Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


TRAUMA MUSKULOSKELETAL: FRAKTUR
DI RUANG IGD RSUD BATANG

Hammam Zaky
201902030107

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2023
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Fraktur disebut juga dengan cedera merupakan istilah dari hilangnya atau
terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan baik bersifat total maupun
sebagian. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun
tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan
edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur
tendon, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat
mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat
fragmen tulang (Krisdiyana, 2019).
Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus sambungannya akibat
tekanan berat. Tulang merupakan bagian tubuh yang keras, namun jika diberi
gaya tekan yang lebih besar dari pada yang dapat diabsorpsi, maka bisa terjadi
fraktur. Gaya tekan yang berlebih yang dimaksud antara lain seperti pukulan
keras, gerakan memuntir atau meremuk yang terjadi mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrem. (Brunner & Suddarth 2002: dalam Istianah, 2017).
2. Etiologi
Menurut Smelt & Suddarth,2013 fraktur dapat disebabkan oleh pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak dan kontraksi otot yang
ekstrim. Patah tulang mempengaruhi jaringan sekitarnya mengakibatkan
edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture
tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami
cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau gerakan fragmen tulang
(Krisdiyana, 2019).
Fraktur disebabkan oleh beberapa hal, menurut Helmi (2012) adalah:
a) Fraktur Traumatik Disebabkan oleh adanya trauma langsung maupun
tidak secara tibatiba baik ringan maupun berat yang mengenai tulang.
b) Fraktur stres Fraktur yang terjadi akibat tulang mengalami tekanan
yang terlalu sering.
c) Fraktur patologis Fraktur yang disebabkan oleh kondisi sebelumnya,
seperti kondisi proses patologik penyakit yang mengakibatkan rentang
fraktur
3. Tanda dan gejala
a) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma dan edema.
b) Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.
c) Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
d) Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
e) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.
4. Patofisiologi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh adanya trauma
atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu
sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi apakah itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi
apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak
melibatkan seluruh ketebalan tulang. Kerusakan pembuluh darah akibat
fraktur akan menyebabkan pendarahan, yang menyebabkan volume darah
menurun, sehingga mengakibatkan mengeksudasi plasma dan berpoliferasi
menjadi edema lokal. Fraktur terbuka atau tertutup mengenai serabut saraf,
dimana hal ini dapat menimbulkan rasa nyaman nyeri yang menimbulkan
nyeri gerah sehingga mobilitas fisik terganggu. Fraktur terbuka juga dapat
mengenai jaringan lunak yang dapat memungkinkan dapat terjadinya infeksi
akibat terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
5. Pathway

