SKENARIO I
Blok 16
Tutor :
dr. Ave Olivia Rahman
Anggota :
Rika Angelia
Andrill vazhary
Elita Purnama Sari
Arfinna Helidha
Harlan Kasyfil Aziz
Yessi Kumala Sari
Tri Agus Hermawati
Shintia Dara Julita
G1A 108002
G1A 108087
G1A 108018
G1A 108073
G1A 108088
G1A 107075
G1A 108077
G1A 108066
27
SKENARIO 1
Tn. Y, 45 tahun seorang wiraswasta yang diketahui usahanya mengalami kebangkrutan
setahun yang lalu. Sejak 4 bulan terakhir ini mengeluh insomnia dan sering merasa cemas,
gelisah, jantung berdebar-debar kencang dan nyeri ulu hati. Hubungan dengan istri juga
mengalami gangguan, penderita mengalami ejakulasi dini dan lekas marah. Hasil
pemeriksaan fisik dan pemeriksaa penunjang yang dilakukan dokter tidak menunjukkan
adanya kelainan. Tuntutan hidup yang besar membuat 2 minggu terakhir insomnia semakin
parah, penderita merasa depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, sosialisasi dan
perawatan diri juga agak berkurang. Apa yang terjadi dan bagaimana seharusnya Tn. Y
bersikap dalam kesulitan yang dialaminya ?
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Insomnia
Simptom berupa kesulitan tidur yang bersifat patologis
2. Cemas
Perasaan kawatir oleh karena konflik yang tidak disadari
3. Gelisah
Perasaan resah, selalu merasa kawatir
4. Jantung berdebar-debar
Perasaan subyektif yang disertai denyut jantung yang meningkat
5. Nyeri ulu hati
Perasaan tidak nyaman pada ulu hati
6. Ejakulasi dini
Suatu tindakan pengeluaran yang mendadak, seperti pengeluaran air mani secara
konsisten terjadi sebelum, pada saat, atau segera sesudah penetrasi dan sebelum waktu
yang diinginkan
7. Depresi
Depresi merupakan perasaan sedih yang bersifat patologis. Pada depresi terjadi
gangguan yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta
termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri
8. Sosialisasi
Proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati
kebudayaan masyarakat di lingkungannya
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tn. Y, 45 tahun seorang wiraswasta yang diketahui usahanya mengalami
kebangkrutan setahun yang lalu
2. Sejak 4 bulan terakhir ini mengeluh insomnia dan sering merasa cemas, gelisah,
jantung berdebar-debar kencang dan nyeri ulu hati.
3. Hubungan dengan istri juga mengalami gangguan, penderita mengalami ejakulasi dini
dan lekas marah
4. Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaa penunjang yang dilakukan dokter tidak
menunjukkan adanya kelainan.
5. Tuntutan hidup yang besar membuat 2 minggu terakhir insomnia semakin parah,
penderita merasa depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, sosialisasi dan
perawatan diri juga agak berkurang
27
ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana hubungan kebangkrutan dengan gejala yang dialami Tn.Y?
Jawab:
Adanya stressor perubahan biologis otak dalam waktu yang lama (disabylitas
adaptasi) perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan system
pemberi sinyal interneuron aktivitas neuron penyekresi norepinefrin, serotonin,
dopamine, dan factor neurokimia lain rangsangan pada area limbic otak (yang
berfungsi untuk memperkuat rasa aman, menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu
makan menurun dan seks yang sesuai dengan keseimbangan psikomotor) sehingga
menyebabkan : insomnia dan sering merasa cemas, gelisah, jantung berdebar-debar
kencang dan nyeri ulu hati.
2. Apa yang terjadi dalam 4 bulan terakhir?
Jawab:
Tn.Y mengalami gangguan anxietas menyeluruh (F41.1)
3. Bagaimana klassifikasi dari cemas (anxietas)?
Jawab:
1. Gangguan Anxietas Fobik
a. Agorafobia
i. Tanpa gangguan panic
ii. Dengan gangguan panic
b. Fobia Sosial
c. Fobia Khas (terisolasi)
d. Gangguan anxietas fobik lainnya
e. Gangguan anxietas fobil YTT
2. Gangguan Anxietas Lainnya
a. Gangguan Panik (Anxietas Paroksismal Episodic)
