Disusun oleh:
I4061171010
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
1
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah Disetujui,
Mayor CKM (K) dr. Lollytha C. Simanjuntak, Sp. KJ Desra Aufar Alwafi
I4061171010
2
BAB I
STATUS PSIKIATRI
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. AA
Usia : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Pendidikan : S2
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Komplek Nusa Hijau Blok R Cimahi Utara
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD setelah meminum racun.
3
S2 dan S3 di korea selatan, diketahui pasien memiliki masalah dengan dosen
pembimbingnya di korea, sehingga pasien mengalami depresi dan ingin mengakhiri
hidupnya dengan meminum racun yang dibelinya di toko online.
4
pendidikan, namun pasien lebih senang menyendiri di kamar dan bermain game
online, sehingga kurang terjadi interkasi terhadapa lingkungan pasien, dan
pasien hanya sesekali bercerita mengenai proses pendidikannya.
5. Riwayat pendidikan
Pasien saat ini sedang menempuh kuliah S2 dan S3 di korea selatan, sudah
dijalankan selama 3 tahun namun belum selesai dikarenakan pasien memiliki
masalah dengan dosesn pimbiming nya di korea mengenai hal penelitian pasien
sebagai syarat untuk menyelesaikan studi, ibu pasien mengatakan pasien
mengalami depresi pada saat memiliki masalah dengan dosen pimbimbingnya
dikorea dan mulai mncul keluhan halusinasi dan keinginan pasien untuk
mengakhri hidupnya dengan meminum racun
6. Riwayat pekerjaan
Pasien sempat bekerja di indonesia setelah pulang dari korea 5 bulan yang lalu,
pasien bekerja di suatu bagian perusahaan swasta dibidang enginering, namun
hanya bekerja selama minggu, pasien merasa tidak bersemangat dalam
melakukan pekerjannya.
7. Riwayat agama
Pasien beragama Kristen
8. Hubungan dengan keluarga
Semenjak pasien mengenal dunia game, pasien jadi jarang bersosialisasi
dengan orang diumahnya, pasien tinggal diindonesia bersama ibu kandung
pasien dan adik kandung pasien, ayah pasien sudah bercerai dengan ibu pasien
sekitar 1 tahun yang lalu, pasien lebih sering mendam dikamar dan bermain
game.
9. Aktivitas sosial
Pasien tidak dapat bersosialisasi dengan baik lingkungan sekitar.
E. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke-1 dari dua bersaudara, ayah dan ibu pasien sudah bercerai
sekitar 1 tahun yang lalu, ibu pasien mengatakan bahwa memang ada keuarga yang
memiliki keluhan serupa dan mencoba untuk bunuh diri, namun itu keluarga dari
sebelah ayah pasien yaitu pamannya ayah pasien.
5
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien laki – laki umur 25 tahun, belum menikah saat ini pasien tidak memiliki
pekerjaan. Pasien saat ini tinggal di rumah orang tuanya, bersama seorang ibu dan
seorang adik kandung perempuan, pasien sedang cuti kuliah dan pulang ke indonesia
sejak 6 bulan yang lalu, pasien merasa depresi akibat memiliki masalah dengan dosen
pembimbing di korea tempat pasien menjalani pendidikan S2, pasien merasakan
kehilangan motivasi dan tidak berdaya, pasien juga jarang melakukan interaksi sosial
dengan lingkungan sekitarnya dan lebih banyak memendam diri.
G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya
Saat ini pasien memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri
H. Persepsi Keluarga tentang Pasien
Menurut keluarga pasien, pasien depresi dikarenakan pasien memiliki masalah
dalam menempuh pendidikan S2 nya, dan pasien juga memiliki riwayat trauma saat
kost pasien di rampok.
6
Kualitas : Bicara tidak spontan, volume bicara kurang jelas, artikulasi
kurang jelas namun pembicaraan dapat dimengerti.
5. Mood, afek dan kesesuaian
Mood : disforia
Afek/emosi : datar
Kesesuaian : appropriate
6. Pikiran/proses pikir
Bentuk : Autistik
Arus : Megautistik, inkoheren
Isi : Waham curiga (+), Waham kendali.