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan pada kasus fraktur
adalah: 1. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.
2. Scan tulang, tomogram, atau CT/MRIscan untuk memperlihatkan fraktur
secara lebih jelas dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. 3.
Arteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler. 4.
Hitung darah lengkap. Hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun
pada perdarahan. Selain itu, peningkatan lekosit mungkin terjadi sebagai
respons terhadap peradangan. 5. Kretinin Trauma otot meningkatkan beban
kretinin untuk klirens ginjal. 6. Profil koagulasi Perubahan dapat terjadi pada
kehilangan darah, transfusi, atau cedera organ hati.
7. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan medis pada fraktur yaitu:
a) Rekognisi adalah mampu mengenal fraktur (jenis, lokasi, akibat) untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
b) Reduksi adalah tindakan dengan membuat posisi tulang mendekati
keadaan normal, dikenal dengan 2 jenis reduksi, yaitu: - Reduksi
tertutup Mengembalikan pergerakan dengan cara manual (tertutup)
dengan tarikan untuk menggerakan ujung fragmen tulang. - Reduksi
terbuka Pembedahan bertujuan memasang alat untuk mempertahankan
pergerakan dengan plate, screw, pin, wire, nail.
c) Retensi Melakukan imobilisasi, dengan pemasangan gips, imobilisasi
eksternal dan imobilisasi internal.
d) Rehabilitasi Mengembalikan fungsi ke semula termasuk fungsi tulang,
otot dan jaringan sekitarnya. Bisa dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
 Mempertahankan reduksi dan imobilisasi.
 Monitor status neurovaskuler (sirkulasi, nyeri, sensasi,
pergerakan).
 Elevasi untuk meminimalkan swelling, bisa dilakukan kompres
dingin.
 Kontrol ansietas dan nyeri.
 Latihan isometric untuk mencegah atrofi, mempertahankan
sirkulasi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian primer
a. Kaji jalan nafas (airway)
Melakukan observasi pada gerakan dada, apabila terdapat gerakan dada sponta
berarti jalan napas lancer atau paten, sedangkan apabila tidak ada gerakan
dada walaupun diberikan bantuan napas artinya dicurigai terdapat sumbatan
jalan napas.
b. Kaji fungsi paru (breathing)
Mengkaji atau observasi kemampuan pengembangan paru, apakah terdapat
pengembangan paru secara spontan atau tidak, jika tidak ada maka dicurigai
terdapat gangguan fungsi paru sehingga akan dilakukan tindakan bantuan
nafas.
c. Kaji sirkulasi (circulation)
Melakukan pengkajian denyut nadi dengan meakukan palpasi pada nadi
radialis, apabila tidak teraba gunakan nadi brachialis, apabila tida teraba
gunaka nadi carotis dan apabila tidak ada denyutan menandakan adanya
gangguan fungsi jantung.
d. Kaji disability yaitu tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan GCS.
e. Kaji exposure dengan melihat pada area tubuh apakah terdapat jejas atau luka
dibagian dalam pakaian.
2. Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Kepala : kaji bentuk dan ada tidaknya benjolan
Mata : kaji warna sklera dan konjungtiva
Hidung : kaji ada tidaknya pernafasan cuping hidung
Telinga : kaji kebersihanya
Mulut : kaji mukosa dan kebersihannya
Leher : ada tidaknya pembesaran vena jugularis
2) Dada
Inspeksi : kaji apakah terdapat kelainan bentuk ataupun luka
Palpasi : kaji apakah terdapat nyeri tekan atau tidak
Aukultasi : kemungkinana terdapat bunyi napas tambahan seperti ronkhi
3) Abdomen
Inspeksi : melihat apakah terdapat adanya luka atau jejas
Auskultasi : kaji apakah terdapat suara yang tidak normal
Palpasi : kaji apakah terdapat nyeri tekan atau tidak
4) Ekstremitas
Atas : kaji apakah nadi teraba atau tidak, suhu hangat atau dingin,
kekuatan otot, apakah terdapat edema atau benjolan pada tangan, capillary
refill <3 detik
Bawah : kaji untuk suhu hangat atau dingin, kekuatan otot, apakah
terdapat edema atau benjolan pada tangan, capillary refill <3 detik
b. Prosedur diagnostik dan laboratorium
Prosedur Indikasi dan Nilai Normal Kemungkinan
Diagnostik Tujuan Hasil
Foto Rontgen Dilakukan untuk Pada bagian Pada kasus
mendeteksi tulang umumnya fraktur
kondisi kelainan tidak ada kemungkinan
tulang dan sendi kelainan bentuk hasil akan
seperti pada pada bagian menunjukan
patah tulang, dan tulang adanya kelainan
osteoporosis, bentuk pada
infeksi, gangguan struktur tulang
pencernaan,
pembengkakakn
jantung, tumor,
dll

3. Diagnosa Keperawatan Utama


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan laserasi kulit
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
4. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pemberian Analgesik
agen pencedera tindakan keperawatan, O: a. Mengetahui PQRST nyeri
fisik nyeri akut menurun a. Identifikasi karekteristik b. Mengetahui apakah klien mempunyai
dengan kriteria hasil : nyeri riwayat alergi obat analgesic atau tidak
-keluhan nyeri menurun b. Identifikasi riwayat alergi c. Mengetahui TTV klien apakah dalam
-meringis menurun obat batas normal atau tidak
-gelisah menurun c. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian a. Membantu mempercepat penyembuhan

