Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

F.32.3 Gangguan Depresi Berat Gejala Psikotik+ Tentament Suicide

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Laporan Kasus

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa

Disusun oleh:

Desra Aufar Alwafi

I4061171010

Pembimbing:

Mayor CKM (K) dr. Lollytha C. Simanjuntak, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RUMKIT TK. II 03.05.01 DUSTIRA CIMAHI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2019

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Laporan Kasus dengan judul:

F.32.3 Gangguan Depresi Berat Gejala Psikotik+ Tentament Suicide

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa

Telah Disetujui,

Cimahi, Januari 2019

Pembimbing, Disusun oleh,

Mayor CKM (K) dr. Lollytha C. Simanjuntak, Sp. KJ Desra Aufar Alwafi

I4061171010

2
BAB I
STATUS PSIKIATRI
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. AA
Usia : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Pendidikan : S2
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Komplek Nusa Hijau Blok R Cimahi Utara

II. Riwayat Psikiatri

Anamesis dilakukan secara autoanamnesis dan aloanamnesis pada tanggal 14


Januari 2019 di Bangsal Jiwa RS Tingkat II Dustira, Cimahi.

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD setelah meminum racun.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Alloanamnesis dengan Ibu kandung dan saudara perempuan pasien tanggan 14
Januaru 2019 di Bangsal Jiwa RS Dustira
Pasien, laki-laki usia 25 tahun datang ke IGD RS. Dustira Cimahi pukul 17:25
WIB dibawa oleh ibunya dan adik perepuannya dikarenakan pasien meminum sebotol
racun serangga bermerk diazinon, pasien mengaku meminum racun sebanyak satu botol
penuh ±100m pada pukul 13:00, setelah itu pasien merasakan mual, muntah, lemas dan
badan terasa bergetar, pasien mengaku membeli racun di toko online sekitar 1 minggu
sebelum kejadian, alasan pasien meminum racun dikarenakan pasien mengatakan
bahwa dia mendegar suara bisikan yang memerintahkakknya untuk melakukan bunuh
diri dengan racun, selain itu pasien juga mengatakan pikirannya seperti dikendalikan
oleh seseorang, hal ini sudah dirasakan pasien sejak ±1 bulan yang lalu, terkadang
pasien juga mengatakan seperti melihat bayangan putih yang melayang-layang. Ibu
pasien mengatakan seketar 2 minggu yang lalu pasien juga pernah memesan racun
serangga di toko online, namun racun tersebut terlebih dahulu dibuang oleh ibu pasien.
Ibu pasien mengatakan pasien sedang memiiki masalah dalam menempuh pendidikan

3
S2 dan S3 di korea selatan, diketahui pasien memiliki masalah dengan dosen
pembimbingnya di korea, sehingga pasien mengalami depresi dan ingin mengakhiri
hidupnya dengan meminum racun yang dibelinya di toko online.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Ibu pasien mengatakan ±4 tahun yang lalu saat pasien masih menempuh
pendidikan S1 di ITB, pasien pernah mengalami trauma akibat pernah di
rampok oleh geng motor, setelah kejadian ibu pasien mengatakan pasien sering
merasa seperti orang ketakutan saat mendengar suara motor yang nyaring, dan
pasien sering gelisah, pasien juga pernah berobat ke dokter jiwa di korea dan
indonesia, namun ibu pasien dan pasien tidak mengtahui secara persis
diagnosis penyakit yang diderita pasien. Riwayat pasien mengkonsumsi
Haloperidol dan THP.
2. Riwayat Gangguan Medik
Tidak ada riwayat gangguan medik.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Tidak terdapat riwayat menggunakan NAPZA, mengkonsumsi alkohol.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat pranatal: Pasien dilahirkan dalam proses persalinan normal, berat lahir
cukup 3200gram dan ditolong oleh dokter.
2. Riwayat masa kanak-kanak Awal (1-3 Tahun) : Pasien tumbuh dan berkembang
sesuai umur sebagaimana anak seumurnya sehingga pasien tidak ada gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
3. Riwayat Masa kanak Pertengahan (3-11 Tahun) : Saat umur 8 tahun, pasien
dibelikan pernagkat game oleh pasien, hal ini menyebabkan pasien menjadi
kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekiarnya, dan pasien lebih cendrung
untuk bermain game di dalam rumah, terkadang bermain bersama teman-
temanya, namun ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami kendala
proses belajar dan selalu mendapatkan nilai yang baik.
4. Riwayat masa akhir kanak-kanak dan remaja :
Pasien melanjutkan sekolah SMA dan kuliah S1 di ITB jurusan enginering, ibu
pasien mengatakan pasien tidak pernah memiliki masalah dalam proses

4
pendidikan, namun pasien lebih senang menyendiri di kamar dan bermain game
online, sehingga kurang terjadi interkasi terhadapa lingkungan pasien, dan
pasien hanya sesekali bercerita mengenai proses pendidikannya.

5. Riwayat pendidikan
Pasien saat ini sedang menempuh kuliah S2 dan S3 di korea selatan, sudah
dijalankan selama 3 tahun namun belum selesai dikarenakan pasien memiliki
masalah dengan dosesn pimbiming nya di korea mengenai hal penelitian pasien
sebagai syarat untuk menyelesaikan studi, ibu pasien mengatakan pasien
mengalami depresi pada saat memiliki masalah dengan dosen pimbimbingnya
dikorea dan mulai mncul keluhan halusinasi dan keinginan pasien untuk
mengakhri hidupnya dengan meminum racun
6. Riwayat pekerjaan
Pasien sempat bekerja di indonesia setelah pulang dari korea 5 bulan yang lalu,
pasien bekerja di suatu bagian perusahaan swasta dibidang enginering, namun
hanya bekerja selama minggu, pasien merasa tidak bersemangat dalam
melakukan pekerjannya.
7. Riwayat agama
Pasien beragama Kristen
8. Hubungan dengan keluarga
Semenjak pasien mengenal dunia game, pasien jadi jarang bersosialisasi
dengan orang diumahnya, pasien tinggal diindonesia bersama ibu kandung
pasien dan adik kandung pasien, ayah pasien sudah bercerai dengan ibu pasien
sekitar 1 tahun yang lalu, pasien lebih sering mendam dikamar dan bermain
game.
9. Aktivitas sosial
Pasien tidak dapat bersosialisasi dengan baik lingkungan sekitar.

E. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke-1 dari dua bersaudara, ayah dan ibu pasien sudah bercerai
sekitar 1 tahun yang lalu, ibu pasien mengatakan bahwa memang ada keuarga yang
memiliki keluhan serupa dan mencoba untuk bunuh diri, namun itu keluarga dari
sebelah ayah pasien yaitu pamannya ayah pasien.

5
F. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien laki – laki umur 25 tahun, belum menikah saat ini pasien tidak memiliki
pekerjaan. Pasien saat ini tinggal di rumah orang tuanya, bersama seorang ibu dan
seorang adik kandung perempuan, pasien sedang cuti kuliah dan pulang ke indonesia
sejak 6 bulan yang lalu, pasien merasa depresi akibat memiliki masalah dengan dosen
pembimbing di korea tempat pasien menjalani pendidikan S2, pasien merasakan
kehilangan motivasi dan tidak berdaya, pasien juga jarang melakukan interaksi sosial
dengan lingkungan sekitarnya dan lebih banyak memendam diri.
G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya

Saat ini pasien memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri
H. Persepsi Keluarga tentang Pasien
Menurut keluarga pasien, pasien depresi dikarenakan pasien memiliki masalah
dalam menempuh pendidikan S2 nya, dan pasien juga memiliki riwayat trauma saat
kost pasien di rampok.

III. PPasdStatus Mental


Diperiksa tanggal 14 Januari 2019
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Dekorum buruk
2. Kesadaran
 Kesadaran umum : Compos mentis
 Kontak Psikis : Tidak wajar
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
 Cara berjalan : Buruk
 Aktifitas psikomotor : Pasien tidak kooperatif, gelisah, kontak mata
tidak adekuat, tampak agresif dan impulsif dan dapat menjawab pertanyaan
dengan baik.
4. Pembicaraan
 Kuantitas : Buruk, pasien hanya dapat menjawab sepatah kata, dan
artikulasi kurang jelas.

6
 Kualitas : Bicara tidak spontan, volume bicara kurang jelas, artikulasi
kurang jelas namun pembicaraan dapat dimengerti.
5. Mood, afek dan kesesuaian
 Mood : disforia
 Afek/emosi : datar
 Kesesuaian : appropriate
6. Pikiran/proses pikir
 Bentuk : Autistik
 Arus : Megautistik, inkoheren
 Isi : Waham curiga (+), Waham kendali.
7. Persepsi : Halusinasi auditorik (+), Halusinasi visual (+)

8. Sikap Terhadap Pemeriksa


Pasien tidak kooperatif

B. Sensorium dan kognisi


1. Taraf Kesadaran
 Kuantitas : E4V5M6
 Kualitas : Compos Mentis
2. Orientasi
 Waktu : buruk
 Tempat : baik
 Orang : baik
3. Daya Ingat
 Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien bersekolah
 Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat bahwa pasien menuju ke RS Dustira dengan
ibu pasien dan adik pasien
 Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat 5 nama kota yang disebutkan oleh pemeriksa

7
4. Pengetahuan umum
 Buruk
5. Konsentrasi dan perhatian
 Buruk
6. Kemampuan membaca dan menulis
 Baik
7. Kemampuan visuospasial
 Buruk
8. Kemampuan berpikir abstrak
 Buruk
9. Bakat kreatif
 Buruk

C. Proses Pikir
1. Arus pikir
a. Produktivitas : Buruk, pasien tidak dapat menjawab secara spontan
bila diajukan pertanyaan.
b. Kontinuitas : Inkoheren, pasien tidak mampu memberikan jawaban
sesuai pertanyaan.
2. Isi pikiran
a. Gangguan pikiran, terdapat :
 Tentament Suicide
 Thought control
D. Pengendalian Impuls
Buruk, karena pasien belum bisa mengendalikan dirinya untuk mengungkapkan
perasaanya
E. Daya Nilai
 Kesan nilai sosial : Buruk
 Daya nilai realita : Buruk
 Tilikan :1

8
IV. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tanda vital
i. Kesadaran : Compos Mentis
ii. Tanda vital:
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 78 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC

b. Status generalis
Kulit :Warna kulit sawo matang, sianosis (-), makula eritematosa
berbatas tegas dengan central healing disertai skuama halus di regio pubis
Kepala : Deformitas (-), luka lecet (-).
Rambut : Pendek, berwarna hitam.
Mata : Pint Point Pupil (+), Injeksi konjungtiva (-/-), konjungtiva
anemis (-/-), skleraikterik (-/-).
THT : Deviasi septum nasi (-), perdarahan (-), mukosahidung hiperemis
(-), pembesaran tonsil (-).
Gigi dan mulut : Dalam batas normal.
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening leher (-).
Dada
Jantung : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru : Suara napas dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-), sonor di kedua lapang paru
Abdomen : Datar, bising usus 9x/menit, nyeri tekan(-), , BU(+), nyeri
tekan (+) epigastrium.
Punggung : Simetris (+), deformitas (-)
Ekstremitas : Tremor halus (-/-), akral dingin (-/-), edema (-/-)

9
c. Status Neurologis
Glasgow Coma Scale (GCS)
EMV = E4V5M6 = 15
Pupil : Pint point pupil
Wajah : simetris
Tanda RangsangMeningeal (TRM)
Kaku kuduk: (-)
Pemeriksaan Motorik :
Pemeriksaan Refleks :
Refleks Fisiologis
Biseps : (+/+)
Triceps : (+/+)
Patella : (+/+)
Tendo achilles : (+/+)
Refleks Patologis : Babinski (-/-)
Chaddock (-/-)
Hoffman tromner (-/-)
Openheim (-/-)
Pemeriksaan Sensorik
Sensibilitas : baik
Pemeriksaan Saraf Otonom
Inkontinensia alvi dan urin (-)

10
V. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F.32.3 Episode Depresi berat dengan gejala psikotik dengan Tentamen
Suicide
Aksis II : Tidak ada diagnosis di aksis II
Aksis III : S00-T98 Keracunan
Aksis IV : Gangguan pendidikan, pekerjaan dan psikososial
Aksis V : 50 – 41 (pasien memiliki ide untuk bunuh diri ). Atau memiliki gangguan
dalam kehidupan sosial pekerjaan, serta sekolah (misalnya tidak memiliki teman, tidak
dapat mempertahankan pekerjaan.

VI. Daftar Masalah


a. Organobiologik : Tidak ada
b. Psikologis : Bentuk pikir autistik, waham curiga, arus pikir
inkoheren, halusinasi auditorik, visual. Tentanume suicide
c. Sosial : Pasien sering menyendiri dan susah untuk berinteraksi
dengan orang sekitas.
VII. Penatalaksanaan
a. Nonfarmakologi
Psikoterapi suportif keluarga dalam memotivasi, mendukung, dan membantu
kesembuhan pasien.
b. Farmakologi:
Abilify 1x10mg (1-0-0)
Depram 1x10mg (1-0-0)
Clopin 1x25mg (0-0-1)
VIII. Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

11
IX. Follow Up
Tanggal S O A P
15-01-19 Pasien tenang, Kesadaran :  Depresi Obs TTV dan tent.
mual, muntah CM, berat Suicide, Cek ulang
4x berisi cairan, TD:120/70, dengan DR
bab cair 5x HR:76x/menit psikotik  Abilify
disertai ampas, RR:18x/menit,  Tentamen 1x10mg
makan dan T: 36,70C Suicide  Clopin
minum kurang, dekorum 1x25mg
pasien masih buruk, perilaku  Depram
mendengar terhadap 1x10mg
suara bisikan pemeriksa Pasien dikonsulan
untuk bunuh tidak ke penyakit dalam
diri, kontak kooperatif, dengan kasus
mata tidak karatkeristik intoksikasi
adekuat. bicara insektisida
irrelevan, Terapi IPD
mood disforia,  Pasang
afek datar, NGT
appropriate,  Inf NaCl
halusinasi 2000cc
suara dan lihat,  Atropin
autistik, 2mg setiap
asosiasi 15 menit
longgar, sampai
waham pupil
kendali, midriasis
waham curiga.  Ranitidin
2x1amp
 Bicnat 3x1
tab

12
 Gastric
Leavage
250cc

16-04-18 Pasien tenang, Kesadaran :  Abilify


mual dan CM,  Depresi 1x10mg
muntah tidak TD:110/70, berat  Clopin
dirasakan,pasien HR:78x/menit dengan 1x25mg
masih RR:17x/menit, psikotik  Depram

0
mendengar T: 36,6 C Tentamen 1x10mg
bisikan dan dekorum Suicide Terapi IPD
melihat bayang buruk, perilaku  IVFD NaCl
putih, kontak terhadap  Inj
mata tidak pemeriksa Cefoperazon
adekuat tidak 3x1gr
kooperatif,  Inj.Pumpisel
karatkeristik 1x40mg
bicara
 Po Neciblok
irrelevan, syr 3x1C
mood disforia,
afek datar,
appropriate,
halusinasi
suara dan lihat,
autistik,
asosiasi
longgar,
waham
kendali,
waham curiga.
Insight buruk

13
Pupil :
RCL/RCTL
(+)/(+)

17-01-19 Pasien masih Kesadaran :  Depresi  Abilify


mendengar CM, berat 1x10mg
bisikan suara, TD:110/70, dengan  Clopin
masih melihat HR:84x/menit psikotik 1x25mg
bayangan putih, RR:18x/menit,  Tentamen  Depram
0
kepala terasa T: 36,8 C Suicide 1x10mg
pusing, mual dekorum
dan muntah (-), buruk, IPD
kontak mata karatkeristik  Aff Infus
tidak adekuat bicara  Neciblok
irrelevan, syr 3x1C
mood disforia,  BLPL
afek datar,
appropriate,
halusinasi
suara dan lihat,
autistik,
asosiasi
longgar,
waham
kendali,
waham curiga.
Insight buruk
Pupil :
RCL/RCTL
(+)/(+)
18-01-19 Pasien masih Kesadaran :  Depresi  Abilify
mendengar CM, berat 1x10mg
bisikan suara dengan

14
namun sudah TD:130/90, tentamen  Depram
mulai HR:100x/menit suicide 1x10mg
berkurang, RR:18x/menit,  Alganax
badan masih T: 36,90C 1x0,5mg
terasa lemah, dekorum
mual dan buruk,
muntah, (-), karatkeristik
kontak mata bicara
tidak adekuat, irrelevan,
pasien kadang mood disforia,
sulit tidur. afek datar,
appropriate,
halusinasi
suara autistik,
asosiasi
longgar,
waham
kendali,
waham curiga.
Insight buruk
Pupil :
RCL/RCTL
(+)/(+)
19/01/2019 Pasien sudah Kesadaran :  Depresi  Abilify
tidak CM, berat 1x10mg
mendengar TD:110/70,  Depram
bisikan dan HR:75x/menit 1x10mg
melihat RR:18x/menit,  Alganax
0
bayangan putih, T: 36,9 C 1x0,5mg
ADL (+), pasien dekorum
mengatakan buruk,
sulit tidur saat karatkeristik
malam hari, bicara

15
kontak mata irrelevan,
tidak adekuat mood disforia,
afek datar,
appropriate,
autistik,
asosiasi
longgar,
waham
kendali,
waham curiga.
Insight buruk
Pupil :
RCL/RCTL
(+)/(+)
21/01/2019 Pasien tenang, Kesadaran :  Depresi  Abilify
sudah CM, berat 1x10mg
mobilisasi, TD:120/70,  Depram
kontak mata HR:92x/menit 1x10mg
tidak adekuat, RR:16x/menit,  Alganax
ADL (+), pasien T: 36,70C 1x0,5mg
tidak dekorum  BLPL
mendengar buruk,
bisikan lagi dan karatkeristik
tidak melihat bicara
bayangan putih irrelevan,
mood eutimia,
afek tumpul,
inappropriate,
Insight buruk
Pupil :
RCL/RCTL
(+)/(+)

16
BAB II
PEMBAHASAN

I. Ikhtisar Penemuan Bermakna


Seorang laki-laki berusia 25 tahun, belum menikah, pendidikan saat ini sedang
menempuh pendidikan S2 dan S3 di korea selatan, namun masih cuti dalam
pengobatan, pasien datang dengan keluhan mencoba untuk bunuh diri dengan
meminum racun, pasien tidak kooperatif dikarenakan pasien merasa lemah setelah
meminum racun, pasien mengalami depresi dikarenakan memiliki masalah dengan
pendidikannya di korea selatan.
Berdasarkan penampilan roman wajah tampak bingung, dekorum buruk, mood
disforia, afek datar. Antara mood dan afek terdapat kesesuaian. Pada bentuk pikir
autistik, arus pikir inkoheren, asosiasi longgar dan terdapat waham curiga dan kendali.
Tilikan derajat 1 dimana pasien menyangal bahwa dirinya sakit.
Pada pemeriksaan fisik dan neurologis, tidak didapatkan kelainan, pada hasil
laboratorium ditemukan peningkatan sel darah putih dan fungsi hati.
II. Diagnosis
A. Aksis I2,3
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini termasuk gangguan
jiwa depresi berat dengan gejala psikotik. Hal ini dikarenakan adanya gejala-gejala
pada pasien memenuhi kriteria diagnosis depresi berat dengan gejala psikotik
seperti memenuhi kriteria F 32.2 yaitu Semua 3 gejala utama depresi harus ada,
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya
harus berintensitas berat, Berlangsung sekurangnya dua minggu atau lebih pendek
bila gejala sangat berat dan berawitan sangat cepat serta Tidak mampu menjalankan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf sangat
terbatas kemudian disertai disertai waham, halusinasi atau depresif stupor, Isi
waham ide tentang dosa, kemiskinan atau tentang malapetaka yang mengancam dan
individu dapat merasa bertanggung-jawab atas hal tersebut, Halusinasi auditorik /
olfaktorik berupa suara Waham atau halusinasi bisa serasi atau tidak serasi
afekadanya halusinasi dan gejala positif, seperti bicara banyak. Pasien juga
mengaku sering mendengar bisikan-bisikan atau suara-suara yang hanya pasien
sendiri mendengarnya dan terkadang menyuruh pasien untuk meelakukan tindakan

17
bunuh diri dengan meminum racun, pasien juga melihat bayangan putih melayang-
layang sehingga membuat pasien menjadi susah tidur.1,2
Menurut DSM-IV-TR, gangguan depresif berat terjadi tanpa riwayat episode
manik, campuran, atau hipomani. Episode depresif berat harus ada setidaknya 2
minggu
Kriteria Diagnosis Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik Menurut
PPDGJ-III :
1. Memenuhi kriteria F32.2, disertai waham, halusinasi atau depresif stupor
2. Isi waham ide tentang dosa, kemiskinan atau tentang malapetaka yang
mengancam dan individu dapat merasa bertanggung-jawab atas hal tersebut.
3. Halusinasi auditorik / olfaktorik berupa suara menghina atau menuduh atau bau
kotoran / daging membusuk
4. Retardasi motorik berat yang dapat menuju stupor
Tidak terdapat diagnosis di aksis II
Yang mana kriteria F.32.2 adalah sebagai berikut :
1. Semua 3 gejala utama depresi harus ada, dimana tanda utama depresi
adalah:
a. Afek / mood yang depresif
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Berkurangnya energi yang menuju miningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
2. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat. Gejala lainnya adalah sebagai berikut:
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
3. Berlangsung sekurangnya dua minggu atau lebih pendek bila gejala sangat
berat dan berawitan sangat cepat
4. Tidak mampu menjalankan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah
tangga, kecuali pada taraf sangat terbatas

18
Berdasarkan faktor resiko bunuh diri jenis kelamin laki-laki melakukan
bunuh diri empat kali lebih banyak dibandingkan perempuan, suatu angka yang
stabil pada semua usia. Dari risiko pekerjaan, bila semakin tinggi status sosial
seseorang, semkin besar risiko bunuh dirinya, tetapi penurunan status sosial juga
meningkatkan risiko bunuh diri. Banyak pasien dengan gangguan depresif
melakukan bunuh diri diawal penyakitnya, bukannya dikemudian hari, lebih banyak
laki-laki dibandingkan perempuan dalam percobaan bunuh diri. Gangguan mood
merupakan diagnosis yang paling lazim dikaitkan dengan bunuh diri. Karena risiko
bunuh diri pada gangguan depresif meningkat ketika pasien sedang mengalami
depresi 2
Banyak teori yang menentukan etiologi dari bunuh diri, salah satunya adalah
faktor biologis, berkurangnya serotonin sentral memainkan peran dalam perilaku
bunuh diri. Suatu kelompok di Institut Kaorolinska di Swedia melakukan
pengamatan bahwa konsentrasi metabolit serototnin yang rendah dicairan
serebrospinal lumbal terkait dengan perilaku bunuh diri. Temuan ini telah
dikemukakan sama beberapa kali di dalam kelompok diagnostik yang berbeda.
B. Aksis II
Tidak terdapat diagnosis di aksis II
C. Aksis III
Pada aksis III mengenai kondisi medik pasien didiagnosis S00-T98
Keracunan, pasien mencoba tindakan bunuh diri dengan meminum racun yang
dibelinya ditoko online, racun bermerk diazinon dimana ini merupakan racun
golongan organofosfat Tanda klinis dengan karateristik adanya bau pestisida,
gejala mual, muntah, diare, pusing (dizziness), nyeri kepala, hipersalivasi, otot
mengalami fasiculasi, tampak agitasi, berkeringat banyak, penurunan kesadaran,
pupil miosis, dan ter-jadi gangguan pernapasan. Gejala-gejala tersebut dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Overstimulasi muscarinic: bradikardia, bronchorrhea, bronchospasm,
diarhea, hipotensi, lacrimasi, miosis, hipersalivasi, urinasi, vomiting.
2. Overstimulasi nicotinic pada saraf perifer: agitasi, midriasis, berkeringat
dan takikardia.
3. Overstimulasi nicotinic pada neuromuskuler junction: fasiculasi, kelemah-
an otot dan paralisis

19
Diagnosa pasti keracunan organofosfat ditegakkan dengan pengukuran
butirilkoinesterase atau asetilkolinesterase di darah/pasma atau lebih akurat eritrosit
asetilkolinesterase. EKG dilakukan untuk mendeteksi adanya aritmia atau prolong
QT interval. Penatalaksanaan keracunan organofosfat terdiri dari suprtif dan
dekomentasi, melakukan eliminasi bahan racun, pemberian anti-dotum, pencegahan
terhadap kejadian keracunan. Tindakan suportif berupa ABC (Airway-Breathing-
Circulation), yaitu pemberian oksigenasi dan kalau perlu bantuan ventilasi,
Dekontaminasi gastrointestinal dilakukan dengan melakukan kumbah lambung atau
pemberian activated charcoal (arang aktif), pada pasien ini dilakukan pemasangan
Naso Gastric Tube (NGT) yang berfungsi untuk mengevakuasi sisa racun dan
dilakukan bilas lambung sebanyak 250cc. Dialkukan pemberian Atropin 2mg
sealama 15 menit hingga tercapai atropinisasi dibuktikan dengan pelebaran pupil
dan pengendalian hipersekresi. Pengobatan lain ialah dengan pemberian
magnesium sulfat atau pemberian sodium bicarbonat untuk melakukan alkanisasi
urin dalam rangka eliminasi bahan bercaun.5
D. Aksis IV
Pasien merupakan anak ke-1 dari dua bersaudara. Pasien tinggal bersama
ibunya dan adik perepmpuannya, pasien menjalankan studi S2 dan S3 di korea
selatan, namun sekarang pasien sedang cuti dalam masa pengobatan, pasien
memiliki masalah dengan dosen pembimbingnya di korea selatan berkaitan dengan
penelitian pasien yang tidak disetujui dan tidak mendapat sokongan dana oleh dosen
pembimbingnya, penelitain tersebut sebaga syarat untuk menyelesaikan studi
pasien, hal tersebut merupakan stressor bagi pasien, selain itu pasien sering
memendam dirinya dikamar dan kurang berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya.
Pasien juga tidak bersemangat dalam bekerja sehingga pasien hanya bekerja selama
1 bulan. Keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang disebut stresor psikososial. Seseorang harus mampu beradaptasi guna
menanggulangi stresor yang muncul. Terdapat banyak stresor psikososial yang
dapat menimbulkan depresi, antara lain kualitas hubungan pernikahan, pekerjaan,
faktor keluarga, faktor lingkungan, penyakit fisik dan lain sebagainya.2 Maka
diagnosis Aksis IV pada pasien ini adalah terdapatnya gangguan dalam hubungan
social, pendidikan.

20
E. Aksis V
50 – 41 (pasien memiliki ide untuk bunuh diri ). ATAU memiliki gangguan dalam
kehidupan sosial pekerjaan, serta sekolah (misalnya tidak memiliki teman, tidak
dapat mempertahankan pekerjaan)

III. Identifikasi Faktor Risiko pada Pasien


Terdapat beberapa faktor risiko yang teridentifikasi pada pasien secara biopsikososial
A. Biologi
Secara etiologi pada pasien terdapat Masalah tidur. Insomnia inisial dan
terminal, sering terbangun, hipersomnia adalah gejala yang lazim dan klasik pada
depresi dan penurunan kebutuhan untuk tidur merupakan gejala klasik mania. Para
peneliti telah lama mengenali bahwa EEG pada banyak orang dengan depresi
menunjukan kelainan. Kelainan yang lazim adalah awitan tidur yang tertunda,
pemendekan latensi rapid eye movement (REM) (waktu antara jatuh tertidur dan
periode REM pertama), peningkatan lama periode REM pertama, serta tidur delta
abnormal.3
B. Psikologi
Secara psikologi faktor resiko pada pasien yaitu Peristiwa hidup dan stres
lingkungan. Sejumlah klinisi yakin bahwa peristiwa hidup memegang peranan
utama dalam depresi; klinis lain mengajukan bahwa peristiwa hidup hanya
memegang peran terbatas dalam awitan dan waktu depresi pada pasien ini adalah
masalah dalam menjalankan pendidikannya. 3
C. Sosial
Seara kondisi sosial pasien merupakan anak yang lahir dengan keadaan sosial
ekonomi menengah keatas, pasien merupakan pribadi yang tertutup dan sering
memandam diri didalam kamar dan bermain game sepanjang hari sehingga pasien
kurang dalam interaksi sosial, pasien juga memiliki masalah dalam menempuh
pendidikan S2 dan S3 nya di korea selatan, diketahui pasien memiliki masalah
dengan dosen pembimbing pasien, sehingga pasien mengalami depresi dan merasa
kehilangan motivasi sehingga pasien ingin mengakhiri hidupnya dengan meminum
racun.3

21
IV. Psikodinamika
Pasien belum pernah menikah dan merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Pasien dilahirkan cukup bulan dan lahir secara normal dibantu oleh dokter.
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak seusianya. Sejak taman
kanak-kanan hingga SMA pasien tidak pernah mempunyai masalah dalam menjalankan
pendidikannya, pada saat kuliah S1 semester 4 pasien sempat mengalami trauma akibat
pernah di rampok di kostannnya, pasien lebih sering menyendiri dikamar dengan
bermain game sepanjang hari dan terkadang jarang melakukan interaksi soosial di
lingkungan tempat tinggallnya, pasine menempun pendidikan S2 dan S3 di luar negri
dan sedang menjalaninya, namun pasien memiliki masalah dengan dosen pembimbing
yang tidak meyetujui penelitian pasien, dimana penelitian tersebut merupakan syarat
pasien untuk lulu dalam studi, pasien merasa depresi dan merasa kehilangan motivasi
untuk melakukan kegiatan pekerjaan, semenjak itu pasien sering mendengar bisikan
yang memerintahkannya untuk mengakhiri hidupnya dan terkadang melihat bayangan
putih yang terbang sehingga menyebabkan kualitas tidur pasien terganggu.
V. Terapi
Non Farmakologi
1. Perawatan di Rumah Sakit
Pasien diindikasikan untuk dirawat di rumah dikarenakan pasien telah
melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum racun serangga yang
merupakan golongan organofosfat, sehingga dapat menimbukan efek samping
racun yang mengancam nyawa pasien.4
2. Terapi Psikososial
Walaupun sebagian besar studi menunjukan dan sebagian besar klinisi
serta peneliti meyakini bahwa kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi adalah
terapi yang paling efektif untuk gangguan depresi berat, sejumlah data
mengesankan pandangan lain; baik farmakoterapi atau psikoterapi saja efektif,
setidaknya pada pasien dengan episode depresif berat yang ringan dan
penggunaan regular terapi kombinasi menambahkan biaya terapi serta
memajankan pasien pada efek samping yang tidak perlu.2
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu, terapi kognitif, terapi
interpersonal, dan terapi perilaku telah dipelajari untuk menentukan
efektivitasnya dalam terapi gangguan depresif berat. Psikoterapi berorientasi
psikoanalitik telah lama digunakan untuk gangguan depresi dan banyak klinisi

22
menggunakan tehnik ini sebagai metode utama mereka. Hal yang membedakan
ketiga metode psikoterapi jangka pendek dengan metode berorientasi
psikoanalitis adalah peran aktif dan langsung terapis, tujuan yang langsung
dikenali dan titik akhir terapi jangka pendek.2
 Terapi kognitif. Terapi kognitif yang awalnya dikembangkan Aaron
Beck, memfoskuskan pada distorsi kognitif, diperkirakan ada pada
gangguan depresi berat. Distorsi tersebut mencakup perhatian
selektif terhadap aspek negatif keadaan dan kesimpulan patologis
yang tidak realistis mengenai konsekuensi. Tujuan terapi kognitif
adalah meringankan episode depresif dan mencegah kekambuhan
dengan membantu pasien mengidentifikasi dan menguji kognisi
negatif; mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan
positif serta melatih respons perilaku dan kognitif yang baru.2
 Terapi interpersonal. Terapi interpersonal, yang dikembangkan
Gerald Klerman, memfokuskan pada satu atau dua masalah
interpersonal pasien saat ini. Terapi ini didasarkan pada dua asumsi.
Pertama, masalah interpesonal saat ini cenderung memiliki akar
pada hubungan yang mengalami disfungsi sejak awal. Kedua,
masalah interpersonal saat ini cenderung terlibat dalam mencetuskan
atau melanjutkan gejala depresi saat ini. Program terapi
interpersonal biasanya terdiri atas 12 sampai 16 sesi dan ditandai
dengan pendekatan terapeutik yang aktif.2
 Terapi perilaku. Terapi perilaku didasarkan pada hipotesis bahwa
pola perilaku maladaptif mengakibatkan seseorang menerima
sedikit umpan balik positif dan mungkin sekaligus penolakan dari
masyarakat. Dengan memusatkan perhatian pada perilaku
maladaptif didalam terapi, pasien belajar berfungsi didalam dunia
sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh dorongan positif.
Walaupun terapi individual atau kelompok telah dipelajari, terapi
perilaku untuk gangguan depresi berat belum menjadi subyek
banyak distudi terkontrol.2
 Terapi berorientasi pada psikoanalitik. Pendekatan psikoanalitik
pada gangguan mood didasarkan pada teori psikoanalitik mengenai

23
depresi dan mania. Tujuan psikoterapi psikoanalitik adalah memberi
pengaruh pada perubahan struktur atau karakter kepribadian
seseorang, bukan hanya untuk meredakan gejala. Perbaikan
kepercayaan interpersonal, keintiman, mekanisme koping, kapasitas
berduka, serta kemampuan mengalami kisaran luas emosi adalah
sejumlah tujuan terapi psikoanalitik. Terapi sering mengharuskan
pasien untuk mengalami periode ansietas yang semakin berat serta
penderitaan selama perjalanan terapi yang dapat berlanjut hingga
beberapa tahun.2
 Terapi keluarga. Terapi keluarga umumnya tidak dipandang sebagai
terapi primer penatalaksanaan gangguan depresi berat, tetapi bukti
yang semakin banyak menunjukkan bahwa membantu pasien
dengan gangguan mood untuk mengurangi dan menghadapi stres
dapat mengurangi kemungkinan kambuh. Terapi keluarga
diindikasikan jika gangguan merusak perkawinan pasien atau fungsi
keluarga atau jika gangguan mood bertambah atau dipertahankan
oleh situasi keluarga.4
Farmakologi
1. Abilify 1x10mg (1-0-0) Aripriprazole
Aripiprazole (abilify) merupakan anti psikotik atipikal terbaru dengan
mekanisme kerja agonis parsial reseptor dopamine D2. Konsentrasi plasma puncak
dicapai dalam 3 hingga 5 jam. Dosis aripiprazole terlihat efektif dalam kisaran dosis
10 hingga 30 mg per hari, dosis terendah didalam percobaan ini tidak lebih efektif
dibandingkan dosis 10 atau 15 mg per hari. Obat ini memperbaiki dua jenis hendaya
yang memiliki ciri khas skizofrenia seperti :

1. Gejala positif seperti halusinasi, waham, pikiran terganggu, dan agitasi


2. Gejala negative seperti menarik diri, afek datar, anhedonia, miskin
pembicaraan, katatonia, dan hendaya kognitif.
Aripiprazole (abilify) memiliki efek samping ekstrapiramidal yang rendah,
sedasi ringan, penambahan berat badan ringan, peningkatan prolactin. Efek
samping terkait yang paling lazim mencakup sakit kepala ansietas, dan insomnia.2,6

24
2. Depram 1x10mg (1-0-0) Escitalopram Oxalate
Escitalopram adalah antidepresan SSRI terbaru yang disetujui FDA untuk
terapi gangguan depresif berat. Escitalopram juga memiliki spektrum luas efek
ansiolitik, yang ditunjukan oleh efektivitasnya dalam percobaan klinis untuk
gangguan panik, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan ansietas sosial, dan
untuk memulihkan gejala ansietas yang disebabkan oleh depresi. Dosis terapeutik
escitalopram yang biasa digunakan adalah 10mg/hari, yang dapat dtingkatkan
menjadi 20mg/hari jika respon tidak terlihat dalam 2 minggu. Obat ini tersedia
dalam tablet 10mg dan 20mg. Juga tersedia formulasi cairan oral sebesar
5mg/sendok teh.2
3. Clopin 1x25mg (0-0-1) Clozapin
Clozapin merupakan antipsikotik atipikal pertama yang ditemukan
(dibenzodiazepine), tidak menyebabkan EPS (extra pyramidal syndrome), tidak
menyebabkan terjadinya tardive dyskenesia, dan tidak terjadi peningkatan
prolaktin, clozapin mempunyai efikasi yang besar tetapi mempunyai efek samping
yang banyak (agranulositosis, kejang, sedasi dan peningkatan berat badan) jika
dibandingkan den gan jenis antipsikotik atipikal yang lainnya. Clozapin bekerja
dengan cara memblokade reseptor 5HT2A, D2, D1, D3, D4, 5HT1A, 5HT2c,
5HT3, 5HT6, 5HT7, M1, H1. Clozapin dihubungkan dengan risiko tinggi
rendahnya tingkat sel darah putih yang mengakibatkan kematian. Oleh karenanya
untuk menekan risiko ini perlu dilakukan pemeriksaan darah secara rutin. Risiko
serius lainnya termasuk kejang, inflamasi pada jantung, tingginya kadar gula darah
dan pada orang lanjut usia dengan psikosis sebagai akibat dari dementia dapat
beresiko pada kematian.2,6
Dosis rata-rata clozapine yang adekuat antara 25 mg – 100 mg per hari, pada
penelitian melaporkan adanya efek keracunan pada penggunaan clozapine, namun
demikian efek ini disebabkan karena penggunaan dalam dosis tunggal dan karena
adanya infeksi serta kontraindikasi akibat merokok. Akibat pertimbangan risiko
dan keuntungan penggunaan clozapine, maka clozapine tidak digunakan sebagai
terapi first line pada skiofrenia maupun gangguan skizoafektif. Clozapine sering
digunakan untuk mengurangi efek samping otonom, seperti hipertensi ortostatik,
dan untuk mengambil keuntungan dari efek penenang clozapine.2
Clozapine merupakan obat antipsikotik atipikal yang umumnya digunakan
kepada pasien yang tidak responsif atau tidak toleran dengan obat antipsikotik jenis

