Anda di halaman 1dari 17

LONGCASE KASUS

EPISODE DEPRESIF BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F32.3)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:
Lailatul Hidayanti S
20194010067

Dibimbing oleh:
dr. Herlina Pohan, Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021

1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdra HKT
Tanggal lahir : 21-01-1998 / 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Medan, Sumatera Utara
Pekerjaan : Belum bekerja
Pendidikan : Mahasiswa semester VII
Suku : Batak
Status Perkawinan` : Belum menikah

II. RIWAYAT PSIKIATRI


- Pasien diperiksa di poliklinik Jiwa RS Jogja pada tanggal 13 Januari 2021.
- Autoanamnesis : Hanya diperoleh informasi yang minimal karena pasien hanya
menjawab singkat, seringkali tidak apa adanya, kurang fokus dan ingin segera pergi
meninggalkan poliklinik.
- Alloanamnesis : Didapatkan dari ibu kandung pasien. Ibu pasien sudah mengenal
selama kurang lebih 23 tahun, tinggal bersama semenjak pasien kecil, dan paling
akrab dengan pasien.
A. Sebab pasien datang ke poliklinik
Pasien datang bersama ibunya ke poliklinik jiwa RS Jogja untuk kontrol rutin
dan mengambil obat sesuai dengan anjuran dokter spesialis jiwa yang telah merawat
pasien selama kurang lebih 7 bulan di poliklinik jiwa RS Medan.
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pada bulan Mei tahun 2020 pasien pulang ke kampung halaman karena
kegiatan kuliah di Jogja diliburkan selama pandemi Covid 19. Ibu pasien
menceritakan bahwa selama di rumah pasien sering sedih, menangis, gelisah, tidak
nafsu makan, sering tidak percaya diri dan sulit tidur. Padahal menurutnya, selama
kuliah di Jogja anaknya tidak mengalami keluhan serupa dan bersikap biasa saja. Ibu
pasien mengatakan bahwa anaknya selama ini mengalami tekanan di antara
saudaranya yang mengatakan bahwa ibunya tidak sama dengan ibu orang lain,
namun saat ibu pasien mencoba menjelaskan hal tersebut pasien melarang dan
menarik tangan ibunya untuk mengajak pergi, sehingga pemeriksa tidak bisa
menanyakan lebih lanjut. Sementara itu pasien sendiri mengaku bahwa dirinya saat
itu merasa banyak pikiran terutama karena banyak tugas selama pembelajaran online

2
sehingga sering merasa gelisah dan tidak bisa tidur, pasien menyangkal adanya
ketakutan atau kekhawatiran terhadap Covid 19.
Beberapa minggu kemudian ibu pasien merasakan gejala anaknya semakin
memberat karena pasien sering mengeluh nyeri dada, mudah lupa, tidak fokus dan
mudah marah-marah. Bahkan pasien sering mengatakan bahwa dia mendengar
bisikan-bisikan secara terus menurus yang menghina dan menyuruh dirinya mati,
seperti ungakapan “ kamu bodoh’’, “ kamu mati saja” , “ minum saja obat nyamuk
itu” sehingga pasien merasa takut dan tidak bisa tidur. Bahkan suatu hari karena
bisikan- bisikan tersebut pasien pernah mengambil parang untuk melukai diri sendiri,
namun segera direbut sehingga tidak sampai mencederai dirinya atu keluarganya.
Karena kejadian tersebut keluarganya menyembunyikan benda-benda tajam dan
berbahaya dari sekitarnya. Pasien juga menjadi sangat sulit untuk disuruh makan, dia
mengatakan bahwa ada bisikan yang melarangnya untuk makan. Pasien juga sering
menunjuk-nunjuk ruang yang kosong dan mengatakan melihat bayangan hitam yang
menghadap ke arahnya. Kemudian ayah pasienpun membacakan ayat suci alquran
untuk menenangkan pasien namun pasien justru marah-marah dan tidak terima.
Karena keluhan tersebut pasien kemudian diperiksakan ke poliklinik syaraf,
karena ibu pasien berpikir terjadi gangguan di otak anaknya. Kemudian setelah
diceritakan keluhan anaknya tersebut, pasien dirujuk di poliklinik jiwa dan dilakukan
perawatan disana. Selama kurang lebih 7 bulan menjalani rawat jalan, pasien
mendapatkan obat-obataan berupa Kalxetin 1x10 mg, merlopam 0,5 mg,
Resperidone 2x2 mg, THP 2x2 mg dan melakukan kontrol rutin setiap 2 minggu.
Namun saat ditanyakan tentang penyakit yang dialami pasien sehingga mendapatkan
obat-obatan tersebut, baik pasien dan ibunya tidak begitu paham dan mengerti
mengenai apa penyebab penyakitnya.
Saat datang ke poliklinik jiwa RS Jogja, pasien masih mengeluh sering banyak
pikiran, tidak bisa fokus dan terkadang menjadi susah tidur. Pasien mengatakan
bahwa setiap ingin tidur selalu muncul pikiran pikiran mengenai hal-hal seperti
bayar SPP, tugas kuliah, dan hal-lain lain yang tiba-tiba terlintas saat ingin tidur.
Namun pasien sudah tidak mendengar bisikan ataupun bayangan lagi. Sementara itu
ibu pasien mengatakan bahwa anaknya masih sering gelisah, tidak percaya diri,
bingung dalam membuat keputusan, tidak bisa fokus dan mudah bosan saat
melakukan suatu pekerjaan.

