Hammam Zaky
201902030107
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan pada kasus fraktur
adalah: 1. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.
2. Scan tulang, tomogram, atau CT/MRIscan untuk memperlihatkan fraktur
secara lebih jelas dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. 3.
Arteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler. 4.
Hitung darah lengkap. Hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun
pada perdarahan. Selain itu, peningkatan lekosit mungkin terjadi sebagai
respons terhadap peradangan. 5. Kretinin Trauma otot meningkatkan beban
kretinin untuk klirens ginjal. 6. Profil koagulasi Perubahan dapat terjadi pada
kehilangan darah, transfusi, atau cedera organ hati.
7. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan medis pada fraktur yaitu:
a) Rekognisi adalah mampu mengenal fraktur (jenis, lokasi, akibat) untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
b) Reduksi adalah tindakan dengan membuat posisi tulang mendekati
keadaan normal, dikenal dengan 2 jenis reduksi, yaitu: - Reduksi
tertutup Mengembalikan pergerakan dengan cara manual (tertutup)
dengan tarikan untuk menggerakan ujung fragmen tulang. - Reduksi
terbuka Pembedahan bertujuan memasang alat untuk mempertahankan
pergerakan dengan plate, screw, pin, wire, nail.
c) Retensi Melakukan imobilisasi, dengan pemasangan gips, imobilisasi
eksternal dan imobilisasi internal.
d) Rehabilitasi Mengembalikan fungsi ke semula termasuk fungsi tulang,
otot dan jaringan sekitarnya. Bisa dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
Mempertahankan reduksi dan imobilisasi.
Monitor status neurovaskuler (sirkulasi, nyeri, sensasi,
pergerakan).
Elevasi untuk meminimalkan swelling, bisa dilakukan kompres
dingin.
Kontrol ansietas dan nyeri.
Latihan isometric untuk mencegah atrofi, mempertahankan
sirkulasi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian primer
a. Kaji jalan nafas (airway)
Melakukan observasi pada gerakan dada, apabila terdapat gerakan dada sponta
berarti jalan napas lancer atau paten, sedangkan apabila tidak ada gerakan
dada walaupun diberikan bantuan napas artinya dicurigai terdapat sumbatan
jalan napas.
b. Kaji fungsi paru (breathing)
Mengkaji atau observasi kemampuan pengembangan paru, apakah terdapat
pengembangan paru secara spontan atau tidak, jika tidak ada maka dicurigai
terdapat gangguan fungsi paru sehingga akan dilakukan tindakan bantuan
nafas.
c. Kaji sirkulasi (circulation)
Melakukan pengkajian denyut nadi dengan meakukan palpasi pada nadi
radialis, apabila tidak teraba gunakan nadi brachialis, apabila tida teraba
gunaka nadi carotis dan apabila tidak ada denyutan menandakan adanya
gangguan fungsi jantung.
d. Kaji disability yaitu tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan GCS.
e. Kaji exposure dengan melihat pada area tubuh apakah terdapat jejas atau luka
dibagian dalam pakaian.
2. Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Kepala : kaji bentuk dan ada tidaknya benjolan
Mata : kaji warna sklera dan konjungtiva
Hidung : kaji ada tidaknya pernafasan cuping hidung
Telinga : kaji kebersihanya
Mulut : kaji mukosa dan kebersihannya
Leher : ada tidaknya pembesaran vena jugularis
2) Dada
Inspeksi : kaji apakah terdapat kelainan bentuk ataupun luka
Palpasi : kaji apakah terdapat nyeri tekan atau tidak
Aukultasi : kemungkinana terdapat bunyi napas tambahan seperti ronkhi
3) Abdomen
Inspeksi : melihat apakah terdapat adanya luka atau jejas
Auskultasi : kaji apakah terdapat suara yang tidak normal
Palpasi : kaji apakah terdapat nyeri tekan atau tidak
4) Ekstremitas
Atas : kaji apakah nadi teraba atau tidak, suhu hangat atau dingin,
kekuatan otot, apakah terdapat edema atau benjolan pada tangan, capillary
refill <3 detik
Bawah : kaji untuk suhu hangat atau dingin, kekuatan otot, apakah
terdapat edema atau benjolan pada tangan, capillary refill <3 detik
b. Prosedur diagnostik dan laboratorium
Prosedur Indikasi dan Nilai Normal Kemungkinan
Diagnostik Tujuan Hasil
Foto Rontgen Dilakukan untuk Pada bagian Pada kasus
mendeteksi tulang umumnya fraktur
kondisi kelainan tidak ada kemungkinan
tulang dan sendi kelainan bentuk hasil akan
seperti pada pada bagian menunjukan
patah tulang, dan tulang adanya kelainan
osteoporosis, bentuk pada
infeksi, gangguan struktur tulang
pencernaan,
pembengkakakn
jantung, tumor,
dll
N: sesuai
optimal samping
b. Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu untuk
mempertahan kadar serum
c. Dokumentesikan respon
a. Klien memahami tentang efek samping
terhadap efek yang tidak
diinginkan obat
E:
a. Jelaskan efeks terapi dan a. Membantu proses mepercepat
efek samping obat penyembuhan klien
C:
a. Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesic sesuai
indikasi
2 Gangguan setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit tindakan keperawatan O:
b.d laserasi kulit integritas klien a. Identifikasi penyebab a. Mengetahui faktor pemicu gangguan
kriteria hasil :
-kerusakan jaringan N:
a. Ubah posisi tiap 2 jam jika a. Memposisikan kilen agar lebih nyaman
menurun
tirah baring b. Meberikan efek relaksasi pada area
-kerusakan lapisan kulit
b. Lakukan pemijatan pada sekitar edema
menurun
area tonjolan jika perlu c. Mencegah terjadinya infeksi pada kulit
-pedarahan menurun
c. Gunakan produk berbahan sensitive
ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitive
E:
a. Anjurkan menggunakan
minum air yang cukup a. Memenuhi kebutuhan cairan klien
nutrisi
d. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
Gang Dukungan
3
Mobi (I.05173)
litas 1.
Fisik Identifikasi a. Untuk melatih klien bergerak
b.d adanya
b. Keluarga dapat melatih klien mobilisasi
saat dirumah
l Identifikasi
Gang toleransi
guan fisik
Mobi melakukan
litas pergerakka
Fisik n
b.d 3. Monitor
Gang keadaan
guan umum
Musk selama
ulosk melakukan
eleta mobilisasi
l Terapeutik
:
Gangguan
mobilitas fisik
b.d gangguan
1. Fasilitasi
muskuloskeletal
untuk
melakukan
pergerakka
n
2. Libatkan
keluarga
untuk
membantu
pasien
dalam
meningkatk
an
pergerakka
n.
Edukasi :
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi
2. Ajarkan
mobilisasi
sederhana
yang
harus
dilakukan.
Kolaborasi
:
Kolaborasi
kan terapi
medikasi
dengan
tenaga
O:
a. Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya
b. Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakkan
c. Monitor keadaan umum
selama melakukan
mobilisasi
N:
a. Fasilitasi untuk melakukan
pergerakkan
b. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakkan.
E:
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
b. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan.
C:
a. Kolaborasikan terapi
medikasi sesuai advis
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, A. A. A., Purwanti, O. S., & Kep, M. (2015). Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Post Remove of Inplate Fraktur Tibia di RSUD Sukoharjo (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Hasan, M., Sumarliyah, E., & Aisyah, S. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PADA
KLIEN POST OP FRAKTUR CRURIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI AKUT DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT ISLAM DARUS
SYIFA’BENOWO (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).