b. Gangguan Anxietas Menyeluruh
c. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
d. Gangguan Anxietas Lainnya
e. Gangguan Anxietas Lainnya YDT
f. Gangguan Obsesif Kompulsif YTT
4. Bagaimana pedoman diagnostic untuk anxietas?
Jawab:
a. Gangguan neurotic, gangguan somatoform dan gangguan terkait stress,
dikelompokkan menjadi satu dengan alas an bahwa dalam sejarahnya ada
hubungan dengan perkembangan konsep neurososia dan berbagai kemungkinan
penyebab psikologis (Psychological Causation)
b. Konsep mengenai neurosis secara prinsip tidak lagi digunakan sebagai patokan
dalam pengaturan penggolongan, meskipun dalam beberapa hal masih
diperhitunkan untuk memudahkan bagi mereka yang terbiasa menggunakan istilah
neurotic dalam mengidentifikasikan berbagai gangguan tersebut
Pada kasus ini terjadi gangguan campuran Anxietas dan Depresi berdasarkan
pedoman diagnostik PPDGJ III yaitu :
-
Klassifikasi lainnya
o Primer
o Sekunder
27
27
MAIN MAPPING
Kehilangan minat dan kegembiraan
Depresi
Definisi
Etiologi
Epidemiologi
Kasifikasi
Cemas
(anxietas)
Tatalaksana
Gelisah
Prognosis
Penegakan
diagnosis
Etiologi
Manajemen
HIPOTESIS
Tn. Y 45 tahun mengalami depresi sedang dengan gejala somatic (F 32. 11) dan generalisata
anxietas disorder (F 41.1)
Diagnosis Multiaksial tdd 5 aksis:
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
27
SINTESIS
STRESS
Stressor dan jenis-jenis stressor
Stres adalah segala situasi dimana tuntunan non-spesifik mengharuskan seseorang individu
untuk berespon atau melakukan tindakan.( Selye, 1976)
Stressor adalah Persepsi atau pengalaman individu terhadap perubahan besar menimbulkan
stress. Stimuli yang mengawali atau mencetuskanperubahan. Stressor itu terdiri dari :
a. Stressor Internal
Contohnya: tumor, cacat bawaan, hipertensi, demam, kondisi seperti kehamilan atau
menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah,
b. Stressor Eksternal
Contohnya: Marah kepada teman, konflik dengan orang tua. Perubahan berrmakna
dalam suhu lingkungan,perubahan dalam peran keluarga atau sosial atau tekanan dari
pasangan.
c. Stessor Fisik
Contohnya : overdosis, virus, luka, suhu.
d. Stessor Psikologis
Contohnya : takut operasi, cemas terhadap operasi, dan berduka karena kematian
orang tua.
Model stress
Model Stress berdasarkan stimulus
Model stimulus berdasarkan pada analogi sederhana dengan hukum elastisitas, Hooke
menjelaskan hukum elastisitas untuk menguraikan bagaimana beban dapat
menimbulkan kerusakan. Jika strain yang dihasilkan stress yang diberikan berada
pada elastisitas dari material tersebut akan kembali ke kondisi semula, tetapi jika
strain yang dihasilkan melampaui batas elastisitasnya maka kerusakan akan terjadi.
Peningkatan model stimulus ini menganggap stress sebagai cirri-ciri dari stimulus
lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau merusak, model
yang digunakan pada dasarnya adalah stressor eksternal akan menimbulkan reaksi
stress atau strain dalam diri individu. Pendekatan ini menetapkan stress sebagai
sesuatu yang dipelajari dan menekankan pada stimulus apa yng merupakan diagnose
stress. Hal ini memendang stress tanpa satu tuntutan yang beralasan, pasti
mendatangkan stress tanpa memandang sumber daya individu. Kelemahan model
stimulus ini adalah kegagalannya dalam memperhitungkan cara orang menyatakan
realita dari stimulus lingkungan terhadap respon.
Model stress berdasarkan Respon
Model ini mengidentifikasi stress sebagai respon individu terhadap stressor yang
diterima. Selye (1982) menjelaskan stress sebagai respon non spesifik yang timbul
terhadap tuntutan lingkungan, respon umum ini disebut sebagai General Adaptation
Syndrome (GAS) dan dibagi dalam tiga fase yaitu :
o Fase sinyal, fase perlawanan,fase keletihan. Reaksi alarm merupakan respon
siaga (fight or flight). Pada fase ini terjadi peningkatan cortical
hormone,emosi, dan ketegangan.
o Fase perlawanan (resistance) terjadi bila respon adaptif tidak mengurangi
persepsi terhadap ancaman, reksi ini ditandai oleh hormone cortical yang tetap
tinggi. Usaha fisiologis untuk mengatasi stress mencapai kapasitas penuh, dan
perlawanan melalui mekanisme pertahanan diri dan strategi mengatasi stress.
27
3.
4.
5.
6.
3) System Respirasi
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stress dapat terganggu misalnya nafas
terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penympitan pada saluran pernafasan mulai
dari hidung, tenggorokan, dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat
diakrenakan otot-otot rongga dada mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis
sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik
nafas. Stress juga dapat memicu penyakit asma karena otot-otot pada saluran nafas
paru-paru juga mengalami spasme.
4) System Pencernaan
Orang yang mengalami stress seringkali mengalami gangguan pada system
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual, dan perih yang
diakibatkan asam lambung berlebih (hyperacidity atau gastritis atau maag). Selain
gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang
bersangkutan merasakna mulas, sukar BAB atau diare.
5) System Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu.
Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari
biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).
6) System Otot dan Tulang
Stress dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang
(musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju) seperti
ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan keluhan pada tulang
persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan
anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan
pegal-linu.
7) System Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres
adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bias mengakibatkan
yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus); gangguan
hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur
dan rasa sakit (dysmenorrhoe)..
Cara penanggulangan stress
Lima cara penting dalam mengatasi stress (Jalowiec,1993,Hal. 80):
- Mencoba merasa optimis mengenai masa depan
- Mengunakan dukungan social
- Menggunakan sumber spiritual
- Mencoba tetap mengontrol situasi maupun perasaan
- Mencoba menerima kenyataan yang ada
Terdapat beberapa cara lain atasi stress :
Fleksibel : Hidup penuh dengan berbagai kemungkinan dan tantangan, oleh karena itu
tidak usah kaku atau tegang dalam menghadapinnya (hadapi dengan santai tetapi
serius)
Berpikir positif : Meskipun tak semudah yang dibayangkan, berpikir positif itu sangat
penting. Karena apabila kita selalu berpikiran negative seperti, rasa curiga yang
berlebihan itu akan menjadikan beban mental pada diri, dan berujung dengan stress
Curhat pada teman : Cara ini dapat meringankan sedikit beban pikiran dalam diri.
Kenali masalah : Apabila kita dapat mengenali masalah, mak kita akan dapat
mengatasi masalah tersebut dengan cepat
27
Adakan refreshing : Dengan melakukan hal tersebut beban dalam diri akan terasa
Sembahyang dan berdoa : Dapat menenangkan batin, rohani, dan jiwa serta pikiran
menjadi tenang.
INSOMNIA
Definisi
Insomnia adalah kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur. Ada juga yang
mendefinisikan sebagai gangguan atau kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap
tertidur, atau gangguan tidur yang membuat penderita merasa belum cukup tidur pada saat
terbangun.
Klassifikasi
Insomnia dikelompokkan menjadi:
1. Insomnia primer, yaitu
Insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidak berhubungan dengan
berbagai stres maupun kejadian. Insomnia primer didiagnosis jika keulah utama
adalah tidur yang tidak bersifat menyegarkan atau kesulitan memulai atau
mempertahankan tidur, dan keluhan ini terus berlangsung sedikitnya satu bulan.
Istilah primer menunjukkan bahwa insomnia bebas dari adanya gangguan fisik atau
psikologis.
2. Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan,
obat, depresi atau stres yang hebat (Sindrom Insomnia karena penyebab)
Ada Tiga macam Insomnia:
a. Transient insomnia (insomnia sementara) yaitu kesulitan tidur hanya beberapa
malam
b. Insomnia akut (jangka pendek) yaitu kesulitan tidur dalam waktu dua atau empat
minggu mengalami kesulitan tidur. Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang
orang yang sedang mengalami stress, berada di lingkungan yang ribut-ramai,
berada di lingkungan yang mengalami perubahan temperatur ekstrim, masalah
dengan jadwal tidur-bangun seperti yang terjadi saat jetlag, efek samping
pengobatan
c. Insomnia kronis yaitu kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama
sebulan atau lebih. Salah satu penyebab chronic insomnia yang paling umum
adalah depresi. Penyebab lainnya bisa berupa arthritis, gangguan ginjal, gagal
jantung, sleep apnea, sindrom restless legs, Parkinson, dan hyperthyroidism.
Namun demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan oleh faktor perilaku,
termasuk penyalahgunaan caffein, alcohol, dan substansi lain, siklus tidur/bangun
yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari lainnya, dan stres
kronis
Bila ditinjau dari penyebabnya, Sindrom Insomnia dapat dibagi:
-
Gangguan afektif bipolar dan unipolar (episode mania atau depresi), gangguan
anxietas (panik dan fobia)
Sindrom Insomnia Organik
Hyperthyroidism, Putus Obat penekan SSP (benzodiazepine, phenobarbital,
narkotika), zat perangsang SSP (Caffein, Ephedrine, Amphetamine)
Sindrom Insomnia Situasional
Gangguan penyesuaian ditambah anxietas atau depresi, perubahan sleep-wake
shcedule (jetlag, workshift), Stress Psikososial
Sindrom Insomnia Penyerta
Gangguan fisik ditambah insomnia (painproducing illness, paroxysmal nocturnal
dyspnoe), Gangguan jiwa ditambah insomnia (Skizofenia, Paranoid)
Etiologi
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai
penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Sulit tidur
sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul bersamaan
dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan. Kadang
seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.
Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut.Beberapa orang tertidur
secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur
kembali.Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur.Terbangun
pada dini hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi.
Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik, mereka
tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur. Selain itu, perilaku di
bawah ini juga dapat menyebabkan insomnia pada beberapa orang:
Gejala
Penderita mengalami kesulitan untuk tertidur atau sering terjaga di malam hari dan sepanjang
hari merasakan kelelahan. Insomnia bisa dialami dengan berbagai cara:
- Sulit untuk tidur
- Tidak ada masalah untuk tidur namun mengalami kesulitan untuk tetap tidur (sering
bangun)
- Bangun terlalu awal
Kesulitan tidur hanyalah satu dari beberapa gejala insomnia. Gejala yang dialami waktu siang
hari adalah:
27
Mengantuk
Resah
Sulit berkonsentrasi
Sulit mengingat
Gampang tersinggung
Tatalaksana
Terapi insomnia merupakan salah satu terapi yang paling sulit pada gangguan tidur. Ketika
komponen yang dipelajari jelas, teknik deconditioning mungkin berguna. Pasien diminta
menggunakan tempat tidurnya hanya untuk tidur dan bukan untuk hal lain. Jika mereka tidak
tertidur setelah lima menit berada di tempat tidur, mereka di8minta segera bangun dan
melakukan hal yang lain. Apabila terapi ini tidak manjur maka diberikan obat anti-insomnia.
Obat anti-insomnia memiliki sinonim sebagai obat hipnotik. Golongan obat ini menyebabkan
depresi SSP menyeluruh. Agen ini dapat mengakibatkan peningkatan toleransi pada
penggunaan kronik dan memiliki kecenderungan ketergantungan psikologis maupun fisik.
Agen ini digunakan untuk penatalaksanaan jangka pendek pada berbagai tingkat anxietas dan
untuk mengobati insomnia. Berikut adalah sediaan obat anti-insomnia dan dosis anjuran:
No. Nama Generik
1.
Nitrazepam
Nama Dagang
DUMOLID (Alpharma)
Sediaan
Tab 5 mg
2.
STILNOX
(Sanofi-Aventis)
ZOLMIA (Fahrenheit)
ESILGAN (Takeda)
Tab 10 mg
Zolpidem
3.
Estazolam
.4
Flurazepam
DALMADORM
(Veleant)
Tab 10 mg
Tab 1 mg
Tab 2 mg
Tab 15 mg
Dosis Anjuran
5-10
mg/malam
10-20
mg/malam
1-2 mg/malam
15-20
mg/malam
Indikasi penggunaan obat golongan ini bila kita sudah menegakkan diagnostik gejala sasaran
(sindrom insomnia) yaitu:
- Membutuhkan waktu lebih dari jam untuk tertidur (trouble in falling asleep) atau tidur
kembali setelah terbangun (sleep continuity interruption) sehingga siklus tidur tidak utuh
dan menimbulkan keluhan gangguan kesehatan
- Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:
o Penurunan kemampuan kerja
o Hubungan sosial
o Melakukan kegiatan rutin
Mekanisme Kerja
Proses Tidur merupakan suatu siklus yang terdiri dari:
-
Pada keadaan:
-
Obat golongan benzodiazepine tidak menyebabkan REM Supression and Rebound. Pada
kasus depresi terjadi pengurangan delta sleep (gel delta <20%), sehingga tidak puas
tidurnya dan mudah terbangun. Pada awal depresi terjadi defisit REM Sleep (0-10%,
dimana pada orang normal sekitar 20%) yang menyebabkan tidur sering terbangun akibat
mimpi buruk (REM Sleep bertambah untuk mengatasi defisit) sehingga siklus tidur menjadi
tidak teratur. Obat anti-depresi (Trisiklik dan Tetrasiklik) menekan dan menghilangkan REM
Sleep dan meningkatkan Delta Sleep, mendadak dihentikan terjadi REM Rebound
dimana pasien akan mengalami mimpi buruk lagi.
