Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN CLOSE FRAKTUR

FEMUR DEXTRA

OLEH :

AYUNI KURNIA,S.Kep
NS0621062

CI LAHAN CI INSTITUSI

(………………………………….) ( SyaifuddinZainal,SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes)
NIP/NIDN NIP/NIDN : 0916017901

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2022

1
1.1 Laporan Pendahuluan
1.1.1 Konsep penyakit/Kasus
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi
tertentu seperti degenerasi tulang. Hilangnya kontuinitas tulang paha
tanpa atau disertai adanya kerusakan jaringan lunak seperti otot, kulit
jaringan saraf dan pembuluh (Zuriati, 2019)
Fraktur terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara
sekunder akibat proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan
fraktur-fraktur yang patologis. Penyebab fraktur menurut Widiawati
(2020) antara lain sebagai berikut:
a. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau
berat yang mengenai tulang, seperti cedera ataupun benturan.
b. Fraktur stress, disebabkan karena tulang sering mengalami
penekanan, terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah
tingkat aktivitas mereka, seperti baru diterima dalam angkatan
bersenjata atau orang-orang yang baru mulai latihan lari.
c. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi
patologis penyakit yang akan menimbulkan fraktur. Fraktur
patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi
lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis (Zuriati, 2019)
1.1.2 Patofisiologi
Pada dasarnya penyebab fraktur itu sama yaitu trauma, tergantung
dimana fraktur tersebut mengalami trauma, begitu juga dengan fraktur
femur ada dua faktor penyebab fraktur femur, faktor-faktor tersebut
diantaranya, fraktur fisiologis merupakan suatu kerusakan jaringan
tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga dan
trauma dan fraktur patologis merupakan kerusakan tulang terjadi akibat
proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan
fraktur (Sahadewa, 2021).

2
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolic dan patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
atau curah jantung menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema
local maka terjadi penumpukan didalam tubuh. Kemungkinan dapat
terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan
lunak yang akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit (Sahadewa,
2021).
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan
gaya pegas untuk menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal
datang lebih besar dari pada tekanan yang diserap tulang, maka
terjadilah trauma pada tulang yang dapat mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang (fraktur). Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks marrow dan
jaringan lunak yang membungkus tulang menjadi rusak sehingga
menyebabkan terjadinya perdarahan. Pada saat perdarahan terjadi
terbentuklah hematoma di rongga medulla tulang, sehingga jaringan
tulang segera berdekatan kebagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis akan menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
di tandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit serta
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya (Sahadewa, 2021).

3
PATHWAY FRAKTUR FEMUR

4
1.1.3 Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan penunjang untu pasien yang fraktur
menurut Widiawati (2020) antara lain sebagai berikut:

a. Pemeriksaan radiologi untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur


atau trauma seperti scan tulang, tomogram, scan CT/MRI yang juga
dilakukan untuk memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
b. Hitung Darah Lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi)
atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh
pada trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stress
normal setelah trauma.
c. Arteriogram dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal.
e. Profil Koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
tranfusi multipel, atau cedera hati.
1.1.4 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer & Bare (2012), konsep dasar yang harus
dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur, yaitu:
a. Rekognisi (Pengenalan)
Riwayat kecelakaan dan derajat keparahan harus jelas untuk
menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat
fraktur tungkai akan terasa sangat nyeri dan bengkak. Kelainan
bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka.
b. Reduksi (Manipulasi/Reposisi)
Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen
tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti semula secara
optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup,
traksi, atau reduksi terbuka.
1) Reduksi (Reposisi) terbuka dengan fiksasi interna (Open Reduction

5
and Internal Fixation/ORIF)
Merupakan upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimum. Dapat juga diartikan
reduksi fraktur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen
tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis
2) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna (Open Reduction and
Enternal Fixation/OREF)
Digunakan untuk mengobati patah tulang terbuka yang melibatkan
kerusakan jaringan lunak. Ekstremitas dipertahankan sementara
dengan gips, bidai atau alat lain. Alat imobilisasi ini akan menjaga
reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang.
Alat ini akan memberikan dukungan yang stabil bagi fraktur
comminuted (hancur dan remuk) sementara jaringan lunak yang
hancur dapat ditangani dengan aktif.
3) Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah
jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena
edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur
menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami
penyembuhan.