analgesik dengan memilih jenis analgesic yang

N: sesuai

a. Diskusikan jenis analgesic b. Memenuhi kebutuhan cairan klien

yang sesuai untuk mencapai c. Mengetahui respon terhadap efek

optimal samping

b. Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu untuk
mempertahan kadar serum
c. Dokumentesikan respon
a. Klien memahami tentang efek samping
terhadap efek yang tidak
diinginkan obat
E:
a. Jelaskan efeks terapi dan a. Membantu proses mepercepat
efek samping obat penyembuhan klien
C:
a. Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesic sesuai
indikasi
2 Gangguan setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit tindakan keperawatan O:
b.d laserasi kulit integritas klien a. Identifikasi penyebab a. Mengetahui faktor pemicu gangguan

meningkat dengan gangguan integritas kulit pada kulit

kriteria hasil :
-kerusakan jaringan N:
a. Ubah posisi tiap 2 jam jika a. Memposisikan kilen agar lebih nyaman
menurun
tirah baring b. Meberikan efek relaksasi pada area
-kerusakan lapisan kulit
b. Lakukan pemijatan pada sekitar edema
menurun
area tonjolan jika perlu c. Mencegah terjadinya infeksi pada kulit
-pedarahan menurun
c. Gunakan produk berbahan sensitive

ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitive
E:
a. Anjurkan menggunakan
minum air yang cukup a. Memenuhi kebutuhan cairan klien

b. Anjurkan menggunakan b. Menjaga agar kulit tetap lembab

pelembab c. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien

c. Anjurkan meningkatkan d. Memenuhi kebutuhan vitamin klien

nutrisi
d. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur

Gang Dukungan
3

a. Mengetahui kondisi fisik dan nyeri

guan Mobilisasi b. Mengetahui keadaan umum pasien


setelah mobilisasi

Mobi (I.05173)
litas 1.
Fisik Identifikasi a. Untuk melatih klien bergerak
b.d adanya
b. Keluarga dapat melatih klien mobilisasi
saat dirumah

Gang nyeri atau


guan keluhan a. Klien mengetahui prosedur mobilisasi
b. Klien bisa berlatih mobilisasi dengan

Musk fisik sederhana

ulosk lainnya a. Membantu proses mepercepat

eleta 2. penyembuhan klien

l Identifikasi
Gang toleransi
guan fisik
Mobi melakukan
litas pergerakka
Fisik n
b.d 3. Monitor
Gang keadaan
guan umum
Musk selama
ulosk melakukan
eleta mobilisasi
l Terapeutik
:
Gangguan
mobilitas fisik
b.d gangguan
1. Fasilitasi
muskuloskeletal

untuk
melakukan
pergerakka
n
2. Libatkan
keluarga
untuk
membantu
pasien
dalam
meningkatk
an
pergerakka
n.
Edukasi :
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi
2. Ajarkan
mobilisasi
sederhana
yang
harus
dilakukan.
Kolaborasi
:
Kolaborasi
kan terapi
medikasi
dengan
tenaga
O:
a. Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya
b. Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakkan
c. Monitor keadaan umum
selama melakukan
mobilisasi
N:
a. Fasilitasi untuk melakukan
pergerakkan
b. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakkan.
E:
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
b. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan.
C:
a. Kolaborasikan terapi
medikasi sesuai advis
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, P. E. (2021). Gambaran Pengelolaan Nyeri Akut Pada Pasien Fraktur Femur Di


Brsu Tabanan Tahun 2021 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Denpasar
Jurusan Keperawatan 2021).

PUTRI, L. M. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA


PASIEN FRAKTUR FEMUR DI RUANG BEDAH RSUD JENDRAL AHMAD YANI
METRO PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2020 (Doctoral dissertation, Poltekkes
Tanjungkarang).

Prabowo, A. A. A., Purwanti, O. S., & Kep, M. (2015). Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Post Remove of Inplate Fraktur Tibia di RSUD Sukoharjo (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Hasan, M., Sumarliyah, E., & Aisyah, S. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PADA
KLIEN POST OP FRAKTUR CRURIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI AKUT DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT ISLAM DARUS
SYIFA’BENOWO (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).

Citra Dewiyanto, A. (2021). STUDI LITERATUR: TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM


PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI AKUT (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Hayati, A. (2022). Laporan Pendahuluan Fraktur Antebrachii. Universitas Muhammadiyah


Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai