Oleh:
Irma Yanti, S.Kep
NS0621081
CI Lahan CI Institusi
A.1Laporan Pendahuluan
1.1.1 Konsep Penyakit/Kasus
A. Definisi
Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah secara menetap. Hipertensi dipicu oleh
beberapa faktor risiko, seperti faktor genetik, obesitas, kelebihan
asupan natrium, dislipidemia, kurangnya aktivitas fisik dan defisiensi
vitamin D (Dharmeizer,2012) dalam (Erica et al., 2017).
Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan
darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem
sirkulasi dan organ yang menadapat suplai darah (termasuk jantung
dan otak) menjadi tegang (Palmer 2005 dalam Manuntung, 2018).
Tekanan darah merupakan kekuatan atau tenaga yang
digunakan oleh darah untuk melawan dinding pembuluh arteri dan
biasa diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Nilai tekanan
darah dinyatakan dalam dua angka yaitu angka tekanan darah sistolik
dan diastolik. Tekanan darah sistolik merupakan nilai tekanan darah
saat fase relaksasi jantung (Tagle, 2018).
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhi yaitu: genetik,
lingkungan, hiperaktifitas saraf, simpatis sistem renin.
Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan
polisitemia. (Amin Huda Nurarif & Kusuma, 2015)
2. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas: Hipertensi
dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan/ atau tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 90mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg (Amin Huda Nurarif & Kusuma, 2015).
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
(Amin Huda Nurarif & Kusuma, 2015):
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipertensi di bedakan menjadi 2 yaitu ;
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat di hubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering di katakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi: nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak napas, nyeri dada
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis
h. Kesadaran menurun (Amin Huda Nurarif & Kusuma, 2015):
1.1.2 Patofisiologi
Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang sangat rumit antara
faktor genetik dan lingkungan yang dihubungkan oleh pejamu mediator
neurohormonal. Secara umum hipertensi disebabkan oleh peningkatan
tahanan perifer dan atau peningkatan volume darah. Gen yang
berpengaruh pada hipertensi primer (faktor heriditer diperkirakan
meliputi 30% sampai 40% hipertensi primer) meliputi reseptor
angiotensin II, gen angiotensin dan renin, gen
sintetaseoksidanitratendotelial; gen protein reseptorkinase G; gen
reseptoradrenergic; gen kalsium transport dan natrium
hidrogenantiporter (mempengaruhi sensitivitas garamm); dan gen yang
berhubungan dengan resistensi insulin, obesitas, hyperlipdemia, dan
hipertensi sebagai kelompok bawaan (Manuntung, 2018).
Teori terkini mengenai hipertensi primer meliputi peningkatan
aktivis sistem saraf simpatis (SNS) yaitu terjadi respons maladatif
terhadap stimulasi saraf simpatis dan perubahan gen pada reseptor
ditambah kadar katekolamin serum yang menetap, peningkatan aktivitas
sistem renin angiotensin aldosteron (RAA), secara langsung
menyebabkan vasokonstriksi, tetapi juga meningkatkan aktivitas SNS
dan menurunkan kadar prostaglandinvasodilator dan oksida nitrat,
memediasi remodeling arteri (perubahan struktural pada dinding
pembuluh darah), memediasi kerusakan organ akhir pada jantung
(hipertrofi), pembuluh darah, dan ginjal. Defek pada transport garam dan
air menyebabkan gangguan aktivitas peptide natriuretik otak (brain
natriuretic peptide,BNF), peptide natriuretik atrial (atrial natriuretic
peptide,ANF), adrenomedulin, urodilatin,dan endotelin dan
berhubungan dengan asupan diet kalsium, magnesium, dan kalium yang
rendah. Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi
endotel, hipertensi sering terjadi pada penderita diabetes, dan resistensi
insulin ditemukan pada banyak pasien hipertensi yang tidak memiliki
diabetes klinis. Resistensi insulin berhubungan dengan penurunan
pelepasan endothelial oksida nitrat dan vasodilator lain serta
mempengaruhi fungsi ginjal. Resistensi insulin dan kadar insulin yang
tinggi meningkatkan aktivitas SNS dan RAA (Manuntung, 2018)
Beberapa teori tersebut dapat menerangkan mengenai
peningkatan tahanan perifer akibat peningkatan vasokonstrikor (SNS,
RAA) atau pengurangan vasodilator (ANF, adrenomedulin, urodilatin,
oksida nitrat) dan kemungkin memediasi perubahan dalam apa yang
disebut hubungan tekanan natriuresis yang menyatakan bahwa individu
penderita hipertensi mengalami eksresi natrium ginjal yang lebih rendah
bila ada peningkatan tekanan darah (Manuntung, 2018).
Pemahaman mengenai patofisiologi mendukung intervensi
terkini yang diterapakan dalam penatalaksanaan hipertensi, seperti
pemabatasan asupan garam, penurunan berat badan, dan pengontrolan
diabetes, penghambat SNS, penghambatan RAA, vasodilator
nonspesifik, diuretik, dan obat-obatan eksperimental baru yang mengatur
ANF dan endotelin (Manuntung, 2018).
5. Genogram
Pada genogram tersebut menanyakan dan membuat 3 generasi.
D. Pengkajian Persistem
1. Keadaan umum : Ku baik/sedang/lemah
2. Vital Sign
TD : mmHg
N : x/menit
S : C
RR : x/menit
SPO2 : %
3. Breath (B1) Pernapasan/Respirasi
Meliputi pergerakan dada, pemakaian otot bantu napas, suara
napas, batuk, sputum, dan alat bantu napas.
4. Blood (B2) Kardiovaskuler/Sirkulasi
Meliputi suara jantung, irama jantung, CRT, JVP, CVP, dan edema
5. Brain (B3 Persyarafan/Neurologik
Meliputi tingkat kesadaran, reaksi pupil, reflek fisiologis, reflek
patologis, dan meningeal sign
6. Bladder (B4) Perkemihan – Eliminasi Urin/Gastrointestinal
Meliputi mukosa bibir, lidah, keadaan gigi, nyeri tekan, abdomen,
paristaltik usus, mual, muntah, haematemesis, melena, terpasang NGT,
diare, konstipasi, ascites
7. Bone (B6) Tulang – otot – Integumen
Meliputi turgor, perdarahan kulit, icterus, akral, pergerakan sendi,
fraktur, dan luka
E. Basic promoting physiology of health
1. Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit :
Selama sakit :
2. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit :
Selama sakit :
3. Kenyamanan dan nyeri
Sebelum sakit :
Selama sakit :
P :
Q :
R :
S :
T :
4. Psiko sosio budaya dan spiritual
Psikologis :
a) Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah:
b) Cara mengatasi perasaan tersebut:
c) Rencana pasien setelah masalah terselesaikan adalah:
d) Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka:
e) Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada:
Sosial :
a) Aktivitas atau peran dimasyarakat adalah:
b) Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah:
c) Cara mengatasinya:
d) Pandangan klien tentang aktivitas social dilingkungannya:
F. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Peralatan Pemeriksaan Non Invasive Jantung Peralatan Pemeriksaan
Invasive Jantung: Pemeriksaan Non Invasive, Foto Thorax, EKG,
Treadmill exercise Chest test/Treadmill test, Echocardiography, Nuclear
cardiology, MRI/CT imaging.
G. Terapi
Terapi yang dilakukan kepada pasien
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program
rehabilitas jantung.
3 Nyeri Akut Tujuan: Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) Setelah dilakukan Observasi
asuhan keperawatan - Identifikasi lokasi,
selama 3x24 jam karakteristik, durasi,
masalah keperawatan frekuensi, kualitas, intensitas
teratasi. nyeri
Kriteria Hasil: - Identifiksi skala nyeri
Tingkat nyeri menurun - Identifikasi respons nyeri
(L.08066) non verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identikasi pengaruh budaya
terhdap respon nyeri
- Identikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplamenter yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetic
Terapeutik
- Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS,hipnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis.suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- fasilitasi istirahat dan tidur
- pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
- anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- anjurkan menggunakan
analgetic secara tepat
- Ajarkan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
4 Intoleransi Tujuan: Manajemen Energi (I.05178)
aktivitas Setelah dilakukan
(D0056) asuhan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam - Identifikasi gangguan fungsi
masalah keperawatan tubuh yang mengakibatkan
teratasi. kelelahan
Kriteria Hasil: - Monitor kelelahan fisik dan
Toleransi aktivitas emosional
meningkat (L.05047) - Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk menurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
5. Gangguan Tujuan: Dukungan Tidur (I.05174)
pola tidur Setelah dilakukan Observasi
(D.0055) asuhan keperawatan - Identifikasi pola aktivitas dan
selama 3x24 jam tidur
masalah keperawatan - Identifikasi faktor penganggu
teratasi. tidur (fisik dan/atau
Kriteria Hasil: psokologis)
Pola tidur membaik - Identifikasi makanan dan
(L.05045) minuman yang menganggu
tidur (mis. Kopi, the, alcohol,
makan mendekati waktu
tidur, minum banyak air
sebelum tidur)
- Identifikasi obat tidur yang
dikomsumsi
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat
tidur)
- Batasi waktu tidur siang, jika
perlu
- Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Erica, S. R. K., Julius, S. A. F., Albertus, H. B., Stefanus, A. S., & Natalia, K.
(2017). Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi Guna Perbaikan
Tekanan Darah pada Anak Muda. 3(1), 26–38.
Pathways
Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, stress, Bebankerja jantung
kurang olahraga, genetic, alkohol, konsentrasi garam, obesitas