Disusun oleh :
IVON DUKKUN
A1C121034
CI INSTITUSI CI LAHAN
(…………………………..) (…………………………..)
CA LIDAH
KONSEP DASAR
A. DEFENISI
B. ANATOMI
Karsinoma pada rongga mulut merupakan salah satu jenis kanker yang
menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia. Di Amerika
Serikat, dari sekitar 1 juta kanker baru yang didiagnosis setiap tahunnya,
ditemukan kurang lebih 3% karsinoma rongga mulut dan orofaring. Sebagian
besar kanker rongga mulut adalah karsinoma sel skuamosa. Kurang lebih 95%
karsinoma sel skuamosa pada rongga mulut terjadi pada umur lebih dari 40
tahun, dengan usia rata-rata ± 60 tahun.
Kanker ganas dari lidah berkisar antara 25 sampai dengan 50 % dari
semua kanker ganas didalam mulut. Dari 441 kanker ganas lidah yang
dilaporkan oleh Ash dan Millar, 25 % terjadi pada wanita dan 75 % terjadi
pada pria dengan umur rata-rata 63 tahun. Pada 330 kasus pada kanker ganas
pada lidah yang dilaporkan oleh Gibbel dan Ariel rata-rata penderita tersebut
berumur 53 tahun dengan jarak umur 32 tahun sampai dengan 87 tahun,
sehingga penyakit tersebut merupakan penyakit pada orang tua tetapi dapat
juga terjadi pada orang-orang yang relatif muda. Sebagai contoh dari 11
penderita berumur kurang dari 30 tahun, 4 diantaranya berumur kurang dari 20
tahun (yang dilaporkan oleh Byers), kelompok penderita ini mewakili kira-kira
3 % dari seluruh penderita yang dijumpai dirumah sakit Anderson dengan
epidormoit carsinomalida, penelitian ini dilakukan antara tahun 1959 sampai
dengan 1973 (pada 418 kasus). Insiden kanker ganas tertinggi terdapat pada
bagian lidah (2/3 anterior lidah), jika dibandingkan dengan bagian belakang
lidah (1/3 posterior lidah).
C. ETIOLOGI
D. PATOFISIOLOGI
Kejadian kanker lidah disebabkan oleh banyak faktor yang
dikelompokkan menjadi beberapa faktor, yaitu Faktor luar, faktor heriditer
dan faktor non heriditer. Faktor luar meliputi rokok, alcohol, infeksi kronis
dan trauma krinis. Faktor non heriditer meliputi Faktor fisik seperti sinar
ultraviolet, Faktor biologis seperti virus (papiloma yang ditularkan melalui
hubungan suami istri,hepatitis) parasit, dan bakteri.
Faktor-faktor tersebut akan memicu suatu rangsang karsinogen yang
mengenai sel squamous carcinoma pada mukosa mulut yang tidak mempunyai
keratin sebagai pelindung. Dimukosa mulut tersebut, zat-zat karsinogen
tertampung dan berproliferasi secara tidak terkontrol. Kanker lidah yang
mengenai radix linguae biasanya asimptomatis hingga proses penyakit
berlanjut hingga timbul nyeri menelan dan pergerakan lidah yang terbatas.
Kanker pada posterior lidah (radix linguae) dominan bermetastase ke
colli/leher. Ketika kanker mengenai corpus linguae tanda yang paling sering
terlihat adalah putih-putih pada lidah yang tidak bisa dihilangkan. Kemudian
bisa terbentuk ulkus yang mudah berdarah. Kanker pada anterior (corpus
linguae) dominan metastase pada kelenjar limfe submental dan
submandibular. Penatalaksanaan kanker lidah meliputi operasi glosektomi dan
diseksi leher yang dilanjutkan dengan kemoterapi.
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi ca lidah terdiri dari :
a. Tumor primer
1) TIS adalah karsinoma in situ
2) T1 adalah tumor dengan penampang kurang kurang 2 cm.
