FRAKTUR CALCANEUS
Disusun oleh :
FAJAR SUHARJO
(P1337420216029)
2018
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR
A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya
(Smeltzer & Bare, 2002 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap
tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365).
Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat
truma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok
(FKUI dalam Jitowiyono, 2010 : 15).
Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian fraktur adalah
terputusnya kontiunitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa atau kekerasan, bisa dalam keadaan normal atau patologis.
B. Etiologi
Menurut Barbara C Long (1996)
a) Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
b) Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
c) Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya
struktur tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh
kurangnya zat-zat nutrisi seperti vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang
menyebabkan proses patologik adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat
pada penyembuhan fraktur atau dapat terjadi akibat keganasan,.
Fraktur
Deformitas
Fraktur kolum femur : penyembuhan akan lebih sulit dibandingkan dengan fraktur
trokhenter, karena system pembuluh darah yang memasok darah kekaput dan kolum femur
mengalami kerusakan karena fraktur.
3 Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4 Krepitasi (bunyi bila digerakkan) yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan,
teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu
dengan lainnya.
5 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.
7 Pergerakan abnormal
9 Kehilangan fungsi
10 Fungsi rontgent terlihat (bentuk patah dan lokasi patah)
11. Perdarahan
G. Komplikasi
Menurut Depkes RI (1995) komplikasi dari fraktur adalah :
1. Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang bisa berakibat fatal dalam beberapa
jam setelah cidera
2. Emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih
3. Sindrom kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika
tidak ditangani segera
4. Infeksi
5. Tromboemboli (emboli paru) yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu
setelah cidera
6. Koagulopati Intravaskuler Diseminata (KID)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
2. Pemeriksaan Laboratorium
a) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada taha penyembuhan tulang.
3. Pemeriksaan lain-lain
d) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.
e) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
I. Penatalaksanaan
1. Pengkajian Keperawatan
a) Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan
diagnosis medis.
b) Pengkajian Primer
Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
c) Pengkajian Sekunder
Menurut Doenges (2000) pengkajian keperawatan pada klien fraktur :
Aktivitas/Istirahat
Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan
jaringan, nyeri)
Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang – kadang terlihata sebagai respons terhadap nyeri atau
ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah) takikardia (respons stress,
hipovolemia) penurunan/tak nadi pada bagian distal yang cidera : pengisian
kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena. pembengkakan jaringan/massa
hematoma pada sisi cidera.
Neurosensori
Tanda : Deformitas local : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit) spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi.Agitasi
(mungkin mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas/trauma lain)Gejala :
Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot Kebas/kesemutan (parestesis)
Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri berat tiba – tiba pada saat cidera (Mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan tulang : dapat berkurang pada mobilisasi) tak ada nyeri akibat
kerusakan saraf.Spasme/kram otot (setelah mobilisasi).
Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, perubahan warna,
pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
2. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Problem
DS: Agen injuri fisik Nyeri akut
DO: (fraktur)
GCS:E M V
Kesadaran umum:
TTV:
T : mmHg
RR : x/menit
Suhu : OC
Nadi : x/menit
DS: Pasien mengatakan Kerusakan kerangka Hambatan mobilitas
kaki kanannya tidak neuromuskular fisik
bisa digerakkan
DO: Pasien post
operasi fraktur colum
femur dextra
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (2000) diagnosa keperawatan pada klien fraktur :
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka
neuromuskular
c) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
d) Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, tekanan
dan disuse
e) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang
f) Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan
terhadap informasi, terbatasnya kognitif
4. Perencanaan Asuhan Keperawatan
Dx NOC NIC Rasional
1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri : a. Untuk mengetahui
keperawatan selama 3x24 a Kaji nyeri secara tingkat nyeri
jam,maka diharapkan pasien tidak komprehensif pasien
mengalami nyeri Dengan Kriteria termasuk lokasi, b. Untuk mengetahui
hasil: karakteristik, durasi, tingkat
frekuensi, kualitas ketidaknyamanan
Skala Awal Tujuan dan faktor dirasakan oleh
Melap
presipitasi. pasien
orkan
3 5 b. Observasi reaksi c. Untuk
adanya
nonverbal dari mengalihkan
nyeri
ketidak nyamanan. perhatian pasien
Frekue
c.Gunakan teknik dari rasa nyeri
nsi 3 5
komunikasi d. Untuk mengetahui
nyeri
Pernya terapeutik untuk apakah nyeri yang
taan 3 5 mengetahui dirasakan klien
nyeri pengalaman nyeri berpengaruh
Ekspre klien sebelumnya. terhadap yang
si d.Kontrol faktor lainnya
nyeri 3 5 lingkungan yang e. Untuk
pada mempengaruhi nyeri mengurangi factor
wajah seperti suhu yang dapat
Keterangan :
ruangan, memperburuk
1 : Berat
pencahayaan, nyeri yang
2 : Besar
kebisingan. dirasakan klien
3 : Sedang
e.Kurangi faktor f. untuk mengetahui
4 : Ringan
presipitasi nyeri. apakah terjadi
5: Tidak ada
f. Pilih dan lakukan pengurangan rasa
Dengan tujuan:
penanganan nyeri nyeri atau nyeri
1. Klien melaporkan nyeri
(farmakologis/non yang dirasakan
berkurang
farmakologis). klien bertambah.
2. Klien dapat
g. Ajarkan teknik non g. Pemberian “health
mengenal lamanya
farmakologis education” dapat
(onset) nyeri
(relaksasi, distraksi mengurangi
3. Klien dapat
dll) untuk mengetasi tingkat kecemasan
menggambarkan faktor
nyeri.. dan membantu
penyebab
h.Berikan analgetik klien dalam
4. Klien dapat
untuk mengurangi membentuk
menggunakan teknik non
nyeri. mekanisme
farmakologis i.Evaluasi tindakan koping terhadap
5. Klien pengurang rasa nyer
menggunakan analgesic nyeri/kontrol nyeri. h. Untuk
sesuai instruksi j.Kolaborasi dengan mengurangi
dokter bila ada tingkat
komplain tentang ketidaknyamanan
pemberian analgetik yang dirasakan
tidak berhasil. klien.
i. Agar nyeri yang
dirasakan klien
tidak bertambah.
j. Agar klien
mampu
menggunakan
teknik
nonfarmakologi
dalam
memanagement
nyeri yang
dirasakan.
k. Pemberian
analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri pasien
- Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta
- Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
- Doengoes, M.E., 2013, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
- Ircham Machfoedz, 2012. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di
Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
- Johnson, M., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
- Mansjoer, A dkk. 2013. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapiuz
- Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
- Santosa, Budi. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 20015-2017. Jakarta:
Prima Medika
- Smeltzer, S.C., 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.