7. Persepsi : Halusinasi auditorik (+), Halusinasi visual (+)
7
4. Pengetahuan umum
Buruk
5. Konsentrasi dan perhatian
Buruk
6. Kemampuan membaca dan menulis
Baik
7. Kemampuan visuospasial
Buruk
8. Kemampuan berpikir abstrak
Buruk
9. Bakat kreatif
Buruk
C. Proses Pikir
1. Arus pikir
a. Produktivitas : Buruk, pasien tidak dapat menjawab secara spontan
bila diajukan pertanyaan.
b. Kontinuitas : Inkoheren, pasien tidak mampu memberikan jawaban
sesuai pertanyaan.
2. Isi pikiran
a. Gangguan pikiran, terdapat :
Tentament Suicide
Thought control
D. Pengendalian Impuls
Buruk, karena pasien belum bisa mengendalikan dirinya untuk mengungkapkan
perasaanya
E. Daya Nilai
Kesan nilai sosial : Buruk
Daya nilai realita : Buruk
Tilikan :1
8
IV. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tanda vital
i. Kesadaran : Compos Mentis
ii. Tanda vital:
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 78 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
b. Status generalis
Kulit :Warna kulit sawo matang, sianosis (-), makula eritematosa
berbatas tegas dengan central healing disertai skuama halus di regio pubis
Kepala : Deformitas (-), luka lecet (-).
Rambut : Pendek, berwarna hitam.
Mata : Pint Point Pupil (+), Injeksi konjungtiva (-/-), konjungtiva
anemis (-/-), skleraikterik (-/-).
THT : Deviasi septum nasi (-), perdarahan (-), mukosahidung hiperemis
(-), pembesaran tonsil (-).
Gigi dan mulut : Dalam batas normal.
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening leher (-).
Dada
Jantung : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru : Suara napas dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-), sonor di kedua lapang paru
Abdomen : Datar, bising usus 9x/menit, nyeri tekan(-), , BU(+), nyeri
tekan (+) epigastrium.
Punggung : Simetris (+), deformitas (-)
Ekstremitas : Tremor halus (-/-), akral dingin (-/-), edema (-/-)
9
c. Status Neurologis
Glasgow Coma Scale (GCS)
EMV = E4V5M6 = 15
Pupil : Pint point pupil
Wajah : simetris
Tanda RangsangMeningeal (TRM)
Kaku kuduk: (-)
Pemeriksaan Motorik :
Pemeriksaan Refleks :
Refleks Fisiologis
Biseps : (+/+)
Triceps : (+/+)
Patella : (+/+)
Tendo achilles : (+/+)
Refleks Patologis : Babinski (-/-)
Chaddock (-/-)
Hoffman tromner (-/-)
Openheim (-/-)
Pemeriksaan Sensorik
Sensibilitas : baik
Pemeriksaan Saraf Otonom
Inkontinensia alvi dan urin (-)
10
V. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F.32.3 Episode Depresi berat dengan gejala psikotik dengan Tentamen
Suicide
Aksis II : Tidak ada diagnosis di aksis II
Aksis III : S00-T98 Keracunan
Aksis IV : Gangguan pendidikan, pekerjaan dan psikososial
Aksis V : 50 – 41 (pasien memiliki ide untuk bunuh diri ). Atau memiliki gangguan
dalam kehidupan sosial pekerjaan, serta sekolah (misalnya tidak memiliki teman, tidak
dapat mempertahankan pekerjaan.
11
IX. Follow Up
Tanggal S O A P
15-01-19 Pasien tenang, Kesadaran : Depresi Obs TTV dan tent.
mual, muntah CM, berat Suicide, Cek ulang
4x berisi cairan, TD:120/70, dengan DR
bab cair 5x HR:76x/menit psikotik Abilify
disertai ampas, RR:18x/menit, Tentamen 1x10mg
makan dan T: 36,70C Suicide Clopin
minum kurang, dekorum 1x25mg
pasien masih buruk, perilaku Depram
mendengar terhadap 1x10mg
suara bisikan pemeriksa Pasien dikonsulan
untuk bunuh tidak ke penyakit dalam
diri, kontak kooperatif, dengan kasus
mata tidak karatkeristik intoksikasi
adekuat. bicara insektisida
irrelevan, Terapi IPD
mood disforia, Pasang
afek datar, NGT
appropriate, Inf NaCl
halusinasi 2000cc
suara dan lihat, Atropin
autistik, 2mg setiap
asosiasi 15 menit
longgar, sampai
waham pupil
kendali, midriasis
waham curiga. Ranitidin
2x1amp
Bicnat 3x1
tab
12
Gastric
Leavage
250cc
13
Pupil :
RCL/RCTL
(+)/(+)
14
namun sudah TD:130/90, tentamen Depram
mulai HR:100x/menit suicide 1x10mg
berkurang, RR:18x/menit, Alganax
badan masih T: 36,90C 1x0,5mg
terasa lemah, dekorum
mual dan buruk,
muntah, (-), karatkeristik
kontak mata bicara
tidak adekuat, irrelevan,
pasien kadang mood disforia,
sulit tidur. afek datar,
appropriate,
halusinasi
suara autistik,
asosiasi
longgar,
waham
kendali,
waham curiga.
