Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN


AKTIVITAS AKIBAT PATOLOGIS SISTEM
MUSKULOSKELETAL: FRAKTUR
Anggota Kelompok 4

01 Agatania Rantung
03 Regina Kewas

02 Daniela Antibe 04 Junio Kalengkongan


Konsep Dasar Penyakit

Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, baik bersifat


total maupun sebagian yang ditentukan berdasarkan jenis dan
luasnya. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
oleh tulang. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsi. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas
tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /
osteoporosis.
Etiologi

 Cidera Atau Benturan


 Fraktur Patologik
 Fraktur Beban
Manifestasi Klinis
 Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi, spasme otot
yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan
gerakan antar fragmen tulang.

 Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak
alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya, pergeseran fragmen pada fraktur menyebabkan
deformitas.

 Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat di atas dan bawah tempat fraktur.

 Saat ekstermitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan krepitus
yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.

 Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau
hari setelah cedera
Klasifikasi

a. Berdasarkan tempat Fraktur

b. Berdasarkan komplit atau tidak klomplit fraktur:

c. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah

d. Berdasarkan posisi fragmen

e. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

f. Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma

g. Berdasarkan kedudukan tulangnya

h. Berdasarkan posisi fraktur

i. Fraktur kelelahan

j. Fraktur patologis
Komplikasi

Fraktur dapat menimbulkan komplikasi yang bisa terjadi segera atau yang
lambat, sebagai berikut:

1. Komplikasi Segera di dalamnya ada: Kerusakan arteri, Syndrome


konpartmen, Sindrome embolime lemak, Infeksi, Syok, Nekrosis vascular

2. komplikasi Lambat di dalamnya ada : Delayed union, Nonunion,


Malunion
Patofisiologi

Fraktur merupakan gangguan pada


Ketika patah tulang, terjadi
tulang yang disebabkan oleh
kerusakan di korteks, pembuluh
trauma, stress, gangguan fisik,
darah, sumsum tulang dan
gangguan metabolic, dan proses
jaringan lunak. Akibat dari hal
patologis. Keparahan dari fraktur
tersebut terjadi perdarahan,
tergantung pada gaya yang
kerusakan tulang dan jaringan
menyebabkan fraktur. Saat terjadi
sekitarnya. Keadaan ini
fraktur, otot yang melekat pada
menimbulkan hematom pada
ujung tulang dapat terganggu.
kanal medul antara tepi tulang
Setelah terjadi fraktur, periosteum,
bawah periostrium dengan
pembuluh darah dan saraf
jaringan tulang yang mengatasi
dikorteks serta sumsum tulang dari
fraktur
tulang yang patah juga terganggu.
Penatalaksanaan Medis

1. Reduksi Reduksi
Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk
pen, kawat, sekrup, plat dan paku.

2. Imobilisasi .
3. Cara Pembedahan
Imobilisasi dapat dilakukan yaitu pemasangan screw dan
dengan metode eksterna dan plate atau dikenal dengan pen
interna. Mempertahankan dan merupakan salah satu bentuk
mengembalikan fungsi status reduksi dan imobilisasi yang
neurovaskuler selalu dipantau dikenal dengan Open Reduction
meliputi peredaran darah, nyeri, and Internal Fixation (ORIF)
perabaan dan gerakan.
Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi,


dan luasnya
 Pemeriksaan jumlah darah lengkap; penurunan Jumlah Hb
menunjukkan perdarahan hebat. Selain itu peningkatan
jumlah leukosit dapat terjadi sebagai respon terjadinya
inflamasi atau infeksi. Hematokrit mungkin meningkat atau
menurun
 Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
 Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
kliens ginjal
 CT/MRI Scan; memperlihatkan fraktur lebih jelas, dan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
 Profil koagulasi; perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah dan transfusi
Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

 Identitas Pasien
 Keluhan Utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat peyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
 Pemriksaan fisik
 Pola fungsi kesehatan
Diagnosis Keperawatan

 Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat serta
sulit tidur.
 Risiko infeksi d.d efek prosedur invasih;pembedahan
 Risiko hipovolemia d.d kehilangan cairan secara aktif
 Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular d.d mengeluh sulit
untuk menggerakkan ekstremitas, tampak kekuatan otot menurun, Rentang
gerak(ROM) menurun
Intervensi

1. Diagnosis Keperawatan
Nyeri Akut b.d agen pencedera
fisik (prosedur operasi) d.d
mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah,
frekuensi nadi meningkat serta
sulit tidur.
Tujuan Dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x
24 jam, maka Tingkat Nyeri menurun, dengan
kriteria hasil :
• Keluhan nyeri menurun
• Meringis menurun
• Sikap protektif menurun
• Gelisah menurun
• Kesulitan tidur menurun
• Frekuensi nadi meningkat
Intervensi
Manajement Nyeri

Edukasi:
• Identifikasi lokasi, karateristik, durassi, frekuensi, kualitas , dan
intensitas nyeri.
• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi respons nyeri non verbal
• Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
• Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
• Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
• Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:

• Berikan teknik nonfarmologis untuk mengurangi rasa nyeri

• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

• Fasilitas istirahat tidur

• Pertimbangan jenis dan sumber nyeri didalam pemilihan strategi

meredakan nyeri
Edukasi :

• Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :

• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


2. Diagnosis keperawatan
Risiko infeksi d.d efek prosedur invasih;pembedahan

Tujuan Dan Kriteria Hasil :


Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam,
maka Tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil:

• Demam menurun
• Kemerahan menurun
• Nyeri menurun
• Bengkak menurun
• Kultur area luka membaik
Intervensi
Menejemen Imunisasi/Vaksinasi

Observasi :
• Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
• Identifikasi konraindikasi pemberian imunisasi (mis. Reaksi anafilaksis
terhadap vaksin sebelumnya dan atau sakit parah dengan atau tanpa
demam)
• Indentifikasi stats imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan

Terapeutik :
• Dokumentasi informasi vaksinasi (mis. Nama produsen, tanggal
kadaluarsa)
• Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi :
• Jelaskan tujuan, manfaat,reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek samping
• Informasikan Imunisasi yang diwajibkan pemerintah (mis. Hepatitis B, BCG,
difteri,tetanus,pertusis, H. influenza, polio, campak, measles, rubella.)
• Infomasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan pemerintah (mis. Influenza, pneumokokus)
• Informasikan faksinsi untuk kejadian kusus (mis. Rabies,tetanus)
• Informasikan penyedia layana pecan imunisasi nasional yang menyediakan
vaksin gratis
3. Diagnosis Keperawatan
Risiko hipovolemia d.d kehilangan cairan secara aktif

Tujuan dan Kriteria Hasil:


Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam,
maka status cairan membaik dengan kriteria hasil:
• Frekuensi nadi membaik
• Tekanan darah membaik
• Tekanan nadi membaik
• Turgor kulit membaik
Intervensi
Manajement Hipovolemia

Observasi :
• Periksa tanda dan gejala hipovelemia (mis. Fekuensi nasi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgorn kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine
menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)
• Monitor intake dan output cairan

Terapeutik :
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan posisi modified trendelenburg
• Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
• Anjurkan memeprbanyak asupan cairan oral
• Anjurkan menghidari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCL, RL)
• Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glikosa 2,5%, NaCL 0,4 )
• Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
• Kolaborasi pemberian produk darah.
4. Diagnosa Keperawatan

Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan

neuromuskular d.d mengeluh sulit untuk

menggerakkan ekstremitas, tampak

kekuatan otot menurun, Rentang gerak

(ROM) menurun.
Tujuan dan Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka

mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil:

• Nyeri menurun

• Kecemasan menurun

• Kelemahan fisik menurun

• Kekuatan otot menngkat

• Pergerakan ekstremitas meningkat


Intervensi

Observasi :
• Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
• Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
• Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
• Monitor kondisiumum selama melakukan ambulasi

Terapeutik :
• Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)
• Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
• Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulsi
Edukasi :
• Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
• Anjurkan melakukan ambulsi dini
• Anjurkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana


intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik
yaitu membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
keep the bone immobilized
The splints protect only one side and
Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan merupakan fase akhir

dari proses keperawatan. Hal-hal yang

dievaluasikan adalah keakuratan, kelengkapan,

kualitas 24 data, teratasi atau tidaknya masalah

klien, dan pencapaian tujuan serta ketepatan

intervensi keperawatan
THANKS

Anda mungkin juga menyukai