Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. “M” DENGAN FRAKTUR KLAVIKULA


DI RUANG MELATI DI RSUD POLEWALI

Oleh:
ERVIANA
B1210336

CI Lahan CI Institusi

(……………………) (……………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES MARENDENG MAJENE
TAHUN AJARAN 2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR KLAVIKULA

I. KONSEP PENYAKIT
1.1 Definisi
Reeves C.J,Roux G & Lockhart (2001), fraktur adalah setiap retak
atau patah pada tulang yang utuh.
Fraktur klavikula adalah patah tulang pada tulang klavikula atau
tulang selangka. Hal ini sering disebabkan akibat jatuh dengan posisi
lengan terputar/tertarik(outstrechedhead), posisi jatuh bertumpu ke
bahu atau pukulan langsung ke klavikula (Mansjoer, 2000).
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi
akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur
ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal klavikula. Tulang
merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa
tulang tubuh tidak akan tegak berdiri.
Dari pengertian di atas, fraktur Klavikula merupakan suatu gangguan
integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang
tejadi pada tulang Klavikula.

1.2 Etiologi Faktur Klavikula


Menurut Oswari E (1993), penyebab fraktur adalah :
1.2.1 Kekerasan langsung: Kekerasan langsung menyebabkan patah
tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering
bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
1.2.2 Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung
menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
1.2.3 Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot
sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan.
1.3 Tanda dan Gejala
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita
datang dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit
bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan
fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-
kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat
kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang.
Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada
kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti
fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang.

1.4 Patofisiologi
Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan
selama perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang klavikula,
tulang humerus bagian proksimal dan tulang skapula bersama-sama
membentuk bahu. Tulang klavikula juga membentuk hubungan antara
anggota badan atas dan Thorax. Tulang ini membantu mengangkat
bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang thorax. Pada bagian proksimal
tulang clavikula bergabung dengan sternum disebut sebagai
sambungan sternoclavicular (SC). Pada bagian distal klavikula
bergabung dengan acromion dari skapula membentuk sambungan
acromioclavicular (AC). Patah tulang klavikula pada umumnya mudah
untuk dikenali dikarenakan tulang klavikula adalah tulang yang
terletak dibawah kulit (subcutaneus) dan tempatnya relatif di depan.
Karena posisinya yang teletak dibawah kulit maka tulang ini sangat
rawan sekali untuk patah. Patah tulang klavikula terjadi akibat dari
tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi
yang menekan bahu ataupun pukulan langsung pada tulang akan
menyebabkan fraktur.

1.5 Pemeriksaan Penunjang


1.5.1 Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
1.5.2 Scan tulang, tomogram, skan CT/MRI : memperlihatkan fraktur,
juga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi jaringan lunak.
1.5.3 Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
1.5.4 Pemeriksaan darah lengkap
1.5.5 Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
kirens ginjal.
1.5.6 Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse multiple atau cedera hati.

1.6 Komplikasi
Berikut merupakan beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita fraktur:
1.6.1 Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk
sudut atau miring.
1.6.2 Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus
tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
1.6.3 Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
1.6.4 Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan
takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan
perdarahan masif pada suatu tempat.
1.6.5 Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya
oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
1.6.6 Fat embolism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam
pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada
fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam
pai 80 fraktur tahun.
1.6.7 Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi
pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena
trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada
perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling
fatal bila terjadi pada bedah ortopedil.
1.6.8 Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain
dalam pembedahan seperti pin dan plat.
1.6.9 Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika
atau necrosis iskemia.
1.6.10 Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh
hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum
banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan
vasomotor instability.

1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada klien dengan fraktur tertutup adalah sebagai
berikut :
1.7.1 Terapi non farmakologi, terdiri dari :
a. Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi
saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur
inkomplet dan fraktur tanpa kedudukan baik.
b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat
dalam anestesi umum atau lokal.
c. Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.
1.7.2 Terapi farmakologi, terdiri dari :
a. Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.
b. Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti interial. Terapi ini
dengan reposisi anatomi diikuti dengan fiksasi internal.
Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin,
penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi. Waktu yang
optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti tetanus
serum (ATS) / tetanus hama globidin. Berikan antibiotik untuk kuman
gram positif dan negatif dengan dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan
kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka.
1.8 Pathway
II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN FRAKTUR
KLAVIKULA
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Cerita bagaimana proses kejadian terjadi dan yang
menyebabkan klien dibawa ke rumah sakit.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat perawatan
2) Riwayat operasi
3) Riwayat pengobatan
4) Riwayat alergi
5) Riwayat imunisasi
c. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit-penyakit didalam anggota keluarga khususnya
penyakit keturunan.
2.1.2 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
1) Kehilangan BB
2) Kelemahan
3) Perubahan mood
4) Vital sign
5) Tingkat kesadaran
b. Head to toe
1) Kulit / integumen
Inspeksi : kulit tampak sianosis
Palpasi : ada edema dan ada nyeri tekan
2) Kepala
Inspeksi : rambut hitam lurus, bersih
Palpasi : tidak ada edema dan nyeri tekan
3) Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4) Hidung
Inspeksi : simetris kiri dan kanan , tidak ada gangguan
fungsi penciuman
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5) Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan,tidak ada gangguan
sisstem penciuman
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6) Mulut dan gigi
Inspeksi : keadaan gigi lengkap, tidak ada gangguan
7) Leher
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
8) Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembesaran pada abdomen
Palpasi : tidak ada distensi abdomen
Perkusi : tidak ada massa
Auskultasi : peristaltik usus baik
9) Ektremitas
Ispeksi : pergerakan klien terbatas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Kebutuhan dasar
1) Aktivitas/istirahat:
Gejala:
a) Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang
terkena (mungkin segera akibat langsung dari fraktur
atau akibat sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri.
2) Sirkulasi:
Tanda:
a) Peningkatan tekanan darah mungkin terjadi akibat respon
terhadap nyeri/ansietas, sebaliknya dapat terjadi
penurunan tekanan darah bila terjadi perdarahan.
b) Takikardia
c) Penurunan/tak ada denyut nadi pada bagian distal area
cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada area fraktur.
d) Hematoma area fraktur.
3) Neurosensori:
Gejala:
a) Hilang gerakan/sensasi
b) Kesemutan (parestesia)
Tanda:
a) Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi, spasme otot, kelemahan/kehilangan fungsi.
b) Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau akibat
sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri.
c) Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas
atau trauma lain.
4) Nyeri/Kenyamanan:
Gejala:
a) Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin
terlokalisasi pada area fraktur, berkurang pada
imobilisasi.
b) Spasme/kram otot setelah imobilisasi.
5) Keamanan:
Tanda:
a) Laserasi kulit, perdarahan
b) Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau
tiba-tiba)
6) Penyuluhan/Pembelajaran:
a) Imobilisasi
b) Bantuan aktivitas perawatan diri
c) Prosedur terapi medis dan keperawatan

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada fraktur adalah:
a. X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
b. Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya
kerusakan vaskuler.
d. Pemeriksaan darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin
meningkat, menurun pada perdarahan; peningkatan lekosit
sebagai respon terhadap peradangan.
e. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk
klirens ginjal
f. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi atau cedera hati.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, et al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II. Jakarta: Medika
Aesculapius FKUI
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner
& Suddarth, Edisi 8. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan : diagnosa NANDA,
Intervensi NIC, Kreteria hasil NOC ed. 9. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai