Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

FRAKTUR KOMPLET OLECRANON

Oleh:

Desra Aufar Alwafi, S.Ked

I4061171010

Pembimbing:

Dr. Indriana Fajrianita, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK STASE RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Laporan Kasus dengan Judul:

Fraktur Komplet Olecranon

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Stase Radiologi

Pontianak, Juli 2019

Pembimbing, Penyusun

Dr. Indria Fajrianita, Sp. Rad Desra Aufar Alwafi, S.Ked


BAB I

PENDAHULUAN

Trauma merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami cedera oleh suatu
penyebab. Trauma dapat disebabkan oleh adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olah raga
atau kecelakaan rumah tangga. Setiap tahun 60 juta penduduk di Amerika Serikat
mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan medis, 3,6 juta (12% dari 30 juta)
membutuhkan perawatan di rumah sakit dan menghabiskan biaya sebesar 100 milyar dollar
(40%) dari biaya kesehatan di Amerika Serikat. 1
Didapatkan 300 ribu orang diantaranya menderita kecacatan yang bersifat
menetap (1%) dan 8,7 juta orang menderita kecacatan sementara (30%). Keadaan ini dapat
menyebabkan kematian sebanyak 145 ribu orang per tahun (0,5%).1 Fraktur pada
ekstremitas atas adalah fraktur yang penting selain karena lengan merupakan ekstremitas
yang paling sering mengalami cedera, ekstremitas atas juga merupakan anggota gerak yang
digunakan untuk interaksi dengan lingkungan sehingga kelainan dan gangguan secara
fungsi maupun bentuk pada lengan akan mengurangi kualitas hidup pasien secara
bermakna.1,2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Siku merupakan persendian yang kompleks, yang memberikan pergerakan


ekstremitas superior untuk menggapai melalui berbagai rangkaian gerakan yang luas
seperti fleksi, ekstensi dan rotasi, dan juga memberikan stabilitas yang cukup untuk
mendukung aktivitas menggengam, mendorong, menarik dan menenteng dalam kehidupan
sehari-hari. Stabilitas sendi ini terutama karena bentuk dan susunan tulang-tulang yang
membentuk sendi siku tersebut terutama komponen humerus dan ulna. Struktur jaringan
lunak di sekitarnya juga penting, terutama kapsul dan ligamen kolateral serta otot.
Terjadinya gangguan pada ligamen sendi siku akan menyebabkan ketidakstabilan sendi
tersebut.2,3,4
Siku merupakan sendi engsel yang terdiri dari 3 buah tulang, yaitu: ulna, radius dan
humerus. 3 persendian utama dari siku adalah:
1. Articulatio Humeroradialis yang dibentuk oleh caput radius dan capitellum humerus
2. Articulatio Humeroulnar yang dibentuk oleh ulnar notch dan trochlea humerus
3. Articulatio Radioulnar superior yang dibentuk oleh bagian proksimal ulna dan radius.
Semua persendian di atas berada dalam suatu capsul yang dilapisi synovial.
Sendi
siku memiliki dua gerakan utama yaitu fleksi dan ekstensi, yang terutama terjadi pada
articulatio humeroulnar serta pronasi dan supinasi yang terjadi terutama pada articulation
radioulnar.

Gambar 2.1 Anatomi sendi siku dari sisi lateral, anterior dan posterior4
Sendi siku dalam keadaan normal berada dalam posisi sedikit valgus dalam
hubungannya dengan lengan atas. Bila siku difleksikan, lengan bawah menjadi berada tepat
di atas permukaan lengan atas. Bila kita ragu mengenai kelainan yang mungkin terjadi pada
sendi ini kita dapat membandingkan siku yang cedera dengan yang normal.4
Jika siku difleksikan, ujung medial dan lateral epicondilus dan prominentia
olecranon membentuk sudut isosceles; bila siku diekstensikan, maka bagian-bagian
tersebut terletak dalam satu garis transversal satu sama lain.