Obat anti-insomnia memiliki sinonim sebagai obat hipnotik. Golongan obat ini menyebabkan
depresi SSP menyeluruh. Agen ini dapat mengakibatkan peningkatan toleransi pada
penggunaan kronik dan memiliki kecenderungan ketergantungan psikologis maupun fisik.
Agen ini digunakan untuk penatalaksanaan jangka pendek pada berbagai tingkat anxietas dan
untuk mengobati insomnia.
Profil Efek Samping
Supresi SSP pada saat tidur. Hati-hati pada pasien dengan insufisuensi pernapasan, uremia,
dan gangguan fungsi hati, karena keadaan tersebut terjai pemnurunan fungsi SSP dan dapat
memudahkan timbulnya koma. Pada pasien usia lanjut dapat terjadi oversedation sehingga
risiko jatuh dan trauma menjadi besar, yang sering terjadi adalah hip fracture. Efek
samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat insomnia (waktu paruh):
-
dapat
terjadi
Interaksi Obat
27
Obat Anti-insomnia + CNS depressant dapat menyebabkan potensial efek supresi SSP
yang dapat menyebabkan oversedation and respiratory failure
Obat golongan benzodiazepine tidak menginduksi enzim hepatic microsomal atau
produce protein binding displacement, sehingga jarang menimbulkan interaksi obat
yang digunakan untuk kondisi medik tertentu
Overdosis jarang menimbulkan kematian, tetapi bila disertai Alkohol atau CNS
Depressant lainnya, risiko kematian akan meningkat
27
Cara Penggunaan
- Initial Insomnia Sulit msuk ke dalam proses tidur. Obat yang dibutuhkan adalah
bersifat Sleep Inducing Anti-Insomnia, yaitu golongan benzodiazepine (Short Acting).
Misalnya gangguan anxietas
- Delayed Insomnia Proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk kembali ke
proses tidur selanjutnya. Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Prolong Latent Phase
Anti-Insomnia, yaitu golongan heterosiklik antidepressan (Trisiklik dan Tetrasiklik.
Misalnya gangguan depresi
- Broken Insomnia Siklus tidur yang normal tidak utuh dan terpecah-pecah menjadi
beberapa bagian (multiple awakening). Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Sleep
Maintaning Anti-Insomnia, yaitu golongan phenobarbital atau golongan benzodiazepine
(Long Acting). Misalnya gangguan stress psikososial.
Pengaturan Dosis
-
Lama Pemberian
- Pemakaian obat anti-insomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja tidak lebih dari 2
minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat
menimbulkan perubahan Sleep EEG yang menetap sekitar 6 bulan lamanya
- Kesulitan pemberhentian obat seringkali karena Psychological Dependence (habituasi)
sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan tidur dapat ditanggulangi
Perhatian Khusus
- Kontraindikasi
o Sleep Apnoe Syndrome
o Congestive Heart Failure
o Chronic Respiratory Disease
- Penggunaan benzodiazepin pada wanita hamil mempunyai risiko menimbulkan
teratogenik effect khususnya pada trimester pertama. Juga benzodiazepin dieksresi
melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP).
Obat-obat Hipnotik Sedatif yang beredar di Indonesia :
1.
Flurazepam
o Indikasi
Insomnia yang dikarakteristikkan dengan kesulitan tidur, sering terbangun malam
hari, dan/atau bangun terlalu pagi. Hanya untuk penggunaan jangka pendek (tidak
lebih dari 4 minggu) dan intermitten
o Kerja
27
- Depresi Tingkat subkortikal sistem saraf pusat, terutama dalam sistem limbik
dan formasi retikular
- Dapat meningkatkan efek penghambatan kuat neurotransmitter GABA di otak
sehingga mengakibatkan efek sedasi
o Farmakokinetik
- Absorbsi dengan cepat pada saluran pencernaan
- Distribusi secara luas, menembus barier darah otak dan plasenta, diekskresi
dalam ASI
o Farmakodinamik
Rute
PO
Awitan
15-45 menit
Puncak
30-60 menit
Durasi
7-8 Jam
Midazolam
Midazolam digunakan agar pemakai menjadi mengantuk atau tidur dan menghilangkan
kecemasan sebelum pasien melakukan operasi atau untuk tujuan lainnya Midazolam
kadang-kadang digunakan pada pasien di ruang ICU agar pasien menjadi pingsan. Hal
ini dilakukan agar pasien yang stres menjadi kooperatif dan mempermudahkan kerja alat
medis yang membantu pernafasan. Midazolam diberikan atas permintaan dokter dan
penggunaannya sesuai dengan resep dokter.
3.
Nitrazepam
Nitrazepam juga termasuk golongan Benzodiazepine. Nitrazepam bekerja pada reseptor
di otak (reseptor GABA) yang menyebabkan pelepasan senyawa kimia GABA (gamma
amino butyric acid). GABA adalah suatu senyawa kimia penghambat utama di otak yang
menyebabkan rasa kantuk dan mengontrol kecemasan. Nitrazepam bekerja dengan
meningkatkan aktivitas GABA, sehingga mengurangi fungsi otak pada area tertentu.
Dimana menimbulkan rasa kantuk, menghilangka rasa cemas, dan membuat otot
relaksasi. Nitrazepam biasanya digunakan untuk mengobati insomnia. Nitrazepam
mengurangi waktu terjaga sebelum tidur dan terbangun di malam hari, juga
meningkatkan panjangnnya waktu tidur. Seperti Nitrazepam ada dalam tubuh beberapa
jam, rasa kantuk bisa tetap terjadi sehari kemudian.
4.
Estazolam
Estazolam digunakan jangka pendek untuk membantu agar mudah tidur dan tetap tidur
sepanjang malam. Estazolam tersedia dalam bentuk tablet digunakan secara oral
diminum sebelum atau sesudah makan. Estazolam biasanya digunakan sebelum tidur bila
27
diperlukan. Penggunaannya harus sesuai dengan resep yang dibuat oleh dokter anda.
Estazolam dapat menyebabkan kecanduan. Jangan minum lebih dari dosis yang
diberikan, lebih sering, atau untuk waktu yang lebih lama dari pada petunjuk resep.
Toleransi bisa terjadi pada pemakaian jangka panjang dan berlebihan. Jangan gunakan
lebih dari 12 minggu atau berhenti menggunakannnya tanpa konsultasi dengan dokter.
Dokter anda akan mengurangi dosis secara bertahap. Anda akan mengalami sulit tidur
satu atau dua hari setelah berhenti menggunakan obat ini.
DEPRESI
1. Definisi
Depresi merupakan perasaan sedih yang bersifat patologis. Pada depresi terjadi gangguan
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk
perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa
putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri.
2. Epidemiologi
Gangguan depresi berat sekitar 25 % terjadi pada wanita. Terlepas dari kultur atau negara,
prevalensi gangguan depresi berat dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan lakilaki. Rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat kira-kira 40 tahun, 50 % dari
semua pasien mempunyai onset antara 20 dan 50 tahun. Pada umumnya gangguan depresi
berat terjadi paling sering pada orang tua yang tidak memiliki hubungan interpersonal
yang erat atau berpisah.
3. Etiologi
Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga faktor-faktor
dibawah ini berperan
a. Faktor Biologis
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi
berat adalah berhubungan dengan disregulasi pada amin biogenik (norepineprin dan
serotonin). Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi dan pada beberapa pasien
yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan
serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di
trombosit.
