Anda di halaman 1dari 17

i

BAB I
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2021).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth,
2022).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulangdan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Sjamsuhidayat, 2022). Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang
utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung
(Sjamsuhidajat & Jong, 2021).
Close fraktur adalah patah tulang yang tidak menyebabkan robeknya kulit
(Smeltzer & Bare,2022). Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang
disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung (de Jong,
2015).
Close fraktur humerus adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan pada tulang humerus yang disebabkan oleh trauma secara
langsung maupun tidak langsung, dan tidak menyebabkan robekan kulit.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang yang ditentukan oleh jenisnya, luasnya, dan tipenya
yang biasanya disebabkan oleh trauma / tenaga fisik.

1
2. Etiologi
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan
dan daya pegas untuk menahan tekanan. Penyebab fraktur batang tulang
paha antara lain (Muttaqin, 2011):
1) Fraktur terbuka
Fraktur tulang paha terbuka disebabkan oleh trauma langsung yang terjadi
pada anggota tubuh kita
2) Fraktur tertutup
Fraktur femur tertutup disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi
tertentu, seperti degenerasi tulang (misteoporosis) dan tumor atau
keganasan tulang yang menyebabkan fraktur patologis.

Menurut Reksoprodjo (2013) fraktur humerus disebabkan oleh trauma di


mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang.
Trauma ada 2 jenis yaitu:
1. Trauma langsung, yaitu terjadi benturan pada tulang dan mengakibatkan
fraktur di tempat itu
2. Trauma tidak langsung yaitu terjadi benturan pada tulang dan titik tumpu
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan

3. Patofisiologi dan Pathways


Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum
dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur:
a. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2
b. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekananı elastisitas, kelelahan,
dan kepadatan atau kekerasan tulang.

4. Pathways

3
5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang
dijelaskan secara rinci sebagai berikut :
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang
manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal,
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur
lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba)
ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas
normal. ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi nomal
otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih
berat.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera

6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah "pencitraan"
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu
AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan
(khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena
adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar

4
indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai
denganpermintaan.
Hal yang harus dibaca pada x-ray :
a. Bayangan jaringan lunak.
b. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik
atau
juga rotasi.
e. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction,
d. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti :
a) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain
tertutup yang sulit divisualisasi pada kasus ini ditemukan kerusakan
struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada
struktur lain juga mengalaminya.
b) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh
darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
c) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
d) Computed Tomografi-Scanning menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang
rusak
2) Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
c. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5).
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
3) Pemeriksaan lain-lain
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
b. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

5
c. Elektromyografi terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur
d. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
e. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
f. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

7. Komplikasi
a. Umum
1) Shock
2) Kerusakan organ
3) Kerusakan saraf
4) Emboli lemak
b. Dini
1) Cedera arteri
2) Cedera kulit dan jaringan.
3) Cedera partement syndrom
c. Lanjut
1) Stiffnes (kaku sendi)
2) Degenerasi sendi
3) Penyembuhan tulang terganggu
4) Mal union
5) Non union
6) Delayed union
7) Cross union

8. Penatalaksanaan Medis
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :
1. Untuk menghilangkan rasa nyeri. Nyeri yang timbul pada fraktur bukan
karenarakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang
patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat
penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan
daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara
pemasangan bidai atau gips.

6
a. Pb. Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah.
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk
tubuh.
b. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :.
1) Immobilisasi dan penyangga frakturembidaian: benda keras yang
ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
2) Istirahatkan dan stabilisasi
3) Koreksi deformitas
4) engurangi aktifitas
5) Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah:
1) Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
2) Gips patah tidak bisa digunakan
3) Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
4) Jangan merusak/menekan gips
5) Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
6) Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama.
Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi
kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya
sendiri.
a. Penarikan (traksi):
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada
ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga
arah tankan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.
Metode pemasangan traksi antara lain:
1) Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada
keadaan emergency
2) Traksi mekanik, ada 2 macam:
a) Traksi kulit (skin traction)

7
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal
otot.Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg
b) Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan
balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi
dengan kawat metal/penjepit melalui tulang/jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain:
1) Mengurangi nyeri akibat spasme otot
2) Memperbaiki & mencegah deformitas
3) Immobilisasi
4) Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
5) Mengencangkan pada perlekatanny
Prinsip pemasangan traksi:
1) Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
2) Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan
pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
3) Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
4) Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
5) Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
c) Dilakukan Pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang
logam pada pecahan-pecahan tulang pada saat ini metode
penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah
pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi
terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami
cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang
mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang
yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan
tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah
direduksi, fragmen- fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat
ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.

