Anda di halaman 1dari 37

FRAKTUR

oleh:
KELOMPOK 8

Anisatul Hasanah NIM.17037140983


Devi Nurul Aisyah NIM.17037140985
Eksan Efendi NIM.16037140926
Ilham Noerrahman Khobir NIM.17037141000
Putri Intan Kumalasari NIM.17037141029
Siti Halimatus Sa’diyah NIM.17037141044
Susi Wulandari NIM.17037141005
DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Djamal, 2015).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya


disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,
keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi yang lengkap atau
tidak lengkap (Nurarif dan Hardhi, 2016).
ETIOLOGI

Menurut Wijaya dan Yessie (2013),


penyebab fraktur adalah:
1. Kekerasan Langsung
2. Kekerasan Tidak Langsung
3. Kekerasan Akibat Tarikan Otot
KLASIFIKASI

Menurut Nurarif dan Hardhi (2016)


fraktur dibagi berdasarkan:

1. Klasifikasi berdasarkan etiologi


Fraktur traumatic
Fraktur patologis
Fraktur Stress
KLASIFIKASI

2. Klasifikasi berdasarkan klinis


Fraktur Tertutup (simple fraktur)
Fraktur Terbuka (compound
fraktur)
Fraktur Dengan Komplikasi
KLASIFIKASI

3. Klasifikasi berdasarkan Radiologis


a. Berdasarkan lokalisasinya dapat
dibagi menjadi 4 yaitu

Fraktur Diafisial
Fraktur Metafisial
Fraktur Intra Artikuler
Fraktur Dengan Dislokasi

.
KLASIFIKASI

b. Berdasarkan konfigurasinya
dapat dibagi menjadi 12
diantaranya yaitu :

Fraktur Transversal Fraktur Baji


( Kompresi )
Fraktur Oblik Fraktur Avulsi
Fraktur Spiral Fraktur Depresi
Fraktur Z (Kupu – Fraktur Pecah
kupu) ( Burst )
KLASIFIKASI

c. Menurut Ekstensi

Fraktur total ( complete )


Fraktur tidak total ( incomplete )
Fraktur multiple
Fraktur buckle atau torus.
Fraktur garis lembut.
Fraktur greenstick
KLASIFIKASI

d. Menurut Hubungan antara


Fragmen dengan Fragmen
lainnya

Fraktur Bergeser (Displaced)


Fraktur Tidak Bergeser
(Indisplaced)
MANIFESTASI KLINIS

Menurut Wijaya dan Yessie (2013) manifestasi klinis fraktur,


adalah:
1. Nyeri, yang terus menerus dan bertambah beratnya sampai
fragmen tulang di imobilisasi spasme otot yang menyertai
fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai


menyebabkan deformitas (terlihat ataupun teraba)
ekstermitas yang bisa diketahui dengan membandingkan
dengan ekstremitas normal.

3. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang


sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan
di bawah tempat fraktur. Fragmen sering sekali melingkupi
satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
MANIFESTASI KLINIS

4. Saat ekstrimitas di paksa dengan tangan


teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara
fragmen yang satu dengan yang lainnya (uji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan yang lebih berat).

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal


pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
biasanya baru terjadi setelah beberapa jam
atau hari setelah cedera.
PATOFISIOLOGI

Fraktur ganggguan pada tulang biasanya


disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan
fisik, gangguan metabolic, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun,
baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan pendarahan, maka volume
darah menurun. COP menurun maka terjadi
peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi
edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.
KOMPLIKASI

Menurut Wijaya dan Yessie (2013) berikut merupakan


beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita Fraktur :
1. Malunion
2. Delayed union
3. Nonunion,
4. Compartment syndroma.
5. Shock
6. Fat embolism syndroma,
7. Tromboembolic complicastion
8. Infeksi,
9. Avascular necrosis,
10.Refleks symphathethic dysthropy,
PENATALAKSANAAN

Menurut Wijaya dan Yessie (2013) prinsip penanganan


fraktur dikenal dengan sebutan 4 R yaitu:

1. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur


pada tempat kejadian dan kemudian di rumah sakit.
2. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi
fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat
mungkin untuk kembali seperti letak asalnya.
3. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan
gips, yang dipasang untuk mempertahankan
reduksi harus melewati sendi di atas fraktur dan di
bawah fraktur.
4. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan
fraktur.
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan perawat menurut


Wijaya dan Yessie (2013), adalah
sebagai berikut:

1. Terlebih dahulu pehatikan adanya perdarahan,


syok, dan penurunan kesadaran, baru periksa
patah tulang.
2. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa
nyaman, mencegah komplikasi
3. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan
setiap jam secara dini, dan pemantauan
neurocirculatory pada daerah yang cedera adalah:
PENATALAKSANAAN

a. Merabah lokasi apakah masih hangat


b. Observasi warna
c. Menekan pada akar kuku dan perhatikan
pengisian kembali kapiler
d. Tanyakan pada pasien mengenal rasa nyeri
atau hilang sensasi pada lokasi cedera
e. Meraba lokasi cedera apakah pasien bisa
membedakan rasa sensasi nyeri
f. Observasi apakah daerah fraktur bisa
digerakan
PENATALAKSANAAN

