LAPORAN PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH :
NIM : 21220073
2. ETIOLOGI FRAKTUR
a. Trauma
1) Trauma langsung, misalnya pada kecelakaan lalu lintas.
2) Trauma tidak langsung, misalnya jatuh dari ketinggian
dengan posisi berdiri/duduk dapat mengakibatkan fraktur
tulang belakang.
b. Patologis: metastase dari tulang.
c. Degenerasi.
d. Spontan, misalnya akibat tarikan otot yang sangat kuat.
4. KOMPLIKASI FRAKTUR
Komplikasi yang terjadi setelah fraktur antara lain :
a. Komplikasi awal
1. Cedera saraf
Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan
cedera dapat menyebabkan cedera saraf.
2. Kaku sendi atau artritis
Setelah cedera atau imobilisasi jangka panjang, kekakuan
sendi dapat terjadi dan dapat menyebabkan kontraktur
sendi, pergerakan ligament atau atrofi otot.
3. Sindroma nyeri regional kompleks
Suatu sindroma disfungsi dan penggunaan yang salah yang
disertai nyeri dan pembengkakan pada tungkai.
4. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bias ditandai dengan tidak
adanya nadi, CRT menurun.
5. Syok
Terjadi karena kehilangan banyak darah
6. Kompartement syndrome
Komplikasi yang serius terjadi karena terjebaknya otot,
tulang, saraf dan pembuluh darah
b. Komplikasi dalam waktu lama
1. Delayed union
Kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung.
2. Nonunion
Kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap.
3. Malunion
Penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat
kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
(Brunner & Suddarth. 2013)
5. PENATALAKSANAAN FRAKTUR
Penatalaksanaan pada klien dengan fraktur adalah sebagai berikut :
1. Terapi non farmakologi terdiri dari :
a. Proterksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik.
Mobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan
gips pada fraktur inkomplet dan fraktur tanpa
kedudukan baik.
b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi
dapat dalam anastesi umum atau lokal.
c. Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.
2. Terapi farmakologi terdiri dari :
a. Reposisi terbuka, fiksasi eksternal
b. Reposisi tertutup, kontrol radiologi
(Smelzet, 2010)
6. PATOFISIOLOGI FRAKTUR
Kerusakan pembuluh darah pada fraktur mengakibatkan
perdarahan sehingga volume darah menurun dan terjadi perubahan
perfusi jaringan. Hematoma yang terjadi mengeksudasi plasma dan
berpoleferasi menjadi edema local sehingga terjadi penumpukkan
didalam tubuh. Fraktur terbuka dan tertutup mengenai serabut saraf
yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Setelah
terjadi fraktur, periousteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, sumsum dan jaringan lunak yang membungkus tulak
rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuk
hematoma dirongga medulla tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan kebagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami
nekrosis ini menstimulusi terjadinya respons inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma, dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian ini merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya (Yasmara Deni, 2016).
7. PATHWAYS
Fraktur
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan Rasa Nyaman b.d Nyeri merasa tidak
nyaman
b. Hambatan Mobilitas Fisik b.d Gangguan
Muskuloskeletal
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN