Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK TUTORIAL 2

SKENARIO I
Blok 16

Tutor :
dr. Ave Olivia Rahman

Anggota :
Rika Angelia
Andrill vazhary
Elita Purnama Sari
Arfinna Helidha
Harlan Kasyfil Aziz
Yessi Kumala Sari
Tri Agus Hermawati
Shintia Dara Julita

G1A 108002
G1A 108087
G1A 108018
G1A 108073
G1A 108088
G1A 107075
G1A 108077
G1A 108066

Program Studi Pendidikan Dokter


Universitas Jambi
2010/2011

27

SKENARIO 1
Tn. Y, 45 tahun seorang wiraswasta yang diketahui usahanya mengalami kebangkrutan
setahun yang lalu. Sejak 4 bulan terakhir ini mengeluh insomnia dan sering merasa cemas,
gelisah, jantung berdebar-debar kencang dan nyeri ulu hati. Hubungan dengan istri juga
mengalami gangguan, penderita mengalami ejakulasi dini dan lekas marah. Hasil
pemeriksaan fisik dan pemeriksaa penunjang yang dilakukan dokter tidak menunjukkan
adanya kelainan. Tuntutan hidup yang besar membuat 2 minggu terakhir insomnia semakin
parah, penderita merasa depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, sosialisasi dan
perawatan diri juga agak berkurang. Apa yang terjadi dan bagaimana seharusnya Tn. Y
bersikap dalam kesulitan yang dialaminya ?

KLARIFIKASI ISTILAH
1. Insomnia
Simptom berupa kesulitan tidur yang bersifat patologis
2. Cemas
Perasaan kawatir oleh karena konflik yang tidak disadari
3. Gelisah
Perasaan resah, selalu merasa kawatir
4. Jantung berdebar-debar
Perasaan subyektif yang disertai denyut jantung yang meningkat
5. Nyeri ulu hati
Perasaan tidak nyaman pada ulu hati
6. Ejakulasi dini
Suatu tindakan pengeluaran yang mendadak, seperti pengeluaran air mani secara
konsisten terjadi sebelum, pada saat, atau segera sesudah penetrasi dan sebelum waktu
yang diinginkan
7. Depresi
Depresi merupakan perasaan sedih yang bersifat patologis. Pada depresi terjadi
gangguan yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta
termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri
8. Sosialisasi
Proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati
kebudayaan masyarakat di lingkungannya

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tn. Y, 45 tahun seorang wiraswasta yang diketahui usahanya mengalami
kebangkrutan setahun yang lalu
2. Sejak 4 bulan terakhir ini mengeluh insomnia dan sering merasa cemas, gelisah,
jantung berdebar-debar kencang dan nyeri ulu hati.
3. Hubungan dengan istri juga mengalami gangguan, penderita mengalami ejakulasi dini
dan lekas marah
4. Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaa penunjang yang dilakukan dokter tidak
menunjukkan adanya kelainan.
5. Tuntutan hidup yang besar membuat 2 minggu terakhir insomnia semakin parah,
penderita merasa depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, sosialisasi dan
perawatan diri juga agak berkurang
27

ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana hubungan kebangkrutan dengan gejala yang dialami Tn.Y?
Jawab:
Adanya stressor perubahan biologis otak dalam waktu yang lama (disabylitas
adaptasi) perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan system
pemberi sinyal interneuron aktivitas neuron penyekresi norepinefrin, serotonin,
dopamine, dan factor neurokimia lain rangsangan pada area limbic otak (yang
berfungsi untuk memperkuat rasa aman, menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu
makan menurun dan seks yang sesuai dengan keseimbangan psikomotor) sehingga
menyebabkan : insomnia dan sering merasa cemas, gelisah, jantung berdebar-debar
kencang dan nyeri ulu hati.
2. Apa yang terjadi dalam 4 bulan terakhir?
Jawab:
Tn.Y mengalami gangguan anxietas menyeluruh (F41.1)
3. Bagaimana klassifikasi dari cemas (anxietas)?
Jawab:
1. Gangguan Anxietas Fobik
a. Agorafobia
i. Tanpa gangguan panic
ii. Dengan gangguan panic
b. Fobia Sosial
c. Fobia Khas (terisolasi)
d. Gangguan anxietas fobik lainnya
e. Gangguan anxietas fobil YTT
2. Gangguan Anxietas Lainnya
a. Gangguan Panik (Anxietas Paroksismal Episodic)
b. Gangguan Anxietas Menyeluruh
c. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
d. Gangguan Anxietas Lainnya
e. Gangguan Anxietas Lainnya YDT
f. Gangguan Obsesif Kompulsif YTT
4. Bagaimana pedoman diagnostic untuk anxietas?
Jawab:
a. Gangguan neurotic, gangguan somatoform dan gangguan terkait stress,
dikelompokkan menjadi satu dengan alas an bahwa dalam sejarahnya ada
hubungan dengan perkembangan konsep neurososia dan berbagai kemungkinan
penyebab psikologis (Psychological Causation)
b. Konsep mengenai neurosis secara prinsip tidak lagi digunakan sebagai patokan
dalam pengaturan penggolongan, meskipun dalam beberapa hal masih
diperhitunkan untuk memudahkan bagi mereka yang terbiasa menggunakan istilah
neurotic dalam mengidentifikasikan berbagai gangguan tersebut
Pada kasus ini terjadi gangguan campuran Anxietas dan Depresi berdasarkan
pedoman diagnostik PPDGJ III yaitu :
-

Terdapat gejala anxietas mupun depresi, dimana masing-masing tidak


menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
27

tersendiri. Untuk anxietas beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun


tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran yang berlebihan
Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik
Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal
hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus
diutamakan
Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas,
maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian

5. Bagaimana mekanisme terjadinya anxietas?


Jawab:
Anxietas ada yang disebabkan oleh adanya kejadian yang membuat cemas atau akan
menghadapi suatu kejadian. Pada kasus ini karena adanya suatu kejadian. Karena
pasien ini kemungkinan mengalami gangguan anxietas menyeluruh. Ada beberapa
teori yang ada untuk anxietas ini, yaitu :
1. Teori Psikoanalitik
a. Penumpukkan libido fisiologis Sinyal adanya bahaya pada
ketidaksadaranrhadap hal tersebut pada superego dan realita eksternal
b. Akibat konflik psikis antara keinginan yang tidak disadari yang berifat
seksual/agresif dan ancaman terhadap hal tersebut pada superego dan
realitas eksternal
o Respon MPE (Mencegah pikiran dan perasaan yang tidak dapat
diterima agar tidak muncul ke kesadaran
o Peran amigdala Meningkatkan respon takut tanpa rujukan apapun
pada memori yang disadari untuk respon anxietas
Tujuan terapi meningkatkan toleransi terhadap anxietas
2. Teori Perilaku Kognitif
Respon yang dipelajari terhadap stimulus lingkungan spesifik
Contoh: pernah makan udang alergi Anxietas begitu melihat udang
3. Teori eksistensial
Gangguan anxietas menyeluruh tanpa stimulus spesifik yang dapat diidentifikasi
untuk perasaan cemas lainnya
Konsep: Rasa kosong yang mendalam dalam hidup, tidak nyaman, anxietas adalah
respon terhadap kehampaan yang luas
6. Bagaimana manajemen dari anxietas?
Jawab:
- Konseling dan Medikasi
- Edukasi
- Medikamentosa
o Diazepam
o Blocker dan Anti-Depresan
7. Apa saja factor penyebab stress?
Jawab:
1. Lingkungan
2. Fisiologis
3. Pikiran kita
27