Insight buruk
Pupil :
RCL/RCTL
(+)/(+)
19/01/2019 Pasien sudah Kesadaran : Depresi Abilify
tidak CM, berat 1x10mg
mendengar TD:110/70, Depram
bisikan dan HR:75x/menit 1x10mg
melihat RR:18x/menit, Alganax
0
bayangan putih, T: 36,9 C 1x0,5mg
ADL (+), pasien dekorum
mengatakan buruk,
sulit tidur saat karatkeristik
malam hari, bicara
15
kontak mata irrelevan,
tidak adekuat mood disforia,
afek datar,
appropriate,
autistik,
asosiasi
longgar,
waham
kendali,
waham curiga.
Insight buruk
Pupil :
RCL/RCTL
(+)/(+)
21/01/2019 Pasien tenang, Kesadaran : Depresi Abilify
sudah CM, berat 1x10mg
mobilisasi, TD:120/70, Depram
kontak mata HR:92x/menit 1x10mg
tidak adekuat, RR:16x/menit, Alganax
ADL (+), pasien T: 36,70C 1x0,5mg
tidak dekorum BLPL
mendengar buruk,
bisikan lagi dan karatkeristik
tidak melihat bicara
bayangan putih irrelevan,
mood eutimia,
afek tumpul,
inappropriate,
Insight buruk
Pupil :
RCL/RCTL
(+)/(+)
16
BAB II
PEMBAHASAN
17
bunuh diri dengan meminum racun, pasien juga melihat bayangan putih melayang-
layang sehingga membuat pasien menjadi susah tidur.1,2
Menurut DSM-IV-TR, gangguan depresif berat terjadi tanpa riwayat episode
manik, campuran, atau hipomani. Episode depresif berat harus ada setidaknya 2
minggu
Kriteria Diagnosis Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik Menurut
PPDGJ-III :
1. Memenuhi kriteria F32.2, disertai waham, halusinasi atau depresif stupor
2. Isi waham ide tentang dosa, kemiskinan atau tentang malapetaka yang
mengancam dan individu dapat merasa bertanggung-jawab atas hal tersebut.
3. Halusinasi auditorik / olfaktorik berupa suara menghina atau menuduh atau bau
kotoran / daging membusuk
4. Retardasi motorik berat yang dapat menuju stupor
Tidak terdapat diagnosis di aksis II
Yang mana kriteria F.32.2 adalah sebagai berikut :
1. Semua 3 gejala utama depresi harus ada, dimana tanda utama depresi
adalah:
a. Afek / mood yang depresif
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Berkurangnya energi yang menuju miningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
2. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat. Gejala lainnya adalah sebagai berikut:
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
3. Berlangsung sekurangnya dua minggu atau lebih pendek bila gejala sangat
berat dan berawitan sangat cepat
4. Tidak mampu menjalankan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah
tangga, kecuali pada taraf sangat terbatas
18
Berdasarkan faktor resiko bunuh diri jenis kelamin laki-laki melakukan
bunuh diri empat kali lebih banyak dibandingkan perempuan, suatu angka yang
stabil pada semua usia. Dari risiko pekerjaan, bila semakin tinggi status sosial
seseorang, semkin besar risiko bunuh dirinya, tetapi penurunan status sosial juga
meningkatkan risiko bunuh diri. Banyak pasien dengan gangguan depresif
melakukan bunuh diri diawal penyakitnya, bukannya dikemudian hari, lebih banyak
laki-laki dibandingkan perempuan dalam percobaan bunuh diri. Gangguan mood
merupakan diagnosis yang paling lazim dikaitkan dengan bunuh diri. Karena risiko
bunuh diri pada gangguan depresif meningkat ketika pasien sedang mengalami
depresi 2
Banyak teori yang menentukan etiologi dari bunuh diri, salah satunya adalah
faktor biologis, berkurangnya serotonin sentral memainkan peran dalam perilaku
bunuh diri. Suatu kelompok di Institut Kaorolinska di Swedia melakukan
pengamatan bahwa konsentrasi metabolit serototnin yang rendah dicairan
serebrospinal lumbal terkait dengan perilaku bunuh diri. Temuan ini telah
dikemukakan sama beberapa kali di dalam kelompok diagnostik yang berbeda.