8
B. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register,
dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan Utama : Alasan masuk rumah sakit
c. Riwayat Kesehatan :
1) Riwayat kesehatan sekarang : Dimulai dari akhir masa sehat , ditulis sesuai
kronologis dan urutan waktu, perkembangan dan perjalanan penyakit seperti
factor, sifat , lama , dan upaya yang dilakukan serta diagnose medik.
2) Riwayat kesehatan dahulu : Penyakit kronis atau menular dan menurun
sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit yang pernah di
alami atau Riwayat masuk rumah sakit.
3) Riwayat kesehatan keluarga : Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pola - pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan Managemen Kesehatan
Berisi presepsi klien tentang entakitnya dan upaya menjaga.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme kesehatannya
Berisi tentang pola nutrisi klien sebelum dan sesudah sakit, serta berisi
pemeriksaan antropometri, biochemical, clinic sigh, dan diit.
3) Pola aktifitas
Bersisi table skor untuk mengetahui sejauh mana klien dapat meakukan
aktifitasnya
4) Pola eleminasi
Tentang pola eliminasi BAK dan BAB sebelum dan sesudah sakit.
5) Istirahat dan tidur
Pola istirahat yang dilakukan slama di rumah sakit dan dirumah apakah ada
perbedaan.

9
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
7) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien seperti system neomuskular dan pengkajian kognitif seperti
penglihatan , pendengaran, penciuman, perabaan, pengecapan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
9) Pola reproduktif dan seksual
Apakah klien sudh menikah/belum, apakah klien memiliki anak/belum.
10) Pola mekanisme koping
11) Pola nilai kepercayaan
Kepercayaan klien terhadap tuhannya.
e. pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Tanda Tanda vital
3) Kulit : Warna ,turgor, kelembaban, edema( ada/tidak)
4) Kepala : Inspeksi, Palpasi
5) Mata : simetris, fungsi penglihatan, kebersihan, ukuran pupil,
konjungtiva
6) Teinga : Fungsi pendengaran, kebersihan, daun telinga,secret, martoid.
7) Hidung : Fungsi penciumn , Kebersihan , secret
8) Mulut dan tenggorokan : Membran mukosa, keadaan gigi, krsulitan menelan
9) Leher : Trakea simetris/tidak,klenjar, benjolan\tidak
10) Paru paru : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
11) Jantung : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
12) Abdomen : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
13) Ekstremitas : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
f) Terapi : seperti penggunaan obat obatan yang telah terresepkan.
g) Analisis Data : berupa data subyektif dan obyektif untuk mengetahui
problem dan etiologi

10
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik. SDKI (D.0077)
2. Resiko infeksi b.d SDKI (D.0142)
3. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskoleskeletal. SDKI (D.0054)
4. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi. SDKI (D.0129)

3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA RENCANA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWAT DAN KRITERIA
AN HASIL
1 Nyeri akut b.d (L.08066) Manajemen nyeri. SIKI
agen pencedera Setelah dilakukan (I.08238)
fisik. SDKI tindakan keperawatan Observasi: Observasi:

(D.0077) selama 3x24 jam 1. Identifikasi 1. Untuk

diharaplan tingkat nyeri lokasi,karakteristik, memonitor

menurun dengan criteria durasi, frekuensi, nyeri

hasil kualitas, intensitas 2. Untuk


- Keluhan nyeri menurun nyeri. memonitor

- Meringis kesakitan 2. Monitor skala nyeri nyeri

menurun 3. Identifikasi 3. Untuk

pengaruh nyeri mengetahui


- Gelisah menurun
terhadap kualitas akibat nyeri
- Kemampuan
hidup pada kualitas
menuntaskan aktifitas
Terapeutik: hidup pasien
menurun
1. Berikan teknik Terapeutik:
nonfarmakologis 1. Untuk

untuk mengurangi mengurangi

rasa nyeri teknik rasa nyeri

relaksasi nafas 2. Untuk

dalam) memberikan

2. Fasilitasi istirahat rasa nyaman

dan tidur Edukasi:

Edukasi: 1. Untuk

1. Jelaskan penyebab, memberikan

periode, pemicu pengetahuan

11
nyeri tentang nyeri
2. Jelaskan strategi kepada pasien
meredakan nyeri 2. Agar pasien
Kolaborasi: tahu strategi
1. Kolaborasi pereda nyeri
pemberiananalgetik, Kolaborasi:
jikaperlu 1. Untuk
mengurangi rasa
nyeri

