Anda di halaman 1dari 26

REFLEKSI KASUS DAN CASE BASED DISCUSSION

Kepanitraan Klinik Bagian Kedokteran Jiwa

Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas


Islam Sultan Agung Semarang Stase RSJ Dr. Amino
Gondohutomo Semarang

“Gangguan Cemas Menyeluruh”

Disusun oleh:

Nama : Muhammad Indy Bagas Syifa

NIM : 30101507501

Pembimbing Klinik:

dr. Elly Noerhidajati, Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2020
A. IDENTITAS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 40 tahun
Tempat/tanggal lahir : Semarang, 30 Juni 1980
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Tukang furniture
Status pernikahan : Menikah
Tanggal periksa : 11 Maret 2020
No. RM : 00010xxx

II. Identitas Pengantar


Nama : Ny. N
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan denga pasien : Istri

B. KELUHAN UTAMA
- Alloanamnesis : Pasien sering gelisah
- Autoanamnesis : Pasien merasa dirinya sering pusing sakit kepala

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Awal mula pasien mengalami hal seperti ini sejak kurang lebih 1 tahun yang
lalu, sekitar bulan Maret 2019. Saat itu pasien mengalami keluhan sakit kepala,
belakang kepala tegang, lemas dan sulit untuk tidur. Sebelumnya pasien mengaku
memiliki penyakit pada lambungnya dan sudah sakit seperti ini selama 6 bulan
lamanya. Pasien mengaku keluhan tersebut muncul karena pasien sering memikirkan
masalah pekerjaannya yang dimana ia baru diangkat menjadi wakil kepala bagian
pemasaran. Pasien kurang percaya diri pada jabatan barunya. Kemudian keluarganya
membawa pasien ke rumah sakit untuk berobat. Dokter dirumah sakit tersebut
mengatakan bahwa pasien perlu dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki peralatan
yang lebih lengkap karena diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Pasien kemudian
dibawa oleh keluarganya untuk kerumah sakit rujukan. Setelah bertemu dan diperiksa
dengan dokter, dokter mengatakan tidak kelainan pada pemeriksaan lambung pasien.
Pasien hanya sekali saja datang ke dokter spesialis tersebut, dan mengerti apa yang
dokter katakan. Pasien tidak memeriksa keadaanya pada dokter lain. Keluhan tersebut
muncul hingga berhari-hari dan pasien sering merasa pusing dan tegang dibelakang
kepala. Untuk mengurangi rasa cemasnya pasien melakukan aktivitas hobinya seperti
berkebun dan masih mengikuti kegiatan pengajian dilingkungan sekitar rumahnya.
Hubungan dengan keluarga juga baik. Pasien juga menyangkal merasa dijahati atau
diawasi oleh orang lain, pasien mengaku pekerjaan dan aktivitas sosial terasa
terganggu. (GAF 60)
Pada bulan Agustus 2019 pasien diantar keluarganya ke psikiater, pasien
kemudian diberi obat dan pasien merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Pasien mulai
bisa tidur lebih awal, rasa berdebar-debar berkurang, pusing berkurang, tegang
berkurang. Pasien mau makan dan minum. Aktivitas dan sosial pasien menjadi lebih
baik. (GAF 80)
Sejak saat itu pasien mengonsumsi obat-obatan tersebut. Namun kurang lebih 4
bulan terakhir pasien berhenti minum obat karena habis dan belum sempat kontrol lagi,
sehingga timbul keluhan yang sama dan memburuk sejak kurang lebih 2 minggu
terakhir. (GAF 70)
Pasien datang ke poliklinik RSJD dr. Amino Gondohutomo tanggal 11 Maret 2020
karena pasien sejak kurang lebih 2 minggu sakit kepala, pasien datang dengan diantar
oleh istrinya. Keluhan sakit kepala disertai badan terasa lemas, dada berdebar-debar,
nafasnya seperti ngos-ngosan dan sulit untuk tidur. Menurut pengakuan pasien, pasien
sering gelisah dan cemas. Tangan pasien juga sering lembab. Pasien mengaku ada hal
yang sering ia pikirkan mengenai pekerjaannya, mengenai jabatan yang ia dapatkan saat
ini yaitu wakil kepala bagian pemasaran. Pasien kadang masih kurang percaya diri pada
jabatannya saat ini. Tidak ada masalah apapun baik dirumah, maupun dengan
tetangganya. Mood pasien juga tidak sedih maupun senang tetapi pasien merasa sering
tidak tenang. Pasien tidak ada hilang minat, merasa mudah lelah dan keinginan bunuh
diri. Pasien sudah mencoba menenangkan diri dan mengosongan pikirannya tetapi
selalu tidak bisa. Pasien sering mencoba tidur dari jam 10 malam dan mematikan lampu
agar suasananya menjadi nyaman, namun pasien tetap sulit untuk tidur. Pasien mengaku
bisa tidur mulai pukul 01.30 pagi dan bangun jam 04.30 pagi. Pasien masih mau makan
dan mandi. Aktivitas sehari-hari yang masih sering dilakukan pasien seperti berkebun
untuk mengurangi rasa cemas pada dirinya. Masalah tidur yang dialami pasien
mengganggu pekerjaan karena sering merasa pusing, belakang kepala sering tegang,
cemas sepanjang hari dan sering gelisah. Hubungan sosial pasien dengan orang-orang
sekitar seperti keluarga, dan tetangga baik, namun bila pasien sedang sendiri dirumah,
pasien sering merasa khawatir. (GAF 70)

D. Riwayat Penyakit Dahulu :


1. Riwayat Penyakit/gangguan Psikiatrik : Baru pertama kali sakit
2. Riwayat penyakit Medis Umum
- Hipertensi : Disangkal
- Diabetes Mellitus : Disangkal
- Jantung : Disangkal
- Asma : Disangkal
- Trauma Kepala : Disangkal
- Penyakit Lain : Disangkal
3. Riwayat Penggunaan Alcohol, Rokok, dan zat lainnya :
Pasien dulu pernah merokok dan sudah berhenti sejak 2 tahun lalu dan tidak
pernah mengkonsumsi alcohol atau zat terlarang lainnya.

E. KURVA GAF

F. Riwayat Premorbid dan Pribadi


1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, pasien mempunyai kakak laki-
laki yang lebih tua 4 dan 6 tahun diatasnya. Kehamilan direncanakan dan
diinginkan ibu pasien sehat secara fisik dan mental, sering memeriksakan
kehamilannya ke bidan. Tidak mengkonsumsi alcohol, zat terlarang lainnya dan
hanya mengkonsumsi obat-obatan (asam folat) dari bidan selama hamil. Pasien
lahir spontan, cukup bulan tanpa penyulit dan ditolong oleh bidan, langsung
menangis. Berat badan dan Panjang badan normal. Tidak ada trauma saat lahir.
Pasien diasuh sendiri oleh orangtuanya.
2. Riwayat Masa Anak-anak Awal (Sejak Lahir Sampai Usia 3 Tahun) Riwayat
tumbuh kembang dan perilaku pasien sama dengan teman seusianya. Tidak ada
perilaku yang menonjol. Hubungan dengan teman sebayanya baik. Orang tua
pasien mengajarkan untuk tersenyum, mencium tangan orang tuanya, dan diajarkan
untuk menyayangi teman-temannya. Pasien merupakan anak
yang penurut, pasien tidak terlalu aktif dan pasif, pasien dapat berjalan usia 14
bulan, lancar bicara usia 2 tahun, toilet training dimulai usia 2,5 tahun,
terkadang pasien suka mengompol waktu tidur malam hari.
2. Riwayat masa anak-anak pertengahan / tumbuh kembang ( usia 3-11
tahun):
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai anak seusianya. Pasien memiliki
beberapa teman dekat waktu SD. Pasien merasa dirinya laki-laki. Pasien suka
bermain mobil-mobilan. Didikan ayah kepada pasien sangat lembut, ayah
pasien tidak pernah marah bahkan memukul dan berbicara nada tinggi kepada
pasien. Ayah pasien mengajarkan untuk tidak mudah marah dan selalu menjaga
perasaan orang lain. Sedangkan ibu pasien juga sosok yang lembut, namun tegas
kepada pasien. Selain dengan keluarga kandung, pasien bermain dengan sepupu
dan tetangga rumahnya, pasien merasa tidak pernah merasa kesulitan saat di
sekolah, pasien merasa memiliki banyak teman di sekolahnya. Pasien
merupakan sosok yang penurut, dan sering membatu orang tuanya. Pasien
diajarkan unuk sholat 5 waktu dan mengaji setiap harinya setelah shalat maghrib
dengan guru ngaji di kampungnya. Hubungan dengan saudara kandung baik.
3. Riwayat masa anak-anak akhir – Remaja (usia 11-17 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai anak seusianya. Pasien memiliki banyak
teman dan beberapa teman dekat. Idola pasien adalah Ayahnya. Pasien tidak
pernah mengkonsumsi alcohol serta zat lainnya dan pasien juga tidak pernah
merokok. Pasien mulai menyukai lawan jenis sejak lulus SMA, pasien pernah
berpacaran dengan teman satu sekolahannya tetapi hubungannya
disembunyikan dari keluarganya dan berpacaran sekitar 3 bulan lamanya. Pasien
tidak membenci dirinya sendiri dan tidak pernah melakukan percobaan bunuh
diri. Pasien masa sekolahnya prestasinya biasa saja dan tidak terlalu menojol.
Pasien mengalami mimipi basah pertama kali di usia 12 tahun. Pertumbuhan
sekunder pasien tidak terlambat, tidak ada gangguan untuk menarik kepuasan
seksual. Pasien merupakan pribadi yang penurut. Hubungan pasien dengan guru
di sekolahnya baik. Pada saat waktu luang, pasien gunakan untuk membantu ibu
& ayahnya di rumah.
4. Masa dewasa (lebih dari 17
tahun) a. Riwayat pendidikan
- SD : ditempuh 6 tahun tanpa tinggal kelas
- SMP : ditempuh 3 tahun tanpa tinggal kelas
- SMA : ditempuh 3 tahun tanpa tinggal kelas

b. Riwayat pekerjaan
Pasien mulai bekerja, setelah lulus Pendidikan SMA dengan membantu
orangtuanya berjualan kerupuk di pasar. Setelah itu pasien saat ini bekerja
di tempat produksi furniture sampai sekarang.
c. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah, ini merupakan pernikahan yang pertama. Pasien
menikah dengan sah secara hukum. Pasien sudah menikah kurang lebih 12
tahun lamanya. Pasien menikah pada umur 28 tahun. Pernikahan ini
merupakan pernikahan yang diinginkan pasien. Hubungan pasien dengan
mertua baik. Hubungan dengan istrinya juga baik. Pengelolaan keuangan
dilakukan bersama-sama dengan istrinya. Pasien memiliki 3 anak laki-laki,
pasien dan istirnya mengurus anaknya sendiri.
d. Riwayat keagamaan
Pasien beragama Islam dan menjalani ibadah dengan baik. Sejak dari kecil
pasien sudah diajarkan kedua orang tuanya untuk sholat berjamaah dan
mengaji.
e. Riwayat kemiliteran
Pasien tidak pernah terlibat dalam peperangan ataupun terlibat dalam
kegiatan kemiliteran.
f. Riwayat hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum dan tidak pernah ditahan di
penjara.
g. Riwayat Aktivitas Sosial
Hubungan pasien dengan tetangga baik, pasien sering terlibat dalam
kegiatan bakti sosial.
h. Situasi hidup sekarang
Pasien tinggal di rumah lantai 1 di semarang dengan istri, dan 2 anak laki-
lakinya. Anak laki-laki yang pertama sedang berada diluar kota untuk
menempuh pendidikan perkuliahannya. Pendapatan keluarga didapatkan
dari perkerjaan pasien sendiri yang saat ini bekerja ditempat produksi
furniture dan saat ini menjabat sebagai wakil kepala bagian pemasaran. Istri
pasien adalah ibu rumah tangga. Gaji pasien sekitar 5 juta perbulan cukup
untuk memenuhi kebutuhan pasien dan anak-anaknya. Pasien mengurus
sendiri kegiatan rumah tangganya bersama istrinya. Istri pasien cukup
pengertian. Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga dikenal cukup
baik. Aktivitas sehari-sehari seperti pekerjaan terganggu akibat keluhan
yang dialami pasien.
i. Riwayat Psikoseksual
Pasien belum pernah berhungan seksual. Orang tua pasien memberi
perngertian tentang perkembangan sexual pasien. Pasien tidak pernah
mengalami pelecehan dan kekerasan seksual.
H. Riwayat Keluarga:
Di keluarga pasien, tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien.

I. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL/FUNGSI JIWA


A. Penampilan
Seorang laki-laki usia 40 tahun, tampak kurang sehat, penampilan sesuai usia,
kebersihan dan kerapian baik.
B. Kesadaran
- Psikiatri : Jernih
- Sensorium : Kompos mentis
a. Tingkah laku b. Sikap
Hipoaktif ( ) Apatis ( )
Kooperatif ( √ )
Hiperaktif ( )
Negativisme ( )
Normoaktif ( ) Permusuhan ( )
Stupor ( ) Dependent ( )
Pasif ( )
Agresif ( ) Aktif ( )
Verbigrasi ( ) Rigid ( )
Perseverasi ( )
Eshoprasi ( )
Gelisah ( √ )
C. Mood dan Afek
1. Mood 2. Afek
Serasi ( √ )
Eutimik ( )
Tidak serasi ( )
Hipertimik ( ) Datar ( )
Hipotimik ( ) Tumpul ( )
Labil ( )
Disforik ( √ )
Tension ( )
Depresi ( )
D. Pembicaraan
1. Kualitas : Koheren
2. Kuantitas : Intonasi jelas, artikulasi jelas, volume dan isi baik.
E. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif
F. Kontak Psikis
Ada, wajar, dan dapat dipertahankan
G. Persepsi dan gangguan persepsi
Persepsi normal/tdk ada gg psikologi fgs
1. jiwa/mental
2. Halusinasi : tidak ada
Visual ( - )
Auditorik ( - )
Olfaktorik ( - )
Taktil ( - )
Haptik ( - )
Gustatorik ( - )
3. Ilusi : tidak ada
Visual ( - )
Auditorik ( - )
Olfaktorik ( - )
Taktil ( - )
Haptik ( - )
4. Depersonalisasi ( -)
5. Derealisasi ( - )

H. Gangguan proses pikir


1. Bentuk pikir : Realistik
2. Arus pikir : Koheren
Flight of idea ( ) Koheren ( √ )
Asosiasi longgar ( ) Hedonisme ( )
Inkoherensi ( )
Sirkumstansial ( ) Retardasi ( )
Regresi ( ) Prevalensi ( )
Blocking ( ) Verbigerasi ( )

3. Isi pikir : Preokupasi


Tough of echo ( - )
Tough of invertion ( - )
Tough of withdrawal ( - )
Tough of broadcasting( - )
Delution of control ( - )
Delution of influence ( - )
Delution of pasivity ( - )
Delution of perception( - )
Waham somatik (-)
Waham kebesaran (-)
Waham kejar (-)
Waham curiga (-)
Waham berdosa (-)
Waham magistik (-)
Miskin isi pikir ( - )
Fobia ( - )
Obsesif kompulsif ( - )

Preocupation (+
I. Sensorium dan Kognisi
1. Kesadaran :
- Kuantitatif (medis umum) : kompos mentis
- Kualitatif (psikiatrik) : jernih
2. Orientasi :
a. Tempat : baik
b. Waktu : baik
c. Personal : baik
d. Situasional : baik
3. Daya ingat
a. Segera : baik
b. Sesaat : baik
c. Jangka panjang : baik
4. Konsentrasi : baik
5. Perhatian : baik
6. Pikiran abstrak : baik
- Menilai konsep dan gagasan pasien
(peribahasa/simbol/perbedaan/kemiripan/menghitung uang)
7. Pikiran konkrit : baik
- ada objeknya
8. Baca tulis : baik
9. Visuospasial : baik
10. Daya nilai : baik
J. Pengendalian impuls : baik
K. Reliabilitas : reliable
L. Pertimbangan (judgement) : baik
M. Tilikan (insight) :
1. Menyangkal sepenuhnya bahwa dia sakit/ mengalami gangguan
2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan membutuhkan
pertolongan pada saat bersamaan pasien menyangkal penyakitnya.
3. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit, namun menyalahkan orang
lain/ penyebab eksternal/faktor organic sebagai penyebabnya.
4. Pasien menyadari dirinya sakit yang penyebabnya adalah sesuatu
yang tidak diketahui dari diri pasien.
5. Pasien menerima kondis dan gejala-gejala sesuai bagian dari
penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh gangguan yang ada di
dalam diri pasien, namun tidak menerapkan pemahamannya untuk
melakukan sesuatu selanjutnya.
6. Pasien memahami kondisi yang ada pada dirinya seperti derajad 5
namun pasien memahami perasaan dan tujuan yang ada pada diri
pasien sendiri dan orang orang penting dalam kehidupan pasien.
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Fisik Umum
1. Kesadaran umum :
2. Tanda vital
• Tek. Darah : 110/80 mmHg
• Nadi : 80 kali/menit

• Suhu : 36,7 0C
• Pernafasan : 20 kali/menit
3. Kepala dan Leher : dalam batas normal :
4. Thorax : dalam batas normal
5. Abdomen : dalam batas normal
6. Ekstremitas : dalam batas normal
B. Pemeriksaan Neurologis
1. GCS : 15 (E4V5M6)
2. Kaku kuduk : tidak dilakukan
3. Nervus craniales : tidak dilakukan
4. Motorik : tidak dilakukan
5. Sensorik : tidak dilakukan
6. Refleks fisiologis : tidak dilakukan
7. Refleks patologis : tidak dilakukan
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG/PELENGKAP/TAMBAHAN/PENENTU
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

IV. FORMULASI DIAGNOSIS


Seorang laki-laki usia 40 tahun berpenampilan sesuai dengan usianya, kerapian dan
kebersihan baik.
- Axis I :
Berdasarakan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien seorang laki-laki,
usia 40 tahun, penampilan sesuai usia, kebersihan dan kerapian cukup. Didapatkan
keluhan pasien yaitu adanya ketegangan motorik (belakang kepala tegang, gelisah),
overaktivitas otonomik (kepala pusing, lemas, jantung berdebar-debar, kecemasan
(khawatir akan nasib buruk, cemas, tangan sering lembab, tidak tenang) sudah
berlangsung selama kurang lebih 2 minggu yang lalu sebelum datang ke poliklinik
karena mengalami keluhan yang sama seperti yang dialaminya tahun lalu. Sejak 1
tahun yang lalu pasien merasa khawatir akan gejalanya tetapi akan mereda setelah
mendapat penjelasan dari dokter terkait penyakit yang dialaminya. Pasien tidak akan
mengulangi pemeriksaan ditempat lain. Pada pasien tidak didapatkan mood yang
sedih atapun senang, pasien tidak ada hilang minat, merasa mudah lelah dan keinginan
bunuh diri. Berdasarkan pemeriksaan status mental: kontak psikis ada dan wajar, dapat
dipertahankan, kesadaran psikiatri jernih, kesadaran sensorium komposmentis,
tingkah laku gelisah, sikap koorperatif, mood disforik, afek serasi, pembicaraan
(kualitas: pembicaraan jelas, intonasi sedang, volume cukup, kecepatan cepat,
artikulasi jelas), kuantitas cukup, halusinasi dan ilusi disangkal. Bentuk pikir realistik,
arus pikir koheren, isi pikir didapatkan adanya preokupasi menderita satu penyakit
karena keluhannya. Orientasi dan daya ingat baik, perhatian dan konsentrasi baik
dapat dipertahankan. Tilikan 3. Sesuai PPDGJ III dapat dikategorikan F41.1
Gangguan Cemas Menyeluruh.
- Axis II :
Berdasarkan anamnesis Riwayat masa kanak-kanak hinga dewasa dapat disimpulkan
bahwa pasien tidak memiliki gangguan kepribadian (Z03.2)
- Axis III :
Berdasarkan amanesis dan pemeriksaan fisik, tidak didapatkan gangguan kondisis
medis umum (Z03.2).
- Axis IV : Masalah Pekerjaan (kurang percaya diri pada jabatan barunya)
Masalah Pekerjaan (kurang percaya diri pada jabatan barunya)
- Axis V :
GAF 1 tahun terakhir : 60
GAF Saat Masuk RS (Mutakhir) : 70

V. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I : F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
/DD Axis I : F45.0 Gangguan Somatisasi
F41.2 Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi
F32.00 Episode Depresi Ringan tanpa gejala somatik

Axis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis


Axis III : Z03.2 Tidak ada
Axis IV : Masalah Pekerjaan (kurang percaya diri pada jabatan barunya)

Axis V :
- GAF 1 tahun terakhir : 60
- GAF Saat masuk RS (Mutakhir) : 70

VI. PENATALAKSANAAN
a. Farmakoterapi
- Diazepam 2x2 mg
- Sandepril 1x25mg
b. Non Farmakoterapi
- Menjelaskan mengenai pasien sakitnya apa, penyebab, cara mengatasi, terapi
dan prognosis
- Memotivasi pasien untuk minum obat teratur dan memberi reassurance dan
kenyamanan, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam
fungsi sosial dan pekerjaannya.
- Terapi relaksasi
1. Teknik pertama yang dilatihkan dalam pelatihan teknik relaksasi adalah
Relaksasi Pernafasan Dalam (RPD). Relaksasi pernafasan ini memiliki
fungsi untuk merelakskan tubuh dengan mengatur pernafasan secara
teratur, pelan dan dalam, karena pada saat kondisi kita merasakan stres
atau cemas maka tubuh akan tegang dan pernafasan menjadi pendek.
2. Teknik kedua yang dilatihkan adalah Relaksasi Ototo Progresif (ROP).
ROP merupa- kan relaksasi yang dimulai dari relaksasi pergerakan satu
otot ke otot yang lain, saat otot satu telah terasa rileks beralih ke otot
yang lain, sampai seluruh tubuh dapat rileks.
3. Teknik ketiga yang dilatihkan dalam pelatihan teknik relaksasi adalah
Relaksasi Imjeri Terpandu (RIT). RIT atau mental imagery atau
visualisasi, teknik relaksasi yang menggunakan kekuatan pikiran untuk
menghadirkan kembali suasana menenangkan atau situasi di mana
seseorang dapat mencapai suatu tempat yang damai, menyenangkan dan
tenang, kemudian situasi tersebut divisualisasikan dengan
mendengarkan suara, merasakan sentuhan, udara yang berhembus atau
melihat warna-warni yang ada.

VII. PROGNOSIS

- Quo Ad Vitam : dubia ad bonam


- Quo Ad Sanam : dubia ad bonam
- Quo Ad Fungsionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Rasa cemas dapat dikonsepkan sebagai respon normal dan adaptif terhadap ancaman
yang megharuskan seseorang untuk lari ataupun melawan. Orang yang tampak cemas
patologis mengenai hampir semua hal cenderung di golongkan memiliki gangguan
cemas menyeluruh. 1,2

2. Epidemiologi
Gangguan cemas menyeluruh adalah keadaan yang lazim, perkiraan yang masuk akal
untuk prevalensi 1 tahun berkisar antara 3 dan 8 persen. Rasio perempuan banding laki-
laki pada gangguan ini sekitar 2 banding 1 tetapi rasio perempuan banding laki-laki
yang dirawat inap di rumah sakit untuk gangguan ini sekitar 1 banding 1. Prevalensi
seumur hidupnya adalah 45 persen.

KORMOBIDITAS
Gangguan cemas menyeluruh mungkin adalah gangguan yang paling sering muncul
bersamaan dengan gangguan jiwa lain, biasanya fobia sosial, fobia spesifik, gangguan
panic, atau gangguan depresif. Mungkin 50 hingga 90 persen pasien dengan gangguan
cemas menyeluruh memiliki gangguan jiwa lain. Sebanyak 25 persen pasien akhirnya
mengalami gangguan panic. Suatu tambahan presentase pasien yang tinggi cenderung
memiliki gangguan depresif berat. Gangguan lazim yang terkait gangguan cemas
menyeluruh adalah gangguan distimik, fobia sosial dan spesifik, serta gangguan terkait
zat. 2,3

3. Etiopatogenesis

Faktor biologis
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya gangguan ansietas menyeluruh adalah
lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak. Basal
ganglia, system limbic dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada etiologi
timbulnya gangguan ansietas menyeluruh. Pada pasien dengan gangguan ansietas
menyeluruh juga ditemukan system serotonergik yang abnormal. Neurotransmitter
yang berkaitan dengan gangguan ansietas menyeluruh adalah GABA, serotonin,
norepinefrin, glutamate, dan kolesistokinin. Pemeriksaan PET (Positron Emision
Tomography) pada pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh ditemukan
penurunan metabolism di ganglia basal dan massa putih otak. 2,4

Faktor genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetic pasien dengan
gangguan ansietas menyeluruh dan gangguan depresi mayor pada pasien wanita.
Sekitar 25 % dari keluarga tingkat pertama penderita gangguan ansietas menyeluruh
juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar
2,4
didapatkan angka 50 % pada kembar monozigot dan 15 % pada kembar dizigotik.

Teori psikoanalitik
Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa ansietas adalah gejala dari konflik bawah
sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling primitive ansietas
dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta. Pada tingkat yang lebih matang
lagi ansietas dihubungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang penting. Ansietas
kastrasi berhubungan dengan fase oedipal sedangkan ansietas superego merupakan
ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan pandangannya sendiri (merupakan
ansietas yang paling matang) 2

Teori kognitif perilaku


Penderita gangguan ansietas menyeluruh berespons secara salah dan tidak tepat
terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal negative
pada lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang
1,2
sangat negative terhadap kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.

4. Tanda dan Gejala


Gejala utama gangguan ansietas menyeluruh adalah ansietas, ketegangan motorik,
hiperaktivitas otonom, dan kesiagaan kognitif. Ansietasnya berlebihan dan menganggu
aspek kehidupan lain. Ketegangan motorik paling sering tampak sebagai gemetar,
gelisah, dan sakit kepala. Hiperaktivitas otonom sering bermanifestasi sebagai nafas
pendek, keringat berlebihan, palpitasi, dan berbagai gejala gastrointestinal. Kesiagaan
kognitif terlihat dengan adanya iritabilitas dan mudahnya pasien merasa terkejut.
Pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh biasanya mencari dokter umum atau
dokter penyakit dalam untuk membantu gejala somatic mereka. Selain itu, pasien pergi
ke dokter spesialis untuk gejala spesifik (contohnya diare kronis). Gangguan medis
spesifik nonpsikiatri jarang ditemukan dan perilaku pasien bervariasi saat mencari
dokter. Sejumlah pasien menerima diagnosis gangguan ansietas menyeluruh dan terapi
yang sesuai; lainnya mencari konsultasi medis tambahan untuk masalah mereka.

5. Pedoman Diagnostik Criteria diagnosis DSM-IV-TR memasukkan criteria yang


membantu klinisi membedakan gangguan ansietas menyeluruh,, ansietas normal, dan
gangguan mental lain.
Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk gangguan ansietas menyeluruh 2,3
6. Diagnosis Banding

Gangguan ansietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi medis
umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat. Diperlukan
pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid.
Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia,
kondisi putus zat atau obat seperti alcohol, hipnotiksedatif, dan anxioltik. Gangguan
psikiatri lain yang merupakan diagnosis banding gangguan cemas menyeluruh adalah
gangguan panic, fobia, gangguan obsesif kompulsif, hipokondriasis, gangguan
somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian.
Membedakan gangguan cemas menyeluruh dengan gangguan depresi dan distimik
tidak mudah, dan gangguan-gangguan ini sering kali terdapat bersama-sama gangguan
cemas menyeluruh. 1,2

7. Penatalaksanaan

Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh mungkin adalah terapi
yang menggabungkan pendekatan psikoteraputik, farmakoterapeutik, dan suportif.
Terapi ini dapat memakan waktu yang cukup lama bagi klinisi yang terlibat, baik bila
klinisi tersebut adalah seorang psikiater, dokter keluarga, atau spesialis lain.

PSIKOTERAPI

Terapi kognitif-perilaku

Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi


kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic secara langsung.
Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan
biofeedback.

Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, menggali potensi-potensi yang
ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal
dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

Psikoterapi berorientasi tilikan

Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar,
menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman
akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapi dapat memperkirakan
sejauh mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai,
minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial
dan pekerjaannya.

FARMAKOTERAPI

Benzodiazepine. Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine


dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapi respon terapi.
Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering
off selama 1-2 minggu.

Buspiron. lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala


somatic pada gangguan cemas menyeluruh. Tidak menyebabkan withdrawal.
Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Dapat
dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepine dengan buspiron kemudian
dilakukan tapering benzodiazepine setelah 2-3 mnggu, disaat efek terapi buspiron
sudah mencapai maksimal.

Selective serotonin reuptake inhibitors. Sertralin dan paroxetin merupakan


pilihan yang lebih baik daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat
meningkatkan ansietas sesaat. SSRI selektif terutama pada pasien dengan gangguan
cemas menyeluruh dengan riwayat depresi.
Obat lain. Obat lain yang telah terbukti berguna untuk gangguan ansietas
menyeluruh mencakup obat trisiklik atau tetrasiklik. Antagonis reseptor β-
adrenergik dapat mengurangi manifestasi somatic ansietas tetapi tidak keadaan
yang mendasari, dan penggunaannya biasanya terbatas pada ansietas situasional
seperti ansietas penampilan. Nefazodon yang juga digunakan pada depresi, telah
terbukti mengurangi ansietas dan mencegah gangguan panic.

8. Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Pasien biasanya datang untuk mendapatkan perhatian klinisi pada usia-20an walaupun
kontak pertama dengan klinisi dapat terjadi pada usia berapapun. Hanya sepertiga
pasien yang memiliki gangguan ansietas menyeluruh mencari terapi psikiatri. Karena
tingginya insiden adanya gangguan jiwa komorbid pada pasien dengan gangguan
ansietas menyeluruh, perjalanan klinis, dan prognosis gangguan ini sulit diprediksi.
Meskipun demikian, sejumlah data menunjukkan bahwa peristiwa hidup terkait dengan
awitan gangguan ansietas menyeluruh. Terdapatnya beberapa peristiwa hidup yang
negative sangat meningkatkan kemungkinan gangguan tersebut untuk timbul. Dengan
defenisi, gangguan ansietas menyeluruh adalah suatu keadaan kronis yang mungkin
akan menetap seumur hidup.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI. 2010. H; 235-241.
2. Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock. Buku Ajar Psikiatri klinis Edisi 2. Jakarta: ECG, 2010.
H; 233-241.
3. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2001. H; 72,74.
4. Kaplan & Sadock. Comprehensive textbook of Psychiatry 7 th ed. (2000):1491-1493, 1498.

Anda mungkin juga menyukai