B. Aksis II
Tidak terdapat diagnosis di aksis II
C. Aksis III
Pada aksis III mengenai kondisi medik pasien didiagnosis S00-T98
Keracunan, pasien mencoba tindakan bunuh diri dengan meminum racun yang
dibelinya ditoko online, racun bermerk diazinon dimana ini merupakan racun
golongan organofosfat Tanda klinis dengan karateristik adanya bau pestisida,
gejala mual, muntah, diare, pusing (dizziness), nyeri kepala, hipersalivasi, otot
mengalami fasiculasi, tampak agitasi, berkeringat banyak, penurunan kesadaran,
pupil miosis, dan ter-jadi gangguan pernapasan. Gejala-gejala tersebut dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Overstimulasi muscarinic: bradikardia, bronchorrhea, bronchospasm,
diarhea, hipotensi, lacrimasi, miosis, hipersalivasi, urinasi, vomiting.
2. Overstimulasi nicotinic pada saraf perifer: agitasi, midriasis, berkeringat
dan takikardia.
3. Overstimulasi nicotinic pada neuromuskuler junction: fasiculasi, kelemah-
an otot dan paralisis
19
Diagnosa pasti keracunan organofosfat ditegakkan dengan pengukuran
butirilkoinesterase atau asetilkolinesterase di darah/pasma atau lebih akurat eritrosit
asetilkolinesterase. EKG dilakukan untuk mendeteksi adanya aritmia atau prolong
QT interval. Penatalaksanaan keracunan organofosfat terdiri dari suprtif dan
dekomentasi, melakukan eliminasi bahan racun, pemberian anti-dotum, pencegahan
terhadap kejadian keracunan. Tindakan suportif berupa ABC (Airway-Breathing-
Circulation), yaitu pemberian oksigenasi dan kalau perlu bantuan ventilasi,
Dekontaminasi gastrointestinal dilakukan dengan melakukan kumbah lambung atau
pemberian activated charcoal (arang aktif), pada pasien ini dilakukan pemasangan
Naso Gastric Tube (NGT) yang berfungsi untuk mengevakuasi sisa racun dan
dilakukan bilas lambung sebanyak 250cc. Dialkukan pemberian Atropin 2mg
sealama 15 menit hingga tercapai atropinisasi dibuktikan dengan pelebaran pupil
dan pengendalian hipersekresi. Pengobatan lain ialah dengan pemberian
magnesium sulfat atau pemberian sodium bicarbonat untuk melakukan alkanisasi
urin dalam rangka eliminasi bahan bercaun.5
D. Aksis IV
Pasien merupakan anak ke-1 dari dua bersaudara. Pasien tinggal bersama
ibunya dan adik perepmpuannya, pasien menjalankan studi S2 dan S3 di korea
selatan, namun sekarang pasien sedang cuti dalam masa pengobatan, pasien
memiliki masalah dengan dosen pembimbingnya di korea selatan berkaitan dengan
penelitian pasien yang tidak disetujui dan tidak mendapat sokongan dana oleh dosen
pembimbingnya, penelitain tersebut sebaga syarat untuk menyelesaikan studi
pasien, hal tersebut merupakan stressor bagi pasien, selain itu pasien sering
memendam dirinya dikamar dan kurang berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya.
Pasien juga tidak bersemangat dalam bekerja sehingga pasien hanya bekerja selama
1 bulan. Keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang disebut stresor psikososial. Seseorang harus mampu beradaptasi guna
menanggulangi stresor yang muncul. Terdapat banyak stresor psikososial yang
dapat menimbulkan depresi, antara lain kualitas hubungan pernikahan, pekerjaan,
faktor keluarga, faktor lingkungan, penyakit fisik dan lain sebagainya.2 Maka
diagnosis Aksis IV pada pasien ini adalah terdapatnya gangguan dalam hubungan
social, pendidikan.