4. Pertahankan kekuatan dan pergerakan


5. Mempertahankan kekuatan kulit
6. Meningkatkan gizi, makanan-makanan
yang tinggi serat anjurkan intake protein
150-300 gr/hari
7. Memperhatikan immobilisasi fraktur yang
telah direduksi dengan tujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah
dihubungkan tetap pada tempatnya
sampai sembuh.
PENATALAKSANAAN

Menurut Wijaya dan Yessie (2013), tahap-tahap


penyembuhan fraktur:

1. Inflamasi, tubuh berespon pada tempat cedera


terjadi hematom
2. Proliferasi sel, terbentuknya barang-barang fibrin
sehingga terjadi revaskularisasi
3. Pembentukan kalus, jaringan fibrus yang
menghubungkan efek tulang
4. Opsifikasi, merupakan proses penyembuhan
pengambilan jaringan tulang yang baru
5. Remodeling, perbaikan patah yang meliputi
pengambilan jaringan yang mati dan reorganisasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Menurut Nurarif dan Hardhi (2016) pemeriksaan diagnostic


fraktur diantaranya:
2. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi atau luasnya
fraktur.
3. Scan Tulang, Tonogram, Scan CT/ MRI : memperlihatkan
fraktur, juga dapat digunakan untuk megidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.
4. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
5. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada
sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan
jumlah SDP adalah respon stress normal setelah trauma.
6. Kreatinin : trauma otot meningkat beban kreatinin untuk kliren
ginjal.
7. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah, transfusi multiple, atau cedera hati.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian

1.Identifikasi
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
suku, bangsa, Pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk
rumah sakit, diagnose medis, no. register

2. Keluahan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur
adalah nyeri, nyeri tersebut bisa akut/ kronik
tergantung dari lamanya serangan. Unit memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien
digunakan:
 Provoking inciden : apakah ada peristiwa yang
menjadi faktor prepitasi nyeri.
 Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang
dirasakan pasien. Apakah seperti terbakar, menusuk.
 Region radiation, relief : apakah rasa sakit bila reda,
apakah rasa sakit menjalar/ menyebar dan dimana
rasa sakit terjadi.
 Severity (scale of pain) : seberapa jauh rasa nyeri
dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala nyeri/
pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
 Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan,
apakah bertambah buruk pada malam hari/ siang
hari.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien fraktur/ patah tulang dapat disebabkan oleh
trauma/ kecelakaan, degenerative dan patologis yang
didahului dengan perdarahan, kerusakan jaringan sekitar
yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat/
perubahan warna kulit dan kesemutan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini (fraktur) atau
pernah punya penyakit yang menular/ menurun sebelumnya.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Pada keluarga pasien ada/ tidak yang menderita
osteoporosis, arthritis dan tuberculosis/ penyakit yang
sifatnya menurun dan menular.
6. Pola Fungsi Kesehatan

 Pola
persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada fraktur akan mengalami perubahan/ gangguan pada
personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian BAB
dan BAK.

 Polanutrisi dan metabolisme


Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan,
meskipun menu berubah misalnya makan dirumah gizi tetap
sama sedangkan di rumah sakit disesuaikan dengan penyakit dan
diet pasien.

 Polaeliminasi
Kebiasaan miksi/ defekasi ehari-hari, kesultan waktu defekasi
dikarenakan imobilisasi, feses warna kuning dan konsistensi
defekasi padat, pada miksi pasien tidak mengalami gangguan.
 Polaistirahat dan tidur
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami
gangguan yang disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri
akibat fraktur.

 Pola aktivitas dan latihan


Aktivitas dan latihan mengalami perubahan/ gangguan
akibat dari fraktur femur sehingga kebutuhan pasien
perlu dibantu oleh perawat/ keluarga.

 Polapersepsi dan konsep diri


Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena
terjadi perubahan pada dirinya, pasien takut cacat
seumur hidup/ tidak dapat bekerja lagi.
Pola sensori kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan
jaringan, sedang pada pola kognitif atau
cara berpikir pasien tidak mengalami
gangguan.

Pola hubungan peran


Terjadinya perubahan peran yang dapat
mengganggu hubungan interpersonal yaitu
pasien merasa tidak berguna lagi dan
menarik diri.
Pola penanggulangan stress
Perlu ditanyakan apakah membuat psien menjadi stress
dan biasanya masalah dipendam sendiri/ dirundingkan
dengan keluarga.

Pola reproduksi seksual


Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak,
maka akan mengalami pola seksual dan reproduksi, jika
pasien belum berkeluarga pasien tidak akan mengalami
gangguan.

Pola tata nilai dan kepercayaan


Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan
pasien meminta perlindungan/ mendekatkan diri dengan
Allah SWT.
 
Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
3. Hambatan Mobilitas Fisik
4. Risiko Syok
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai