Anda di halaman 1dari 33

(Keperawatan Medikal Bedah)

Fraktur Lumbal

Kelompok 7 :
1. Rizky Kurnia (1301021034)
2. Siswanto (1301021053)
3. Ustman Ali (1301021055)
Anatomi tulang belakang

Tulang belakang manusia adalah pilar atau


tiang yang berfungsi sebagai penyangga tubuh
dan melindungi sumsum tulang belakang. Pilar
itu terdiri atas 33 ruas tulang belakang yang
tersusun secara segmental yang terdiri atas 7
ruas tulang servikal (vertebra servikalis), 12
ruas tulang torakal (vertebra torakalis), 5 ruas
tulang lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang
sakral yang menyatu (vertebra sakral), dan 4
ruas tulang ekor (vertebra koksigea).
Pengertian Fraktur

Fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik


dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang.
•Menurut Smeltzer (2002) fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya.
•Menurut Sjamsuhidayat (2005) fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulaang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (trauma).
Klasifikasi Fraktur

1. Sudut patah
a. Fraktur transversal adalah frktur yang
patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang
b.Fraktur oblik adalah fraktur yang garis
patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
c. Fraktur spiral adalah timbul akibat torsi
ekstremitas
2. Fraktur multipel pada satu tulang
3. Fraktur segmental adalah dua fraktur yang
berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.
4. Fraktur kominuta adalah serpihan-serpihan atau
terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari
dua fragmen tulang.
5. Fraktur impaksi
6. Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang
menumbuk (akibat tubrukan)tulang ketiga yang
berada diantaranya, seperti satu vertebra
dengan dua vertebra lainnya. Seperti pada fraktur
pelvis, fraktur servikal,
7. fraktur lumbalis , dimana yang menyebabkan pasien
dapat secara cepat menjadi syok hipovolemik.
8. Fraktur patologik adalah terjadi pada daerah tulang
yang menjadi lemah akibat adanya tumor/prose
patologik lainnya.
9. Fraktur beban/kelelahan
10. Fraktur greenstick adalah fraktur tidak sempurna
biasa terjadi pada anak-anak
11. Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang
pada tempat insersi tendon ataupun ligamen.
12. Fraktur sendi
Pengertian fraktur lumbal

Fraktur lumbal adalah kerusakan pada tulang


belakang akibat trauma. Yang biasa disebabkan
oleh kecelakaan ataupun jatuh, dan perilaku
kekerasan juga.
Manifestasi klinis fraktur lumbal

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangya


fungsi, deformitas, pemendekan eksteremitas,
krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna
(Smeltzier, 2002) sedangkan menurut Reeves (2001)
adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk.
• Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai
fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang
menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
• Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak
dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)
bukannya tetap rigid seperti normalnya.
• Pembengkakan dan perubahan warna lokal
pada kulit terjadi sebagian akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda bisa
baru terjadi setelah beberapa jam atau sehari
setelah cedera.
Etiologi Fraktur lumbal
Menurut Arif Muttaqin (2005, hal:98), penyebap
dari cidera fraktur lumbal adalah:

• Kecelakaan lalu lintas


• Kecelakaan olahraga
• Kecelakaan industri
• Kecelakaan lain seperti : jatuh dari pohon/
bangunan
• Luka tusuk
• Trauma
• Kejatuhan benda keras yang mengenai tulang
belakang
• Benturan atau cidera
• Kelemahan tulang
• Malnutrisi karena terjadi defisit kalsium pada
tulang sehingga tulang rapuh
Patofisiologi
Akibat suatu trauma mengenai tulang
belakang, jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu
lintas, kecelakaan olahraga, mengakibatkan
patah tulang belakang : paling banyak servikalis
dan lumbalis. Fraktur dapat berupa patah tulang
sederhana, kompresif , kominutif, dan dislokasi,
sedangkan sumsum tulang belakang dapat
berupa memar, kontosio, kerusakan melintang,
laserasi atau tanpa gangguan peredaran darah,
blok saraf parisimpatis pelepasan mediator
kimia, kelumpuhan otot pernafasan respon nyeri
hebat dan akut anstesi. Iskemia dan hipoksemia
syok spinal gangguan fungsi rektum, kandung
kemih. Gangguan kebutuhan gangguan rasa
nyaman, nyeri, oksigen dan potensial
komplikasi, hipotensi, bradikardia, gangguan
eliminasi.
WOC fraktur lumbal
Komplikasi yang terjadi pada
fraktur lumbal