8. Bagaimana klassifikasi stress?


Jawab:
- Menurut FON1
o Stress Ringan
o Stress Sedang
o Stress Berat
- Menurut Keperawatan Jiwa: Iyus Yosep, S.Kp., M.Si
o Stress Tingkat I
o Stress Tingkat II
o Stress Tingkat III
o Stress Tingkat IV
o Stress Tingkat V
o Stress Tingkat VI
9. Bagaimana mekanisme terjadinya stress?
Jawab:
- Faktor Neurokimiawi otak
Karena adanya factor stimulant terhadap stress maka substansi tertentu dari
otak berupa neurotransmitter (NE, Dopamine, Serotonin, GABA)
- Sistem Saraf Otonom
Akibat adanya factor stressor maka akan terstimulasi system saraf otonom
sehingga menyebabkan gangguan fisiologis tubuh. Misahlnya pada muscular
(sakit kepala), gastrointestinal (diare)
10. Apa saja gejala-gejala stress?
Jawab:

11. Mengapa terjadi insomnia?


Jawab:
Pada kasus ini kemungkinan karena adanya gangguan anxietas yang menyebabkan
gangguan biokimiawi otak dan juga aktifasi saraf otonom sehingga mengalami
kesulitan tidur.
12. Bagaimana klassifikasi insomnia?
Jawab:
- Kassifikasi berdasarkan waktu dibagi menjadi:
o Akut (Gangguan tidur antara satu hari hingga beberapa minggu)
o Kronik (Gangguan tidur paling sedikit 3 malam atau minggu, selama 1
bulan atau lebih
27

Klassifikasi lainnya
o Primer
o Sekunder

13. Faktor yang menyebabkan insomnia?


Jawab:
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki
berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obatobatan. Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan
seringkali timbul bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan,
kegelisahan, depresi atau ketakutan. Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan
dan otaknya tidak lelah. Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada
usia lanjut.Beberapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam
kemudian dan sulit untuk tertidur kembali.Kadang mereka tidur dalam keadaan
gelisah dan merasa belum puas tidur.Terbangun pada dini hari, pada usia berapapun,
merupakan pertanda dari depresi. Orang yang pola tidurnya terganggu dapat
mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan
bangun pada saatnya tidur.
o Selain itu, perilaku di bawah ini juga dapat menyebabkan insomnia pada beberapa
orang:
o higienitas tidur yang kurang secara umum
o kekhawatiran tidak dapat tidur
o mengkonsumsi caffein secara berlebihan
o minum alkohol sebelum tidur
o merokok sebelum tidur
o tidur siang/sore yang berlebihan
o jadwal tidur/bangun yang tidak teratur
14. Pada kasus ini mengapa terjadi cemas, gelisah, jantung berdebar-debar
kencang, dan nyeri ulu hati?
Jawab:
Pada saat adanya stressor sistem biokimiawi otak akan menghasilkan beberapa
substansi seperti GABA, Dopamin, Serotonin, dan lainnya akibat adanya stimulan
pada hipotalamus. Substansi ini akan menyebabkan aktifasi sistem saraf pusat
sehingga menyebabkan tubuh kita terstimulan.
15. Apakah hubungan cemas dengan keluhan yang dialami?
Jawab:
Anxietas berkaitan erat dengan tiga neurotransmitter seperti GABA, NE, dan
Dopamin. Apabila kita mengalami gangguan anxietas maka akan dihasilkan ketiga
neurotransmitter ini dan menyebabkan aktifasi sistem saraf otonom. Hal ini akan
mengakibatkan keluhan pada sistem cardiovaskular, gastrointestinal, muskular, dan
respirasi.
16. Bagaimana mekanisme terjadinya?
Jawab:
Ada beberapa teori terhadap mekanisme terjadinya anxietas yaitu
- Teori Psikoanalitik
- Teori Perilaku Kognitif
- Teori Eksistensial
27

17. Mengapa ejakulasi dini?


Jawab:
Ejakulasi dini juga terjadi akibat adanya neurotransmitter yang dihasilkan oleh proses
biokimiawi otak yang terstimulus oleh stressor
18. Mengapa Tn.Y lekas marah?
Jawab:
Tn.Y cepat marah karena mengalami anxietas yang berkelanjutan menjadi depresi
(anxietas campuran depresi). Hal ini menyebabkan gangguan psikologis
19. Apa saja Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan oleh
dokter?
Jawab:
1. Anamnesis
a. Alasan berobat
b. Riwayat gangguan sekarang
c. Riwayat gangguan dahulu
d. Riwayat perkembangan diri
e. Latar belakang sosial, keluarga, pendidikan, perkerjaan, perkawinan, dll
2. Pemeriksaan
a. Fisik Diagnostik
b. Status mental
c. Laboratorium
d. Radiologik
e. Evaluasi Psikologik, dll
3. Diagnosis
a. Axis I
Aksis I mengandung gangguan klinis dan kondisi lain yang mungkin
merupakan pusat perhatian klinis (anxietas dan depresi)
b. Axis II
Aksis II mengandung gangguan kepribadian dan retradasi mental (
c. Axis III
Axis III menuliskan tiap gangguan fisik atau kondisi medis umum yang
ditemukan di samping gangguan mental.
d. Axis IV
Axis IV digunakan untuk member kode pada masalah psikologis dan
lingkungan yang secara bermakna berperan pada perkembangan atau
eksaserbasi gangguan sekarang
e. Axis V
Skala penilaian global terhadap fungsi dimana dokter mempertimbangkan
keseluruhan tingkat fungsional pasien selama periode waktu tertentu
4. Terapi
a. Farmakoterapi
b. Psikoterapi
c. Terapi Sosial
d. Terapi okupasional, dll
5. Tindak Lanjut
a. Evaluasi Terapi
b. Evaluasi Diagnosis, dll
27

20. Mengapa pada Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang hasilnya


normal?
Jawab:
Karena Tn.Y mengalami gangguan psikologis sehingga menyebabkan psikosomatis
(penyakit yang disebabkan oleh gangguan psikologi). Hal ini tidak dapat terdeteksi
dengan pemeriksaan biasa hingga timbul gejala-gejala tertentu.
21. Mengapa insomnia Tn.Y semakin berat dalam 2 minggu terakhir?
Jawab:
Kemungkinan karena faktor stressor tidak diatasi sehingga terjadi perkembangan
gangguan psikologis.
22. Mengapa terjadi depresi?
Jawab:
Kemungkinan karena adanya stressor yang tidak diatasi atau tidak mampu diatasi oleh
mekanisme pertahanan ego sehingga berkembang menjadi depresi
23. Apa saja factor penyebab depresi
Jawab:
Faktor Biologis
Faktor Genetika
Faktor psikososial
24. Apa saja gejala-gejala depresi
Jawab:
Gejala depresi dibagi menjadi gejala utama dan gejala lainnya yaitu:
- Gejala Utama
o Afek depresif
o Kehilangan minat dan kegembiraan
o Kekurangan energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
- Gejala lainnya
o Kosentrasi dan perhatian berkurang
o Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
o Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
o Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
o Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri
o Tidur terganggu
o Nafsu makan berkurang
25. Mengapa kehilangan minat dan kegembiraan?
Jawab:
Hal ini merupakan salah satu dari gejala utama depresi yang diakibat karena tidak
sanggupnya sistem MPE untuk mengatasi stressor
26. Mengapa sosialisasi dan perawatan diri juga agak berkurang?
Jawab:
Hal ini merupakan salah satu dari gejala utama depresi yang diakibat karena tidak
sanggupnya sistem MPE untuk mengatasi stressor

27

27. Apa yang terjadi pada Tn.Y (45 tahun)?


Jawab:
Axis I: F32.1 (Depresi Sedang)
Axis II: Tidak diketahui
Axis III: Tidak ada
Axis IV: Masalah Primary Group, Lingkungan Sosial, Pekerjaan, Ekomi
Axis V: GAF 6-51
28. Apa definisi untuk depresi?
Jawab:
Depresi merupakan perasaan sedih yang bersifat patologis. Pada depresi terjadi
gangguan yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta
termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri
29. Bagaimana klassifikasi depresi?
Jawab:
- Episode depresif ringan
- Episode depresif sedang
- Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
- Episode depresif berat dengan gejala psikotik
- Gangguan depresif berulang
o Episode Kini Ringan
o Episode Kini Sedang
o Episode Kini Berat tanpa gejala psikotik
o Episode Kini Berat dengan gejala psikotik
30. Bagaimana epidemiologinya?
Jawab:
Gangguan depresi berat sekitar 25 % terjadi pada wanita. Terlepas dari kultur atau
negara, prevalensi gangguan depresi berat dua kali lebih besar pada wanita
dibandingkan laki-laki. Rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat kira-kira 40
tahun, 50 % dari semua pasien mempunyai onset antara 20 dan 50 tahun. Pada
umumnya gangguan depresi berat terjadi paling sering pada orang tua yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau berpisah
31. Bagaimana etiologi?
Jawab:
- Faktor Genetik
- Faktor Biologis
- Faktor Psikososial
32. Bagaimana patofisiologi depresi?
Jawab:
Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.
Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi impuls dapat
terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps
atau adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post
sinaps sistem saraf pusat
27

33. Bagaimana manifestasi klinis dari depresi?


Jawab:
- Gejala Utama
o Afek depresif
o Kehilangan minat dan kegembiraan
o Kekurangan energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
- Gejala lainnya
o Kosentrasi dan perhatian berkurang
o Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
o Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
o Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
o Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri
o Tidur terganggu
o Nafsu makan berkurang
- Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi
periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat
34. Bagaimana penegakkan diagnose?
Jawab:
Pada kasus ini digunakan Pedoman Diagnostik PPDGJ. Pada kasus ini terjadi depresi
sedang dengan pedoman diagnostik
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada
episode depresi ringan
- Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya
- Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan
urusan rumah tangga
35. Bagaimana tatalaksananya?
Jawab:
- Hindari faktor stressor yang menyebabkan depresi
- Rawat inap untuk kebutuhan prosedur diagnostik, mencegah risiko untuk
bunuh diri, dan berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh untuk
asupan makanan dan tempat perlindungan
- Terapi keluarga
- Farmakoterapi
o Golongan penghambat pelepasan selektif Serotonin
o Golongan Trisiklik
o Golongan penghambat pelepasan Serotonin dan Norepineprin
o Golongan penghambat pelepasan Norepineprin dan Dopamin
o Golongan kombinasi penghambat pelepasan dan reseptor blocker
o Golongan penghambat Monoamin oksidase Moclobemide
o Golongan Tetrasiklik
o Lainnya : Tianeptine, mempunyai struktur mirip trisiklik dan bekerja
dengan meningkatkan pengambilan serotonin secara selektif.

27

36. Bagaimana prognosisnya?


Jawab:
Gangguan depresif merupakan gangguan yang bersifat kronik dan kambuh.
- Kemungkinan prognosis baik, bila episode ringan, tidak ada gejala psikotik,
singkatnya waktu rawat inap, indikator psikososial meliputi mempunyai teman
akrab selama masa remaja, fungsi keluarga stabil, lima tahun sebelum sakit
fungsi sosial secara umum baik, tidak adanya kormobiditas dengan gangguan
psikiatri lainnya
- Kemungkinan prognosis buruk, bila depresi berat bersamaan dengan distimik,
penyalahgunaan alkohol dan zat lain, ditemukan gejala gangguan cemas, ada
riwayat lebih dari sekali episode depresi sebelumnya

MAIN MAPPING
Kehilangan minat dan kegembiraan
Depresi

Definisi
Etiologi
Epidemiologi

Tanda dan gejala

Sosialisasi dan perawatan diri berkurang


Insomnia yang semakin parah (2 minggu)
Insomnia
Mekanisme
Klasifikasi

Kasifikasi

Cemas
(anxietas)

Tatalaksana
Gelisah

Prognosis
Penegakan
diagnosis

Etiologi
Manajemen

Jatung berdebar kencang


Nyeri ulu hati

HIPOTESIS
Tn. Y 45 tahun mengalami depresi sedang dengan gejala somatic (F 32. 11) dan generalisata
anxietas disorder (F 41.1)
Diagnosis Multiaksial tdd 5 aksis:
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V

: F32.01 episode depresif sedang


: Tidak ditemukan
: Tidak ditemukan
: Masalah pekerjaan
: 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang

27

SINTESIS
STRESS
Stressor dan jenis-jenis stressor
Stres adalah segala situasi dimana tuntunan non-spesifik mengharuskan seseorang individu
untuk berespon atau melakukan tindakan.( Selye, 1976)
Stressor adalah Persepsi atau pengalaman individu terhadap perubahan besar menimbulkan
stress. Stimuli yang mengawali atau mencetuskanperubahan. Stressor itu terdiri dari :
a. Stressor Internal
Contohnya: tumor, cacat bawaan, hipertensi, demam, kondisi seperti kehamilan atau
menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah,
b. Stressor Eksternal
Contohnya: Marah kepada teman, konflik dengan orang tua. Perubahan berrmakna
dalam suhu lingkungan,perubahan dalam peran keluarga atau sosial atau tekanan dari
pasangan.
c. Stessor Fisik
Contohnya : overdosis, virus, luka, suhu.
d. Stessor Psikologis
Contohnya : takut operasi, cemas terhadap operasi, dan berduka karena kematian
orang tua.
Model stress
Model Stress berdasarkan stimulus
Model stimulus berdasarkan pada analogi sederhana dengan hukum elastisitas, Hooke
menjelaskan hukum elastisitas untuk menguraikan bagaimana beban dapat
menimbulkan kerusakan. Jika strain yang dihasilkan stress yang diberikan berada
pada elastisitas dari material tersebut akan kembali ke kondisi semula, tetapi jika
strain yang dihasilkan melampaui batas elastisitasnya maka kerusakan akan terjadi.
Peningkatan model stimulus ini menganggap stress sebagai cirri-ciri dari stimulus
lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau merusak, model
yang digunakan pada dasarnya adalah stressor eksternal akan menimbulkan reaksi
stress atau strain dalam diri individu. Pendekatan ini menetapkan stress sebagai
sesuatu yang dipelajari dan menekankan pada stimulus apa yng merupakan diagnose
stress. Hal ini memendang stress tanpa satu tuntutan yang beralasan, pasti
mendatangkan stress tanpa memandang sumber daya individu. Kelemahan model
stimulus ini adalah kegagalannya dalam memperhitungkan cara orang menyatakan
realita dari stimulus lingkungan terhadap respon.
Model stress berdasarkan Respon
Model ini mengidentifikasi stress sebagai respon individu terhadap stressor yang
diterima. Selye (1982) menjelaskan stress sebagai respon non spesifik yang timbul
terhadap tuntutan lingkungan, respon umum ini disebut sebagai General Adaptation
Syndrome (GAS) dan dibagi dalam tiga fase yaitu :
o Fase sinyal, fase perlawanan,fase keletihan. Reaksi alarm merupakan respon
siaga (fight or flight). Pada fase ini terjadi peningkatan cortical
hormone,emosi, dan ketegangan.
o Fase perlawanan (resistance) terjadi bila respon adaptif tidak mengurangi
persepsi terhadap ancaman, reksi ini ditandai oleh hormone cortical yang tetap
tinggi. Usaha fisiologis untuk mengatasi stress mencapai kapasitas penuh, dan
perlawanan melalui mekanisme pertahanan diri dan strategi mengatasi stress.
27

Sedangkan reaksi kelelahan yaitu perlawanan terhadap stress yang


berkepanjangan mulai menurun, fungsi otak tergantung oleh perunahan
metabolisme, system kekebalan tubuh menjadi kurang efisien dan penyakit
yang serius mulai timbul saat kondisi menurun.
Model Stress berdasarkan Transaksional
Pendekatan ini mengacu pada interaksi yang timbul antara manausia dan
lingkungannya. Antarvariabel lingkungan dan individu terhadap proses penilaian
kognitif (cognitive appraisal) yang menjadi mediatornya. Studi yang berlandaskan
pada pendekatan ini menimbulkan bahwa kita tidak akan dapat memprediksi
penampilan seseorang hanya dengan mengenali stimulus, individu bervariasi dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya yaitu dengan melakukan koping terhadap
berbagai tuntutan. Tiga tahap dalam mengukur potensial yang mengandung stress
yaitu pengukuran suatu situasi potensial mengandung stress:
a. Pengukuran primer : menggali persepsi individu terhadap masalah saat ia menilai
tantangan atau tuntutan yang menimpanya
b. Pengukuran Sekunder ; mengkaji kemampuan seseorang atau sumber-sumber
tersedia disrahkan untuk mengatasi masalah
c. Pengukuran Tersier; berfokus pada perkiraan keefektifan perkiraan koping dalam
mengurangi dan menghadapi ancaman.
.
Tingkatan stres
Menurut Buku FON 1 :
1. Stres Ringan
Stress ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti terlalu
banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi seperti inibiasanya
berlangsung beberapa menit atau jam.
2. Stres Sedang
Hal ini berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya,
perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit, atau ketidak
hadiran yang lama dari anggota keluarga merupakan situasi stress sedang.
3. Stres Berat
Stres berat adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa tahun, seperti perselisihan perkawinan terus menerus, kesulitan financial
yang berkepanjangan dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan makin
lama situasi stress, makin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan.(Wiebe &
Williams, 1992).
Menurut buku Keperawatan Jiwa : Iyus Yosep, S.Kp., M.Si.
1. Stress Tingkat I
Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling ringan, biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan sbb:
- Semangat besar
- Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya
- Energy dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya
2. Stress Tingkat II
Dalam tahapan ini dampak stress yang menyenagkan mulai menghilang dan timbul
keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energy tidak lagi cukup sepanjang hari
misalnya:
- Merasa letih sewaktu bangun pagi
27

3.

4.

5.

6.

- Merasa lelah sesudah makan siang


- Merasa Lelah menjelang sore hari
- Terkadang gangguan dalam sisitem pencernaan
- Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk
Stress Tingkat III
Tahapan ini keluhan, keletihan semakin Nampak disertai dengan gejala-gejala :
- Gangguan usus lebih terasa ( sakit perut, mulas, sering ingin kebelakang)
- Otot otot terasa lebih tegang
- Perasaan tegang semakin meningkat
- Gangguan tidur
- Badan terasa oyong, seperti mau pingsan
Stress Tingkat IV
Tahapan ini sudah menunjukan keadaan yang lebih buruk dengan gejala :
- Terasa sulit untuk bisa bertahan sepanjang hari
- Kegiatan yang semula menyenagkan kini terasa sulit
- Kehilangan kemampuan tentu menaggapi situasi, pergaulan sosial, dan kegiatan
rutin lainnya
- Tidur semakin sukar
- Perasaan negatif vistik
- Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam
- Perasaan takut yang tidak realistis
Stress Tingkat V
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan 4, yaitu :
- Keletihan yang mendalam
- Untuk pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu
- Gangguan system pencernaan lebih sering, sukar BAB atau feses cair dan sering
kebelakang
- Perasaan takut yang semakin menjadi
Stress Tingkat VI
Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat, Yaitu
:
- Debar jantung terasa amat keras, karena zat adrenalin yang dikeluarkan
- Nafas sesak, megap-megap
- Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran
- Tenaga untuk hal-hal ringan pun tidak kuasa lagi, pingsan atau collaps

Respon fisiologi tubuh terhadap stress


1) Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya
kiarena stress. Misalnya, jantung berdebar- debar, terjadi vasodilatasi atau
vasokontriksi pembuluh darah sehingga yang bersangkutan namoak mukanya merah
atau pucat. Pembuluh darah tepi terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki
juga menyempit.
2) ntegritas Kulit
Pada orang yang mengalami stress reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit sebagian
tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit
yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain itu perubahan kulit lainnya adalah
merupakan penyakit kulit seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal,
dan pada kulit muka sering timbul jerawat (acne) berlebihan; juga sering dijumpai
kedua belah telapak tangan dan kaki berkeringat.
27

3) System Respirasi
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stress dapat terganggu misalnya nafas
terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penympitan pada saluran pernafasan mulai
dari hidung, tenggorokan, dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat
diakrenakan otot-otot rongga dada mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis
sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik
nafas. Stress juga dapat memicu penyakit asma karena otot-otot pada saluran nafas
paru-paru juga mengalami spasme.
4) System Pencernaan
Orang yang mengalami stress seringkali mengalami gangguan pada system
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual, dan perih yang
diakibatkan asam lambung berlebih (hyperacidity atau gastritis atau maag). Selain
gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang
bersangkutan merasakna mulas, sukar BAB atau diare.
5) System Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu.
Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari
biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).
6) System Otot dan Tulang
Stress dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang
(musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju) seperti
ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan keluhan pada tulang
persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan
anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan
pegal-linu.
7) System Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres
adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bias mengakibatkan
yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus); gangguan
hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur
dan rasa sakit (dysmenorrhoe)..
Cara penanggulangan stress
Lima cara penting dalam mengatasi stress (Jalowiec,1993,Hal. 80):
- Mencoba merasa optimis mengenai masa depan
- Mengunakan dukungan social
- Menggunakan sumber spiritual
- Mencoba tetap mengontrol situasi maupun perasaan
- Mencoba menerima kenyataan yang ada
Terdapat beberapa cara lain atasi stress :
Fleksibel : Hidup penuh dengan berbagai kemungkinan dan tantangan, oleh karena itu
tidak usah kaku atau tegang dalam menghadapinnya (hadapi dengan santai tetapi
serius)
Berpikir positif : Meskipun tak semudah yang dibayangkan, berpikir positif itu sangat
penting. Karena apabila kita selalu berpikiran negative seperti, rasa curiga yang
berlebihan itu akan menjadikan beban mental pada diri, dan berujung dengan stress
Curhat pada teman : Cara ini dapat meringankan sedikit beban pikiran dalam diri.
Kenali masalah : Apabila kita dapat mengenali masalah, mak kita akan dapat
mengatasi masalah tersebut dengan cepat
27

Adakan refreshing : Dengan melakukan hal tersebut beban dalam diri akan terasa
Sembahyang dan berdoa : Dapat menenangkan batin, rohani, dan jiwa serta pikiran
menjadi tenang.

INSOMNIA
Definisi
Insomnia adalah kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur. Ada juga yang
mendefinisikan sebagai gangguan atau kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap
tertidur, atau gangguan tidur yang membuat penderita merasa belum cukup tidur pada saat
terbangun.
Klassifikasi
Insomnia dikelompokkan menjadi:
1. Insomnia primer, yaitu
Insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidak berhubungan dengan
berbagai stres maupun kejadian. Insomnia primer didiagnosis jika keulah utama
adalah tidur yang tidak bersifat menyegarkan atau kesulitan memulai atau
mempertahankan tidur, dan keluhan ini terus berlangsung sedikitnya satu bulan.
Istilah primer menunjukkan bahwa insomnia bebas dari adanya gangguan fisik atau
psikologis.
2. Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan,
obat, depresi atau stres yang hebat (Sindrom Insomnia karena penyebab)
Ada Tiga macam Insomnia:
a. Transient insomnia (insomnia sementara) yaitu kesulitan tidur hanya beberapa
malam
b. Insomnia akut (jangka pendek) yaitu kesulitan tidur dalam waktu dua atau empat
minggu mengalami kesulitan tidur. Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang
orang yang sedang mengalami stress, berada di lingkungan yang ribut-ramai,
berada di lingkungan yang mengalami perubahan temperatur ekstrim, masalah
dengan jadwal tidur-bangun seperti yang terjadi saat jetlag, efek samping
pengobatan
c. Insomnia kronis yaitu kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama
sebulan atau lebih. Salah satu penyebab chronic insomnia yang paling umum
adalah depresi. Penyebab lainnya bisa berupa arthritis, gangguan ginjal, gagal
jantung, sleep apnea, sindrom restless legs, Parkinson, dan hyperthyroidism.
Namun demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan oleh faktor perilaku,
termasuk penyalahgunaan caffein, alcohol, dan substansi lain, siklus tidur/bangun
yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari lainnya, dan stres
kronis
Bila ditinjau dari penyebabnya, Sindrom Insomnia dapat dibagi:
-

Sindrom Insomnia Psikik


27

Gangguan afektif bipolar dan unipolar (episode mania atau depresi), gangguan
anxietas (panik dan fobia)
Sindrom Insomnia Organik
Hyperthyroidism, Putus Obat penekan SSP (benzodiazepine, phenobarbital,
narkotika), zat perangsang SSP (Caffein, Ephedrine, Amphetamine)
Sindrom Insomnia Situasional
Gangguan penyesuaian ditambah anxietas atau depresi, perubahan sleep-wake
shcedule (jetlag, workshift), Stress Psikososial
Sindrom Insomnia Penyerta
Gangguan fisik ditambah insomnia (painproducing illness, paroxysmal nocturnal
dyspnoe), Gangguan jiwa ditambah insomnia (Skizofenia, Paranoid)

Etiologi
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai
penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Sulit tidur
sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul bersamaan
dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan. Kadang
seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.
Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut.Beberapa orang tertidur
secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur
kembali.Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur.Terbangun
pada dini hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi.
Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik, mereka
tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur. Selain itu, perilaku di
bawah ini juga dapat menyebabkan insomnia pada beberapa orang:

Higienitas tidur yang kurang secara umum


Kekhawatiran tidak dapat tidur
Mengkonsumsi caffein secara berlebihan
Minum alkohol sebelum tidur
Merokok sebelum tidur
Tidur siang/sore yang berlebihan
Jadwal tidur/bangun yang tidak teratur

Gejala
Penderita mengalami kesulitan untuk tertidur atau sering terjaga di malam hari dan sepanjang
hari merasakan kelelahan. Insomnia bisa dialami dengan berbagai cara:
- Sulit untuk tidur
- Tidak ada masalah untuk tidur namun mengalami kesulitan untuk tetap tidur (sering
bangun)
- Bangun terlalu awal
Kesulitan tidur hanyalah satu dari beberapa gejala insomnia. Gejala yang dialami waktu siang
hari adalah:
27

Mengantuk
Resah
Sulit berkonsentrasi
Sulit mengingat
Gampang tersinggung

Tatalaksana
Terapi insomnia merupakan salah satu terapi yang paling sulit pada gangguan tidur. Ketika
komponen yang dipelajari jelas, teknik deconditioning mungkin berguna. Pasien diminta
menggunakan tempat tidurnya hanya untuk tidur dan bukan untuk hal lain. Jika mereka tidak
tertidur setelah lima menit berada di tempat tidur, mereka di8minta segera bangun dan
melakukan hal yang lain. Apabila terapi ini tidak manjur maka diberikan obat anti-insomnia.
Obat anti-insomnia memiliki sinonim sebagai obat hipnotik. Golongan obat ini menyebabkan
depresi SSP menyeluruh. Agen ini dapat mengakibatkan peningkatan toleransi pada
penggunaan kronik dan memiliki kecenderungan ketergantungan psikologis maupun fisik.
Agen ini digunakan untuk penatalaksanaan jangka pendek pada berbagai tingkat anxietas dan
untuk mengobati insomnia. Berikut adalah sediaan obat anti-insomnia dan dosis anjuran:
No. Nama Generik
1.
Nitrazepam

Nama Dagang
DUMOLID (Alpharma)

Sediaan
Tab 5 mg

2.

STILNOX
(Sanofi-Aventis)
ZOLMIA (Fahrenheit)
ESILGAN (Takeda)

Tab 10 mg

Zolpidem

3.

Estazolam

.4

Flurazepam

DALMADORM
(Veleant)

Tab 10 mg
Tab 1 mg
Tab 2 mg
Tab 15 mg

Dosis Anjuran
5-10
mg/malam
10-20
mg/malam
1-2 mg/malam
15-20
mg/malam

Indikasi penggunaan obat golongan ini bila kita sudah menegakkan diagnostik gejala sasaran
(sindrom insomnia) yaitu:
- Membutuhkan waktu lebih dari jam untuk tertidur (trouble in falling asleep) atau tidur
kembali setelah terbangun (sleep continuity interruption) sehingga siklus tidur tidak utuh
dan menimbulkan keluhan gangguan kesehatan
- Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:
o Penurunan kemampuan kerja
o Hubungan sosial
o Melakukan kegiatan rutin
Mekanisme Kerja
Proses Tidur merupakan suatu siklus yang terdiri dari:
-

Stadium Jaga (Wake, Gelombang Beta)


Stadium 1 (Gelombang Alfa, Theta)

Stadium 2 (Gelombang Delta 20%)

Stadium 3 (Gelombang Delta 20-50%)


27

Stadium 4 (Gelombang Delta >50%/Delta Sleep)

Stadium REM (Rapid Eye Movement/REM Sleep)

Pada keadaan:
-

Tidur Ringan: Stadium 1 dan 2


Tidur Dalam: Stadium 3 dan 4 (Non-REM Sleep)

Tidur Dangkal: Stadium REM (Terjadi mimpi)

Obat golongan benzodiazepine tidak menyebabkan REM Supression and Rebound. Pada
kasus depresi terjadi pengurangan delta sleep (gel delta <20%), sehingga tidak puas
tidurnya dan mudah terbangun. Pada awal depresi terjadi defisit REM Sleep (0-10%,
dimana pada orang normal sekitar 20%) yang menyebabkan tidur sering terbangun akibat
mimpi buruk (REM Sleep bertambah untuk mengatasi defisit) sehingga siklus tidur menjadi
tidak teratur. Obat anti-depresi (Trisiklik dan Tetrasiklik) menekan dan menghilangkan REM
Sleep dan meningkatkan Delta Sleep, mendadak dihentikan terjadi REM Rebound
dimana pasien akan mengalami mimpi buruk lagi.
Obat anti-insomnia memiliki sinonim sebagai obat hipnotik. Golongan obat ini menyebabkan
depresi SSP menyeluruh. Agen ini dapat mengakibatkan peningkatan toleransi pada
penggunaan kronik dan memiliki kecenderungan ketergantungan psikologis maupun fisik.
Agen ini digunakan untuk penatalaksanaan jangka pendek pada berbagai tingkat anxietas dan
untuk mengobati insomnia.
Profil Efek Samping
Supresi SSP pada saat tidur. Hati-hati pada pasien dengan insufisuensi pernapasan, uremia,
dan gangguan fungsi hati, karena keadaan tersebut terjai pemnurunan fungsi SSP dan dapat
memudahkan timbulnya koma. Pada pasien usia lanjut dapat terjadi oversedation sehingga
risiko jatuh dan trauma menjadi besar, yang sering terjadi adalah hip fracture. Efek
samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat insomnia (waktu paruh):
-

Waktu Paruh Singkat ( 4 jam)


Gejala rebound lebih berat pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik. (e.g
Triazolam)
Waktu Paruh Sedang
Gejala rebound lebih ringan (e.g estazolam)
Waktu Paruh Panjang
Menimbulkan gejala hang over pada pagi harinya dan juga intensifying day time
sleepness (e.g nitrazepam, flurozepam).
Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan benzodiazepine
disinhibiting effect yang menyebabkan rage reaction

dapat

terjadi

Interaksi Obat

27

Obat Anti-insomnia + CNS depressant dapat menyebabkan potensial efek supresi SSP
yang dapat menyebabkan oversedation and respiratory failure
Obat golongan benzodiazepine tidak menginduksi enzim hepatic microsomal atau
produce protein binding displacement, sehingga jarang menimbulkan interaksi obat
yang digunakan untuk kondisi medik tertentu
Overdosis jarang menimbulkan kematian, tetapi bila disertai Alkohol atau CNS
Depressant lainnya, risiko kematian akan meningkat

27

Cara Penggunaan
- Initial Insomnia Sulit msuk ke dalam proses tidur. Obat yang dibutuhkan adalah
bersifat Sleep Inducing Anti-Insomnia, yaitu golongan benzodiazepine (Short Acting).
Misalnya gangguan anxietas
- Delayed Insomnia Proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk kembali ke
proses tidur selanjutnya. Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Prolong Latent Phase
Anti-Insomnia, yaitu golongan heterosiklik antidepressan (Trisiklik dan Tetrasiklik.
Misalnya gangguan depresi
- Broken Insomnia Siklus tidur yang normal tidak utuh dan terpecah-pecah menjadi
beberapa bagian (multiple awakening). Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Sleep
Maintaning Anti-Insomnia, yaitu golongan phenobarbital atau golongan benzodiazepine
(Long Acting). Misalnya gangguan stress psikososial.
Pengaturan Dosis
-

Pemberian Dosis anjuran 15-30 sebelum pergi tidur


Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2
minggu, kemudian secepatnya tapering off untuk mencegah timbulnya rebound dan
toleransi obat
Pada usia lanjut dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih perlahan-lahan,
untuk menghindari oversedation dan intoksikasi

Lama Pemberian
- Pemakaian obat anti-insomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja tidak lebih dari 2
minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat
menimbulkan perubahan Sleep EEG yang menetap sekitar 6 bulan lamanya
- Kesulitan pemberhentian obat seringkali karena Psychological Dependence (habituasi)
sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan tidur dapat ditanggulangi
Perhatian Khusus
- Kontraindikasi
o Sleep Apnoe Syndrome
o Congestive Heart Failure
o Chronic Respiratory Disease
- Penggunaan benzodiazepin pada wanita hamil mempunyai risiko menimbulkan
teratogenik effect khususnya pada trimester pertama. Juga benzodiazepin dieksresi
melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP).
Obat-obat Hipnotik Sedatif yang beredar di Indonesia :
1.

Flurazepam
o Indikasi
Insomnia yang dikarakteristikkan dengan kesulitan tidur, sering terbangun malam
hari, dan/atau bangun terlalu pagi. Hanya untuk penggunaan jangka pendek (tidak
lebih dari 4 minggu) dan intermitten
o Kerja
27

- Depresi Tingkat subkortikal sistem saraf pusat, terutama dalam sistem limbik
dan formasi retikular
- Dapat meningkatkan efek penghambatan kuat neurotransmitter GABA di otak
sehingga mengakibatkan efek sedasi
o Farmakokinetik
- Absorbsi dengan cepat pada saluran pencernaan
- Distribusi secara luas, menembus barier darah otak dan plasenta, diekskresi
dalam ASI
o Farmakodinamik
Rute
PO

Awitan
15-45 menit

Puncak
30-60 menit

Durasi
7-8 Jam

o Metabolisme dan Ekskresi


o Dimetabolisme oleh hati; menghasilkan metabolit aktif yang terutama diekskresi
oleh ginjal
o Waktu Paruh
47-199 jam (flurazepam), 2-100 jam (metabolit aktif)
o Kontraindikasi dan Kewaspadaan
o Kontraindikasi pada:
Pasien hipersensitivitas terhadap obat
Kehamilan dan laktasi
Glaukoma sudut-sempit
Anak usia di bawah 15 tahun
o Penggunaan secara kewaspadaan pada:
Pasien Lansia atau lemah
Pasien dengan disfungsi hati dan ginjal
Individu dengan penyalahgunaan atau ketergantungan obat
Pasien depresi atau bunuh diri
Kombinasi dengan depresan SSP lainnya
Pasien dengan albumin serum yang rendah
o Efek Samping
- SSP: Sedasi sisa, pusing, konfusi, sakit kepala. Letargi, kelemahan, eksitasi
paradoksis, penglihatan kabur, ensefalopati, depresi mental
- Cardiovascular: Hipotensi, Bradikardia
- Dermatology: Ruam
- Gastrointestinal: Mual, muntah, diare, konstipasi
- Hematology: Agranulositosis
- Respirasi: Depresi Pernapasan
- Lainnya: Toleransi, ketergantungan, fisik, dan psikologis
o Interaksi
27

- Obat depresan SSP lain (termasuk alkohol, barbiturat, narkotik), antipsikotik,


antidepresan, antihistamin, antikonvulsan, simetidin bisa menyebabkan depresi
SSP tambahan
- Agen penyekat neurotransmitter dapat meningkatkan depresi pernafasan
- Disulfiram dapat meningkatkan durasi kerja flurazepam
o Rute dan Dosis
Insomnia
PO (Dewasa): 15-30 mg sebelum tidur
PO (Geriatrik atau Lemah): Mulanya 15 mg sebelum tidur. Sesuaikan dosis
setelah respon ditentukan
Flurazepam diindikasikan sebagai obat untuk mengatasi insomnia. Hasil dari uji klinik
terkontrol telah menunjukkan bahwa Flurazepam menguarangi secara bermakna waktu
induksi tidur, jumlah dan lama terbangun selama tidur, maupun lamanya tidur. Mula
efek hipnotik rata-rata 17 menit setelah pemberian obat secara oral dan berakhir hingga
8 jam. Efek residu sedasi di siang hari terjadi pada sebagian besar penderita,oleh
metabolit aktifnya yang masa kerjanya panjang, karena itu obat Fluarazepam cocok
untuk pengobatan insomia jangka panjang dan insomnia jangka pendek yang disertai
gejala ansietas di siang hari.
2.

Midazolam
Midazolam digunakan agar pemakai menjadi mengantuk atau tidur dan menghilangkan
kecemasan sebelum pasien melakukan operasi atau untuk tujuan lainnya Midazolam
kadang-kadang digunakan pada pasien di ruang ICU agar pasien menjadi pingsan. Hal
ini dilakukan agar pasien yang stres menjadi kooperatif dan mempermudahkan kerja alat
medis yang membantu pernafasan. Midazolam diberikan atas permintaan dokter dan
penggunaannya sesuai dengan resep dokter.

3.

Nitrazepam
Nitrazepam juga termasuk golongan Benzodiazepine. Nitrazepam bekerja pada reseptor
di otak (reseptor GABA) yang menyebabkan pelepasan senyawa kimia GABA (gamma
amino butyric acid). GABA adalah suatu senyawa kimia penghambat utama di otak yang
menyebabkan rasa kantuk dan mengontrol kecemasan. Nitrazepam bekerja dengan
meningkatkan aktivitas GABA, sehingga mengurangi fungsi otak pada area tertentu.
Dimana menimbulkan rasa kantuk, menghilangka rasa cemas, dan membuat otot
relaksasi. Nitrazepam biasanya digunakan untuk mengobati insomnia. Nitrazepam
mengurangi waktu terjaga sebelum tidur dan terbangun di malam hari, juga
meningkatkan panjangnnya waktu tidur. Seperti Nitrazepam ada dalam tubuh beberapa
jam, rasa kantuk bisa tetap terjadi sehari kemudian.

4.

Estazolam
Estazolam digunakan jangka pendek untuk membantu agar mudah tidur dan tetap tidur
sepanjang malam. Estazolam tersedia dalam bentuk tablet digunakan secara oral
diminum sebelum atau sesudah makan. Estazolam biasanya digunakan sebelum tidur bila
27

diperlukan. Penggunaannya harus sesuai dengan resep yang dibuat oleh dokter anda.
Estazolam dapat menyebabkan kecanduan. Jangan minum lebih dari dosis yang
diberikan, lebih sering, atau untuk waktu yang lebih lama dari pada petunjuk resep.
Toleransi bisa terjadi pada pemakaian jangka panjang dan berlebihan. Jangan gunakan
lebih dari 12 minggu atau berhenti menggunakannnya tanpa konsultasi dengan dokter.
Dokter anda akan mengurangi dosis secara bertahap. Anda akan mengalami sulit tidur
satu atau dua hari setelah berhenti menggunakan obat ini.
DEPRESI
1. Definisi
Depresi merupakan perasaan sedih yang bersifat patologis. Pada depresi terjadi gangguan
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk
perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa
putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri.
2. Epidemiologi
Gangguan depresi berat sekitar 25 % terjadi pada wanita. Terlepas dari kultur atau negara,
prevalensi gangguan depresi berat dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan lakilaki. Rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat kira-kira 40 tahun, 50 % dari
semua pasien mempunyai onset antara 20 dan 50 tahun. Pada umumnya gangguan depresi
berat terjadi paling sering pada orang tua yang tidak memiliki hubungan interpersonal
yang erat atau berpisah.
3. Etiologi
Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga faktor-faktor
dibawah ini berperan
a. Faktor Biologis
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi
berat adalah berhubungan dengan disregulasi pada amin biogenik (norepineprin dan
serotonin). Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi dan pada beberapa pasien
yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan
serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di
trombosit.
Faktor neurokimiawi lain seperti adenylate cyclase, phospotidylinositol dan regulasi
kalsium mungkin juga memiliki relevansi penyebab. Kelainan pada neuroendokrin
utama yang menarik perhatian dalam adalah sumbu adrenal, tiroid dan hormon
pertumbuhan. Neuroendokrin yang lain yakni penurunan sekresi nokturnal
melantonin, penurunan pelepasan prolaktin karena pemberian tryptopan, penurunan
kadar dasar folikel stimulating hormon (FSH), luteinizing hormon (LH) dan
penurunan kadar testoteron pada laki-laki.
b. Faktor Genetika
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita
gangguan depresi berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar daripada sanak
saudara derajat pertama subyek kontrol untuk penderita gangguan. Penelitian terhadap
27

anak kembar menunjukkan angka kesesuaian pada kembar monozigotik adalah kirakira 50 %, sedangkan pada kembar dizigotik mencapai 10 sampai 25 %.
c. Faktor psikososial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang telah lama
direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering
mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan
tersebut telah dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.
Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling
berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua
sebelum usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset
satu episode depresi adalah kehilangan pasangan.
Beberapa artikel teoritik dan dari banyak laporan, mempermasalahkan hubungan
fungsi keluarga dan onset dalam perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat
psikopatologi didalam keluarga mungkin mempengaruhi kecepatan pemulihan,
kembalinya gejala dan penyesuaian pasca pemulihan.
4. Patofisiologi
Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.
Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi impuls dapat
terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau
adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem
saraf pusat.
Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor
5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimiawi
depresi dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan.
Pada penelitian dibuktikan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena menurunnya
pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya kemampuan neurotransmisi serotogenik).
Beberapa peneliti menemukan bahwa selain serotonin terdapat pula sejumlah
neurotransmiter lain yang berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin
dan dopamin. Sehingga depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa
neurotransmiter aminergik pada sinaps neuron di otak, terutama pada sistem limbik. Oleh
karena itu teori biokimia depresi dapat diterangkan sebagai berikut:
- Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya kemampuan
neurotransmisi serotogenik.
- Menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin, terganggunya regulasi aktivitas
norepinefrin dan meningkatnya aktivitas alfa 2 adrenoreseptor presinaptik.
- Menurunnya aktivitas dopamin.
- Meningkatnya aktivitas asetilkolin.
Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya neurotransmisi akibat
kekurangan neurotransmitter di celah sinaps. Ini didukung oleh bukti-bukti klinis yang
menunjukkan adanya perbaikan depresi pada pemberian obat-obat golongan SSRI
(Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor) dan trisiklik yang menghambat re-uptake dari
neurotransmiter atau pemberian obat MAOI (Mono Amine Oxidasi Inhibitor) yang
menghambat katabolisme neurotransmiter oleh enzim monoamin oksidase.

