keingina a pasien saat ini
n untuk 1 23  Diskusikan gaya hidup yang harus
mencari 45 dirubah untuk mencegah komplikasi
informa  Klien dapat atau kekambuhan penyakitnya
si mendeskrip  Diskusikan rencana terapi yang
- tidak sikan akan dijalani pasien
mengeta proses  Jelaskan komplikasi yang bisa
hui penyakitny muncul
sumber- a  Anjurkan pasien untuk mengontrol
sumber 1 23 risiko
informa 45  Anjurkan pasien segera ke
si.  Klien dapat pelayanan kesehatan ketika muncul
mendeskrip gejala yang sama
sikan faktor
penyebab
dari
penyakitny
a
1 23
45
 Klien dapat
mendeskrip
sikan faktor
risiko
1 23
45
 Klien dapat
mendeskrip
sikan efek
samping
dari
penyakitny
a
1 23
45
 Klien dapat
mendeskrip
sikan tanda
dan gejala
1 23
45
 Klien dapat
mendeskrip
sikankompl
ikasi
mungkin
terjadi
1 23
45

 Klien dapat
mendeskripsi
kan cara
pencegahan
komplikasi
1 23
45
DAFTAR PUSTAKA

Suyatno. 2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto.
http://nurseammar.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-karsinoma-
lidah.html

https://www.scribd.com/doc/306973542/Laporan-Pendahuluan-CA-Lidah

(Diakses Pada Tanggal 18 Desember 2021)

https://www.scribd.com/doc/24130686/LP-Ca_Lidah

(Diakses Pada Tanggal 18 Desember 2021)

https://pdfcoffee.com/lp-ca-lidah-3-pdf-free-html

(Diakses Pada Tanggal 18 Desember 2021)

https://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JIK/article/download/21/12/

(Diakses Pada Tanggal 19 Desember 2021)


https://academia.edu/35841076/LP_CA_LIDAH

(Diakses Pada Tanggal 19 Desember 2021)

Anda mungkin juga menyukai