Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY‘‘M” DENGAN


MASALAH HIPERTENSI DI RUANG ICU
RSUP DR TADJUDDIN CHALID
KOTA MAKASSAR

Oleh:
Irma Yanti, S.Kep
NS0621081

CI Lahan CI Institusi

(…………………..….....) (Syaifuddin Zainal,


SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes)
NIP: NIDN:0916017901

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2022

A.1Laporan Pendahuluan
1.1.1 Konsep Penyakit/Kasus
A. Definisi
Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah secara menetap. Hipertensi dipicu oleh
beberapa faktor risiko, seperti faktor genetik, obesitas, kelebihan
asupan natrium, dislipidemia, kurangnya aktivitas fisik dan defisiensi
vitamin D (Dharmeizer,2012) dalam (Erica et al., 2017).
Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan
darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem
sirkulasi dan organ yang menadapat suplai darah (termasuk jantung
dan otak) menjadi tegang (Palmer 2005 dalam Manuntung, 2018).
Tekanan darah merupakan kekuatan atau tenaga yang
digunakan oleh darah untuk melawan dinding pembuluh arteri dan
biasa diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Nilai tekanan
darah dinyatakan dalam dua angka yaitu angka tekanan darah sistolik
dan diastolik. Tekanan darah sistolik merupakan nilai tekanan darah
saat fase relaksasi jantung (Tagle, 2018).
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhi yaitu: genetik,
lingkungan, hiperaktifitas saraf, simpatis sistem renin.
Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan
polisitemia. (Amin Huda Nurarif & Kusuma, 2015)
2. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas: Hipertensi
dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan/ atau tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 90mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg (Amin Huda Nurarif & Kusuma, 2015).
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
(Amin Huda Nurarif & Kusuma, 2015):
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipertensi di bedakan menjadi 2 yaitu ;
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat di hubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering di katakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi: nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak napas, nyeri dada
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis
h. Kesadaran menurun (Amin Huda Nurarif & Kusuma, 2015):
1.1.2 Patofisiologi
Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang sangat rumit antara
faktor genetik dan lingkungan yang dihubungkan oleh pejamu mediator
neurohormonal. Secara umum hipertensi disebabkan oleh peningkatan
tahanan perifer dan atau peningkatan volume darah. Gen yang
berpengaruh pada hipertensi primer (faktor heriditer diperkirakan
meliputi 30% sampai 40% hipertensi primer) meliputi reseptor
angiotensin II, gen angiotensin dan renin, gen
sintetaseoksidanitratendotelial; gen protein reseptorkinase G; gen
reseptoradrenergic; gen kalsium transport dan natrium
hidrogenantiporter (mempengaruhi sensitivitas garamm); dan gen yang
berhubungan dengan resistensi insulin, obesitas, hyperlipdemia, dan
hipertensi sebagai kelompok bawaan (Manuntung, 2018).
Teori terkini mengenai hipertensi primer meliputi peningkatan
aktivis sistem saraf simpatis (SNS) yaitu terjadi respons maladatif
terhadap stimulasi saraf simpatis dan perubahan gen pada reseptor
ditambah kadar katekolamin serum yang menetap, peningkatan aktivitas
sistem renin angiotensin aldosteron (RAA), secara langsung
menyebabkan vasokonstriksi, tetapi juga meningkatkan aktivitas SNS
dan menurunkan kadar prostaglandinvasodilator dan oksida nitrat,
memediasi remodeling arteri (perubahan struktural pada dinding
pembuluh darah), memediasi kerusakan organ akhir pada jantung
(hipertrofi), pembuluh darah, dan ginjal. Defek pada transport garam dan
air menyebabkan gangguan aktivitas peptide natriuretik otak (brain
natriuretic peptide,BNF), peptide natriuretik atrial (atrial natriuretic
peptide,ANF), adrenomedulin, urodilatin,dan endotelin dan
berhubungan dengan asupan diet kalsium, magnesium, dan kalium yang
rendah. Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi
endotel, hipertensi sering terjadi pada penderita diabetes, dan resistensi
insulin ditemukan pada banyak pasien hipertensi yang tidak memiliki
diabetes klinis. Resistensi insulin berhubungan dengan penurunan
pelepasan endothelial oksida nitrat dan vasodilator lain serta
mempengaruhi fungsi ginjal. Resistensi insulin dan kadar insulin yang
tinggi meningkatkan aktivitas SNS dan RAA (Manuntung, 2018)
Beberapa teori tersebut dapat menerangkan mengenai
peningkatan tahanan perifer akibat peningkatan vasokonstrikor (SNS,
RAA) atau pengurangan vasodilator (ANF, adrenomedulin, urodilatin,
oksida nitrat) dan kemungkin memediasi perubahan dalam apa yang
disebut hubungan tekanan natriuresis yang menyatakan bahwa individu
penderita hipertensi mengalami eksresi natrium ginjal yang lebih rendah
bila ada peningkatan tekanan darah (Manuntung, 2018).
Pemahaman mengenai patofisiologi mendukung intervensi
terkini yang diterapakan dalam penatalaksanaan hipertensi, seperti
pemabatasan asupan garam, penurunan berat badan, dan pengontrolan
diabetes, penghambat SNS, penghambatan RAA, vasodilator
nonspesifik, diuretik, dan obat-obatan eksperimental baru yang mengatur
ANF dan endotelin (Manuntung, 2018).