1.1.5 Masalah Keperawatan dan data pendukung

6
a. Pengkajian
Pada tahap pengkajian dapat dilakukan anamnesa/wawancara
terhadap pasien dengan fraktur femur yaitu :
1). Identitas Pasien
Nama, Usia (usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah
mengalami osteoporosis, penderita muda ditemukan pada riwayat
mengalami kecelakaan), Suku, Pekerjaan, Alamat.
2). Riwayat Keperawatan
a). Riwayat perjalanan penyakit
1. Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan
kesehatan : nyeri pada paha
2. Apa Penyebabnya, waktu : kecelakaan atau trauma, berapa
jam.menit yang lalu.
3. Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak, dll.
4. Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
5. Kehilangan Fungsi
6. Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
b). Riwayat pengobatan sebelumnya
1. Apakah klien pernah mendapatkan pengobatan jenis
kortikosteroid dalam jangka waktu lama.
2. Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal,
terutama pada wanita
3. Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
4. kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
3). Pemeriksaan Fisik
Mengidentifikasi tipe fraktur
a) Inspeksi daerah mana yang terkena
1. Deformitas yang nampak jelas
2. Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
3. Laserasi
4. Perubahan warna kulit

7
5. Kehilangan fungsi daerah yang cedera
b) Palpasi
1. Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
2. Krepitasi
3. Nadi, dingin
4. Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur
1.1.6 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul
a. Pra Operasi
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Ansietas
b. Intra Operasi
1. Risiko perdarahan
2. Risiko Syok
c. Post Operasi
1. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
2. Intoleransi Aktivitas
3. Risiko infeksi

8
1.1.7 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Pra Operasi
1. Nyeri Akut (D.0074) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
Gejala dan tanda Mayor selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat
Observasi
nyeri menurun dengan kriteria hasil:
1) Subjektif 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Kemampuan menuntaskan aktivitas
frekuensi, kualitas intensitas nyeri
a) Mengeluh nyeri meningkat dengan skor 5
2. Identifikasi skala nyeri
2. Keluhan nyeri menurun dengan skor 5
2) Objektif 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Meringis menurun dengan skor 5
a) Tampak meringis 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Gelisah menurun dengan skor 5 memperingan nyeri
b) Bersikap protektif 5. Monitor efek samping penggunaan
5. Kesulitan tidur menurun menurun
c) Gelisah analgetik
dengan skor 5
Terapeutik
d) Frekuensi nadi 6. Ketegangan otot menurun dengan skor
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
meningkat 5
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,

e) Sulit tidur 7. Frekuensi nadi membaik dengan skor Hipnosis, akupresur, terapi musik,
5 biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,

9
Gejala dan Tanda minor teknik imajinasi terbimbing, kompres
8. Tekanan darah membaik dengan skor
hangat/dingin, terapi bermain).
1) Subjektif (Tidak tersedia) 5
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
9. Nafsu makan membaik dengan skor 5
2) Objektif rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
10.Pola tidur membaik dengan skor 5
pencahayaan, kebisingan).
a) Tekanan darah
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
meningkat
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
b) Pola napas berubah dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
c) Nagfsu makan berubah
Edukasi
d) Proses berpikir 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
terganggu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
e) Menarik diri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
f) Berfokus pada diri mandiri.
sendiri 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat.
g) Diafronesis
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

10
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
2. Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Ambulasi
(D.0054) selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan
Gejala dan tanda mayor: mobilitas fisik menurun dengan kriteria Observasi :
hasil: 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
1) Subjektif
1. Pergerakan ekstremitas meningkat fisik lainnya
a) Mengeluh sulit
dengan skor 5 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
menggerakkan
2. Kekuatan otot meningkat dengan skor ambulasi
ekstremitas
5 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
2) Objektif 3. Rentang gerak (ROM) meningkat darah sebelum memulai ambulasi
dengan skor 5 4. Monitor kondisi umum selama
a) Kekuatan otot menurun
4. Nyeri menurun melakukan ambulasi
b) Rentang gerak (ROM)
5. Kecemasan menurun dengan skor 5 Terapeutik
menurun
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
6. Kecemasan menurun dengan skor 5
Gejala dan tanda minor : bantu (mis. tongkat, kruk)
7. Gerakan tidak terkoordinasi menurun 2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
1) Subjektif dengan skor 5 perlu
8. Gerakan terbatas menurun dengan