• Syok
• Sindrom emboli lemak
• Sindroma Kompartement
• Kerusakan Arteri
• Avaskuler nekrosis
shyndrom Kompartemen

Sindrom kompartemen adalah masalah medis


akut yg menyertai cidera,pembedahan atau pada
kebanyakan kasus penggunaan otot berulang dan
meluas yang mana meningkatkan tekanan
(biasanya di sebabkan oleh radang) dalam ruang
yang tertutup (kompartemen vacia) pada tubuh
dengan suplai darah yang tidak memadai tanpa
terapi bedah yang tepat hal ini mungkin
menyebabkan kerusakan saraf dan kematian otot.
Keterkaitan sindroma
kompartemen terhadap fraktur
Sindroma kompartemen adalah suatu sindrom
yang terjadi karena beberapa hal, bias disebabkan
oleh fraktur, di mana terjadi peningkatan tekanan
intrakompartemen sehingga terjadi iskemia jaringan.
Peningkatan tekanan ini disebabkan olehterisinya
cairan ke dalam kompartemen (fascia), dan tidak
diikuti oleh pertambahan luas/volume kompartemen
itu sendiri. Cairan tersebut dapat berupa darah atau
edema yang disebabkan oleh fraktur.
Dengan meningkatnya tekanan intrakompartemen
(interstitial) yang melampaui tekanan perfusi kapiler
(pembuluh darah), akan menyebabkan aliran darah yang
seyogyanya mensuplai oksigen dan nutrisi ke jaringan
menjadi tidak adekuat (kolaps).
Hal ini akan memicu terjadinya iskemia jaringan, yang
menyebabkan edema sehingga tekanan intrakompartemen
tersebut akan semakin meningkat. Bila hal ini tidak diatasi,
maka iskemia yang terjadi akan menimbulkan kematian
jaringan dan nekrosis, yang pada akhirnya dapat
mengancam nyawa.
Secara umum terdapat beberapa tanda (sign) untuk
sindroma kompartemen, yang disingkat menjadi 5P:
1. Pain (nyeri), yang sering ditemukan dan terjadi di
awal sindrom
2. Parestesia, yaitu gangguan pada saraf sensorik
3. Paralisis, yaitu gangguan motorik yang ditemukan
setelah beberapa waktu
4. Pallor, yaitu pucat pada kulit akibat berkurangnya
suplai darah
5. Pulselessness, yaitu kehilangan denyut arteri
Penatalaksanaan
Menurut Muttaqim, (2008 hlm.111)
penatalaksanaan pada trauma tulang belakang
yaitu :

• Pemeriksaan klinik secara teliti:


• Pemeriksaan neurologis secara teliti tentang
fungsi motorik, sensorik, dan refleks.
• Pemeriksaan nyeri lokal dan nyeri tekan serta
kifosis yang menandakan adanya fraktur
dislokasi.
• Keadaan umum penderita.
• Penatalaksanaan fraktur tulang belakang:
• Resusitasi klien.
• Pertahankan pemberian cairan dan nutrisi.
• Perawatan kandung kemih dan usus.
• Mencegah dekubitus.
• Mencegah kontraktur pada anggota gerak serta
rangkaian rehabiIitasi lainnya.
Pemeriksaan Diagnostik