1.1.3 Pemeriksaan Penunjang


a. Hb/Ht: Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM (Amin Huda Nurarif & Kusuma, 2015)
1.1.4 Penatalaksanaan Medis Terbaru
a. Penatalaksanaan Non-farmakologi
1) Terapi relaksasi, ditujukan untuk menangani faktor psikologis
dan stress yang dapat menyebabkan hipertensi. Hormon
epineprin dan kortisol yang dilepaskan saat stres menyebabkan
peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan pembuluh
darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya peningkatan
tekanan darah tergantung berat stress dan sejauh mana kita
mengatasinya. Penanganan stress yang adekuat dapat
berpengaruh naik terhadap penurunan tekanan darah. Relaksasi
yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan teknik
pernapasan yang ritmis dan alami. Didalam relaksasi harus
melakukan pernapasan yang ritmis agar dapat mencapai hasil
relaksasi yang optimal melalui penurunan gelombang otak dari
gelombang beta ke gelombang alpha. Pernapasan dengan irama
yang teratur akan menenangkan gelombang otak serta
merelaksasikan seluruh otot dan jantung.
2) Teknik massase, menurut (Wijanarko et al., 2010 dalam Djafar et
al., 2014), teknik massase yang digunakan yaitu: Effleurage
(menggosok), Petrissage (memijat), Vibration (menggetarkan).
3) Intervensi bekam, berbekam adalah menghisap darah dan
mengeluarkannya dari permukaan kulit dengan jarum, kemudian
darah (Yasin, 2007). Bekam adalah pengeluaran darah dengan
cara pengekopan dibagian tertentu pada tubuh (Mustaqim, 2010)
(Dalam Djafar et al., 2014).
4) Diet, Salah satu terapi non-farmakologis yang dapat diberikan
pada penderita hipertensi adalah terapi nutrisi yang dilakukan
dengan manajemen diet hipertensi. Contohnya dengan
pembatasan konsumsi garam, mempertahankan asupan kalium,
kalsium, dan magnesium serta membatasi asupan kalori jika berat
badan meningkat
5) Aktivitas, Di sarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan di
sesuaikan dengan batasan medis sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang. (Djafar et al.,
2014)
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Pada hipertensi stadium 2 dan juga hipertensi stadium 1 jika
perubahan gaya hidup dalam 4-6 bulan gagal menurunkan tekanan
darah hingga mencapai target. AHA merekomendasikan inisiasi
terapi farmakologis jika : TD ≥140/90 mmHg pada pasien yang tidak
memiliki penyakit kardiovaskular dan memiliki risiko penyakit
kardiovaskular aterosklerosis dalam 10 tahun <10%. TD ≥130/80
mmHg Terdapat penyakit kardiovaskular atau memiliki risiko
penyakit kardiovaskular aterosklerosis dalam 10 tahun >10% Lansia
(≥65 tahun) Memiliki penyakit komorbid tertentu (DM, CKD, CKD
paska transplantasi ginjal, gagal jantung, angina pectoris stabil,
penyakit arteri perifer, pencegahan sekunder stroke lacunar)
(Santoso, 2018)
Menurut Adrianus Kosasih, (2019), ada lima golongan obat
anti hipertensi utama yang rutin direkomendasikan yaitu:
1. ACE
2. ARB beta bloker
3. CCB
4. Diuretik
1.2 Pengkajian
Pengkajian dapat dilakukan minimal sekali, tetapi dapat dilakukan
beberapa kali secara teratur, misal setiap jam pada pasien kritis. Teknik
pengkajian meliputi:
A. Identitas pasien
Pada identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku,
agama, pendidikan, dan alamat.
B. Identitas penaggung jawab
Pada identitas penanggung jawab meliputi nama, jenis kelamin,
Pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien dan alamat
C. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Tanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan klien
sehingga perlu pertolongan. Keluhan yang harus diperhatikan antara
lain sesak napas, nyeri dada menjalar ke arah lengan, cepat lelah, batuk
lendir atau berdarah, pingsan, berdebar-debar, dan lainnya sesuai
dengan patologi penyakitnya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap
gejala yaitu sakit kepala, kelelahan, selah, susah nafas, mual, gelisah,
kesadaran menurun, pengelihatan menjadi kabur, tinnitus (telinga
berdenging), palpitasi (berdebar-debar), kaku kuduk, tekanan darah
diatas normal, gampang marah.
3. Riwayat penyakit terdahulu (RPD)
Tanyakan tentang penyakit yang pernah dialami sebelumnya :
Tanyakan apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit
apa, pernahkah mengalami sakit yang berat (Harianto & Rini, 2015).
4. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah di dalam keluarga terdapat seseorang yang
memiliki penyakit yang sama.

5. Genogram
Pada genogram tersebut menanyakan dan membuat 3 generasi.
D. Pengkajian Persistem
1. Keadaan umum : Ku baik/sedang/lemah
2. Vital Sign
TD : mmHg
N : x/menit
S : C
RR : x/menit
SPO2 : %
3. Breath (B1) Pernapasan/Respirasi
Meliputi pergerakan dada, pemakaian otot bantu napas, suara
napas, batuk, sputum, dan alat bantu napas.
4. Blood (B2) Kardiovaskuler/Sirkulasi
Meliputi suara jantung, irama jantung, CRT, JVP, CVP, dan edema
5. Brain (B3 Persyarafan/Neurologik
Meliputi tingkat kesadaran, reaksi pupil, reflek fisiologis, reflek
patologis, dan meningeal sign
6. Bladder (B4) Perkemihan – Eliminasi Urin/Gastrointestinal
Meliputi mukosa bibir, lidah, keadaan gigi, nyeri tekan, abdomen,
paristaltik usus, mual, muntah, haematemesis, melena, terpasang NGT,
diare, konstipasi, ascites
7. Bone (B6) Tulang – otot – Integumen
Meliputi turgor, perdarahan kulit, icterus, akral, pergerakan sendi,
fraktur, dan luka
E. Basic promoting physiology of health
1. Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit :
Selama sakit :
2. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit :
Selama sakit :
3. Kenyamanan dan nyeri
Sebelum sakit :
Selama sakit :
P :
Q :
R :
S :
T :
4. Psiko sosio budaya dan spiritual
Psikologis :
a) Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah:
b) Cara mengatasi perasaan tersebut:
c) Rencana pasien setelah masalah terselesaikan adalah:
d) Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka:
e) Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada:

Sosial :
a) Aktivitas atau peran dimasyarakat adalah:
b) Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah:
c) Cara mengatasinya:
d) Pandangan klien tentang aktivitas social dilingkungannya:
F. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Peralatan Pemeriksaan Non Invasive Jantung Peralatan Pemeriksaan
Invasive Jantung: Pemeriksaan Non Invasive, Foto Thorax, EKG,
Treadmill exercise Chest test/Treadmill test, Echocardiography, Nuclear
cardiology, MRI/CT imaging.
G. Terapi
Terapi yang dilakukan kepada pasien

1.3 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(PPNI, 2017)
a. Pola napas tidak efektif
b. Penurunan curah jantung
c. Nyeri akut
d. Intoleransi aktivitas
e. Gangguan pola tidur
f. Risiko defisit nutrisi
1.4 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosis SLKI SIKI
keperawatan
1. Pola napas Tujuan: Manajemen jalan napas
tidak efektif Setelah dilakukan (I.01011)
(D.0005) asuhan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam - Monitor pola napas
masalah keperawatan (frekuensi, kedalaman,
teratasi. usaha napas)
Kriteria Hasil: - Monitor bunyi napas
Pola napas membaik tambahan (mis. gurgling,
(L.01004) mengi, wheezing, ronkhi
kering)
- Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
- Posisikan semi-fowler atau
fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
- Melakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2 Penurunan Tujuan: Perawatan Jantung (I.02075)
curah Setelah dilakukan Observasi
jantung asuhan keperawatan - Identifikasi tanda/gejala
(D.0008) selama 3x24 jam primer penurunan curah
masalah keperawatan jantung (meliputi
teratasi. dispnea,kelelahan,edema,ort
Kriteria Hasil: opnea,paroxysmal noctumal
Curah jantung dyspnea,peningkatan CVP)
meningkat (L.02008) - Identifikasi tanda/gejala
sekunder penurunan curah
jantung (meliputi
peningkatan berat badan,
hepatomegaly, distensi vena
jagularis, palpitasi, ronkhi
basah, aliguria, batuk, kulit
pucat)
- Monitor tekanan darah
(termasuk tekanan darah
ortostatik,jika perlu)
- Monitor intake dan output
cairan
- Monitor berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada
(mis. Intensitas lokasi,
radiasi, durasi, presivitas
yang mengurangi nyeri)
- Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor aritmia (kelainan irama
dan frekuensi)
- Monitor nilai laboratorium
jantung (mis. Elektrolit,
enzim jantung, BNP, NT
pro-BNP)
- Monitor fungsi alat pacu
jantung
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis. Beta
blocker, ACE inhibitor,
calcium channel blocker,
digoksin)
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-fowler
atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang
sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolestrol,
dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau
pneumatic intermiten, sesuai
indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress, jika perlu
- Berikan dukungan emosional
dan spiritual
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program
rehabilitas jantung.
3 Nyeri Akut Tujuan: Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) Setelah dilakukan Observasi
asuhan keperawatan - Identifikasi lokasi,
selama 3x24 jam karakteristik, durasi,
masalah keperawatan frekuensi, kualitas, intensitas
teratasi. nyeri
Kriteria Hasil: - Identifiksi skala nyeri
Tingkat nyeri menurun - Identifikasi respons nyeri
(L.08066) non verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identikasi pengaruh budaya
terhdap respon nyeri
- Identikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplamenter yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetic
Terapeutik
- Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS,hipnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis.suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- fasilitasi istirahat dan tidur
- pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
- anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- anjurkan menggunakan
analgetic secara tepat
- Ajarkan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
4 Intoleransi Tujuan: Manajemen Energi (I.05178)
aktivitas Setelah dilakukan
(D0056) asuhan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam - Identifikasi gangguan fungsi
masalah keperawatan tubuh yang mengakibatkan
teratasi. kelelahan
Kriteria Hasil: - Monitor kelelahan fisik dan
Toleransi aktivitas emosional
meningkat (L.05047) - Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk menurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
5. Gangguan Tujuan: Dukungan Tidur (I.05174)
pola tidur Setelah dilakukan Observasi
(D.0055) asuhan keperawatan - Identifikasi pola aktivitas dan
selama 3x24 jam tidur
masalah keperawatan - Identifikasi faktor penganggu
teratasi. tidur (fisik dan/atau
Kriteria Hasil: psokologis)
Pola tidur membaik - Identifikasi makanan dan
(L.05045) minuman yang menganggu
tidur (mis. Kopi, the, alcohol,
makan mendekati waktu
tidur, minum banyak air
sebelum tidur)
- Identifikasi obat tidur yang
dikomsumsi
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat
tidur)
- Batasi waktu tidur siang, jika
perlu
- Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya.

7 Risiko Tujuan: Manajemen Nutrisi (I.03119)


defisit Setelah dilakukan Observasi
nutrisi asuhan keperawatan - Identifikasi status nutrisi
(D.0032) selama 3x24 jam - Identifikasi alergi dan
masalah keperawatan intoleransi makanan
teratasi. - Identifikasi makanan yang
Kriteria Hasil: disukai
Status nutrisi membaik - Identifikasi kebutuhan kalori
(L.03030) (PPNI, 2019) dan jenis nutrient
- Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogatrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan,
jika perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
perlu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
(PPNI, 2018)
1.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan, tahap ini
muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan
keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi (Debora,
2017).
1.6 Evaluasi
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingka antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil
dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Debora, 2017)
Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :
A. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data
hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori dan
pelaksanaan
B. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan
wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon klien dan keluarga
terkait pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir
layanan. Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan
pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi meliputi:
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan perubahan
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika klien
menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi : jika klien tidak
menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul
masalah/diagnosa keperawatan.
1.7 Discharge Planning
a. Berhenti merokok
b. Pertahankan gaya hidup sehat
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
d. Batasi mengkomsumsi alcohol
e. Penjelasan mengenai hipertensi
f. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaanya
secara rutin
g. Diet garam serta pengendalian berat badan
h. Periksa tekanan darah secara teratur.
(Amin Huda Nurarif & Kusuma, 2015)

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC. Mediaction.

Debora. (2017). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Salemba Medika.


Djafar, R. zainal, Purnomo, mulyadi eko, Halimi, entis s, Yudono, B., Suwandi,
Hikayati, & Djunaidi. (2014). Prosiding seminar hasil pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat sumber dana DIPA unsri 2013.

Erica, S. R. K., Julius, S. A. F., Albertus, H. B., Stefanus, A. S., & Natalia, K.
(2017). Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi Guna Perbaikan
Tekanan Darah pada Anak Muda. 3(1), 26–38.

Harianto, A., & Rini, S. (2015). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1 (A.-R.


Media (ed.)).

Khalifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Pusdik SDM Kesehatan.

Manuntung, A. (2018). Terapi perilaku kognitif pada pasien hipertensi. WINEKA


MEDIA.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan


Indikator Diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI.

PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan


Pengurus Pusat.

PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan. DPP PPNI.

Santoso, A. (2018). Standar Nasional Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan


Pembuluh Darah (G. Asiani (ed.); 1st ed.).

Tagle, R. (2018). Arterial Hypertension Diagnosis. Revista Clínica Las Condes,


29(1), 12–20. https://doi.org/10.1016/j.rmclc.2017.12.005

Pathways
Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, stress, Bebankerja jantung
kurang olahraga, genetic, alkohol, konsentrasi garam, obesitas

Hipertensi Tekanan darah


Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur Perubahan situasi Krisis situasional


Penyumbatan pembuluh darah Nafsu makanmenurun,muntah Risiko Defisit Nutr

Vasokontriksi Resistensi pemb. darah Nyeriaku


Nyerikepala

Gangguan sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksipemb.darah ginjal Spasme arteriol


Spasme arteriol

Blood flo darah w


Penurunan Curah Vasokontriksi
Jantung
Respon RAA
Afterload
Merangsang aldosteron Retensi Na
Fatigue Int

Anda mungkin juga menyukai