3) T2 adalah tumor dengan penampang sama dengan 2 cm dengan
infiltrasi dangkal.
4) T3 adalah tumor dengan penampang lebih dari 2 cm dengan infiltrasi
dalam.
5) T4 adalah tumor dengan penampang lebih dari 4 cm dan tumor
tersebut sudah sudah meluas disekelilingnya.
b. Pembesaran kelenjar limfe
1) N0 : Kelenjar-kelenjar leher yang palpable tidak ada.
2) N1 : Sudah ada kelenjar leher yang palpable, mobile serta
holmolateral.
3) N2 : Kelenjar leher yang palpable, mobile serta
heterolateral/bilateral.
4) N3 : Kelenjar-kelenjar leher ini sudah fixed, baik holmolateral atau
bilateral.
c. Metastase
1) M0 = Metastase jauh tidak ada.
2) M1 = Metase jauh sudah ada.
F. MANIFESTASI KLINIK
1. Tanda awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-
sembuh. Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan
sekitar yang megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri
mandibula (Suyatno, 2010).
2. Infiltrasi ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas sehingga
proses menelan bolus makanan dan bicara terganggu. Kanker ini dapat
menginfiltrasi jaringan sekitarnya seperti dasar mulut (floor of mouth,
FOM), dasar lidah dan tonsil (Suyatno, 2010. Bedah Onkologi Diagnostik
dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto).
3. Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri tekan,
kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan sputum
bersemu darah atau terjadi pembesaran nodus limfe servikal. (Baughman
Diane C, 2000).
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi akut yang dapat terjadi adalah :
a. Mukositis : Mukositis oral merupakan inflamasi pada mukosa mulut
berupa eritema dan adanya ulser yang biasanya ditemukan pada
pasien yang mendapatkan terapi kanker. Biasanya pasien
mengeluhkan rasa sakit pada mulutnya dan dapat mempengaruhi
nutrisi serta kualitas hidup pasien.
b. Kandidiasis : Pasien radioterapi sangat mudah terjadi infeksi
opurtunistik berupa kandidiasis oral yang disebabkan oleh jamur
yaitu Candida albicans. Infeksi kandida ditemukan sebanyak 17-29%
pada pasien yang menerima radioterapi.
c. Dysgeusia adalah respon awal berupa hilangnya rasa pengecapan,
dimana salah satunya dapat disebabkan oleh terapi radiasi.
d. Xerostomia : Xerostomia atau mulut kering dikeluhkan sebanyak
80% pasien yang menerima radioterapi. Xerostomia juga dikeluhkan
sampai radioterapi telah selesai dengan rata-rata 251 hari setelah
radioterapi. Bahkan tetap dikeluhkan setelah 12-18 bulan setelah
radioterapi tergantung pada dosis yang diterima kelenjar saliva dan
volume jaringan kelenjar yang menerima radiasi.
2. Komplikasi kronis adalah:
a. Karies gigi : Karies gigi dapat terjadi pada pasien yang menerima
radioterapi. Karies gigi akibat paparan radiasi atau yang sering
disebut dengan karies radiasi adalah bentuk yang paling destruktif
dari karies gigi, dimana mempunyai onset dan progresi yang cepat.
Karies gigi biasanya terbentuk dan berkembang pada 3-6 bulan
setelah terapi radiasi dan mengalami kerusakan yang lengkap pada
semua gigi pada periode 3-5 tahun.
b. Osteoradionekrosis : Osteoradionekrosis (ORN) merupakan efek
kronis yang penting pada radioterapi. Osteoradionekrosis adalah
nekrose iskemik tulang yang disebabkan oleh radiasi yang
menyebabkan rasa sakit karena kehilangan banyak struktur tulang.
c. Nekrose pada jaringan lunak : Komplikasi oral kronis lain yang
dapat terjadi adalah nekrose pada jaringan lunak, dimana 95% kasus
dari osteoradionekrosis berhubungan dengan nekrose pada jaringan
lunak. Nekrose jaringan lunak didefinisikan sebagai ulser yang
terdapat pada jaringan yang terradiasi, tanpa adanya proses
keganasan (maligna). Evaluasi secara teratur penting dilakukan
sampai nekrose berkurang, karena tidak ada kemungkinan terjadinya
kekambuhan. Timbulnya nekrose pada jaringan lunak ini
berhubungan dengan dosis, waktu, dan volume kelenjar yang
terradiasi. Reaksi akut terjadi selama terapi dan biasanya bersifat
reversibel, sedangkan reaksi yang bersifat kronis biasanya terjadi
menahun dan bersifat irreversibel.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT-scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor, luas
ekstensi tumor primer.
2. USG hepar, Foto thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis
jauh.
3. Biopsi
a. FNAB (Fine Needle Apiration Biopsy), dilakukan pada tumor primer
yang metastasis ke kelenjar getah bening leher.
b. Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (>1
cm)
c. Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil ( 1 cm atau kurang)
(Suyatno, 2010).
Pemeriksaan penunjang
1. Biopsi
a. Incisional biopsy
Dengan cara mengambil sampel dari daerah carcinoma dan daerah yang
sehat, sehingga diketahui batas jelas dari carcinoma. Tetapi kejelekannya
adalah pembuluh darah menjadi terbuka, dan ini akan mempermudah
penyebaran dari carcinoma tersebut, sedangkan keuntunganya dapat
mengetahui batas dari carcinoma guna terapi selanjutnya ( Penyinaran ).
Cara biopsy ini dapat dilakukan pada cacinoma lidah yang masih kecil
dengan atau tanpa metastase. Excisi jaringan yang diduga carcinoma
dengan jarak 1 – 1,5 cm dari jaringan sehat. Hasil excisi diletakkan pada
gabus ( maksudnya adalah untuk cukup bersih ). Dengan kasa yang diberi
formalin diletakkan diatas preparat agar preparat tidak melengkung
sehingga topograpi tidakm berubah, kemudian dikirim ke patologi
anatomi. Dipotong menjadi 7 preparat, dan dilihat bagian mana yang
tidak bersih dapat diulang excisinya.Setelah dilakukan pemeriksaan
diatas (incisional biopsi) baru dilakukan pemeriksaan patologi anatomi
untuk menentukan tumor ganas atau bukan.
b. Brush biopsy
Pada prosedur ini, sampel diambil pada permukaan mukosa yang terlihat
abnormal dengan cara mengumpulkan sel epitel mukosa dengan
menggunakan alat berbentuk sikat, menempatkan sampel dalam slide dan
melakukan tindakan fiksasi sebelum membawa jaringan tersebut ke
laboratorium. Tindakan pengambilan sampel dengan skapel dan jarum
biopsi diindikasikan pada kanker yang sudah jelas terlihat, terdapat
kecurigaan yang kuat terhadap lesi atau lesi terdapat pada orang yang
memiliki faktor-faktor resiko kanker mulut. Sedangkan brush biopsi
diindikasikan pad keadaan yang sebaliknya.
c. Teknik cahaya khemoluminesen
Jaringan yang dicurigai sebagai kanker disinari dengan
khemoluminesen setelah sebelumnya diwarnai dengan asam asetat.
Hasilnya akan terlihat gambaran opak ‘acetowhite’ pada jaringan yang
terkena kanker atau jaringan yang abnormal.
I. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan farmakologi
- Typhonium Plus - Alternatif Kanker Pengobatan ( Typhonium
Flagelliforme / Keladi Tikus ekstrak ) Sebagai suplemen alami dapat
membantu untuk memerangi kanker / tumor dan merangsang tubuh
anti. Kanker bukan merupakan salah satu spesifik penyakit . Ini
adalah proses yang dapat mempengaruhi setiap organ tubuh. Tubuh
manusia yang sehat terdiri dari sel-sel yang tumbuh normal yang
melaksanakan proses kehidupan secara normal dan teratur. Sebuah
sel hidup normal dapat, karena alasan berbagai disayangkan,
gilirannya yang abnormal atau kanker. Ini mengalikan dalam tubuh
cepat dan berlebihan, membentuk sekelompok sel pertumbuhan yang
tidak terkendali mengakibatkan pembengkakan. Kemudian sel-sel
abnormal pecah dan menyerang jaringan sekitar dan organ dan
menghancurkan mereka. Dengan setiap pertumbuhan sel sibuk, tidak
terkendali dan teratur, energi tubuh yang disalahgunakan dan
terbuang. Jika ini terus berlanjut dicentang, kematian dapat terjadi.
- Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus adalah tanaman herbal
yang tumbuh di Asia Timur sebagai obat tradisional untuk
memerangi kanker .
- Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus ekstrak dan herbal lainnya
menggabungkan membantu dalam detoksifikasi sistem
darah. Typhonium Plus mengandung ribosom dalam
bertindak protein (RIP), anti oksidan, dan anti kurkumin. Sel
bersama-sama dipicu pada gilirannya menghasilkan mediator yang
merangsang dan memperkuat sel-sel lain dari sistem kekebalan
tubuh untuk memerangi sel-sel kanker. Sejak pertumbuhan sel
kanker adalah reversibel diberikan stimulus kimia yang benar dan
lingkungan, penjelasan ini tidak terlalu mengada-ada.
- Typhonium Plus merupakan kombinasi herbal selektif ekstrak yang
dalam karya sinergi Typhonium Flagelliforme penguatan / Keladi
Tikus. Typhonium Plus Terdaftar POM TR 043 330 391 Departemen
Kesehatan Indonesia
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, nomor
register, tanggal masuk, dan nama penanggung jawab pasien elama dirawat.
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama: Luka pada lidah yang tidak sembuh-sembuh.
2. Riwayat penyakit sekarang: Luka pada lidah yang tidak sembuh-sembuh.
Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekitar yang
megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Tembakau: 80% penderita kanker lidah adalah perokok. Risiko
perokok adalah 5-9 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok.
b. Alkoholisme: peminum berat mempunyai risiko 30 kali lebih besar
dan efeknya sinergis dengan merokok.
c. Infeksi virus dalam rongga mulut: Human papilloma virus (HPV)
khususnya HPV 16 dan HPV 18.
d. Oral hygiene yang jelek.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
2. Pemeriksaan Tanda - Tanda Vital (TTV)
3. Pemeriksaan Head to Toe (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi)
4. Pemeriksaan B1-B6 :
a. B1 (Breathing)
Sesak napas, RR meningkat, penggunaan otot bantu pernafasaan.
b. B2 (Blood)
Takikardia, Hipertensi (nyeri hebat).
c. B3 (Brain)
Gangguan saraf IX & X (penurunan reflek menelan), saraf XII
(gerakan lidah terganggu).
d. B4 (Bladder)
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi
urine, perubahan bising usus, distensi abdomen.
e. B5 (Bowel)
Anoreksia, nafsu makan menurun, nyeri telan, perubahan berat
badan.
f. B6 (Bone)
Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat; adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
2. Risiko Infeksi
N Diagnosa
Tujuan dan
o Keperawata Intervensi
Kriteria Hasil
n
Diagnosa
N Tujuan dan
Keperawata Intervensi
o Kriteria Hasil
n
Klien dapat
mendeskripsi
kan cara
pencegahan
komplikasi
1 23
45
DAFTAR PUSTAKA
Suyatno. 2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto.
http://nurseammar.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-karsinoma-
lidah.html
https://www.scribd.com/doc/306973542/Laporan-Pendahuluan-CA-Lidah
https://www.scribd.com/doc/24130686/LP-Ca_Lidah
https://pdfcoffee.com/lp-ca-lidah-3-pdf-free-html
https://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JIK/article/download/21/12/