11
a) Nyeri saat bergerak 3. Libatkan keluarga untuk membantu
skor 5
Pasien dalam meningkatkan ambulasi
b) Enggan melakukan 9. Kelemahan fisik menurun dengan
Edukasi
pergerakan skor 5
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi.
c) Merasa cemas saat 2. Anjurkan melakukan ambulasi dini.
bergerak 3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan ( mis. Berjalan dari tempat
2) Objektif
tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat
a) Sendi kaku tidur kekamar mandi, berjalan sesuai
toleransi).
b) Gerakan tidak
terkoordinasi

c) Gerakan terbatas

d) Fisik Lemah

3. Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi Ansietas


Gejala dan tanda mayor selama 3 × 24 jam diharapkan ansietas Observasi
1) Subjektif menurun dengan kriteria hasil yaitu : 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
a) Merasa bingung 1. Verbalisasi kebingungan menurun (mis. kondisi, stressor, dan waktu)

12
b) Merasa khawatir dengan skor 5 2. Identifikasi kemampuan mengambil
dengan akibat dari 2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi keputusan
kondisi yang dihadapi yang dihadapi menurun dengan skor 5 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
c) Sulit berkonsentrasi 3. Perilaku gelisah menurun dengan skor non verbal)
2) Objektif 5 Terapeutik
a) Tampak gelisah 4. Perilaku tegang menurun dengan skor 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
b) Tampak tegang 5 menumbuhkan kepercayaan
c) Sulit tidur 5. Keluhan pusing menurun dengan skor 2. Temani pasien untuk mengurangi
Gejala dan tanda minor 5 kecemasan, jika memungkinkan
1) Subjektif 6. Anoreksia menurun dengan skor 5 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
a) Mengeluh pusing 7. Konsentrasi membaik dengan skor 5 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
b) Anoreksia 8. Pola tidur membaik dengan skor 5 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
c) Palpitasi 9. Perasaan keberdayaan membaik meyakinkan
d) Merasa tidak berdaya dengan skor 5 6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
2) Objektif 10. Kontak mata membaik dengan skor 5 kenyamanan
a) Frekuensi napas 11. Orientasi membaik dengan skor 5 Edukasi
meningkat 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
b) Frekuensi nadi mungkin dialami.
meningkat 2. Informasikan secara factual mengenai

13
c) Tekanan darah diagnosis, pengobatan, dan prognosis
meningkat 3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
d) Diaphoresis pasien, jika perlu.
e) Tremor 4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
f) Muka tampak pucat persepsi.
g) Suara bergetar 5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
h) Sering berkemih ketegangan
i) Berorientasi pada masa 6. Latih teknik relaksasi
lalu Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu.
Intra Operasi
1. Risiko Perdarahan (D.0012) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Perdarahan
selama 3 x 24 jam diharapkan risiko Observasi
perdarahan menurun dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab perdarahan
hasil: 2. Periksa adanya darah pada muntah, sputum,
1. Kelembapan membran mukosa feses, urine, pengeluaran NGT, dan drainase
meningkat dengan skor 5 luka, jika perlu.
2. Kelembapan kulit meningkat dengan 3. Periksa ukuran dan karakteristik hematoma,

14
skor 5 jika ada.
3. Kognitif meningkat dengan skor 5 4. Monitor terjadinya perdarahan ( sifat dan
4. Hemoptisis menurun dengan skor 5 jumlah).
5. Hematemesis menurun dengan skor 5. Monitor nilai hemoglobin dan hematocrit
5 sebelum dan setelah kehilangan darah
6. Hematuria menurun dengan skor 5 6. Monitor tekanan darah dan parameter
7. Perdarahan anus menurun dengan hemodinamik (tekanan vena sentral dan
skor 5 tekanan bagi kapiler atau arteri pulmonal
8. Distensi abdomen menurun dengan jika perlu).
skor 5 7. Monitor intake dan output cairan
9. Perdarahan pasca operasi menurun 8. Monitor koagulasi darah (prothrombin time
dengan skor 5 (PT), partial thromboplastin time (PTT),
10. Hemoglobin membaik dengan skor fibrinogen, degradasi fibrin, dan julah
5 thrombosit), jika ada.
11. Hematokrit membaik dengan skor 5 9. Monitor deliveri oksigen jaringan (mis
12. Tekanan darah membaik dengan PaOₐ, SaOₐ, hemoglobin dan curah jantung)
skor 5 10. Monitor tanda dan gejala perdarahan
13. Denyut nadi apikal membaik dengan massif
skor 5

