01 Agatania Rantung
03 Regina Kewas
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak
alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya, pergeseran fragmen pada fraktur menyebabkan
deformitas.
Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Saat ekstermitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan krepitus
yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau
hari setelah cedera
Klasifikasi
i. Fraktur kelelahan
j. Fraktur patologis
Komplikasi
Fraktur dapat menimbulkan komplikasi yang bisa terjadi segera atau yang
lambat, sebagai berikut:
1. Reduksi Reduksi
Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk
pen, kawat, sekrup, plat dan paku.
2. Imobilisasi .
3. Cara Pembedahan
Imobilisasi dapat dilakukan yaitu pemasangan screw dan
dengan metode eksterna dan plate atau dikenal dengan pen
interna. Mempertahankan dan merupakan salah satu bentuk
mengembalikan fungsi status reduksi dan imobilisasi yang
neurovaskuler selalu dipantau dikenal dengan Open Reduction
meliputi peredaran darah, nyeri, and Internal Fixation (ORIF)
perabaan dan gerakan.
Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian
Identitas Pasien
Keluhan Utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat peyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Pemriksaan fisik
Pola fungsi kesehatan
Diagnosis Keperawatan
Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat serta
sulit tidur.
Risiko infeksi d.d efek prosedur invasih;pembedahan
Risiko hipovolemia d.d kehilangan cairan secara aktif
Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular d.d mengeluh sulit
untuk menggerakkan ekstremitas, tampak kekuatan otot menurun, Rentang
gerak(ROM) menurun
Intervensi
1. Diagnosis Keperawatan
Nyeri Akut b.d agen pencedera
fisik (prosedur operasi) d.d
mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah,
frekuensi nadi meningkat serta
sulit tidur.
Tujuan Dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x
24 jam, maka Tingkat Nyeri menurun, dengan
kriteria hasil :
• Keluhan nyeri menurun
• Meringis menurun
• Sikap protektif menurun
• Gelisah menurun
• Kesulitan tidur menurun
• Frekuensi nadi meningkat
Intervensi
Manajement Nyeri
Edukasi:
• Identifikasi lokasi, karateristik, durassi, frekuensi, kualitas , dan
intensitas nyeri.
• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi respons nyeri non verbal
• Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
• Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
• Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
• Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
meredakan nyeri
Edukasi :
Kolaborasi :
• Demam menurun
• Kemerahan menurun
• Nyeri menurun
• Bengkak menurun
• Kultur area luka membaik
Intervensi
Menejemen Imunisasi/Vaksinasi
Observasi :
• Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
• Identifikasi konraindikasi pemberian imunisasi (mis. Reaksi anafilaksis
terhadap vaksin sebelumnya dan atau sakit parah dengan atau tanpa
demam)
• Indentifikasi stats imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik :
• Dokumentasi informasi vaksinasi (mis. Nama produsen, tanggal
kadaluarsa)
• Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi :
• Jelaskan tujuan, manfaat,reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek samping
• Informasikan Imunisasi yang diwajibkan pemerintah (mis. Hepatitis B, BCG,
difteri,tetanus,pertusis, H. influenza, polio, campak, measles, rubella.)
• Infomasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan pemerintah (mis. Influenza, pneumokokus)
• Informasikan faksinsi untuk kejadian kusus (mis. Rabies,tetanus)
• Informasikan penyedia layana pecan imunisasi nasional yang menyediakan
vaksin gratis
3. Diagnosis Keperawatan
Risiko hipovolemia d.d kehilangan cairan secara aktif
Observasi :
• Periksa tanda dan gejala hipovelemia (mis. Fekuensi nasi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgorn kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine
menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)
• Monitor intake dan output cairan
Terapeutik :
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan posisi modified trendelenburg
• Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
• Anjurkan memeprbanyak asupan cairan oral
• Anjurkan menghidari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCL, RL)
• Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glikosa 2,5%, NaCL 0,4 )
• Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
• Kolaborasi pemberian produk darah.
4. Diagnosa Keperawatan
(ROM) menurun.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
• Nyeri menurun
• Kecemasan menurun
Observasi :
• Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
• Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
• Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
• Monitor kondisiumum selama melakukan ambulasi
Terapeutik :
• Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)
• Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
• Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulsi
Edukasi :
• Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
• Anjurkan melakukan ambulsi dini
• Anjurkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
Implementasi
intervensi keperawatan
THANKS