Faktor neurokimiawi lain seperti adenylate cyclase, phospotidylinositol dan regulasi
kalsium mungkin juga memiliki relevansi penyebab. Kelainan pada neuroendokrin
utama yang menarik perhatian dalam adalah sumbu adrenal, tiroid dan hormon
pertumbuhan. Neuroendokrin yang lain yakni penurunan sekresi nokturnal
melantonin, penurunan pelepasan prolaktin karena pemberian tryptopan, penurunan
kadar dasar folikel stimulating hormon (FSH), luteinizing hormon (LH) dan
penurunan kadar testoteron pada laki-laki.
b. Faktor Genetika
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita
gangguan depresi berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar daripada sanak
saudara derajat pertama subyek kontrol untuk penderita gangguan. Penelitian terhadap
27
anak kembar menunjukkan angka kesesuaian pada kembar monozigotik adalah kirakira 50 %, sedangkan pada kembar dizigotik mencapai 10 sampai 25 %.
c. Faktor psikososial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang telah lama
direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering
mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan
tersebut telah dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.
Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling
berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua
sebelum usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset
satu episode depresi adalah kehilangan pasangan.
Beberapa artikel teoritik dan dari banyak laporan, mempermasalahkan hubungan
fungsi keluarga dan onset dalam perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat
psikopatologi didalam keluarga mungkin mempengaruhi kecepatan pemulihan,
kembalinya gejala dan penyesuaian pasca pemulihan.
4. Patofisiologi
Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.
Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi impuls dapat
terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau
adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem
saraf pusat.
Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor
5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimiawi
depresi dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan.
Pada penelitian dibuktikan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena menurunnya
pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya kemampuan neurotransmisi serotogenik).
Beberapa peneliti menemukan bahwa selain serotonin terdapat pula sejumlah
neurotransmiter lain yang berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin
dan dopamin. Sehingga depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa
neurotransmiter aminergik pada sinaps neuron di otak, terutama pada sistem limbik. Oleh
karena itu teori biokimia depresi dapat diterangkan sebagai berikut:
- Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya kemampuan
neurotransmisi serotogenik.
- Menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin, terganggunya regulasi aktivitas
norepinefrin dan meningkatnya aktivitas alfa 2 adrenoreseptor presinaptik.
- Menurunnya aktivitas dopamin.
- Meningkatnya aktivitas asetilkolin.
Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya neurotransmisi akibat
kekurangan neurotransmitter di celah sinaps. Ini didukung oleh bukti-bukti klinis yang
menunjukkan adanya perbaikan depresi pada pemberian obat-obat golongan SSRI
(Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor) dan trisiklik yang menghambat re-uptake dari
neurotransmiter atau pemberian obat MAOI (Mono Amine Oxidasi Inhibitor) yang
menghambat katabolisme neurotransmiter oleh enzim monoamin oksidase.
27
Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang menyebutkan
bahwa terjadinya depresi disebabkan karena adanya aktivitas neurotransmisi serotogenik
yang berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau kelebihan serotonin semata.
Neurotransmisi yang berlebih ini mengakibatkan gangguan pada sistem serotonergik, jadi
depresi timbul karena dijumpai gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil.
Hipotesis yang belakangan ini dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan
SSRE (Selective Serotonin Re-uptake Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake
serotonin dan bukan menghambat. Dengan demikian maka turn over dari serotonin
menjadi lebih cepat dan sistem neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya
memperbaiki gejala-gejala depresi.
Mekanisme biokimiawi yang sudah diketahui tersebut menjadi dasar penggunaan dan
pengembangan obat-obat anti depresan. Obat depresi/ antidepresan / anti depresi adalah
obat yang digunakan untuk membantu orang yang mengalami depresi. Banyak orang
depresi membaik dengan pengobatan obat-obat depresi yang ada. Sebagian besar
antidepressan dipercaya bekerja dengan memperlambat pembuangan suatu zat-zat kimia
di dalam otak. Zat kimia ini disebut neurotransmiter. Neurotransmiter dibutuhkan untuk
fungsi normal otak. Antidepresan membantu orang depresi dengan memperbanyak zat
kimia alami yang tersedia di dalam otak.
Penegakkan diagnosa
a.