• Foto Polos
• CT Scan
• MRI
• Elektromiografi dan Pemeriksaan Hantaran
Saraf
Asuhan Keperawatan
• Keluhan utama :
nyeri (pada area fraktur), kerusakan integritas kulit, dan
gangguan mobilitas, kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas,
nyeri tekan otot, hiperestesia tepat di atas daerah trauma, dan
deformitas pada daerah trauma.
• Keluhan penyakit sekarang:
Kaji adanya riwayat trauma tulang belakang (faktor pencetus
terjadinya fraktur)
• Riwayat penyakit dahulu.
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
penyakit degeneratif pada tulang belakang, seperti
osteoporosis dan osteoartritis.
Pemeriksaan fisik

1. Pernafasan
a. Inspeksi.
b.Respirasi paradoks (retraksi abdomen saat inspirasi).
c. Palpasi.
d.Perkusi.
e. Auskultasi
2. Kardiovaskular
3. Persyarafan
f. Tingkat kesadaran
g.Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan diagnostik

1. Foto Polos
2. CT Scan
3. MRI
4. Elektromiografi dan Pemeriksaan Hantaran Saraf
5. pemeriksaan radiologi (pemeriksaan rontgen)
Diagnosa , Intervensi dan Rasional
keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang,


gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat
traksi/ immobilisasi, stress, ansietas.
• Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatanklien mampu
beradaptasi dengan nyeri yang di alami.
• Kriteria hasil : nyeri berkurang atau hilang, klien tampak tenang.
• Intervensi :
1.Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
2.Kaji tingkat intensitas dan frekuensi nyeri
3.Jelaskan pada klien penyebab nyeri
4.Observasi tanda-tanda vital
• Rasional :
1.hubungan yang baik membuat klien dan keluarga
kooperatif
2.tingkat intensitas nyeri dan frekwensi
menunjukan skala nyeri
3.memberikan penjelasan akan menambah
pengetahuan klien tentang nyeri untuk
mengetahui perkembangan klien
4.Untuk mengetahui perkembangan klien
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/
ketidaknyamanan, kerusakan musculoskeletal, terapi
pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.

•Tujuan : pasien akan menunjukan tingkat mobilitas optimal


•Kriteria hasil : klien mampu melakukan pergerakan dan
perpindahan, mempertahankan mobilitas optimal yang dapat
ditoleransi dengan karakteristik :
 0 = mandiri penuh
 1 = memerlukan alat bantu
 2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan
pengawasan danpengajaran.
 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu
 4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
• Intervensi :
1.Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan
peralatan.
2.Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
3.Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu
atau ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan
pasif
4.Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
• Rasional :
1.Mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2.mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktifitas
apakah karena ketidakmampuan atau ketidakmauan.
3.menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
4.sebagai suatu sumber untuk mengembangkan perencanaan
dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas pasien.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan
fungsi tubuh.

• Tujuan : memperbaiki konsep diri


• Kriteria hasil : pasien tidak minder dan malu dengan
keadaan sekarang
• Intervensi :
1. Kaji respon dan reaksi pasien serta keluarga terhadap
penyakit dan penangananya
2. Kaji hubungan pasien dengan anggota keluarganya
3. Kaji pola koping pasien dan keluarga pasien
4. Diskusikan peran memberi dan menerima kasih sayang,
kehangatan dan kemesraan.
• Rasional :
1.Mengetahui bagaimana tanggapan pasien dan
keluarga terhadap penyakitnya sekarang.
2.Mengetahui adanya masalah dalam keluarga.
3.Mengetahui cara penyelesaian masalah dalam
keluarga
4.seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi
tiap individu tergantung pada tahap maturasi
Daftar Pustaka
1. (askep pada klien dngn gangguan musculoskeletal
penrbt;Jakarta salemba medika, 2011 ,Ns. Lukman,
S.kep,.M.M. dan Nurna ningsih, S.Kp.)
2. (ilmu bedah.edisi 7.buku kedokteran egc.theodore r.
schrock, md.1992.jakarta)
3. (bedahumum-fkunram.blogspot.in/2009/02/fraktur-
vertebra.html?m=1)
4. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-
nurhidayah-6731-2-babii.pdf
5. jrpatrickgaskins.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-
pada-tn-s-dengan.html
Thank you ..

Anda mungkin juga menyukai