25
lain, clozapine lebih efektif dalam mengurangi gejala skizofrenia dari pada obat
antipsikotik tipikal, dengan efek lebih baik terutama bagi pasien yang resisten obat.
Tingkat perawatan ulang yang rendah dan tingkat diterima kembali pasien lebih
baik merupakan kelebhan clozapine. Namun clozapine tidak dianjurkan pada pasien
dengan usia lanjut yang menderita demensia.2
4. Alganax 1x0,5mg 0-0-1 (Alprazolam)
Mekanisme kerjanya berikatan dengan reseptor benzodiazepin pada saraf
otonom GABAA GABA merupakan neurotransmitter yang bekerja pada sistem
saraf pusat, dan konsentrasi tertinggi ditemukan pada area kortex dan limbik. Pada
otak, GABA dapat memproduksi efek yang bersifat menenangkan, terdapat 3
reseptor pada GABA GABA A, B,dan C.2,6
Alprazolam merupakan golongan benzodiazepin kerja sangat cepat yang
memiliki waktu paruh < 6 jam, obat ini digunakan sebagai anti-anxietas, insomnia
dan gangguan bipolar. Efek samping yang lazim adalah mengantuk terjadi pada
kira-kira 10% dosis anjuran 0,5mg-10mg/hari terdapat sediaan tablet
0,25mg,0,5mg, 1mg, 2mg.2
Efek antidepresan benzodiazepin lainnnya dapat tampak nyata pada dosis yang
juga mencetuskan sedasi atau tidur. Dosis awal alprazolam untuk depresi harus 1
sampai 1,5mg/hari dan harus ditingkatkan 0,5mg/ hari setiap 3 atau 4 hari. Dosis
maksimalnya biasanya 4mg/hari meskipun sejumlah penelitian klinis pernah
menggunakan dosis 10mg/hari. Penggunaan dosis tinggi kontroversial karena
kemungkinan gejala putus zat. Klnis harus menghentikan penggunaan
alprazolamsecara bertahap dengan laju 0,5mg perhari setiap 3-4 hari bukannya
menghentikan tiba-tiba.2

26
BAB III
KESIMPULAN

Pasien datang ke IGD diantar oleh ibu dan adik kandung pasien dikarenakan pasien
mencoba tindakan bunuh diri dengan meminum racu, pasien meminum racun bermerk diazinon
yang merupakan golongan organofosfat, pasien mengalami gangguan depresi diduga dipicu
oleh masalah dengan dosen pembimbing pasien di korea, pasien juga merasakan tidak berdaya
dalam menjalani hidup dan tidak termoivasi, pasien didiagnosis dengan gangguan depresi berat
dengan gejala psikotik serta tentament suicide dimana pasien sudah mencoba untuk bunuh diri.
Pasien mendengar saura bisikan yang memerintahkannya untuk bunuh diri dan melihat sesosok
bayangan putih sehingga pasien merasa sulit tidur saaat malam hari.
Terapi yang diberikan pada pasien Abilify 1x15mg, Depram 1x10mg, Clopin 1x25mg
dan Alganax 1x0,5mg, dari bidang penyakit dalam pasien diberikan tatalaksana untuk
intoksikasi organofosfat.
Dari hasil follow up yang terlah didapatkan hasil pengobatan pasien lebih tengan, dan
sudah tidak mendegar halusinasi suara bisikan maupun melihat bayangan putih, pasien juga
sudah dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan R.I. 2013.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa


di Indonesia III cetakan pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI.
2. Kaplan, B.J., Sadock, V.A. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry : Behavioral.
3. Maslim, R.. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III, Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, Jakarta.
4. Fahrul, Mukaddas Alwiyah, Faustine I., 2014, Rasionalitas Penggunaan Antipsikotik Pada
Pasien Skizofrenia Di Instalasi Rawat Inap Jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah
Periode Januari-April 2014,Jurnal of Natural Science, Vol.3(2) : 18-29.
5. Bakta IM. Buku Ajar Penyakit Dalam. 6th . ed. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Idrus A, et al.
Jakarta : Interna Publishing, 2016. 632-35 p.
6. Katzung, B.G. Farmakologi Dasar dan Klinik Jilid 1 Edisi 8. Salemba Medika. Jakarta,
2002.

28

Anda mungkin juga menyukai