Gejala Utama
i. Afek depresif
ii. Kehilangan minat dan kegembiraan
27
Gejala lainnya
i. Kosentrasi dan perhatian berkurang
ii. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
iii. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
iv. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
v. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri
vi. Tidur terganggu
vii. Nafsu makan berkurang
c. Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat
o Episode Depresif Ringan (F32.0)
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
tersebut diatas
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukan
o Episode Depresif Sedang (F32.1)
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
pada episode depresi ringan
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan, dan urusan rumah tangga
o Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik (F32.2)
Semua gejala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di
antaranya harus berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan keigatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas
o Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut
diatas
27
6. Tatalaksana
Antidepresan digolongkan berdasarkan zat kimia di otak yang dipengaruhinya. Obat
depresi terbagi dalam golongan sebagai berikut:
a. Golongan penghambat pelepasan selektif Serotonin: Citalopram,
Fluoxetine, Paroxetine, Sertraline, Fluvoxamine Golongan obat depresi ini
lebih sedikit efek sampingnya dibanding yang lain. Efek samping dari
obat ini adalah mulut kering, mual, kecemasan, insomnia, masalah
seksual dan sakit kepala. Selama dua minggu pertama pengobatan, anda
mungkin bertambah sakit dan lebih cemas. Beberapa obat dapat
menimbukan pencernaan buruk, tapi anda dapat menghentikannya dengan
meminum obat sembari makan. Yang lebih serius dapat mempengaruhi
fungsi seksual..
b. Golongan
Trisiklik:
Amitriptyline,
Imipramine,
Nortriptyline,
Clomitramine. Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan mulut
kering, tremor ringan, detak jantung cepat, konstipasi, mengantuk, dan
bertambah berat badan. Khususnya pada penderita yang lebih tua, dapat
menyebabkan kebingungan, menjadi lambat atau terhenti sewaktu
berkemih, pingsan bila tekanan darah rendah, dan koma. Jika anda
mempunyai masalah detak jantung, ada baiknya anda tidak minum semua
golongan antidepresan. Pada pria dapat mengalami kesulitan untuk dan
mempertahankan ereksi, atau gagal ejakulasi. Golongan ini sangat
berbahaya bila overdosis.
c. Golongan penghambat pelepasan Serotonin dan Norepineprin:
Venlafaxine, Duloxetine. Efek samping mirip dengan golongan
penghambat pelepasan selektif Serotonin, tetapi Venlafaxine tidak
direkomendasikan pada penderita gangguan detak jantung, tekanan darah
tinggi atau masalah pada kadar garam pada darah mereka.
Obat ini dapat membantu jika golongan lain tidak dapat membantu tetapi
hanya boleh digunakan atas resep dokter kejiwaan yang berpengalaman
saja.
27
Norepineprin
dan
Dopamin
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, R. Gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress,
dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Hal
72-75
2. Maslim, R.Episode Depresif, dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas dari PPDGJ III. Hal 64-65
3. Townsend, M. Antidepresan, dalam Buku Saku Pedoman Obat dalam Keperawata
Psikiatri. Edisi 2. 2004. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.14
4. Townsend, M. Sedatif-Hipnotik, dalam Buku Saku Pedoman Obat dalam Keperawata
Psikiatri. Edisi 2. 2004. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.23
5. Maslim, R. Obat Anti Depresi, dalam Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Edisi Ketiga. 2007. Jakarta. Penerbit PT. Nuh Jaya. Hal. 23-30
6. Maslim, R. Obat Anti Depresi, dalam Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Edisi Ketiga. 2007. Jakarta. Penerbit PT. Nuh Jaya. Hal. 23-30
7. Maslim, R. Obat Anti Insomnia, dalam Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Edisi Ketiga. 2007. Jakarta. Penerbit PT. Nuh Jaya. Hal. 42-46
8. Kusumawardhani. Husain,B. Adikusumo, A. Damping, C. Gangguan Cemas
Menyeluruh, dalam Buku Ajar Psikiatri. 2010. Jakarta. Penerbit Buku Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.230-241
9. Kusumawardhani. Husain,B. Adikusumo, A. Damping, C. Gangguan Depresi, dalam
Buku Ajar Psikiatri. 2010. Jakarta. Penerbit Buku Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal.209-222
10. Sadock, B. Sadock, V. Gangguan Ansietas Menyeluruh, dalam Kaplan & Sadock
Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi Dua. 2010. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal
259-263
11. Sadock, B. Sadock, V. Gangguan Tidur, dalam Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis. Edisi Dua. 2010. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 339-341
12. Sadock, B. Sadock, V. Gangguan Mood/Suasana Perasaan, dalam Kaplan & Sadock
Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi Dua. 2010. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Hal
189-196
13. Soewadi. Simtomatologi dalam psikiatri. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran
UGM; 1999. hal. 51
14. Mycek, Mary J. Farmakologi. Jakarta: Widya Medika, 2001. Hal. 120.
15. http://medicastore.com/apotik_online/obat_saraf_otot/obat_depresan.htm
16. Insomnia, diunduh dari www.wikipedia.com
27