Gambar 2.2 Anatomi bagian siku.4

2.2 Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan
tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang
menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung.
Fraktur olecranon merupakan cedera pada tulang yang paling menonjol pada siku. Fraktur
ini dapat mengakibatkan disabilitas untuk meluruskan sendi siku.1

2.3 Etiologi

Fraktur olekranon dapat terjadi dalam beberapa cara:1


a. Fraktur direk
Hal ini dapat terjadi akibat terjatuh dengan posisi mendarat langsung pada siku atau
terbnetur benda keras (pemukul bisbol, dashboard mobil saat kecelakaan, dan lain lain).
b. Fraktur indirek
Hal ini dapat terjadi akibat pendaratan di lengan yang berada dalam posisi
hiperekstensi. Orang yang terjatuh dengan pergelangan tangan dengan siku terkunci lurus.
Otot trisep di bagian belakang lengan atas menyebabkan olekranon tertarik dari ulna.
Sebagian besar fraktur olecranon terjadi pada individu berusia 50 tahun atau lebih setelah
jatuh dari ketinggian dan kecelakaan lalu lintas. Individu yang lebih muda cenderung
mengalami cedera terkait dengan mekanisme cedera yang memiliki intensitas tinggi atau
benturan yang hebat. Fraktur Olecranon dapat terjadi karena hiperekstensi siku secara
paksa atau pukulan langsung ke siku pada saat fleksi 90 derajat. Cidera avulsi juga dapat
terjadi akibat kontraksi eksentrik dari tendon triceps. Ini biasanya memiliki garis fraktur
transversal atau miring.
2.4 Epidemiologi1,2
Fraktur olecranon merupakan fraktur ekstremitas atas yang terjadi kurang lebih 10%,
insidensi 12 per 10.000 orang per tahunnya, rentang usia yang sering mengalami fraktur
olecranon berkisar antara 45-60 tahun, lebih sering terjadi pada pria hal ini berkaitan
dengan trauma dan kecelakaan.
2.5 Klasifikasi Fraktur Olecranon5
Klasifikasi fraktur olecranon menurut Schatzker Classification terbagi menjadi 6 tipe
yang terdiri dari ;

1. Simple Tranverse fracture


2. Transverse impacted fracture
3. Oblique fracture
4. Comminuted fracture
5. Distal fracture, extra articular
6. Fraktur disertai dislokasi

Gambar 2.3 Klasifikasi fraktur menurut Schatzker.5

2.6 Manifestasi Klinis


Pasien yang memiliki riwayat trauma seperti terjatuh atau kecelakaan lalu lintas dan
mengalami nyeri pada siku, atau kesulitan menggerakan siku harus dilakukan evaluasi
untuk mengetahui adanya kemungkinan fraktur olecranon, tanda-tanda fraktur olecranon
termasuk : Nyeri dibelakang siku, kesulitan dalam menggerakan dan menekuk sendi siku,
terjadi pembengkakan hingga memar ada siku, terdapat deformitas kelainan bentuk tulang
di belakang siku. Fraktur olecranon dapat ditemukan saat pertama kali dilakukan
pemeriksaan fisik, meskipun diagnosis pastinya harus ditegakan dengan pemeriksaan
penunjang seperti X-ray.2,5
2.7 Diagnosis