15
14. Suhu tubuh membaik dengan skor 5 Terapeutik
1. Istirahatkan area yang mengalami
perdarahan.
2. Berikan kompres dingin, jika perlu
3. Lakukan penekanan atau balut tekan, jika
perlu.
4. Tinggikan ekstremitas yang mengalami
perdarahan.
5. Pertahankan akses IV
Edukasi
1. Jelaskan tanda-tanda perdarahan
2. Anjurkan melapor jika menemukan tanda-
tanda perdarahan
3. Anjurkan membatasi aktivitas
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian transfuse darah jika
perlu.

16
2. Risiko Syok (D.0039) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan syok
selama 3x24 jam, maka risiko syok Observasi
menurun dengan kriteria hasil : 1. Monitor status kardiopulmonal ( frekuensi
1) Kekuatan nadi meningkat dengan skor dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD,
5 MAP).
2) Output urine meningkat dengan skor 5 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,
3) Tingkat kesadaran meningkat dengan AGD).
skor 5 3. Monitor status cairan (Masukan dan
4) Saturasi oksigen meningkat dengan haluaran, turgor kulit, CRT).
skor 5 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon
5) Akral dingin menurun dengan skor 5 pupil.
6) Pucat menurun dengan skor 5 5. Periksa riwayat alergi.
7) Haus menurun dengan skor 5 Terapeutik
8) Konfusi menurun dengan skor 5 1. Berikan oksigen untuk mempertahankan
9) Letargi menurun dengan skor 5 saturasi oksigen >94%
10) Asidosis metabolic menurun dengan 2. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis
skor 5 jika perlu
11) Mean arterial pressure membaik dengan 3. Pasang jalur IV, jika perlu.

17
skor 5 4. Pasang kateter urine untuk menilai
12) Tekanan darah sistolik membaik produksi urine, jika perlu
dengan skor 5 5. Lakukan skin test untuk mencegah reaksi
13) Tekanan darah diastolic membaik alergi.
dengan skor 5 Edukasi
14) Pengisian kapiler membaik dengan skor 1. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
5 2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
15) Frekuensi nadi membaik dengan skor 5 3. Anjurkan melapor jika menemukan
16) Frekuensi napas membaik dengan skor /merasakan tanda dan gejala awal syok
5 4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral.
5. Anjurkan menghindari allergen.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika
perlu
3. Kolaborasi pemberian antiinflamsi, jika
perlu

18
Post Operasi
1. Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Area Insisi
Kulit/Jaringan (D.0129) selama 3x24 jam, maka gangguan Observasi
integritas kulit/jaringan menurun dengan 1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan,
Gejala dan tanda mayor
kriteria hasil : bengkak, atau tanda-tanda dehisen atau
1) Subjektif (Tidak tersedia) 1. Elastisitas meningkat dengan skor 5 eviserasi.
2) Objektif 2. Hidrasi meningkat dengan skor 5 2. Identifikasi karakteristik drainase
a) Kerusakan jaringan 3. Perfusi jaringan perifer meningkat 3. Monitor proses penyembuhan area insisi
dan atau lapisan kulit dengan skor 5 4. Monitor tanda dan gejala infeksi
Gejala dan tanda minor 4. Kerusakan integritas jaringan menurun Terapeutik
1) Subjektif (tidak tersedia) dengan skor 5 1. Bersihkan area insisi dengan pembersih
2) Objektif 5. Kerusakan lapisan kulit menurun yang tepat
a) Nyeri dengan skor 5 2. Usap area insisi dari area yang bersih
b) Perdarahan 6. Nyeri menurun dengan skor 5 menuju area yang kurang bersih
c) Kemerahan 7. Perdarahan menurun dengan skor 5 3. Bersihkan area disekitar tempat
d) Hematoma 8. Kemerahan menurun dengan skor 5 pembungan atau tabung drainase
9. Hematoma menurun dengan skor 5 4. Pertahankan posisi tabung drainase
10. Pigmentasi abnormal menurun 5. Berikan salep antiseptik, jika perlu

19
dengan skor 5 6. Ganti balutan luka sesuai jadwal.
11. Jaringan parut menurun dengan skor
5
12. Nekrosis menurun dengan skor 5
13. Suhu kulit membaik dengan skor 5
14. Sensasi kulit membaik dengan skor 5
15. Tekstur membaik dengan skor 5
2. Intoleransi Aktivitas (D.0056) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Ambulasi
Gejala dan tanda mayor selama 3x24 jam, maka toleransi aktivitas Observasi
meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
1) Subjektif : Frekuensi
1) Frekuensi nadi meningkat dengan lainnya.
jantung meningkat >
skor 5 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
20% dari kondisi
ambulasi.
istirahat. 2) Saturasi oksigen meningkat
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
dengan skor 5
2) Objektif : Mengeluh
darah sebelum memulai ambulasi.
3) Kemudahan dalam melakukan
lelah
4. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
aktivitas sehari-hari meningkat
Gejala dan tanda Minor
darah sebelum memulai ambulasi.
dengan skor 5
1) Subjektif :
5. Monitor kondisi umum selama melakukan
4) Kecepatan berjalan meningkat
a) Dipsnea saat atau ambulasi.
dengan skor 5

20
5) Kekuatan tubuh bagian atas Terapeutik
setelah aktivitas
meningkat dengan skor 5 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
b) Merasa tidak
6) Kekuatan tubuh bagian bawah bantu (mis. tongkat, kruk)
nyaman setelah
meningkat dengan skor 5 2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
beraktivitas
7) Keluhan Lelah menurun dengan perlu.
c) merasa lemah
skor 5 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
2) Objektif :
8) Dispnea saat dan sesudah aktifitas dalam meningkatkan ambulasi.
a) Tekanan darah menurun dengan skor 5 Edukasi
berubah > 20% dari 9) Sianosis menurun dengan skor 5 1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
kondisi istirahat 10) TD membaik dengan skor 5 2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
b) Sianosis 3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai toleransi).

3. Risiko Infeksi (D.0142) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi


selama 3x24 jam, maka risiko infeksi Observasi
Menurun dengan kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan

21
1. Kebersihan tangan meningkat dengan sistematik.
skor 5 Terapeutik
2. Kebersihan badan meningkat dengan 1. Batasi jumlah pengunjung
skor 5 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Nafsu makan meningkat dengan skor 5 3. Berikan perawatan kulit pada area edema
4. Demam menurun dengan skor 5 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
5. Kemerahan menurun dengan skor 5 dengan pasien dan lingkungan pasien.
6. Nyeri menurun dengan skor 5 5. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
7. Bengkak menurun dengan skor 5 beresiko tinggi.
8. Vesikel menurun dengan skor 5 Edukasi
9. Bengkak menurun dengan skor 5 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
10. Cairan berbau busuk menurun dengan 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
skor 5 3. Ajarkan etika batuk.
11. Sputum berwarna hijau menurun 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
dengan skor 5 luka operasi.
12. Drainase purulent menurun dengan 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
skore 5 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
13. Periode malaise menurun dengan skor Kolaborasi
5 1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

22
14. Periode menggigil menurun dengan
skor 5

23
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2016). STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


INDONESIA (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN


INDONESIA (SIKI) (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). STANDAR LUARAN KEPERAWATAN


INDONESIA. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Sahadewa, U. &. (2021). Multiple Fraktur dengan Ruptur Arteri dan Vena
Brachialis. Medula.

Smeltzer, S. ., & Bare, B. G. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Edisi 10. Jakarta: EGC.

Widiawati, P. (2020). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gawat


Darurat pada Klien Tn.W dengan Fraktur Femur. Ungaran: Program
Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Ungaran.

Zuriati, S. &. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Pada Sistem Muskuloskeletal Aplikasi NANDA NIC dan NOC. Pustaka
Galeri Mandiri.

24

Anda mungkin juga menyukai