20
E. Aksis V
50 – 41 (pasien memiliki ide untuk bunuh diri ). ATAU memiliki gangguan dalam
kehidupan sosial pekerjaan, serta sekolah (misalnya tidak memiliki teman, tidak
dapat mempertahankan pekerjaan)
21
IV. Psikodinamika
Pasien belum pernah menikah dan merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Pasien dilahirkan cukup bulan dan lahir secara normal dibantu oleh dokter.
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak seusianya. Sejak taman
kanak-kanan hingga SMA pasien tidak pernah mempunyai masalah dalam menjalankan
pendidikannya, pada saat kuliah S1 semester 4 pasien sempat mengalami trauma akibat
pernah di rampok di kostannnya, pasien lebih sering menyendiri dikamar dengan
bermain game sepanjang hari dan terkadang jarang melakukan interaksi soosial di
lingkungan tempat tinggallnya, pasine menempun pendidikan S2 dan S3 di luar negri
dan sedang menjalaninya, namun pasien memiliki masalah dengan dosen pembimbing
yang tidak meyetujui penelitian pasien, dimana penelitian tersebut merupakan syarat
pasien untuk lulu dalam studi, pasien merasa depresi dan merasa kehilangan motivasi
untuk melakukan kegiatan pekerjaan, semenjak itu pasien sering mendengar bisikan
yang memerintahkannya untuk mengakhiri hidupnya dan terkadang melihat bayangan
putih yang terbang sehingga menyebabkan kualitas tidur pasien terganggu.
V. Terapi
Non Farmakologi
1. Perawatan di Rumah Sakit
Pasien diindikasikan untuk dirawat di rumah dikarenakan pasien telah
melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum racun serangga yang
merupakan golongan organofosfat, sehingga dapat menimbukan efek samping
racun yang mengancam nyawa pasien.4
2. Terapi Psikososial
Walaupun sebagian besar studi menunjukan dan sebagian besar klinisi
serta peneliti meyakini bahwa kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi adalah
terapi yang paling efektif untuk gangguan depresi berat, sejumlah data
mengesankan pandangan lain; baik farmakoterapi atau psikoterapi saja efektif,
setidaknya pada pasien dengan episode depresif berat yang ringan dan
penggunaan regular terapi kombinasi menambahkan biaya terapi serta
memajankan pasien pada efek samping yang tidak perlu.2
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu, terapi kognitif, terapi
interpersonal, dan terapi perilaku telah dipelajari untuk menentukan
efektivitasnya dalam terapi gangguan depresif berat. Psikoterapi berorientasi
psikoanalitik telah lama digunakan untuk gangguan depresi dan banyak klinisi
22
menggunakan tehnik ini sebagai metode utama mereka. Hal yang membedakan
ketiga metode psikoterapi jangka pendek dengan metode berorientasi
psikoanalitis adalah peran aktif dan langsung terapis, tujuan yang langsung
dikenali dan titik akhir terapi jangka pendek.2
Terapi kognitif. Terapi kognitif yang awalnya dikembangkan Aaron
Beck, memfoskuskan pada distorsi kognitif, diperkirakan ada pada
gangguan depresi berat. Distorsi tersebut mencakup perhatian
selektif terhadap aspek negatif keadaan dan kesimpulan patologis
yang tidak realistis mengenai konsekuensi. Tujuan terapi kognitif
adalah meringankan episode depresif dan mencegah kekambuhan
dengan membantu pasien mengidentifikasi dan menguji kognisi
negatif; mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan
positif serta melatih respons perilaku dan kognitif yang baru.2
Terapi interpersonal. Terapi interpersonal, yang dikembangkan
Gerald Klerman, memfokuskan pada satu atau dua masalah
interpersonal pasien saat ini. Terapi ini didasarkan pada dua asumsi.
Pertama, masalah interpesonal saat ini cenderung memiliki akar
pada hubungan yang mengalami disfungsi sejak awal. Kedua,
masalah interpersonal saat ini cenderung terlibat dalam mencetuskan
atau melanjutkan gejala depresi saat ini. Program terapi
interpersonal biasanya terdiri atas 12 sampai 16 sesi dan ditandai
dengan pendekatan terapeutik yang aktif.2
Terapi perilaku. Terapi perilaku didasarkan pada hipotesis bahwa
pola perilaku maladaptif mengakibatkan seseorang menerima
sedikit umpan balik positif dan mungkin sekaligus penolakan dari
masyarakat. Dengan memusatkan perhatian pada perilaku
maladaptif didalam terapi, pasien belajar berfungsi didalam dunia
sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh dorongan positif.
Walaupun terapi individual atau kelompok telah dipelajari, terapi
perilaku untuk gangguan depresi berat belum menjadi subyek
banyak distudi terkontrol.2
Terapi berorientasi pada psikoanalitik. Pendekatan psikoanalitik
pada gangguan mood didasarkan pada teori psikoanalitik mengenai
23
depresi dan mania. Tujuan psikoterapi psikoanalitik adalah memberi
pengaruh pada perubahan struktur atau karakter kepribadian
seseorang, bukan hanya untuk meredakan gejala. Perbaikan
kepercayaan interpersonal, keintiman, mekanisme koping, kapasitas
berduka, serta kemampuan mengalami kisaran luas emosi adalah
sejumlah tujuan terapi psikoanalitik. Terapi sering mengharuskan
pasien untuk mengalami periode ansietas yang semakin berat serta
penderitaan selama perjalanan terapi yang dapat berlanjut hingga
beberapa tahun.2
Terapi keluarga. Terapi keluarga umumnya tidak dipandang sebagai
terapi primer penatalaksanaan gangguan depresi berat, tetapi bukti
yang semakin banyak menunjukkan bahwa membantu pasien
dengan gangguan mood untuk mengurangi dan menghadapi stres
dapat mengurangi kemungkinan kambuh. Terapi keluarga
diindikasikan jika gangguan merusak perkawinan pasien atau fungsi
keluarga atau jika gangguan mood bertambah atau dipertahankan
oleh situasi keluarga.4
Farmakologi
1. Abilify 1x10mg (1-0-0) Aripriprazole
Aripiprazole (abilify) merupakan anti psikotik atipikal terbaru dengan
mekanisme kerja agonis parsial reseptor dopamine D2. Konsentrasi plasma puncak
dicapai dalam 3 hingga 5 jam. Dosis aripiprazole terlihat efektif dalam kisaran dosis
10 hingga 30 mg per hari, dosis terendah didalam percobaan ini tidak lebih efektif
dibandingkan dosis 10 atau 15 mg per hari. Obat ini memperbaiki dua jenis hendaya
yang memiliki ciri khas skizofrenia seperti :
24
2. Depram 1x10mg (1-0-0) Escitalopram Oxalate
Escitalopram adalah antidepresan SSRI terbaru yang disetujui FDA untuk
terapi gangguan depresif berat. Escitalopram juga memiliki spektrum luas efek
ansiolitik, yang ditunjukan oleh efektivitasnya dalam percobaan klinis untuk
gangguan panik, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan ansietas sosial, dan
untuk memulihkan gejala ansietas yang disebabkan oleh depresi. Dosis terapeutik
escitalopram yang biasa digunakan adalah 10mg/hari, yang dapat dtingkatkan
menjadi 20mg/hari jika respon tidak terlihat dalam 2 minggu. Obat ini tersedia
dalam tablet 10mg dan 20mg. Juga tersedia formulasi cairan oral sebesar
5mg/sendok teh.2
3. Clopin 1x25mg (0-0-1) Clozapin
Clozapin merupakan antipsikotik atipikal pertama yang ditemukan
(dibenzodiazepine), tidak menyebabkan EPS (extra pyramidal syndrome), tidak
menyebabkan terjadinya tardive dyskenesia, dan tidak terjadi peningkatan
prolaktin, clozapin mempunyai efikasi yang besar tetapi mempunyai efek samping
yang banyak (agranulositosis, kejang, sedasi dan peningkatan berat badan) jika
dibandingkan den gan jenis antipsikotik atipikal yang lainnya. Clozapin bekerja
dengan cara memblokade reseptor 5HT2A, D2, D1, D3, D4, 5HT1A, 5HT2c,
5HT3, 5HT6, 5HT7, M1, H1. Clozapin dihubungkan dengan risiko tinggi
rendahnya tingkat sel darah putih yang mengakibatkan kematian. Oleh karenanya
untuk menekan risiko ini perlu dilakukan pemeriksaan darah secara rutin. Risiko
serius lainnya termasuk kejang, inflamasi pada jantung, tingginya kadar gula darah
dan pada orang lanjut usia dengan psikosis sebagai akibat dari dementia dapat
beresiko pada kematian.2,6
Dosis rata-rata clozapine yang adekuat antara 25 mg – 100 mg per hari, pada
penelitian melaporkan adanya efek keracunan pada penggunaan clozapine, namun
demikian efek ini disebabkan karena penggunaan dalam dosis tunggal dan karena
adanya infeksi serta kontraindikasi akibat merokok. Akibat pertimbangan risiko
dan keuntungan penggunaan clozapine, maka clozapine tidak digunakan sebagai
terapi first line pada skiofrenia maupun gangguan skizoafektif. Clozapine sering
digunakan untuk mengurangi efek samping otonom, seperti hipertensi ortostatik,
dan untuk mengambil keuntungan dari efek penenang clozapine.2
Clozapine merupakan obat antipsikotik atipikal yang umumnya digunakan
kepada pasien yang tidak responsif atau tidak toleran dengan obat antipsikotik jenis
25
lain, clozapine lebih efektif dalam mengurangi gejala skizofrenia dari pada obat
antipsikotik tipikal, dengan efek lebih baik terutama bagi pasien yang resisten obat.
Tingkat perawatan ulang yang rendah dan tingkat diterima kembali pasien lebih
baik merupakan kelebhan clozapine. Namun clozapine tidak dianjurkan pada pasien
dengan usia lanjut yang menderita demensia.2
4. Alganax 1x0,5mg 0-0-1 (Alprazolam)
Mekanisme kerjanya berikatan dengan reseptor benzodiazepin pada saraf
otonom GABAA GABA merupakan neurotransmitter yang bekerja pada sistem
saraf pusat, dan konsentrasi tertinggi ditemukan pada area kortex dan limbik. Pada
otak, GABA dapat memproduksi efek yang bersifat menenangkan, terdapat 3
reseptor pada GABA GABA A, B,dan C.2,6
Alprazolam merupakan golongan benzodiazepin kerja sangat cepat yang
memiliki waktu paruh < 6 jam, obat ini digunakan sebagai anti-anxietas, insomnia
dan gangguan bipolar. Efek samping yang lazim adalah mengantuk terjadi pada
kira-kira 10% dosis anjuran 0,5mg-10mg/hari terdapat sediaan tablet
0,25mg,0,5mg, 1mg, 2mg.2
Efek antidepresan benzodiazepin lainnnya dapat tampak nyata pada dosis yang
juga mencetuskan sedasi atau tidur. Dosis awal alprazolam untuk depresi harus 1
sampai 1,5mg/hari dan harus ditingkatkan 0,5mg/ hari setiap 3 atau 4 hari. Dosis
maksimalnya biasanya 4mg/hari meskipun sejumlah penelitian klinis pernah
menggunakan dosis 10mg/hari. Penggunaan dosis tinggi kontroversial karena
kemungkinan gejala putus zat. Klnis harus menghentikan penggunaan
alprazolamsecara bertahap dengan laju 0,5mg perhari setiap 3-4 hari bukannya
menghentikan tiba-tiba.2
26
BAB III
KESIMPULAN
Pasien datang ke IGD diantar oleh ibu dan adik kandung pasien dikarenakan pasien
mencoba tindakan bunuh diri dengan meminum racu, pasien meminum racun bermerk diazinon
yang merupakan golongan organofosfat, pasien mengalami gangguan depresi diduga dipicu
oleh masalah dengan dosen pembimbing pasien di korea, pasien juga merasakan tidak berdaya
dalam menjalani hidup dan tidak termoivasi, pasien didiagnosis dengan gangguan depresi berat
dengan gejala psikotik serta tentament suicide dimana pasien sudah mencoba untuk bunuh diri.
Pasien mendengar saura bisikan yang memerintahkannya untuk bunuh diri dan melihat sesosok
bayangan putih sehingga pasien merasa sulit tidur saaat malam hari.
Terapi yang diberikan pada pasien Abilify 1x15mg, Depram 1x10mg, Clopin 1x25mg
dan Alganax 1x0,5mg, dari bidang penyakit dalam pasien diberikan tatalaksana untuk
intoksikasi organofosfat.
Dari hasil follow up yang terlah didapatkan hasil pengobatan pasien lebih tengan, dan
sudah tidak mendegar halusinasi suara bisikan maupun melihat bayangan putih, pasien juga
sudah dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
28