FRAKTUR PELVIS
DISUSUN OLEH:
IRDIANY SANDIKA TUHAREA
A1C121002
CI INSTITUSI CI LAHAN
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR PELVIS
DISUSUN OLEH:
Christanti Indriani Pontoh
A1C121009
CI INSTITUSI CI LAHAN
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR PELVIS
A. Pengertian
B. Manifestasi Klinis
1. Nyeri
2. Kehilangan fungsi
C. Patofisiologi
Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang
keras akibat kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan
tulang menjadi patah dan fragmen tulang tidak beraturan atau
terjadi diskontinuitas di tulang tersebut. Pada fraktur tibia dan
fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang
lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada
daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini
mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit maka
sering ditemukan adanya fraktur terbuka.
D. Etiologi
Fraktur tersering disebabkan karena tekanan yang kuat yang
diberikan pada tulang normal atau tekanan yang sedang pada
tulang yang terkena penyakit, misalnya osteoporosis.
Menurut Oswari E, (2011) ; Penyebab Fraktur adalah :
1. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah
tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering
bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung
menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tari kan otot: Patah tulang akibat tarikan otot
sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan
E. Pathway
Komplikasi cidera traktus urinarius kira – kira 10% pada fraktur
pelvis. Biasanya terdapat hematuria. Kemudian, cidera uretra pada
laki – laki biasanya terjadi pada tingkat pars prostatika apeks.
Darah dapat terlihat pada meatus urethtra. Fraktur pubis dapat
teraba pada pemeriksaan rectal dan prostat dapat mengalami
disposisi ke superior dan dikelilingi oleh suatu hematoma yang
empuk. Insersi dari kateter uretra pada pasien- pasien dengan
fraktur pubis ini dengan perdarahan meatus merupakan indikasi
kontra. Diagnosis harus ditegakkan dengan uretrografi retrograde
dan suatu kateter sistotomi suprapubik dipasang jika perlu
drainase kandung kemih.
1. Dini
a. Kehilangan darah
k. Mal union
l. Arthritis
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Tanda : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian
yang terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau
trjadi secara sekunder, dari pembengkakan
jaringan, nyeri)
b. Sirkulasi
Gejala : Hipertensi (kadang-kadang terliha sebagai
responterhadap nyeri/ansietas), atau hipotensi (kehingan
darah).
c. Neurosensori
Gejala : Hilang gerak/sensasi,spasme otot Kebas/kesemutan
(parestesis) Tanda : Demormitas local; angulasi abnormal,
pemendakan,ratotasi,krepitasi (bunyi berderit, spasme otot,
terlihat kelemahan atau hilang fungsi).
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin
terlokalisasi pada arah jaringan/kerusakan tulang dapat
berkurang pada imobilisasi) tak ada nyeri akibat kerusakan
saraf.
e. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Lingkungan cidera
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :
femur 7-8 hari, panggul/pelvis 6-7 hari, lain-lainya 4 hari
bila memerlukan perawatan dirumah sakit. Doengoes, ME
(2000) dalam Daryadi, Muhammad (2011)
I. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d. pergeseran fragmen tulang sekunder fraktur
Setelah rencana tindakan di susun maka untuk selanjutnya adalah pengolahan data dan
kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di susun
tersebut. Dalam pelaksanaan implementasi maka perawat dapat melakukan observasi atau
dapat mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang tindakan yang akan kita lakukan.
K. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi dilakukan dengan
pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa dan planning ).
Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan
keperawatan yang harus dimodifikasi sesui dengan hasil mulai dari awal pengkajian
Gambar
DAFTAR PUSTAKA