3
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Psikiatri
Sebelumnya pasien belum pernah mengalami keluhan serupa maupun keluhan lain
yang berhubungan dengan gangguan jiwa.
2. Medis umum
Tidak terdapat riwayat DM, hipertensi, jantung, epilepsi /kejang, trauma kepala,
ataupun keracunan zat.
3. Penyalahgunaan obat-obatan, alkohol dan zat adiktif
Tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan alkohol atau mengkonsumsi obat-
obatan terlarang.
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Masa Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak tunggal yang tinggal bersama kedua orang tuanya sejak
bayi. Kondisi ekonomi keluarga berkecukupan. Pasien merupakan anak yang
direncanakan dan diharapkan kelahirannya. Pada saat kehamilan ibu tidak
menggunakan alkohol atau zat lain dan setelah persalinan ibu dalam kondisi
emosional yang baik.
B. Masa Kanak Awal (sampai usia 3 tahun)
Pasien adalah anak kandung yang dibesarkan dan diasuh oleh ayah ibunya. Saaat
bayi pasien diberi ASI. Pertumbuhan dan perkembangan pasien dikatakan normal
sesuai anak sebaya.
C. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien masuk sekolah TK dan SD, selama di sekolah pasien bergaul baik dengan
teman-temannya. Dan tidak ada masalah selama di sekolah. Pasien juga lulus tepat
waktu.
D. Masa Kanak akhir dan Remaja (11-18 tahun)
Pada saat SMP dan SMA pasien bergaul baik dengan teman-temannya, tidak
pernah membolos dan lulus tepat waktu. Namun pada saat SMA pasien sering
dipanggil guru BK karena sering terlambat masuk sekolah. Ibu pasien mengatakan
bahwa hubungan dengan keluarga selama ini baik, pasien selalu menceritakan
masalahnya kepada ibunya. Namun hubungan dengan ayah kurang dekat karena
ayah agak keras dan galak. Hubungan dengan saudara/kerabatnya tidak didapatkan
informasi lebih.

4
E. Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Setelah tamat SMA pasien kemudian melanjutkan kuliah di Jogja jurusan
Teknik Sipil. Tidak didapatkan informasi apakah pasien secara sukarela untuk
kuliah merauntau di jogja atau atas paksaan orang tua. Selama pembelajaran
online saat pandemi, pasien mengatakan bahwa sering mengalami banyak
pikiran akibat banyaknya tugas yang diberikan.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien belum bekerja.
3. Riwayat Keagamaan
Agama pasien Islam sejak kecil keturunan dari orang tuanya, keluarga pasien
juga beragama Islam. Pasien selama ini sholat lima waktu namun harus selalu
diingatkan.
4. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.
5. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
6. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan hukum.
7. Aktivitas Sosial
Pasien mengatakan saat ini ngekos sendiri, dan tidak memiliki teman dekat
selama kuliah. Pasien juga tidak pernah berkumpul-kumpul dengan temannya
atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kampus. Ibu pasien mengatakan bahwa
pasien tidak dekat dengan teman-temannya karena jauh dari kampung halaman,
sehingga tidak nyaman untuk bergaul.
8. Situasi Hidup Sekarang
Pasien saat ini ditemani ibunya tinggal di Jogja agar bisa mengantar pasien
menjalani pengobatan secara rutin sambil mempersiapkan pembelajaran offline.
Selama ini pasien mengikuti kegiatan pembelajaran online dengan rutin namun
masih sulit untuk fokus, sering banyak pikiran dan terkadang sulit tidur. Ibu
pasien mengatakan pasien mudah pelupa sehingga atas hal yang dilupakannya
pasien menjadi sering gelisah. Selama ini pasien rutin meminum obat yang telah
diberikan oleh dokter, sehingga gejalanya sudah banyak membaik dibandingkan
beberapa bulan yang lalu.

5
F. Riwayat Psikoseksual
Pasien terlahir sebagai laki-laki dan sejak kecil dididik/ berpakaian/ diberi
mainan sebagai laki-laki. Pasien mengalami pubertas saat SMP.

G. Riwayat Keluarga

: laki-laki : pasien
: wanita : sudah meninggal

Pada keluarga tidak didapatkan riwayat gejala serupa atau gejala gangguan
jiwa lainya.

H. Impian, Fantasi dan Nilai-nilai


Pasien ingin segera sembuh dan menjalani kehidupan seperti sebelum sakit.

I. Taraf Kepercayaan Autoanamnesis dan Alloanamnesis.


Secara keseluruhan autoanamnesis kurang dapat dipercaya karena pasien kurang
bisa mengungkapkan, menjawab singkat dan tidak apa adanya. Apa yang dijawab
oleh pasien seringkali disanggah oleh ibunya, dan ibunya meminta agar anknya
menjawab dengan jujur.
Secara keseluruhan alloamannesis dapat dipercaya karena selama ini ibu
mendampingi anaknya selama menjalani perawatan dan sang anak selalu
menceritakan masalahnya kepada ibunya.

6
IV. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Tampak laki-laki sesuai usianya, postur tubuh agak gemuk, menggunakan baju
gelap bermotif dan bercelana gelap, pakaian tampak rapi, rambut rapi,
menggunakan masker bedah yang terlihat bersih dan sepatu bersih. Rawat diri
baik.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :
Pasien berjalan dengan normal, tidak terdapat ciri khusus abnormal. Selama
pemeriksaan berlangsung pasien tampak tidak senang dan bosan, sering
menyender ke bahu ibunya dan menarik-narik tangan ibunya untuk mengajak
segera pulang.
3. Sikap terhadap pemeriksa :
Kurang kooperatif, apatis, menjawab singkat, dan sering tidak menjawab apa
adanya.
B. Mood dan Afek
1. Mood : disforia
2. Afek : menyempit
3. Keserasian : apropriate
C. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan kecepatan sedang, intonasi dan volume suara cukup,
artikulasi jelas, produktivitas bicara sedikit.
D. Gangguan Persepsi
Saat pemeriksaan tidak ditemukan halusinasi dan ilusi.
E. Pikiran
1. Bentuk Pikir : realistis.
2. Isi Pikir : tidak didapatkan waham.
3. Progresi Pikir : tidak banyak bicara, koheren.
F. Kesadaran dan Kognisi
1. Tingkat kesadaran : compos mentis
2. Orientasi
- waktu : baik
- tempat : baik
- orang : baik

7
3. Daya ingat
- jangka segera : baik
- jangka pendek : buruk
- jangka sedang : baik
- jangka panjang : baik
4. Konsentrasi dan perhatian : dapat ditarik dapat dicantum
5. Kemampuan membaca dan menulis : baik
6. Pikiran abstrak : baik
7. Kemampuan visuospasial : baik
8. Intelegensi dan daya informasi: baik
G. Pengendalian Impuls : baik
H. Tilikan Diri (Insight) : derajat 4 ( Menyadari bahwa penyakitnya disebabkan oleh
sesuatu yang tidak diketahui pada diri pasien )

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status Internus
Keadaan Umum : compos mentis
Tanda vital :
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Frekuansi Nadi : 80x/mnt
Pernapasan : 19x/mnt
Suhu : Afebris
Skala nyeri :0

Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik


Leher : tidak ada kelainan
Jantung : konfigurasi kesan normal, BJ 1-2 murni reguler, bising (-)
Pulmo : simetris, tidak ada ketinggalan gerak, sonor, suara nafas vesikuler
normal, tidak ada suara tambahan
Perut : supel, nyeri tekan epigastrik (-), peristaltik (+) normal, timpani

8
Kulit : turgor baik
Extremitas : Akral hangat, edema (-), CRT<2dtk
B. Status Neurologis
1. Glasgow Coma Scale : E 4 M 6 V 5 = 15
2. Tanda-tanda sindrom ekstrapiramidal : tidak ada
3. Sikap Tubuh : normal
4. Cara Berjalan : normal
5. Gerak abnormal : tidak ditemukan
6. Sensorik : baik
7. Motorik Superior Inferior
Gerak +/+ +/+
Kekuatan 5/5 5/5
Tonus Normal Normal
Kesan : Tidak ada kelainan

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Laki-laki berusia 23 tahun, suku batak, berasal dari Medan, bangsa Indonesia,
agama Islam, belum menikah, anak tunggal, saat ini tinggal di Jogja untuk kuliah
semester VII jurusan Teknik Sipil, semenjak pulang kampung pada Mei 2020
mengalami gejala sedih, sering menangis, kehilangan minat dan banyak diam, kurang
fokus saat melakukan suatu pekerjaan, mudah lupa, sering gelisah, tidak percaya diri,
kehilangan nafsu makan, dan mengalami kesulitan untuk tidur. Hal ini disebabkan
oleh masalah keluarga yang belum secara detail pemeriksa tanyakan dan akibat
masalah dalam hal proses akademik selama pandemi. Beberapa minggu kemudian
pasien sering mendengar bisikan berupa kalimat hinaan, perintah untuk mati/bunuh
diri, dan larangan untuk makan serta melihat bayangan hitam yang tidak dilihat oleh
orang lain. Pasien juga sempat melakukan upaya untuk mencederai diri sendiri akibat
bisikan tersebut, namun berhasil dicegah oleh keluarga pasien. Tidak didapatkan
riwayat gangguan jiwa sebelumnya, gangguan medis lain, penyalahgunaan obat,
alkohol, zat adiktif, serta tidak didapatkan riwayat gangguan jiwa pada keluarga.
Riwayat personal sosial dan psikoseksual secara keseluruhan baik.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan laki-laki sesuai usianya, postur tubuh
agak gemuk, menggunakan baju gelap bermotif dan bercelana gelap,pakaian tampak
rapi, rambut rapi, menggunakan masker bedah yang terlihat bersih, sepatu bersih.

9
Rawat diri baik. Pasien nampak tidak senang dan bosan, kurang kooperatif, perhatian
terhadap pemeriksa kurang. Pasien berbicara dengan kecepatan sedang, intonasi dan
volume suara cukup, artikulasi jelas, produktivitas bicara sedikit . Mood disforia, afek
menyempit, appropriate. Bentuk pikir realistik, isi pikir tidak terdapat waham,
progresi pikir sedikit bicara dan koheren. Tidak didapatkan gangguan persepsi,
kesadaran, pengendalian impuls, daya nilai, dan konsentrasi. Reabilitas autoanamnesis
kurang dapat dipercaya. Derajat tilikan tingkat 4 yaitu pasien menyadari bahwa
penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri pasien. Status
neurologis dan status internus tidak didapatkan kelainan.
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Episode depresi berat dengan gejala psikotik (F32.3)
2. Gangguan skizoafektif tipe depresif (F25.1)
3. Depresi pasca-skizofrenia (420.4)
VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK (Menurut PPDGJ-III)
Pada pasien ini terdapat gejala perilaku & psikologis yang secara klinis tidak
lazim seperti orang pada umunya yang mengganggu kehidupannya serta orang
sekitarnya. Hal ini membuat pasien tidak dapat menjalani fungsi sosialnya secara
maksimal (dalam perannya sebagai seorang anak dan mahasiswa) maka dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu masalah gangguan kejiwaan.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit pasien melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan psikiatris pada pasien tidak didapatkan gangguan medis umum
/patologis yang menjadi trigger kerusakan/ disfungsi otak sehingga mengakibatkan
gangguan jiwa yang diderita saat ini. Dapat disimpulkan gangguan mental organik
pada pasien ini dapat disingkirkan namun perlu dipastikan dengan pemeriksaan
penunjang lebih lanjut.
Dari riwayat perjalanan penyakit pasien didapatkan 3 gejala utama episode
depresi berupa afek depresif (sedih dan sering menangis), kehilangan minat dan
kegembiraan (lebih sering berdiam diri ), mudah lelah serta menurunnya aktivitas
sehari-hari. Pada pasien juga ditemukan 4 gejala depresi lainnya berupa konsentrasi
dan perhatian yang berkurang, kurangnya kepercayaan diri, tidur yang terganggu dan
nafsu makan yang berkurang. Beberapa waktu kemudian muncul gejala psikotik
halusinasi auditorik berupa bisikan yang menghina dan printah untuk mati serta
halusinasi visual berupa penampakan bayangan hitam yang tidak dapat dilihat oleh
orang lain. Dengan demikian gejala gejala tersebut memenuhi pedoman diagnostik

10
Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik. Gangguan skizoafektif dapat
disingkirkan karena tidak terdapat episode depresi berat, manik, atau campuran yang
muncul pada saat yang bersamaan dengan gejala fase aktif, ataupun jika episode mood
muncul selama gejala fase aktif, total durasinya relatif lebih singkat dibandingkan
durasi dari periode aktif atau residual dari penyakit. Depresi pasca-skizofrenia dapat
disingkirkan karea gejala depresi muncul terlebih dahulu sebelum gejala psikotik dan
gejala depresi tidak lebih menonjol dari pada gejala skizofrenia.
Pada pasien saat ini tidak terdapat gangguan medis umum. Faktor-faktor
psikososial yang dihadapi pasien saat ini adalah masalah keluarga dan masalah
akademik yang dapat dicatat sebagai diagnosis axis IV. Pada aksis V, GAF (Global
Assesment of Functioning) Scale pada saat ini dinilai 70-61 dimana terdapat gejala
ringan (mild) dan disabilitas ringan.
IX. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL ( Menurut PPDGJ III ) :
AXIS I : Episode Depresi berat dengan gejala psikotik (F32.2)
AXIS II : Ciri kepribadian skizoid, & cemas (menghindar)
AXIS III : Belum ada diagnosa
AXIS IV : Masalah keluarga dan akademik. Namun masih diperlukan reanamnesis
lebih lanjut.
AXIS V : GAF 70 – 61
X. PROGNOSIS : Dubia ad bonam
Premorbid
- Riwayat gangguan serupa dalam keluarga (-) : baik
- Status perkawinan belum menikah : baik
- Dukungan keluarga : baik
- Status ekonomi : baik
- Stressor saat kambuh tidak jelas : jelek
- Kepribadian premorbid skizoid & cemas : jelek
Morbid
- Onset usia muda : jelek
- Jenis penyakit skizofrenia : jelek
- Perjalanan penyakit kronis : jelek
- Penyakit organik tidak ada : baik
- Respon terapi baik : baik
- Kepatuhan minum obat baik : baik

11
Hal-hal yang memberatkan
- Terdapat gejala psikotik, jenis gangguan skizofrenia
- Onset gangguan sejak usia muda (belum menikah)
- Ciri kepribadian schizoid dan cemas
Hal-hal yang meringankan
- Tidak ada riwayat gangguan jiwa pada keluarga
- Tidak ada riwayat penggunaan zat narkotik
- Tidak ada penyakit organik
- Perekonomian keluarga cukup
- Keinginan untuk sembuh total
- Kepatuhan minum obat baik & rutin
- Dukungan keluarga pasien secara moral & material
- Pasien patuh terhadap ibunya

XI. FORMULASI PSIKODINAMIK


Psikodinamika merupakan suatu pendekatan konseptual yang memandang
proses - proses mental sebagai gerakan dan interaksi energi psikis, yang berlangsung
intra- maupun inter-individual. Gangguan psikiatri dapat terjadi apabila terdapat
ketidakseimbangan adaptasi antara faktor biologis, sosiokultural, dan psikologis.
Berdasarkan definisi tersebut, psikodinamika adalah usaha mempelajari
struktur (kepribadian), kekuatan (dorongan), gerakan (aksi), pertumbuhan dan
perkembangan, serta maksud dan tujuan dari fenomena patologik yang ada pada
seseorang. Psikodinamika sendiri adalah upaya mencari tahu tentang konflik yang
dialami pasien (trigger) sehingga dapat menimbulkan gejala-gejala depresi dan
psikosis.
Pada pengertian psikodinamik depresi yang dijelaskan oleh Sigmund Freud
dan dikembangkan oleh Karl Abraham yang diklasifikasikan dalam 4 teori:
a. gangguan pada hubungan bayi dan ibu selama fase oral (10-18 bulan awal
kehidupan) sehinga bisa terjadi depresi;
b. depresi dapat dihubungkan dengan kehilangan objek secara nyata atau
imajinasi;
c. Intropeksi dari kehilangan objek adalah mekanisme pertahanan dari stress
yang berhubungan dengan kehilangan objek tersebut

12
d. karena kehilangan objek berkenaan dengan campuran cinta dan benci,
perasaan marah berlangsung didalam hati.

Konflik pada pasien ini mungkin berkaitan dengan masalah keluarga dan
masalah akademik yang membuatnya merasa sedih, terus kepikiran, gelisah, hilang
fokus, kehilangan kepercayaan diri, kesulitan tidur dan penurunan nafsu makan
sehingga mengganggu peran dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi
dengan ciri kepribadian pasien yang schizoid dan cemas yang membuat dirinya
mudah untuk mengalami depresi. Pada depresi rasa sedih berlangsung selama
berhari-hari sehingga dapat mengganggu pekerjaan, belajar, makan, tidur, dan
kesenangan. Perasaan yang dirasakan tidak berdaya, putus asa, dan tidak berharga
berlangsung cukup lama.
Faktor biologi depresi disebabkan adanya ketidakseimbangan endokrin
berup peningkatan kortisol, ketidakmampuan untuk menekan produksi kortisol
endogenus setelah menerima dexamethasone (DST) eksogenus; respon thyroid-
stimulating hormone terhadap thyroglobulin-releasing factor (TRF) kurang baik;
dan peningkatan respon hormon pertumbuhan untuk prolaktin. Adanya
ketidakseimbangan endokrin di otak kemudian menyebabkan gejala psikotik berupa
halusinasi auditorik dan visual yang dialami oleh pasien.

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Farmakoterapi
- Antidepresant : Fluoxetin caplet 2x10 mg
- Antipsikotik : Resperidone 2x 1mg
- Antikolinergik : Trihekniphenidil (THP) 2x1 mg
- Antianxietas : Braxidine ( Chlordiazepoxide Hcl 5 mg & Clidinium
Bromide 2,5 mg) 1x1 malam hari
B. Psikoterapi
- Memberikan dukungan kepada pasien untuk membantu pasien dalam
memahami dan menghadapi penyakitnya.
- Memberi penjelasan dan penegrtian mengenai penyakitnya, manfaat
pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama
pengobatan, serta memotovasi pasien supaya mau minum obat secara teratur
dan kontrol rutin.

13
C. Sosioterapi
- Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa
mengerti dan menerima keadaan pasien.
- Memeberikan dukungan moral serta menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan pengobatan.

XIII. DISKUSI
A. Definisi Depresi
Depresi adalah sebuah gangguan kejiwaan yang mempengaruhi fungsi fisik,
psikologis dan sosial seseorang. Depresi dapat dilihat dengan beberapa kondisi
yang ditunjukkan oleh orang tersebut sebagai sebuah kemerosotan perasaan,
aktifitas dan sebagainya. Depresi didefenisikan sebagai gangguan mood atau
keadaan melankolia (kesedihan) yang berkepanjangan. Keadaan tersebut timbul
tanpa alasan yang jelas baik pada tubuh maupun pada pikiran seseorang. Keadaan
melankolia (kesedihan) tersebut dimungkinkan sebagai reaksi terhadap suatu
kejadian yang menjadi penyebabnya. Rasa sedih tersebut dapat menimbulkan
gangguan fungsi fisik dan mental, seperti: kemampuan kerja, nafsu makan dan
kemampuan berfikir meskipun sederhana.
Sistem klasifikasi ICD-10 menetapkan tiga inti gejala depresi:
- Suasana hati tertekan, yang sedikit berbeda dari hari ke hari dan tidak responsif
terhadap keadaan (meskipun variasi diurnal mungkin ada, dengan suasana hati
yang lebih buruk di pagi hari).
- Menurunnya minat pada hampir semua aktivitas, terkait dengan hilangnya
kemampuan untuk mendapatkan kesenangan dari aktivitas yang sebelumnya
dinikmati (sebagian atau anhedonia lengkap).
- Kekurangan energi atau peningkatan kelelahan minimal pengerahan tenaga
yang menyebabkan aktivitas berkurang (anergia).
B. Gejala Depresi
1. Gejala Biologis
- Bangun lebih pagi ; pasien dapat bangun 2 jam lebih awal dari biasanya dan
tidak bisa melanjutkan tidur lagi. Gangguan tidur lebih lanjut dalam depresi
meliputi: sulit tidur (insomnia awal), sering terbangun di malam hari dan
tidur berlebihan (hipersomnia). Meskipun semua ini berkontribusi pada

14
diagnosis depresi, hanyalah bangun lebih pagi yang merupakan gejala
biologis.
- Depresi yang memberat di pagi hari.
- Kehilangan nafsu makan yang ditandai dengan penurunan berat badan ;
penurunan berat badan 5 % dalam bulan terakhir.
- Retardasi atau agitasi psikomotor ; Perubahan psikomotorik dalam depresi
dapat mencakup retardasi (bicara lambat dan monoton, jeda panjang sebelum
menjawab pertanyaan, atau kebisuan; gerakan tubuh kelam dan ekspresi
wajah terbatas, yaitu pengaruh yang tumpul) atau sebaliknya agitasi
(ketidakmampuan untuk duduk diam; gelisah, mondar-mandir atau
meremas-remas tangan; gosokan atau menggaruk kulit atau pakaian).
- Kehilangan libido
2. Gejala Kognitif
- Penurunan konsentrasi dan daya ingat
- Hilangnya kepercayaan atau harga diri
- Rasa bersalah ; preokupasi bersalah atas kesalahan atau kegagalan di masa
lalu yang mungkin tidak sebanding dengan beratnya kesalahan tersebut.
- Keputusasaan ; Penderita depresi bisa memiliki pandangan yang suram dan
pesimis akan masa depan, percaya bahwa tidak ada jalan keluar dari situasi
mereka saat ini.
- Bunuh diri/ mencederai diri sendiri ; pasien mungkin percaya bahwa mereka
dihadapkan pada kesulitan yang tidak dapat diatasi atau sedang mencoba
melarikan diri dari keadaan emosi yang menyakitkan tanpa henti.
3. Gejala Psikotik
- Pada episode depresi yang parah, pasien mungkin menderita delusi,
halusinasi atau stupor depresi; hal ini disebut gejala psikotik. Delusi dan
halusinasi dapat diklasifikasikan sebagai 'mood congruent' atau 'mood
incongruent', yang menjelaskan apakah isi gejala psikotik konsisten dengan
suasana hati pasien.
- Delusi dan halusinasi dalam depresi umumnya mood kongruen dan mungkin
begitu melibatkan keyakinan irasional akan kesalahan atau dosa atau
keyakinan bahwa bagian tubuh mati atau terbuang percuma.
- Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina
atau menuduh, atau bau kotoran dan daging membusuk.

15
- Pada episode yang parah, retardasi psikomotor dapat berujung pada titik
tidak responsif, kurang gerakan volunter (akinesis) dan mutisme sebagian
atau total.
C. Diagnosis Banding

16
D. Penatalaksanaan

Farmakoterapi :
NICE (2009) merekomendasikan antidepresan hanya untuk pasien dengan
depresi sedang-berat atau untuk pasien dengan gejala depresi subthreshold persisten
atau depresi ringan sampai sedang yang tidak membaik setelah diberikan intervensi
psikososial intensitas rendah. Selektif serotonin reuptake inhibitor, atau SSRI
(misalnya sertraline,paroxetine, citalopram, fluoxetine), direkomendasikan oleh
NICE (2009) sebagai antidepresan lini pertama karena mereka memiliki efek
samping paling sedikit. Antipsikotik diberikan bila terdapat gejala psikotik.

XIV. DAFTAR PUSTAKA


1. Brent D, Lisa P. Depressive Disoders (in Childhood and Adolescence). In: Ebert
M, Nurcombe B, Loosen P, Leckman J. Current Diagosis & Treatment Psychiatry.
2nd ed. New York: McGraw-Hill: 2008. p. 601-605 8.
2. Birnkrant J, Carlsen A. Crash course Psychiatry: The Psychotic Disorders and The
Mood disorders. In: Horton-Szar D, editor. U.K ed. China: Mosby Elsevier
Inc.2007
3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III). Jakarta :
Departemen Kesehatan RI. 1993.
4. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences /
Clinical Psychiatry. 9th ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins. 2003.
5. Sadock, B.J., Sadock,V.A., 2000, Comprehensive Text Book of Psychiatry, vol II,
7th edition, Lippincott Williams& Wilkins, Philadelphia
6. Sadock, B.J., Sadock,V.A. 2004. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis,
Ed.2. Jakarta. EGC

17

Anda mungkin juga menyukai