Diagnosis fraktur dapat ditegakan berdasarkan anamnesis dari gejala yang pasien alami,
riwayat trauma, serta dilakukan pemeriksaan fisik pada kasus fraktur umum nya. Sering
kali pasien datang sudah dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena jelasnya keadaan
patah tulang tersebut bagi pasien. Sebaliknya juga mungkin, patah tulang tidak disadari
oleh penderita dan mereka datang dengan keluhan “keseleo”, terutama patah yang disertai
dengan dislokasi fragmen yang minimal. Diagnosis patah tulang juga dimulai dengan
anamnesis; adanya trauma tertentu, seperti jatuh, terputar, tertumbuk, dan berapa kuatnya
trauma tersebut. Dalam persepsi penderita trauma tersebut bisa dirasa berat meskipun
sebenarnya ringan, sebaliknya bisa dirasa ringan meskipun sebenarnya berat. Selain
riwayat trauma, biasanya didapati keluhan nyeri meskipun patah tulang yang fragmmen
patahannya stabil, kadang tidak menimbulkan keluhan nyeri. Banyak patah tulang
mempuunyai cedera yang khas.2,5
Pemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya patah tulang terdiri atas empat
langkah: tanyakan, lihat, raba, dan gerakkan.5
Pada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat pasien kesakitan,
mencoba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat pembengkakan, perubahan
bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang tidak
normal. Nyeri yang secara subjektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat juga secara
objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan
sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah
searah dengan sumbunya. Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang tepat
sama. Gerakan antarfragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena menimbulkan nyeri
dan mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk
dalam pemeriksaan rutin patah tulang.1,5
Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah pemeriksaan klinis untuk mencari akibat
trauma, seperti pneumotoraks atau cedera otak, serta komplikasi vaskuler dan neurologis
dari patah tulang yang bersangkutan. Hal ini penting karena komplikasi tersebut perlu
penanganan yang segera.5
Pada pemeriksaan radiologis dengan pembuatan foto Röntgen dua arah 90odidapatkan
gambaran garis patah. Pada patah yang fragmennya mengalami dislokasi, gambaran garis
patah biasanya jelas. Dalam banyak hal, pemeriksaan radiologis tidak dimaksudkan untuk
diagnostik karena pemeriksaan klinisnya sudah jelas, tetapi untuk menentukan pengelolaan
yang tepat dan optimal.5,6
Foto Rontgen harus memenuhi bebarapa syarat, yaitu letak patah tulang harus di
pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegak lurus karena foto
Röntgen merupakan foto gammbar bayangan. Bila sinar menembus secara miring, gambar
menjadi samar, kurang jelas, dan lain dari kenyataan.6,7

2.8 Tatalaksana2,5

Penatalaksanaan awal
Sebelum dilakukan pengobatan definitif pada satu fraktur, maka diperlukan :
1. Pertolongan pertama
Pada pasien dengan fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan jalan
nafas, menutup luka dengan verban yang bersih, dan imobilisasi fraktur pada
anggota gerak yang terkena agar pasien merasa nyaman dan mengurangi nyeri
sebelum diangkut dengan ambulans. Bila terdapat pendarahan dapat dilakukan
pertolongan dengan penekanan setempat.
2. Penilaian klinis
Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah
luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/ saraf ataukah ada
trauma alat-alat dalam yang lain.
3. Resusitasi
Kebanyakan pasien dengan fraktur multipel tiba di rumah sakit dengan syok,
sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri
berupa pemberian transfusi darah dan cairan lainnya serta obat-obat anti nyeri
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitif, prinsip pengobatan
ada empat (4R), yaitu :
 Recognition; diagnosis dan penilaian fraktur
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan
anamnesis, pemeriksaan klinik, dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan lokalisasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang
sesuai untuk pengobatan, dan komplikasi yang mungkin terjadi selama dan
sesudah pengobatan.
 Reduction; reduksi fraktur apabila perlu
Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat
diterima. Pada fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi anatomis dan
sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi
seperti kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian
hari.
Posisi yang baik adalah alignment yang sempurna dan aposisi yang
sempurna.
Fraktur seperti fraktur klavikula, iga, dan fraktur impaksi dari humerus tidak
memerlukan reduksi. Angulasi <5º pada tulang panjang anggota gerak
bawah dan lengan atas dan angulasi sampai 10º pada humerus dapat
diterima. Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50%, dan over-riding tidak
melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya rotasi tidak dapat diterima
dimanapun lokalisasi fraktur.
 Retention; imobilisasi fraktur
 Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Gambar 2.4 Non-Surgical Treatment pada fraktur Elbow dilakukan fiksasi dan
splinting menggunakan perban elastis.5

Jika tulang tidak keluar dari tempatnya, maka dapat dilakukan terapi non bedah dengan
cara dialukan splint atau memfiksasi sendi siku selama proses penyembuhan, hal ini
dilakukan kuran lebih selama 6 minggu dan tetap harus dilakukan evaluasi foto X-ray untuk
memastikan tidak terjadi malunion pada fraktur. Tindakan pembedahan dilakukan jika
tulang keluar dari tempat nya (displaced fracture) dan kepingan tulang menembus lapisan
kulit (open fracture). Prinsp terapi pembedahan pada fraktur olecranon adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi seperti malunion atau penyembuhan tulang yang tidak
sesuai tempatnya. Sebelum dilakukan pembedahan sebaikanya dilakukan pemberian
antibiotik profilaksis untuk mencegah terjadinya risiko infeksi pasca pembedahan. Teknik
pembedahan yang dapat dilakukan adalah Open reduction and internal fixation (ORIF)
prosedur ini paling sering digunakan dengan tujuan untuk mereposisi kembali tulang yang
keluar dari temaptnya atau menyatukan kembali tulang yang patah dengan tujuan pada saat
proses penyembuhan tulang tidak tumbuh keluar dari tempatnya, ORIF menggunakan plat
metal, wire, sekrup, dan pin yang dilekatkan pada sisi luar tulang yang patah.
Gambar 2.5 Metode ORIF pada fraktur olecranon5

2.9 Prognosis

Prognosis umum nya baik secara fungsional setelah dilakukan tatalaksana pada fraktur,
studi menunjukan pada penderita dengan rentang usia 15-25 tahun menunjukan perbaikan
secara fungsional mencapai 97%.2

2.10 Komplikasi1,5

Meskipun terjadi keberhasilan terapi, beberapa pasien dengan fraktur olecranon tetap
memilki komplikasi yang dirasakan dalam jangka yang panjang seperti ;

1. Keterbatasan Gerak pada sendi


Beberapa kasus, pasien tidak dapat menggerakan sendi sikunya secara optimal,
tidak dapat mengekstensikan lenganya secara penuh atau benar benar lurus. Namun
kompilikasi ini tidak begitu signifikan dalam mempengaruhi fungsi lengan untuk
kegiatan sehari-hari. Pasien yang mengalami komplikasi yang signifikan
disarankan untuk menjalankan fisioterapi yang intensif, namun biasanya hal ini
jarang terjadi.
2. Postraumatic Arthritis
Postraumatic Arthritis merupakan tipe peradangan pada sendi yang terjadi akibat
mekanisme trauma, bahkan keluhan ini bisa timbul walaupun pasien sudah sembuh
secara normal, perumukaan kartilago pada sendi mengalami kerusakan, dan
meninmbulkan gejala nyeri yang mengganggu.
Postraumatic Arthritis relatif sering timbul yang mana merupakan suatu
komplikasi dari fraktur olecranon. Keluhan dapat timbul secara cepat maupun
bertahun-tahun setelah kejadian, jika keluhan timbul dan nyeri yang dirasakan
terus-menerus sebaiknya segera konsultasi ke tenaga medis seperti dokter, jika
nyeri dirasakan tidak kuat dan tidak menggangu hal ini tidak perlu diberikan terapi.

