Oleh :
1. Alshafiera Azayyana Mawadhani Sukma 20204881004
2. Moch. Frando Ghiffari Ekwanda 20204881018
3. Siti Cholishotul Himmah 20204881027
Pasien laki-laki remaja, berperawakan sedang, terlihat bersih dan rapi, memiliki ja
nggut dan kumis yang dicukur rapi, memakai baju koko berwarna putih dan sarung berwa
rna hijau, duduk di hadapan pemeriksa dengan ekspresi wajah tenang. Tampak kepala me
nghadap depan dengan nada suara yang jelas.
Pemeriksa mengawali percakapan dengan basa-basi sedikit kepada pasien agar
pasien tidak takut dan tegang saat ditanya-tanya beberapa hal. Kemudian pasien mulai
mengonfirmasi identitas yang sudah disebutkan pemeriksa. Pasien tamapak duduk bersila
dengan kedua telapak tangan yang ditangkupkan diatas lututnya dan sesekali
memperbaiki posisi duduknya. Pemeriksa kemudian duduk berhadapan dengan pasien
dan menyampaikan bahwa maksud kedatangan pemeriksa ke rumah pasien adalah untuk
membantu pasien melanjutkan hidupnya dan meyakinkan pasien bahwa apa yang pasien
ceritakan akan menjadi rahasia antara pemeriksa dan pasien. Pasien mengetahui bahwa
pemeriksaan dilakukan malam hari dan saat ini sedang berada di rooftop rumah pasien.
Pasien mulai menceritakan awal mula pasien memiliki perilaku yang berubah,
pasien mengenal seorang perempuan ketika SMA setelah itu pasien dekat dengan
perempuan tersebut lalu pasien berkuliah ditempat yang sama, seiring berjalannya waktu
pasien merasa tugas semakin berat dan tidak dapat mengatasi tugas tersebut, sehingga
pasien sempat depresif dan mulai terjadi perubahan kepribadian menjadi seorang yang
pemarah mengetahui hal tersebut perempuan yang dekat dengan pasien, meninggalkan
pasien karena pasien sempat berbicara sendiri dan ketika tidak dapat melakukan sesuatu
dengan baik pasien marah hingga membanting benda sekitar . Pasien ditinggalklan oleh
wanita tersebut dan kondisi pasien menjadi lebih depresif sehingga pasien sempat
mendengar suara suara bisikan untuk meminta pasien melakukan hal-hal destruktif,
ketika pasien tidak melakukan hal tersebut maka suara tersebut semakin mengganggu
pasien bahkan sempat mengancam pasien akan mati ketika tidak melakukan hal tersebut.
2. Riwayat Medis
Pasien saat SMP pernah terkena demam berdarah namun dirawat dirumah karena
dokter berada di BP Muhammadiyah tepat di depan rumah pasien. Pasien dirawat kur
ang lebih selama seminggu.
3. Masa Remaja
Saat menginjak usia remaja, pasien banyak menghabiskan waktu dengan
kegiatan organisasi di sekolahnya. Pasien merupakan anak yang aktif dan suka
bersosialisasi dengan teman sebayanya. Pada saat itu pasien mulai memiliki
ketertarikan di bidang sains dan suka mengikuti ajang-ajang perlombaan seperti
desain dan menulis.
Menurut pasien, saat remaja pasien berpenampilan layaknya santri karena
pasien merupakan lulusan pondok pesantren sejak sekolah dasar. Pasien senang
mengenakan sarung dan celana panjang, pasien jarang menggunakan celana
pendek karena dirasa risih dan tidak pantas. Pasien juga sempat merokok saat
sekolah menengah karena ingin terlihat keren bersama teman-teman
kelompoknya.
4. Masa Dewasa
i. Riwayat Pendidikan
Sejak menempuh sekolah dasar hingga menengah keatas, pasien merupaka
n siswa yang berprestasi. Awalnya pasien bersekolah di MI Darussalam, kemudia
n pasien memutuskan untuk masuk Pondok Pesantren Suci. Pasien melanjutkan se
kolah di MTs Sunan Drajat. Setelahnya pasien masuk ke Pesantren Qomaruddin d
i Bungah, karena pasien tidak sanggup jauh dari rumah maka pasien memutuskan
untuk pindah ke SMAS Darussalam Laren karena lebih dekat dengan rumah. Pasi
en aktif di organisasi intrasekolah dan sempat menjadi ketua OSIS. Setelah itu pas
ien sempat menempuh setengah semester perkuliahan di Universitas Ahmad Dahl
an jurusan Ilmu Komunikasi. Pasien juga sempat diterima di Sastra Indonesia Uni
versitas Airlangga tahun setelahnya setelah mencoba lagi, namun belum sempat m
engikuti rangkaian ospek dan perkuliahan lalu pasien jatuh sakit.
v. Riwayat Psikoseksual
Pasien sejak lahir sering diasuh oleh bibi pasien karena kesibukan ibunya
bekerja menjaga toko. Namun untuk pemenuhan pemberian ASI ekslusif
diberikan oleh ibu sejak pasien lahir hingga berusia 2 tahun tidak diselingi dengan
susu formula sama sekali. Karena menurut ibu pasien, pemberian ASI sangat
berperan penting untuk kebutuhan nutrisi anaknya. Saat pasien masih kecil, pasien
tidak menggunakan pampers dan di usia kurang dari 6 tahun pasien sudah
diajarkan toilet training berupa BAB atau BAK secara mandiri. Selama usia
sekolah (TK-SD) pasien tidak pernah mengompol dan BAB di celana.
Pertama kali mengalami ketertarikan dengan lawan jenis saat kelas 6
sekolah dasar. Awalnya pasien hanya mengagumi diam-diam, lalu menyampaikan
kepada temannya agar dipertemukan dengan perempuan idamannya. Setelahnya
mereka pacarana. Motivasi awal pasien karena perempuan ini cantik dan
sholehah. Selama pacaran pasien pernah pegangan tangan dan saling sandar di
pundak. Saat pasien ditanya pernah berciuman, pasien mengatakan kalau lupa
pernah atau tidak. Pasien pacaran selama 13 tahun dengan status putus-nyambung.
Terakhir berhubungan dengan perempuan itu saat sebelum pasien sakit. Setelah
pasien sakit, sang mantan pacar tidak pernah menghubungi kembali karena
menurut pasien sang mantan juga sosok yang pintar yang memiliki masa depan
cerah.
Pasien mengaku pernah menonton video porno, dimulai sejak kelas 6
sekolah dasar. Setelah itu ketahuan oleh ibu pasien karena pasien menonton
hingga tertidur. Lalu handphone pasien disita dan pasien dimasukkan ke pondok
pesantren. Saat handphone pasien disita, pasien mulai marah-marah kepada
ibunya. Pasien mengaku merasa kecanduan karena bila tidak menonton
perasaannya seperti kosong. Ketika menonton pasien sampai melakukan
masturbasi. Hal ini berlanjut hingga remaja sekitar sekolah menengah akhir.
Namun, saat ini pasien sudah tidak pernah lagi menonton video seperti itu karena
mengaku mual bila melihat. Untuk mengantisipasi kejadian itu lagi, pasien
mengurangi intensitas bermain handphone di malam hari agar tidak terpancing
untuk menonton lagi.
8 3
9
6 7
Keterangan :
1. Halaman rumah
2. Kamar tidur
3. Ruang tamu
4. Kamar tidur
5. Mushola
6. Kamar mandi/WC/toilet
7. Kamar mandi
8. Toko
9. Dapur
Lingkungan sekitar rumah pasien adalah di perdesaan yang ramai karena bersebelahan
dengan Masjid dan banyak penjual yang saat pemeriksa datang kondisi banyak penjual tak
jil disekitar rumahnya. Jalan di depan rumah pasien cukup lebar, kurang lebih selebar 6 m,
dapat dilalui mobil dan sudah beraspal. Jarak antar rumah berdekatan, dipisahkan oleh tem
bok. Sosio-ekonomi warga sekitar tergolong rata-rata.
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan satu orang adikknya. Pasien tingga
l di rumah ini sejak kecil. Rumah pasien terkesan sederhana terlihat terawat namun terlihat
setumpuk baju yang belum dilipat.
Rumah pasien cukup besar berukuran 20 x 20 meter dan berada di bagian tengah d
ari deretan rumah, berdinding batu bata berlapis semen bercat putih dan hijau. Halaman ru
mah dipaving tertutup dan ada sebagian untuk pohon di depan rumah. Rumah pasien terdir
i dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 toilet, 1 kamar mandi, dan tampak took diseb
elah rumah. Penerangan dan ventilasi relatif kurang, pada saat pemeriksa melakuan home
visit lampu ruang tamu dihidupkan karena menjelang sore hari. Untuk kebutuhan sehari-h
ari, air mandi dan mencuci berasal dari PDAM. Untuk keperluan minum dan memasak, ke
luarga pasien memakai air mineral galonan. Sumber listrik berasal dari PLN sebesar 1300
watt.
Hubungan pasien dengan orang tua pasien tampak akrab. Saat wawancara orang tu
a pasien turut mendampingi dan memberikan informasi terkait perjalanan yang telah dile
wati bersama-sama selama 5 tahun sampai akhirnya perkembangan pasien saat ini lebih ba
ik daripada sebelumnya.
F. Genogram
60 59
Tn.T Ny.U
26
Sdr.AS
Sdr.A
Status Genogram
26
Perempuan
Laki-laki
Keterangan :
1. Tn.T 60 tahun, ayah pasien, seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia yang
jarang pulang ke rumah. Ayah pasien memiliki kepribadian yang tegas, disiplin dan keras
kepada anak-anaknya. Ayah pasien tidak terlalu dekat dengan pasien sehingga memiliki
perbedaan pendapat dengan pasien, akan tetapi sifat nya melindungi, membela dan tulus
menyayangi anak-anaknya. Namun saat ini, ayah pasien mulai memahami karakter dan
lebih dekat dengan anak-anaknya.
2. Ny.U, 59 tahun, ibu pasien, selain menjadi ibu beliau bekerja sampingan di rumah
membuka toko kebutuhan bahan pokok. Sangat dekat dan selalu memahami kondisi
pasien. Seseorang yang selalu optimis dan selalu memberikan semangat kepada pasien
untuk menjalani semua dengan sabar demi kebaikan nantinya. Selalu mempunyai harapan
besar bahwa nantinya pasien bisa kembali percaya diri dan mau memulai untuk
melanjutkan kuliah atau bekerja.
3. Sdr. A, adik pasien, sifatnya pendiam. Dahulu pasien sangat dekat dengan adiknya, sering
berinteraksi, namun saat ini sang adik jarang berinteraksi atau lebih berkurang daripada
sebelumnya. Adik pasien takut dengan pasien karena pernah dibentak saat pasien dalam
keadaan relaps.
G. Faktor Keturunan
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami kondisi serupa dengan pasien
Ibu pasien mengatakan bahwa keluarga pasien merupakan orang-orang yang kuat secara
fisik dan mental sehingga tidak mudah jatuh ketika ada suatu stressor. Nilai-nilai keagam
aan juga dijunjung tinggi dalam keluarga ini.
H. Faktor Pencetus
I. Faktor Organik
Tidak ditemukan adanya faktor organik
J. Faktor Premorbid
C. Pembicaraan
Spontan, relevan, lancar, dengan volume suara yang cukup untuk didengar dan jelas bisa
dimengerti
D. Persepsi
E. Pikiran
1. Proses berpikir : realistik, koheren
2. Isi pikir : preokupasi tentang keluhan yang dialami, ide pesimistis (+), ide rasa bersal
ah (+), ide dibunuh (+)
4. Konsentrasi : baik
5. Perhatian : baik
6. Kemampuan Membaca dan Menulis : baik
7. Kemampuan Visuospasial : baik
8. Pikiran Abstrak : baik
9. Intelegensi dan Informasi : baik
10. Bakat Kreatif : menulis puisi dan desain media
11. Kemampuan menolong diri sendiri : baik
B. Status Neurologis
Glasglow Coma Scale : 4 5 6
Pupil : bulat isokor, gerakan bola mata baik, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
Saraf kranialis : dalam batas normal
Kaku kuduk dan tanda rangsang meningeal tidak didapatkan
Motorik :
tidak ada kelumpuhan, paresis (-)
tonus motoric normal, koordinasi baik
refleks fisiologis normal, refleks patologis (-)
Sensorik : dalam batas normal
C. Pemeriksaan Penunjang
B. Psikologik
Ciri kepribadian menghindar
Pasien merasa tidak percaya lagi akan kemampuan dirinya
Pasien merasa masa depannya akan sulit untuk ada harapan
Pasien merasa tetangganya masih memandangnya buruk
Pasien tidak punya teman bercerita di rumah karena adik pasien cenderung menghind
ar
C. Sosial
X. Prognosis
Dubia ad bonam
1. Hal-hal yang meringankan
Pasien kooperatif
Respons terhadap pengobatan aik
Dukungan keluarga terhadap kesembuhan pasien baik
Kepatuhan berobat baik
2. Hal-hal yang memberatkan
Ciri kepribadian menghindar
Terkadang masih muncul gejala psikotik
XII. Penatalaksanaan
A. Psikofarmaka
1. Anti depresan golongan SSRI : Setraline 50 mg, 0-0-1 per oral
2. Anti ansietas golongan Benzodiazepin : Lorazepam 2 mg, 0-0-1 per oral
3. Anti konvulsi : Asam valproate 500 mg, 1-0-1 per oral
4. Anti depresan golongan trisiklik + anti ansietas golongan benzodiazepine : Amitriptili
n + alprazolam racikan, 0-0-1 per oral
B. Non-psikofarmaka
XIII. Diskusi