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi


b.d SDKI tindakan keperawatan (SIKI: I.14539)
(D.0142) 3x24 jam diharapkan Observasi: Observasi:

tingkat infeksi menurun 1. Monitor tanda dan 1. Untuk

dengan criteria hasil gejala infeksi local memantau

- Nyeri menurun dan sistemtik gejala infeksi

- Kebersihan badan Terapeutik: Terapeutik:

meningkat 1. Batasi jumlah 1. Untuk proses

pengunjung penyembuhan
- Kemerahan menurun
(L.14137) 2. Berikan perawatan 2. Untuk proses

kulit pada area edema penyembuhan

3. Cuci tangan sebelum 3. Untuk


dan sesudah kontak menghindari

dengan pasien dan timbul bakteri

lingkungan baru

4. Pertahankan teknik 4. Untuk


aseptic pada pasien mengurangi

resiko tinggi munculnya

Edukasi: bakteri baru

1. Jelaskan tanda dan Edukasi:


gejala infeksi 1. Untuk

2. Ajarkan cara mencuci memberikan

tangan dengan benar pemahaman


2. Untuk menjaga

12
3. Ajarkan etika batuk penularan
4. Anjurkan bakteri virus
meningkatkan asupan 3. Untuk
nutisi mengurangi
5. Anjurkan penularan virus
meningkatkan asupan bakteri
cair 4. Untuk menjaga
kesetabilan
tubuh
5. Untuk menjaga
kesetabilan
tubuh

Gangguan Setelah dilakukan Dukungan ambulasi


mobilitas fisik tindakan keperawatan (SIKI: I.06171)
b.d gangguan selama 3x24 jam Observasi: Observasi:

muskoleskeletal. diharapkan mobilitas 1. Identifikasi adanya 1. Untuk mengkaji


SDKI (D.0054) fisik meningkat dengan nyeri atau keluhan keluhan pasien

kriteria hasil : fisik lainnya 2. Untuk

- Pergerakan 2. Identifikasi toleransi mengetahui

ekstremitas fisik melakukan tingkat ambulasi

meningkat ambulasi pasien

- Kekuatan otot 3. Monitor keadaan 3. Untuk


meningkat umum selama memonitor

- Gerakan terbatas melakukan ambulasi keadaan umum

Terapeutik: pasien
menurun (L.05042)
1. Fasilitasiambulasi Terapeutik:
dengan alat bantu 1. Untuk
(misal tongkat, memberikan

kruk) rasa nyaman

2. Fasilitasi melakukan dan aman

mobilisasi, jika 2. Untuk


perlu memberikan

13
rasa nyaman
3. Libatkan keluarga dan aman
untuk membantu 3. Untuk
pasien dalam mempermudah
meingkatkan pasien dalam
ambulasi ambulasi
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan 1. Untuk
Tujuan dan prosedur memberikan
ambulasi pengetahuan
2. Anjurkan tentang
melakukan ambulasi ambulasi
dini kepada pasien
3. Ajarkan ambulasi 2. Untuk
sederhana yang mencegah
harus dilakukan kekakuan sendi
(misal berjalan dari 3. Untuk melatih
tempat tidur ke otot supaya
tempat lain) tidak kaku
4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi
integritas penyebab gangguan
tindakan keperawatan
kulit/jaringan integritas kulit
b.d perubahan selama 3x24 jam 2. Ubah posisi tiap 2
sirkulasi. jam sekali
diharapkan integritas
SDKI (D.0129) 3. Lakukan pemijatan
kulit/jaringan meningkat pada area benjolan
4. Anjurkan
dengan kriteria hasil :
menggunakan
a. Kerusakan jaringan pelembab (mis.
Lotion, serum)
menurun
b. Pendarahan
menurun
c. Kerusakan lapisan
menurun

14
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2017). “Standards of Medical Care in Diabetes 2017”.


Vol. 40. USA : ADA. Jakarta :EGC

Arikunto & Suharsimi. 2019. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Ed.
Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.

Auliana, A, dkk ( 2017). “Pengaruh Depresi terhadap Perbaikan Ulkus Kaki Diabetik”.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Vol. 2,No. 4: 1-5

Badescu, SV. et al. ( 2018). “The association between Diabetes Mellitus and
Depression”. Journal of medicine and life.Vol.9. Issue. 4 : 120-125

Brunner, & Suddarth. ( 2018). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Fatimah, R. N. ( 2017). DIABETES MELITUS TIPE 2. 4(5), 93–101.


https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74

Price, Sylvia A. 2019. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume 2


Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

15
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2017), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2017), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Wilkinson, Judith M. 2019. Nursing Diagnosis Handbook With NIC Interventions And
NOCOutcomes. New jersey : pearson prentice hall

16

Anda mungkin juga menyukai