Komplikasi secara umum :

 Komplikasi Lokal :
Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut
komplikasi dini, jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma
disebut komplikasi lanjut. Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu :
a. Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka.
b. Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang.
c. Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis.
d. Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama.
e. Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur.
f. Malunion yaitu keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang terbentuk angulasi, varus atau valgus, rotasi, kependekan atau
union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.
g. Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi.
h. Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips.
i. Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema.
j. Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot,
k. Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga
mengganggu aliran darah.
Gambar 2.6 Komplikasi Non-Union pada pasien 14 tahun terdapat pertumbuhan
callus (Panah berwarna putih) dan sklerotik (Panah biru).8

Gambar 2.7 Komplikasi Malunion pada pasien 15 tahun yang mengalami fraktur
pada tibia setelah dilakukan imobilisasi selama 3 bulan terdapat deformitas.9
2.11Pencitraan pada fraktur6,7
Posisi pengambilan foto X-ray pada fraktur di ekstremitas harus dengan posisi
minimal 2, yang sering digunakan pada AP dan Lateral, teknik pengambilan foto
sangat mempengaruhi saat mengevaluasi fraktur, berikut teknik pengambilan foto
yang baik dan benar ;
Posisi pergelangan harus lebih tinggi dibandingkan siku

Gambar 2.8 Teknik pengambilan foto pada siku6


Pada pemeriksaan radiologi untuk kasus fraktur olecranon biasanya dilakukan foto posisi
lateral, dan menunjukan gambaran putusnya kontinuitas tulang. Pada pemeriksaan
radiologi X-ray tidak hanya menentukan apakah terjadi fraktur atau tidak, terdapat hal-hal
lain yang harus dilaporkan seperti ;
Fraktur
 Lokasi fraktur, khusus nya apakah fraktur mengenai permukaan sendi
 Perpindahan posisi tulang dan jarak perpindahannya
 Retakan tulang, apakah mengenai jaringan sekitar fraktur
Gambar 2.9 Gambaran X-ray Fraktur Olecranon Tipe Simple Tranverse7
Selain dilakukan foto X-ray dapat juga dilakukan pemeriksaan CT yang berguna untuk
tindakan rencana preoperatif pada fraktur yang kominutif. Teknik MRI lebih baik untuk
mengevaluasi tendon pada triceps dan diindikasikan pada frakturut tipe avulsi.7
BAB III

PENYAJIAN KASUS

3.1 Anamnesis

1. Identitas

Nama : Ny. W
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal ke IGD : 22 Juli 2019

2. Keluhan Utama

Nyeri

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSP Untan dengan keluhan tangan sebelah kanan
terasa nyeri, dan sulit digerakan, keluhan dirasakan setelah pasien mengalami
kecelakaan lalu lintas, pasien tidak mengingat proses kejadia, dan sempat tidak
sadarkan diri. Muntah (-), pandangan kabur (-).

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat hipertensi dan rutin


mengkonsumsi obat.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa.


Riwayat hipertensi (-), DM (-)
3.2 Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Frekuensi nadi : 128 x/menit
Frekuensi napas : 28 x/menit
Suhu : 36,6˚C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (+/+), pupil
bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL
(+/+)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), lidah kotor (-)
THT : Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-),
peningkatan JVP (-)
Jantung : Bunyi jantung SI/SII reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Sonor, suara napas vesikuler (+/+), rh (-/-), wh(-/-)
Abdomen : Distensi (+), Ascites (+), Bising usus
normal, timpani, nyeri tekan (-), spider naevi (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CTR < 2 detik, pitting edema
(+/+), Status lokalis
o Look
 Deformitas (-), udem (+), jejas (+), hematom (-)
o Feel
 Nyeri tekan (+), krepitasi (+), neurovaskular
distal (+)
o Move
 Gerakan aktif dan pasif terhambat, nyeri bila
digerakkan, ganguan persarafan (-)
o ROM terbatas
3.3 Pemeriksaan Penunjang