27

Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang menyebutkan
bahwa terjadinya depresi disebabkan karena adanya aktivitas neurotransmisi serotogenik
yang berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau kelebihan serotonin semata.
Neurotransmisi yang berlebih ini mengakibatkan gangguan pada sistem serotonergik, jadi
depresi timbul karena dijumpai gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil.
Hipotesis yang belakangan ini dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan
SSRE (Selective Serotonin Re-uptake Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake
serotonin dan bukan menghambat. Dengan demikian maka turn over dari serotonin
menjadi lebih cepat dan sistem neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya
memperbaiki gejala-gejala depresi.
Mekanisme biokimiawi yang sudah diketahui tersebut menjadi dasar penggunaan dan
pengembangan obat-obat anti depresan. Obat depresi/ antidepresan / anti depresi adalah
obat yang digunakan untuk membantu orang yang mengalami depresi. Banyak orang
depresi membaik dengan pengobatan obat-obat depresi yang ada. Sebagian besar
antidepressan dipercaya bekerja dengan memperlambat pembuangan suatu zat-zat kimia
di dalam otak. Zat kimia ini disebut neurotransmiter. Neurotransmiter dibutuhkan untuk
fungsi normal otak. Antidepresan membantu orang depresi dengan memperbanyak zat
kimia alami yang tersedia di dalam otak.

Gambar. Otak penderita depresi


5.

Penegakkan diagnosa

a.

Gejala Utama
i. Afek depresif
ii. Kehilangan minat dan kegembiraan
27

iii. Kekurangan energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah


b.

Gejala lainnya
i. Kosentrasi dan perhatian berkurang
ii. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
iii. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
iv. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
v. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri
vi. Tidur terganggu
vii. Nafsu makan berkurang
c. Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat
o Episode Depresif Ringan (F32.0)
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
tersebut diatas
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukan
o Episode Depresif Sedang (F32.1)
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
pada episode depresi ringan
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan, dan urusan rumah tangga
o Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik (F32.2)
Semua gejala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di
antaranya harus berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan keigatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas
o Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut
diatas
27

Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Wahan biasnaya


melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang
menghinaatau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang ebrat dapat menuju pada stupor. Jika
diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditemukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek.

6. Tatalaksana
Antidepresan digolongkan berdasarkan zat kimia di otak yang dipengaruhinya. Obat
depresi terbagi dalam golongan sebagai berikut:
a. Golongan penghambat pelepasan selektif Serotonin: Citalopram,
Fluoxetine, Paroxetine, Sertraline, Fluvoxamine Golongan obat depresi ini
lebih sedikit efek sampingnya dibanding yang lain. Efek samping dari
obat ini adalah mulut kering, mual, kecemasan, insomnia, masalah
seksual dan sakit kepala. Selama dua minggu pertama pengobatan, anda
mungkin bertambah sakit dan lebih cemas. Beberapa obat dapat
menimbukan pencernaan buruk, tapi anda dapat menghentikannya dengan
meminum obat sembari makan. Yang lebih serius dapat mempengaruhi
fungsi seksual..
b. Golongan
Trisiklik:
Amitriptyline,
Imipramine,
Nortriptyline,
Clomitramine. Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan mulut
kering, tremor ringan, detak jantung cepat, konstipasi, mengantuk, dan
bertambah berat badan. Khususnya pada penderita yang lebih tua, dapat
menyebabkan kebingungan, menjadi lambat atau terhenti sewaktu
berkemih, pingsan bila tekanan darah rendah, dan koma. Jika anda
mempunyai masalah detak jantung, ada baiknya anda tidak minum semua
golongan antidepresan. Pada pria dapat mengalami kesulitan untuk dan
mempertahankan ereksi, atau gagal ejakulasi. Golongan ini sangat
berbahaya bila overdosis.
c. Golongan penghambat pelepasan Serotonin dan Norepineprin:
Venlafaxine, Duloxetine. Efek samping mirip dengan golongan
penghambat pelepasan selektif Serotonin, tetapi Venlafaxine tidak
direkomendasikan pada penderita gangguan detak jantung, tekanan darah
tinggi atau masalah pada kadar garam pada darah mereka.
Obat ini dapat membantu jika golongan lain tidak dapat membantu tetapi
hanya boleh digunakan atas resep dokter kejiwaan yang berpengalaman
saja.

27

d. Golongan penghambat pelepasan


Bupropion, belum tersedia di Indonesia

Norepineprin

dan

Dopamin

e. Golongan kombinasi penghambat pelepasan dan reseptor blocker


Trazodone dan Nefazodone belum tersedia di Indonesia, tetapi Maprotiline
dan Mirtazpine sudah tersedia.
f. Golongan penghambat Monoamin oksidase Moclobemide: Golongan ini
sudah jarang diresepkan sekarang ini. Golongan ini dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi yang berbahaya jika anda makan makanan yang
mengandung Tyramine. Jika anda setuju untuk minum obat golongan obat
ini dokter anda akan memberikan daftar makanan yang harus dihindari.
g. Golongan Tetrasiklik : Amoxapine, Maprotiline
h. Lainnya ;Tianeptine, mempunyai struktur mirip trisiklik dan bekerja
dengan meningkatkan pengambilan serotonin secara selektif.

27

DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, R. Gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress,
dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Hal
72-75
2. Maslim, R.Episode Depresif, dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas dari PPDGJ III. Hal 64-65
3. Townsend, M. Antidepresan, dalam Buku Saku Pedoman Obat dalam Keperawata
Psikiatri. Edisi 2. 2004. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.14
4. Townsend, M. Sedatif-Hipnotik, dalam Buku Saku Pedoman Obat dalam Keperawata
Psikiatri. Edisi 2. 2004. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.23
5. Maslim, R. Obat Anti Depresi, dalam Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Edisi Ketiga. 2007. Jakarta. Penerbit PT. Nuh Jaya. Hal. 23-30
6. Maslim, R. Obat Anti Depresi, dalam Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Edisi Ketiga. 2007. Jakarta. Penerbit PT. Nuh Jaya. Hal. 23-30
7. Maslim, R. Obat Anti Insomnia, dalam Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Edisi Ketiga. 2007. Jakarta. Penerbit PT. Nuh Jaya. Hal. 42-46
8. Kusumawardhani. Husain,B. Adikusumo, A. Damping, C. Gangguan Cemas
Menyeluruh, dalam Buku Ajar Psikiatri. 2010. Jakarta. Penerbit Buku Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.230-241
9. Kusumawardhani. Husain,B. Adikusumo, A. Damping, C. Gangguan Depresi, dalam
Buku Ajar Psikiatri. 2010. Jakarta. Penerbit Buku Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal.209-222
10. Sadock, B. Sadock, V. Gangguan Ansietas Menyeluruh, dalam Kaplan & Sadock
Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi Dua. 2010. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal
259-263
11. Sadock, B. Sadock, V. Gangguan Tidur, dalam Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis. Edisi Dua. 2010. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 339-341
12. Sadock, B. Sadock, V. Gangguan Mood/Suasana Perasaan, dalam Kaplan & Sadock
Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi Dua. 2010. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Hal
189-196
13. Soewadi. Simtomatologi dalam psikiatri. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran
UGM; 1999. hal. 51
14. Mycek, Mary J. Farmakologi. Jakarta: Widya Medika, 2001. Hal. 120.
15. http://medicastore.com/apotik_online/obat_saraf_otot/obat_depresan.htm
16. Insomnia, diunduh dari www.wikipedia.com

27

Anda mungkin juga menyukai