Anda di halaman 1dari 7

REFLEKSI KASUS

RANGKUMAN KASUS

A. Anamnesis
Seorang mahasiswi usia 20 tahun datang ke poliklinik umum Puskesmas Sedayu 1 dengan
keluhan pegal-pegal pada tengkuk kurang lebih selama satu 1 bulan. Karena keluhan
tersebut pasien ingin memeriksakan diri untuk cek kolesterol, gula darah dan asam urat.
Pasien mengatakan bahwa akhir-akhir ini sering kesulitan untuk tidur karena banyak
pikiran tentang persiapan PKL minggu depan. Pasien juga mengatakan bahwa nafsu
makannya menjadi menurun dan sulit konsentrasi dalam melakukan suatu
tugas/pekerjaan. Pasien merasa cemas bila persiapannya tidak lekas selesai sehingga
persyaratan untuk PKLnya tidak terpenuhi. Pasien juga mengalami keluhan serupa
terutama bila ada banyak tugas kuliah dan ujian, namun kemudian membaik dengan
sendirinya. Riwayat penyakit DM, HT, asthma, riwayat cedera kepala disangkal. Riwayat
gangguan jiwa, DM, HT, asthma dan alergi pada keluarga disangkal. Hasil pemeriksaan
laboratorium yang diminta pasien dalam batas normal.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik, Jernih
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital
● Tekanan Darah : 140/85 mmHg
● Suhu : 36,5 oC
● Nadi : 87 kali/menit
● Pernapasan : 19 kali/menit

C. Pemeriksaan Status Mental


1. Kesan Umum
Seorang wanita sesuai umur, menggunakan pakaian rapi, berjilbab rapi,
perilaku normoaktif, kooperatif, tampak sedikit lelah.
2. Mood dan afek
● Mood : Cemas
● Afek : Terbatas
● Keserasian : Appropriate
● Empati : Dapat dirasakan
3. Pikiran
● Bentuk Pikir : realistik
● Isi Pikir : cemas tidak dapat memenuhi persiapan PKL tepat waktu,
waham (-), preokupasi (-), obsesi (-)
● Progresi pikir :
o Kuantitatif : bicara spontan, remming (-), blocking (-), asosiasi
longgar (-)
o Kualitatif : Koheren, artikulasi jelas, pembicaraan terarah dan
dapat dimengerti.
4. Persepsi
● Halusinasi (-), ilusi (-), depersonalisasi (-), derealisasi (-)
5. Sensorium dan Kognisi
● Konsentrasi : baik
6. Insight
Insight derajat 4 (Green, 2009), ketika pasien menyadari dirinya sakit dan
butuh bantuan, namun tidak memahami penyebab penyakitnya.

D. Diagnosis
● Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1).
● Aksis II : Ciri kepribadian Cemas (menghindar)
● Aksis III : tidak ada diagnosis.
● Aksis IV : masalah akademik
● Aksis V : didapatkan GAF Scale 70-61.
E. Terapi
● Kontrol 2 minggu bila keluhan tidak membaik
● Rujuk psikolog/psikiater

PERASAAN TERHADAP PENGALAMAN


Bagaimanakah diagnosis gangguan cemas pada pasien ini? Dan bagaimanakah
penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan cemas ?

EVALUASI
Pada saat pengambilan kasus ini, dokter muda hanya melakukan skrining di bagian
anamnesis singkat dan pemeriksaan vital sign dan tidak mengikuti proses pemeriksaan dokter
umum sehingga dokter muda tidak mengetahui ada atau tidaknya terapi psikofarmaka yang
diberikan oleh dokter.

ANALISIS

A. Diagnosis Gangguan Kecemasan

Salah satu tipe spesifik yang diakui oleh PPDGJ III dan DSM-V sebagai salah satu
gangguan kecemasan adalah gangguan kecemasan menyeluruh atau generalized anxiety
disorder. GAD (generalized anxiety disorder) yaitu suatu gangguan kecemasan yang ditandai
dengan perasaan cemas yang umum dan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan keadaan
peningkatan keterangsangan tubuh. GAD ditandai dengan kecemasan yang persisten yang
tidak dipicu oleh suatu objek, situasi atau aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan apa
yang disebut Freud dengan “mengambang bebas” (free floating). Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) mendefinisikan gangguan cemas meyeluruh
merupakan suatu kecemasan yang berlebihan tentang suatu kegitan yang berlangsung
setidaknya selama 6 bulan.

Pada pasien didapatkan adanya keluhan yang menggambarkan tanda kecemasan yaitu
berupa sulit konsentrasi, sulit tidur dan sulit untuk tidur. Didapatkan pula keluhan yang
berhubungan dengan ketegangan motorik yaitu berupa nyeri pada tengkuk. Pasien mengaku
keluhan ini dapat muncul pada saat terdapat banyak tugas kuliah atau ujian yang kemudian
menjadi stressor. Dalam kasus kali ini, pasien mengaku keluhan muncul saat memperiapkan
persyaratan PKL dan pasien khawatir tidak mampu untuk segera melengkapi persyaratan
tersebut. Oleh karena itu ditegakkan diagnosis gangguan neurotik (F.41.1) yaitu gangguan
cemas menyeluruh.