Telah dilakukan foto elbow joint dextra AP dan Lateral view, hasil :
 Tak tampak soft tissue swelling
 Trabekulasi tulang baik
 Tampak discontinuitas kompleta olecranon ulna dextra, aposisi dan alignment
kurang baik
 Facies articularis licin
 Olecranon berada di fossa olecranii
 Joint space tak melebar maupun menyempit
KESAN:
- Fraktur Kompleta olecranon ulna dextra, aposisi dan alignment kurang baik
E. Diagnosis
Fraktur Komplet Olecranon Ulna Dextra
F. Tatalaksana
Pemasangan Spalk
O2 2Lpm Via NK
IVFD Asering 20 tpm
Inj. Ranitidin 1x50mg
Inj. Ketorolac 1x30mg
Pasien di Rujuk ke RS. Bhayangkara
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD RSP Untan dengan keluhan tangan sebelah kanan terasa
nyeri, dan sulit digerakan, keluhan dirasakan setelah pasien mengalami kecelakaan lalu
lintas, pasien tidak mengingat proses kejadia, dan sempat tidak sadarkan diri. Muntah (-),
pandangan kabur (-).Pada pemeriksaan fisik ekstremitas didapatkan hasil terdapat edema
pada lokasi lesi, nyeri tekan, krepitas, dan ROM asien terbatas, dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa foto X-ray ekstremitas 2 posisi yaitu AP dan Lateral.
Berdasarkan hasil X-ray didapatkan hasil dengan kesimpulan bahwa terdapat
Fraktur Kompleta olecranon ulna dextra. Dari gambaran fraktur yang tampak, menurut
klasifikasi Schatzker, fraktur olecranon pada kasus ini merupakan jenis fraktur transverse,
dimana gari patahan beraturan dan tidak terdapat kemiringan ataupun fragmen-fragmen
tulang yang pecah, dan posisi olecranon masih terdapat pada fosa olecranon, tidak terjadi
dislokasi.
Dilakukan tatalaksana symptomatis pada pasien untuk mengurangi rasa nyeri, dan
dilakukan fikasai dan imobilisasi pada lokasi sendi siku yang mengalami fraktur, dengan
memflesikan 900 menggunakan arm sling, selanjut nya pasien dirujuk untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut.
BAB V
KESIMPULAN

Pasien Ny. W datang ke IGD RSP UNTAN tanggal 22 juuli 2019 dengan keluhan
tangan sebelah kanan terasa nyeri, dan sulit digerakan, keluhan dirasakan setelah pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas, pasien tidak mengingat proses kejadia, dan sempat tidak
sadarkan diri. Dilakukan pemerisaan fisik dan penunjang berupa X-ray AP dan Lateral
didapatkan Hasil Fraktur Kompleta olecranon ulna dextra.
DAFTAR PUSTAKA

1. Baecher N, Edwards S. Olecranon fractures. J Hand Surg Am. 2013 Mar;38(3):593-604.


2. Hak DJ, Golladay GJ. Olecranon fractures: treatment options. J Am Acad Orthop
Surg. 2000 Jul-Aug;8(4):266-75
3. Stephen Kishner. Elbow Joint Anatomy. Diakses dari http://emedicine.medscape.com pada
tanggal 21 Januari 2014.
4. Reinhard Putz. 2008. Sobotta Atlas of Human Anatomy Single Volume Edition: Head,
Neck, Upper Limb, Thorax, Abdomen, Pelvis, Lower Limb 14th Ed. USA: Urban &
Fischer.
5. AAOS. Elbow (Olecranon) Fractures. Diakses dari http://orthoinfo.aaos.org pada tanggal
21 Januari 2014.
6. Olecranon Fracture. Diakses dari https://radiopaedia.org/articles/olecranon-fracture-1.
tanggal 25 Juli 2019.
7. Trauma X-ray Upper Limb Elbow X-ray. Diakses dari https.//radilogymasterclass.co.uk
/Tutorials/ musculoskeletal/x-ray_trauma_upper_limb/elbow_fracture_x-ray.Diakses
tanggal 25 Juli 2019.
8. Non-unian tibial fracture. Diakses dari Learningradiloogiy.com/non-union/non-union
corrocted.pada tanggal 1 Agustus 2019.
9. Malunions Mid-Shaft Tibial Stress Fracture. Diakses dari https://www.hss.edu/
Othopedic-trauma-case24-leg.malunions.asp/ diaskes tanggal 1 Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai