Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal,
jasmani, harta, dan keturunannya. Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan
dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa islam amat kaya tentang tuntunan
kesehatan.

Kesehatan merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan, islam pun memberikan
penjelasan-penjelasan lewat Al-Quran maupun hadits yang berkaitan tentang pentingnya
kesehatan. Firman Allah berkaitan tentang menjaga kesehatan. Artinya: “Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222).

Profesi keperawatan memiliki paradigma tentang holistic care dalam pemberian asuhan
keperawatan dengan mempertimbangkan unsur atau variabel body, mind and spirit dalam
pelayanan yang diberikan. Selain hal tersebut, saat ini bidang garap ilmu keperawatan di
beberapa literatur semakin tertarik untuk mengkaji hubungan ketiga variabel tadi
dikaitkan dengan status kesehatan.(Van Dover & Bacon, 2006).

Spiritualitas adalah suatu keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa,
Maha Pencipta (Hamid, 1999). Keyakinan spiritual akan berupaya mempertahankan
keharmonisan, keselarasan dengan dunia luar. Berjuang untuk menjawab atau
mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi penyakit fisik, stres emosional,
keterasingan sosial, bahkan ketakutan menghadapi ancaman kematian.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling lama berada disamping klien, tugas
utamanya adalah mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia. Memberikan bantuan asuhan keperawatan mulai dari tingkat sistem organ
fungsional sampai molekuler, untuk memenuhi kebutuhan dan kemandirian klien dalam
merawat dirinya. Idealnya, seluruh komponen kebutuhan dasar manusia menjadi fokus
kajian utama dalam menentukan ruang lingkup pekerjaan profesi (Yusuf, 2015).

Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang
menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehatan seutuhnya (WHO, 1984). Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau

1
keyakinan spiritual adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Dimensi
spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua pasien.

Spiritualitas yang mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhan-Nya dengan


menggunakan istrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari,
2002), memiliki konsep yang lebih umum mengenai keyakinan seseorang. Terlepas dari
prosesi ibadah yang dilakukan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan tersebut
(Hawari, 2002). Spiritual care adalah pelayanan sejati yang tumbuh dari jiwa yang sudah
memaknai arti kehidupan (Covey, Stepen R, 2005). Menurut penulis spiritual adalah
suatu keyakinan yang diyakini terhadap Allah SWT sehingga tercipta hubungan
komitmen terhadap sang pencipta-Nya.

Selama melaksanakan asuhan keperawatan spiritual ini perawat dituntut untuk mampu
hadir secara fisik maupun psikis dimanifestasikan dalam mendengarkan dengan aktif,
sikap empati melalui komunikasi terapeutik (Taylor, 2002) dan memfasilitasi ibadah
praktis (Baldacchino 2002), membantu pasien untuk menginterospeksi diri
(Taylor,2005), merujuk kepada rohaniwan jika pasien membutuhkan (Courtney Seller &
Haag 1998, Halm et al 2002, Baldacchino, 2006).

Oleh sebab itu maka perawat sangat penting memiliki pengetahuan yang mumpuni
tentang perawatan spiritual agar terbentuk persepsi yang baik tentang pentingnya
pemberian asuhan keperawatan spiritual muslim.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah keperawatan islam?
2. Apa pengertian keperawatan?
3. Apa pengertian asuhan keperawatan spiritual?
4. Apa saja komponen-komponen asuhan keperawatan spiritual?
5. Bagaimana fakta atau data atau hasil penelitian tentang asuhan keperawatan
spiritual?
6. Apa saja solusi permasalahan pasien terkait asuhan keperawatan islam?

C. TUJUAN
Pada penulisan kami ini memberikan sebuah penjelasan tentang asuhan keperawatan
dalam islam agar kita sebagai seorang muslim dapat mengaplikasikan dalam praktik
keperawatan. Selain itu penulisan ini kami buat untuk memenuhi tugas Al-islam 4.

2
Demikianlah penulisan ini kami buat semoga bermanfaat bagi semuanya terkhusus bagi
pembaca.
D. Manfaat
1. Secara Teoritis
Manfaat penulisan ini akan membawa manfaat sebagai sebuah ulasan yang memberikan
penjelasan secara ringkas tentang Asuhan kperawatan spiritual yang dalam lingkup ini
kita membahas keperawatan dalam islam. Penulisan ini dapat dijadikan sebagai data,
informasi dan juga menjadi referensi tambahan bagi para pengelola rumah sakit serta
bagi siapa saja yang memiliki minat terhadap kajian dan pembahasan tentang konsep
pelayanan kesehatan yang Islami di rumah sakit.
2. Secara Praktik
Sebagai bahan tambahan informasi dalam menerapkannya pada pasien secra langsung.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Sejarah Keperawatan Islam

Untuk dunia keperawatan seorang tokoh muslimah yang ikut membantu rasul untuk
mengobati kaum muslimin yang terluka yang bernama Rufaidah Binti Sa’ Ad Al-
Asalmiya, Ummu Attiyah, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh ilmu pengetahuan dan
keperawatan lainnya baik dijaman rasul maupun sesudah kerasulan.

Banyak perawat-perawat muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa’ ad, mereka lebih
mengenal tokoh keperawatan yang berasal dari dunia barat yaitu Florence Nighttingale
seorang tokoh keperawatan yang berasal dari Inggris. Apabila kita mau menelaah lebih
jauh lagi ke belakang jauh sebelum agama Islam menyentuh dunia barat, dunia barat
saat itu mengalami masa kegelapan dan kebodohan di karenakan kebijakan dari pihak
gereja yang lebih banyak menguntungkan mereka, tapi disisi lain di belahan dunia
lainnya yaitu Jazirah Arab di mana Islam telah diajarkan oleh Rasulullah ilmu
pengetahuan mengalami kemajuan terutama dalam dunia keperawatan. Bukan berarti
rasul menjadi seorang tabib tapi dalam ajaran Islam yang beliau sampaikan
mengandung ajaran dan nilai-nilai kesehatan seperti: pentingnya menjaga kebersihan
diri (Personal Hygiene), menjaga kebersihan makanan, mencuci tangan, ibadah puasa,
berwudhu dan lain sebagainya.

Rufaidah binti Sa’ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al Bani Aslam Al-
Khazraj yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yatsrib dan termasuk kaum Ansar yaitu
suatu golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Ayahnya seorang dokter
dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah
berkembang Rufaidah mengabdikan dirinya merawat kaum muslimin yang sakit dan
membangun tenda di luar Mesjid Nabawi saat dalam keadaan damai. Dan saat perang
Badar, Uhud, Khandaq, dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka
akibat perang. Dia juga mendirikan Rumah Sakit lapangan sehingga terkenal saat
perang dan Rasulullah SAW juga memerintahkan agar para korban yang terluka di
bantu olehnya.

Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat dan dalam
perang Khibar mereka meminta ijin kepada rasul untuk ikut di garis belakang

4
pertempuran untuk merawat mereka yang terluka dan rasul pun mengijinkannya. Inilah
dimulainya awal mula dunia medis dan dunia keperawatan.
Rufaidah juga memberikan perhatian terhadap aktifitas masyarakat, kepada anak yatim,
penderita gangguan jiwa, beliau mempunyai kepribadian yang luhur danempati
sehingga memberikan pelayanan keperawatan kepada pasiennya dengan baik dan teliti.
Sentuhan sisi kemanusiaan ini penting bagi seorang perawat (nurse), sehingga sisi
tekhnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) jadi seimbang.

2. Keperawatan

Pengertian keperawatan menurut Abdellah, F.G. (1960) “Nursing is based upon art and
science which would the attitudes, intellectual competencies and technical skills of the
individual nurse into the desire and ability to help people sick or well cope with their
health needs, and may be carried out under general of specific medical direction.”

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar


yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalamí gangguan
fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada
individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang
dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam, 2008). Menurut keislaman adalah suatu
manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan professional dan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan dan amal.

Keperawatan Islam digali nilai-nilai agama Islam dalam keperawatan dari sumber yang
merupakan keyakinan umat Islam yaitu Alqur’an dan Hadist. Karena nilai-nilai Islam
adalah universal maka untuk dapat mengembangkan Keperawatan yang Islami harus
dimulai pada tataran falsafah atau keyakinan yang paling tinggi dalam profesi
keperawatan yaitu “Paradigma Keperawatan Islam”.

Paradigma keperawatan Islam adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai dan
konsep-konsep dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang melaksanakan
sepenuhnya prinsip dan ajaran Islam. Paradigma keperawatan Islam dibangun melalui
empat komponen besar yaitu: Manusia dan kemanusiaan, lingkungan, sehat dan
kesehatan serta keperawatan (Ade, 2013)

B. Asuhan keperawatan Spiritual

5
Asuhan keperawatan spiritual islami adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk
pelayanan profesional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasari pada keimanan, keilmuan, dan amal (Kozieret al, 2010).

Hubert (1963, dalam Nelson, 1997): asuhan spiritual sebagai cara-cara dalam membantu
pasien untuk memahami lebih baik makna/arti dan tujuan hidup, memberikan
keyakinannya pada Tuhan, meningkatkan kapasitas pasien untuk mencintai, dan
memberikan dukungan lebih jauh dalam nilai-nilai spiritual.

Adapun kriteria pencapaian hasil dari asuhan keperawatan spiritual ini adalah
meningkatnya pengetahuan tentang praktik ibadah pada orang sakit, meningkatnya
praktik ibadah ritual, stabilitas emosi, memiliki keterampilan interaksi sosial yang baik,
memiliki harapan,kesejahteraan spiritual,hidup yang berkualitas serta mencapai kematian
yang khusnul khatimah.

Peran perawat dalam asuhan spiritual dilakukan melalui:

a) Peran pendampingan (accompanying),


b) Pemberian bantuan (helping), –pemberian bantuan (helping),
c) Kehadiran (presencing),
d) Penghargaan (valuing),
e) Peran sebagai perantara (intercessory roles) (Virginia Henderson International
Nursing Library (2008)

Menurut Peterson (2007) dalam Spiritual Care Rohman Azzam tahun 2016, Peran
perawat terkait dengan asuhan spiritual adalah mengidentifikasi kebutuhan spirutual
klien melalui pengkajian (assessment), klien melalui pengkajian (assessment),
merumuskan diagnosa keperawatan terkait kebutuhan spiritual, merencanakan,
melakukan intervensi dan melakukan evaluasi terhadap kebutuhan spiritual klien.

C. Komponen-Komponen Asuhan Keperawatan Spiritual

Asuhan keperawatan spiritual yang berorientasi Islam ini diawali dengan pengkajian
meliputi konsep klien tentang Tuhan, sumber kekuatan atau harapan, praktek religius dan

6
hubungan antara keyakinan spiritual dengan status kesehatan. Hasil pengkajian akan
menjadi dasar dalam merencanakan keperawatan spiritual, diantaranya meningkatkan
pengetahuan tentang praktik ibadah pada orang sakit, meningkatkan kegiatan ibadah
ritual, konseling, klarifikasi nilai, dukungan Emosi/Emotional Support, dukungan
Spiritual/Spiritual Support, memfasilitasi peningkatan Spiritual, dying Care,
meningkatkan harapan serta dukungan kelompok. Perencanaan yang dibuat kemudian
diimplementasikan dan dievaluasi berdasarkan observasi perawat (Puspita Inggriane,
2009).

1. Pengkajian
Pengkajian spiritual pasien muslim Pengkajian spiritual pasien muslim dilakukan
meliputi aspek dibawah ini :

a. Praktik Ibadah Dalam aspek ini pengkajian meliputi : kebiasaan beribadah


pasien sebelum dan setelah sakit seperti thaharah, sholat, membaca Al-Qur’an,
kebiasaan berdo’a, bantuan yang dibutuhkan pasien saat sakit terkait aspek
ibadahnya.

b. Keterkaitan antara spiritual, sehat dan realita sakit Keyakinan spiritual sangat
penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan prilaku
keperawatan diri klien (clien self care). Fokus pengkajian meliputi persepsi
sehat dan sakit pasien, sakit yang paling mengganggu, perasaan ketika sakit,
tindakan kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan pasien, serta keyakinan
untuk sembuh.

c. Sumber dukungan Saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan
agamanya. Sumber kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan
sakitnya khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan waktu penyembuhan
yang lama serta makna dukungan tersebut bagi pasien. Sumber dukungan dapat
diperoleh pasien melalui perhatian dari keluarga maupun masyarakat yang
menjadi komunitasnya serta jenis dukungan spiritual yang dibutuhkan pasien.
d. Konsep Ketuhanan Meliputi perasaan terhadap Allah SWT saat ditimpa sakit
atau penderitaan, makna hidup serta sumber kekuatan dam harapan

Metode yang di gunakan dalam pengkajian spiritual kliean adalah dengan;

a. Wawancara

7
1) Kepercayaan terhadap Tuhan
2) Pentingnya ibadah pada klien
3) Apakah ada perubahan di dalam kepercayaan atau ibadahnya akhir-akhir
ini?
4) Apakah kepercayaan/agam yang dimiliki memberikan adanya harapan,
ketenangan atau rasa bersalah, malu takut atau marah?
5) Apakah dengan kondisi sakit berpengaruh terhadap kepercayaan/ibadah?
6) Apakah cara yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan?
b. Obeservasi Klinis
1) Perilaku klien
Amati perilaku pasien:
(a) Tampak berdoa sebelum/sesudah makan/waktu lainnya
(b) Tampak membaca literatur keagamaan
(c) Ekspresi kemarahan pada representasi keagamaan atau pada Tuhan
2) Verbal
Menyebut tentang Tuhan/kekuatan Maha Tinggi.
(a) Mengucapkan doa-doa
(b) Membicarakan keimanan/keyakinan, masjid, gereja, sinagog, kuil,
pemimpin spiritual atau keagamaan, atau topik-topik keagamaan M
(c) engungkapan kunjungan pemuka agama • Mengungkapan kunjungan
pemuka agama
(d) Mengungkapkan berkunjung ke/dari tempat ibadah
(e) Ekspresi ketakutan akan kematian
(f) Konsen dengan makna kehidupan
(g) Mengungkapkan konflik internal tentang keyakinan keagamaan
(h) Menanyakan tentang keberadaan di dunia
(i) Menanyakan makna tentang penderitaan
(j) Membicarakan implikasi etika dan moral dari terapi
3) Mood
Dari afek dan sikap :
(a) Tampak kesepian
(b) Tampak depresi
(c) Tampak marah
(d) Memprlihatkan kecemasan
(e) Memprlihatkan kecemasan
(f) Memperlihatkan agitasi
(g) Tempak apatis
(h) Tampak khusyu

2. Diagnosa dan intervensi Keperawatan spiritual menurut NIC NOC

Nanda Noc Nic


Kurang pengetahuan Pengetahuan : Ritual Pembelajaran : Ritual
tentang pelaksanaan keagamaan / pelaksanaan keagamaan (tata cara shalat,
ibadah ibadah (tata cara shalat, thaharah, berdoa, membaca

8
thaharah, berdoa, membaca alquran dll)
alquran dll)

Gangguan praktik ibadah 1. Meningkatkan 1. Tingkatkan pelaksanaan


pelaksanakan ibadah) ibadah ( seperti cara
2. Berharap (Memohon shalat, thaharah, berdoa,
ampunan kepada Allah dll)
SWT) 2. Fasilitasikan ibadah
3. Kestabilan emos pasien (peralatan ibadah,
jam dinding, jadwal
sholat, arah kiblat, dll)
3. Dukung pasien dalam
pelaksanaan ibadah.
4. Bimbing ibadah pasien
5. Klarifikasi nilai
6. Dukung ibadah dengan
khusu’
Kesiapan untuk 1. Meningkatkan 1. Tingkatkan pelaksanaan
peningkatan praktik pelaksanaan ibadah ibadah (seperti shalat,
ibadah (seperti shalat, thaharah, thaharah, doa, dll)
berdoa, membaca alquran 2. Fasilitasikan ibadah
dll pasien (peralatan ibadah,
jam dinding, jadwal
sholat, arah kiblat, dll)
3. Dukung pasien dalam
pelaksanaan ibadah

Resiko gangguan praktik 1. Fasilitasikan ibadah


ibadah pasien (peralatan ibadah,
jam dinding, jadwal
sholat, arah kiblat, dll)
2. Dukung pasien dalam
pelaksanaan ibadah

Distress spiritual 1. Meninggal dalam 1. Membimbing pasien


keadaan khusnul (mentalqinkan saat
khotimah sakaratul maut)
2. Berharap (Memohon 2. Konseling dengan
ampunan kepada Allah pembimbing rohani
SWT) 3. Dying care
3. Spiritual menjadi baik 4. Fasilitasikan doa keluarga
(membaca alqur’an)
5. Fasilitasikan saat
berduka (mengkafani,
memandikan jenazah,
menyolatkan jenazah
sampai mengantarkan
jenazah dengan ambulan
RS)
6. Klarifikasi nilai

9
Resiko distres spiritual 1. Kontrol tingkat 1. Mendengarkan secara
kecemasan aktif (murotal qur’an)
2. Mengatasi solusi 2. Beri Panduan (buku
kesedihan islami /panduan doa, dll)
3. Berharap (memohon 3. Kurangi tingkat
ampunan kepada Allah kecemasan dan tingkatkan
SWT) koping
4. Berserah diri 4. Bimbing pasien dengan
5. Interaksi sosial membacakan doa
6. Spiritual menjadi baik kesembuhan pasien
5. Dukungan keluarga
6. Managemen perasaan
(komunikasi teurapetik)
7. Promosikan kegembiraan
8. Fasilitasi psikoterapi
Islam

Kesiapan untuk 1. Berharap (Memohon 1. Riwayat terapi


peningkatan kesejahteraan ampunan kepada Allah 2. Fasilitasikan pengobatan
spiritual SWT) 3. Tingkatkan ritual
2. Kualitas hidup/ keagamaan (tata cara
bermakna beribadah)
3. Spiritual menjadi baik 4. Promosikan kegembiraan
5. Tingkatkan peran diri
6. Tingkatkan penghargaan
diri
7. Tanggung jawab diri
8. Fasilitasi Perkembangan
spiritual
9. Dukungan spiritual

Tabel 1. Diagnosa Keperawatan Spiritual menurut NANDA, serta NOC dan NIC

Aspek kajian asuhan keperawatan spiritual muslim dalam hal ibadah praktis meliputi
thoharoh (istinja, whudu, tayamum), shalat wajib dan ibadah tambahan meliputi
doa/dzikir dan membaca al-quran. Menurut bahasa thoharoh berasal dari kata thoharo
yang berarti bersih, suci dan bebas, yang dimaksud adalah bersih, suci serta bebas dari
najis dan hadast. Menurut istlah syara’ thoharoh adalah proses membersihkan,
mensucikan dan membebaskan diri dari najis baik secara hakiki maupun hukmi terutama
pada saat hendak melaksanakan ibadah.

10
Secara bahasa istinja berarti menghilangkan tinja sedangkan secara istilah adalah upaya
menghilangkan najis yang menempel dari tempat keluarnya misalnya dari anus (dubur)
atau kemaluan (qubul). Untuk menghilangkan najis prinsip pertama dilakukan dengan
menggunakan air jika tidak terdapat air maka bersuci dari najis boleh dilakukan dengan
benda apa saja yang suci yang memiliki daya serap untuk menarik najis seperti tissue,
spons atau kain yang mempunyai daya serap tinggi.

Wudhu berasal dari kata wadha-wadhu’awhuduan yang berarti bersih, baik atau elok. Al-
wadh’ah berarti keelokan, keindahan dan kebersihan. Dalam terminologi fiqh whudu
berarti membersihkan beberapa bagian tubuh dengan air sebelum mendirikan shalat.
Tayamum adalah model bersuci pengganti whudu atau mandi junub, haid dan nifas,
dilakukan sebagai rukhshah atau keringanan dari Allah bagi orang yang kesulitan
mendapatkan air atau tidak dapat menggunakan air karena berbagai sebab atau halangan,
seperti sakit.

Menurut syari’at Islam yang dirumuskan para fuqoha (ahli fiqh) shalat adalah : beberapa
ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam
dengan maksud beribadah kepada Allah menurut syaratsyarat yang telah ditentukan.
Shalat dalam arti terakhir ini mencakup shalat wajib dan shalat sunnah. Bagi setiap orang
muslim dan muslimah yang sudah aqil baligh wajib melaksanakan shalat wajib lima kali
dalam sehari semalam, kecuali perempuan yang dalam keadaan haidh atau nifas.

Sakit adalah salah satu bagian daur siklus kehidupan manusia dimana setiap manusia
harus mengalaminya. Tetapi bagaimana repotnya selagi kesadaran masih ada dan
berfungsi maka kewajiban agama tetap harus dijalankan, terutama pelaksanaan shalat.
Hanya saja :

a. Bagi orang sakit islam tidak memberatkan dalam pelaksanaan karena Allah SWT
telah memberikan keringanan (rukhsoh) untuk tidak membebani hambanya
dengan berbagai hal memberatkannya. Dalam salah satu hadist riwayat Imam
Bukhari disebutkan : Artinya : “ Shalatlah engkau dengan berdiri, kalau engkau
tidak mampu maka duduklah, dan (kalau engkau) tidak mampu (untuk duduk)
maka shalatlah dengan berbaring”.
b. Bentuk keringanan lain dalam pelaksanaan shalat

11
Apabila pasien mengalami kesulitan dalam melaksanakan shalat lima waktu seperti
biasa, maka agama memberikan keringanan pelaksanaannya dengan tiga cara yaitu :

a. Menjama’
b. Meng-qashar
c. Menjama’ sekaligus mengqashar. Ketentuan ini didasarkan kepada salah satu
hadist riwayat Imam Bukhari dan Atha yang menyebutkan bahwa seseorang yang
sakit boleh menjama’ shalat antara magrib dan Isya karena hal tersebut
merupakan keringanan dari Allah SWT.

Ibadah tambahan yang dilakukan oleh seorang muslim yaitu dzikir/doa , mengucapkan
kalimat zikir seperti tasbih, tahmid, takbir. Taklil, membaca Al’quran serta membaca doa.

12
3. Implementasi keperawatan

Implementasi Keperawatan terkait Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Kozier


(2004):
a. Pendampingan (providing prescence)
1) Pendampingan digambarkan sebagai hadir dan menyatu dengan klien
2) Pendampingan,sering merupakan yang terbaik dan kadang-kadang
satu-satunya intervensi untuk mendukung penderitaan klien dimana
intervensi medic tidak dapat mengatasinya (Kozier,2004).
3) Ketika klien tidak mempunyai harapan (hopless), tidak
berdaya(powerless), dan rentan, maka pendampingan oleh perawat
dapat sangat bermanfaat (Taylor, 2002,dalamKozier, 2004).
b. Dukungan praktik keagamaan
Perawat perlu mempertimbangkan praktik keagamaan tertentu yang akan
mempengaruhi asuhan keperawatan, seperti; keyakian klien tentang
kelahiran, kematian, berpakaian, diet, berdoa, tulisan/pesan suci dan
symbol-simbol suci lainnya.
c. Membantu berdoa/mendoakan
Klien dapat memilih untuk berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi atau
secara kelompok dengan keluarga, teman atau pemuka agama. Pada
situasi seperti ini, tanggung jawab utama perawat adalah memastikan
ketenangan lingkungan dan privacy pribadi klien. Karena berdoa
melibatkan perasaan yang dalam, perwat perlu menyediakan waktu
dengan klien setelah selesai berdoa, untuk memberi kesempatan klien
mengekspresikan perasaannya (Kozier,2004).
d. Rujukan konseling spiritual
1) Sumber rujukan: pembina rohani
2) Menurut Kozier (2004) rujukan mungkin diperlukan ketika perawat
membuat diagnosa distress spiritual. Pada situasi ini, perawat dan
konselor keagamaan dapat bekerja bersama-sama untuk memenuhi
kebutuhan klien.

13
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan spiritual dilakukan untuk mengukur sejauhmana
keberhasilan penerapan keperawatan spiritual yang dilakukan perawatan terhadap
kebutuhan spiritual pasien. Mengukur efektifitas keperawatan spiritual tidaklah
mudah karena bersifat subjektif. Cara yang paling jelas untuk mengukur
efektifitas keperawatan spiritual adalah dengan bertanya langsung dengan pasien
secara seksama dan mengikuti petunjuk fisik ( ekspresi ), verbal dan nonverbal
pasien.26 Perawat dapat mengamati perubahan spiritual pasien melalui : seberapa
sering pasien melaksanakan ibadah setelah dilakukan keperawatan spiritual
padanya, apakah pasien terlihat lebih tenang, apakah pasien dapat menerima
keadaannya dengan lebih baik, apakah pasien mau berinteraksi dengan
lingkungannya, apakah pasien merasa senang dikunjungi rohaniawan. 26
Menurut pendapat lain evaluasi terhadap masalah spiritual secara umum dapat
dinilai dari perubahan untuk melakukan kegiatan spiritual, adanya kemampuan
melaksanakan ibadah dan memiliki keputusan yang tepat, adanya ungkapan atau
perasaan yang tenang dan menerima adanya kondisi atau keberadaannya, adanya
wajah yang ditunjukkan adanya perasaan damai, kerukunan dengan orang lain,
memiliki pedoman hidup dan perasaan bersyukur

14
D. Fakta atau Hasil Penelitian Tentang Asuhan Keperawatan Spiritual

Berdasarkan hasil penelitian pada mahasiswa tingkat II semester IV tahun akademik


2008/2009 di RS. Al-Islam Bandung dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi Asuhan
Keperawatan Spiritual Muslim ditinjau dari pengkajian dinilai cukup (58%), aplikasi
ibadah praktis yaitu istinja (54%), thoharoh (56%), sholat (53%) dan do’a (63%)
dinilai baik. Dilihat dari Aspek komunikasi dan sikap mahasiswa dalam
melaksanakan asuhan ini dinilai baik, yaitu 70% untuk komunikasi dan 68% untuk
sikap terhadap spiritual pasien. Namun jika dilihat dari kemampuan profesionalisme
dan peningkatan mutu asuhan (45%), sistem rujukan (52%) serta bimbingan konseling
pasien (46%) aplikasi asuhan keperawatan spiritual muslim ini masih kurang.

Sementara penelitian di Rumah Sakit Islam Makassar menunjukan bahwa proses


pengkajian keperawatan spiritual terhadap pasien tidak diidentifikasi oleh perawat
pelaksana. Pada tahap diagnosa, asuhan keperawatan spiritual belum ditegakkan dan
didokumentasikan secara maksimal. Dalam tatanan intervensi, keperawatan spiritual
belum maksimal disebabkan keterbatasan pengetahuan dari perawat. Hal ini berimbas
pada implementasi keperawatan spiritual yang belum menyeluruh baik dari aspek
psikomotor maupun dokumentasi. Lebih lanjut, proses asuhan keperawatan spiritual
yang tidak berjalan optimal pada proses sebelumnya menyebabkan sulitnya
mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan spiritual.

Pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan hal penting namun kenyataannya


pemenuhan kebutuhan spiritual pasien masih jauh dari yang diharapkan. Hasil analisis
situasi saat ini dari beberapa literatur menunjukkan kenyataan bahwa asuhan spiritual
(spiritual care) belum diberikan oleh perawat secara kompeten disebabkan berbagai
faktor. Salah satunya bahwa kurangnya kemampuan perawat dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual dikarenakan perawat kurang menguasai konsep keperawatan
spiritual yang seharusnya didapatkan perawat sejak dalam masa pendidikan.9
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap
manusia. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus
memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Kebutuhan spiritual
mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama,
serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf dan pengampunan, mencintai, menjalin
hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan.

15
Rumah Sakit Islam Sultan Agung adalah salah satu Rumah Sakit Swasta di kota
Semarang yang memberikan pelayanan kesehatan berbasis agama islam. Sebagai
Rumah Sakit Tipe B dengan visinya yaitu Rumah Sakit Pendidikan Islam terkemuka
dalam pelayanan kesehatan, pendidikan dan pembangunan peradaban islam, dengan
salah satu misinya yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang selamat
menyelamatkan dijiwai semangat mencintai Allah menyayangi sesama. Program
Bimbingan Ibadah Pasien merupakan salah satu program yang dijalankan di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung. Program Bimbingan Ibadah Pasien yang dilaksanakan di
ruang perawatan meliputi menciptakan lingkungan yang kondusif untuk beribadah,
mengingatkan waktu sholat, membimbing praktek ibadah pasien seperti thoharoh,
sholat, dzikir, tilawah Qur’an dan lain – lain. Perawat akan merujuk pasien kepada
petugas kerohanian, apabila pada pelaksanaan Bimbingan Ibadah Pasien ditemukan
adanya hambatan yang perlu pelayanan lanjut.

Pelaksanaan asuhan spiritual di rumah sakit dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya dari perawat itu sendiri. Hasil penelitian di rumah sakit Medan dan di Jawa
Tengah didapatkan hasil adanya hubungan antara spiritual perawat dengan
pemenuhan kebutuhan spiritual perawat. Faktor lain adalah pengetahuan perawat
sendiri tentang spiritual perawat, hasil penelitian di Medan membuktikan bahwa
pengetahuan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual perawat.

E. Solusi Dalam Menangani Permasalahan Asuhan Keperawatan Spiritual


Solusi dalam menangani permasalahan asuhan keperawatan spiritual islam ;
1. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang keislaman
2. Meningkatkan pendekatan kepada pasien
3. Untuk pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit diharapakan dapat memfasilitasi
pasien dan perawat untuk bisa mendukung memberikan asuhan keperawatan
spiritual
4. Memberikan jam tertentu untuk perawat dalam mengimplementasikan intervensi
keperawatan spiritual pada klien

16
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tentang asuhan Keperawatan spiritual islam, diperoleh
kesimpulan;
a) Rufaidah binti Sa’ad adalah orang muslim pertama yang mempelajari ilmu
keperawatan.
b) Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan
dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalamí
gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Keperawatan Islam digali nilai-nilai agama Islam dalam keperawatan dari
sumber yang merupakan keyakinan umat Islam yaitu Alqur’an dan Hadist.
c) Kriteria pencapaian hasil dari asuhan keperawatan spiritual ini adalah
meningkatnya pengetahuan tentang praktik ibadah pada orang sakit,
meningkatnya praktik ibadah ritual, stabilitas emosi, memiliki keterampilan
interaksi sosial yang baik, memiliki harapan,kesejahteraan spiritual,hidup yang
berkualitas serta mencapai kematian yang khusnul khatimah.
d) Komponen Asuhan Keperawatan Spiritual seperti asuhan keperawatan pada
umumnya yaitu meliputi; pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
e) Asuhan keperawatan islam di indonesia masih belum sepenuhnya diterapkan.
Misalnya di Rumah sakit islam sultan agung semarang bahwa asuhan keperawatan
spiritual pada klien masih belum sepenuhnya berhasil. Padahal hasil penelitian
dari Rahayu winarti, 2016 menyebutkan bahwa terdapat pengaruh asuhan
keperawatan spiritual dengan kepuasan spiritual klien dengan nilai p value 0,000 <
α (0,05)

2. Saran

a) Bagi Pendidikan Keperawatan


Masukan untuk Institusi pendidikan keperawatan agar memberikan kemampuan
kepada mahasiswa keperawatan untuk dapat melakukan atau menerapkan asuhan
keperawatan spiritual terhadap pasien di Rumah Sakit

b) Bagi Pelayanan Kesehatan


Bagi rumah sakit dapat menerapkan kebijakan tentang standar asuhan spiritual
pasien dalam upaya peningkatan kepuasan klien tidak hanya untuk yang muslim
tapi bisa juga yang non muslim.

17
c) Bagi Perawat Perawat dapat meningkatkan kompetensi asuhan spiritual baik
formal atau non formal dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan asuhan
khususnya membimbing berdo’a dan praktik keagamaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Ade, Mas.Asuhan Keperawatan Islami.Lampung: Rumah Sakit Muhammadiyah


Metro.2013. http://rsumm.co.id/post-asuhan-keperawatan-islami
2. Sarahudin, safrulah amir, Rosmina.Penerapan Model Pelayanan Keperawatan
Berbasis Spiritual.2018
3. Winarti, Rahayu. Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Spiritual Terhadap
Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.Semarang.2016.
http://eprints.undip.ac.id/48430/2/Rahayu_Winarti%2C_Edi_Darmana
%2C_Hasib_Ardani._2016_Pengaruh_Penerapan_Asuhan_Keperawatan_Spiritual_
Terhadap_Kepuasan_Pasien_di_RS_Islam_Sultan_Agung_Semarang.pdf
4. Khoiriyati, Azizah.Perawatan Spiritual dalam Keperawatan: Sebuah Pendekatan
Sistematik.Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.2008
5. Dewi, Ratih Rustika., Dewi, Inggriane Puspita.Persepsi Perawat Dalam Pelaksanaan
Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim Di Rs Muhammadiyah Bandung.Bandung:
Stikes Aisyiyah Bandung.2016
6. Azzam, Rohman.Spiritual Care.Jakarta; universitas Muhammadiyah Jakarta.
7. Yusuf, Ah., Nihayati, Hanik Endang., Iswari, Miranti Florencia., Oktaviasanti,
Fani.Kebutuhan Spiritual Konsep Dan Aplikasi Dalam Asuhan Keperawatan.Jakarta:
Mitra Wacana Media.2016
8. Puspita, Inggriane. Aplikasi Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim di R. Firdaus Iii
RS. Al-Islam Bandung.Bandung.2009.
9. Saharuddin., Safrullah Amir., Rosmina. Studi kasus penerapan proses asuhan
keperawatan spritual di rumah sakit Islam Faisal Makassar.Makassar.2017.

19

Anda mungkin juga menyukai