Pedoman diagnostik untuk gangguan kecemasan menyeluruh menurut PPDGJ-III (F41.1)

1. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau
hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau
mengambang).
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb).
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai).
c) Over-aktivitas otonomi (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb).
3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama
hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi (F32), gangguan
anxietas fobik (F40), gangguan panik (F41.0), gangguan obsesif-kompulsif (F42).

Kriteria Diagnostik menurut DSM-V (300.02), sebagai berikut:

1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,
sepanjang hari, terjadi sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian
(seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah).
2. Individu sulit untuk mengendalikan kecemasan dan kekhawatiran.
3. Kecemasan diasosiasikan dengan 6 gejala berikut ini (dengan sekurang-kurangnya
beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak selama 6 bulan terakhir), yaitu
kegelisahan, mudah lelah, sulit berkonsentrasi atau pikiran kosong, iritabilitas,
ketegangan otot, dan gangguan tidur (sulit tidur, tidur gelisah atau tidak memuaskan).
4. Kecemasan, kekhwatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress atau terganggunya
fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
5. Gangguan tidak berasal dari zat yang memberikan efek pada fisiologis (memakai obat-
obatan) atau kondisi medis lainnya (seperti hipertiroid).
6. Gangguan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental lainnya (seperti
kecemasan dalam gangguan panik atau evaluasi negatif pada gangguan kecemasan
sosial atau sosial fobia, kontaminasi atau obsesi lainnya pada gangguan obsesif-
kompulsif, mengingat kejadian traumatik pada gangguan stress pasca traumatik,
pertambahan berat badan pada anorexia nervosa, komplin fisik pada gangguan gejala
somatik atau delusi pada gangguan schizophrenia.
B. Penatalaksanaan Gangguan Cemas
1. Edukasi
a) Rekomendasi gaya hidup yang dapat mengurangi gejala terkait kecemasan
termasuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemicu yang mungkin (misalnya,
kafein, stimulan, nikotin, pemicu diet, stres), dan meningkatkan kualitas / kuantitas
tidur dan aktivitas fisik.
b) Minta pasien untuk berhenti merokok bila pasien seorang perokok, melakukan
aktivitas fisik untuk meningkatkan kesehatan fisik, kepuasan hidup, fungsi
kognitif, dan kesejahteraan psikologis.
2. Psikofarmaka

\
3. Psikoterapi
a) Cognitive behavior therapy ( CBT )
Intervensi ini berguna untuk mengatasi gangguan kecemasan. Porsi kognitif
membantu perubahan pola pikir yang mendukung rasa takut, sedangkan porsi
perilaku sering kali melibatkan pelatihan pasien untuk rileks secara mendalam dan
membantu menurunkan kepekaan pasien terhadap pemicu kecemasan.
Agar efektif, terapi harus diarahkan pada kecemasan spesifik pasien dan
disesuaikan dengan kebutuhannya. Ada efek samping minimal, kecuali bahwa
desensitisasi perilaku biasanya dikaitkan dengan peningkatan kecemasan ringan
sementara.
b) Mindfulness-based stress reduction
Intervensi ini mempromosikan perhatian terfokus pada saat ini, pengakuan
keadaan emosional seseorang, dan meditasi untuk pengurangan stres dan relaksasi
lebih lanjut.
Fitur utama termasuk kesadaran waktu demi waktu yang dikembangkan dengan
sikap tidak menghakimi, teknik meditasi formal, dan latihan sehari-hari.

KESIMPULAN

Pada pasien dengan keluhan fisik yang datang ke fasilitas kesehatan perlu dilakukan
skrining apakah keluhan tersebut murni karena keluhan fisik atau terdapat kaitan dengan
gangguan psikis. Pada pasien ini awalnya hanya mengeluh nyeri tengkuk dan ingin melakukan
pemeriksaan laboratorium, tetapi ketika dilakukan anamnesis sesuai algoritma skrining 2 menit,
didapatkan bahwa pasien mengalami gangguan psikis berupa gangguan kecemasan yang
mendasari keluhan fisiknya.

DAFTAR PUSTAKA

American Psyciatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorder. Edisi ke-
5. USA: American Psychiatric Publishing; 2013.
Baldwin D, Woods R, Lawson R, Taylor D. Efficacy of drug treatments for generalised anxiety
disorder: systematic review and meta-analysis. BMJ. 2011;342:d1199.
Locke, Amy B et al, Diagnosis and Management of Generalized Anxiety Disorder and Panic
Disorder in Adults. 2015. American Family Physician : 1;91(9):617-624.
National Institutes of Health. What is anxiety disorder?
Treatments. http://www.nimh.nih.gov/health/topics/anxiety-disorders/index.shtml#part6.
Accessed August 1, 2014.

Anda mungkin juga menyukai