Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK TUTORIAL 1

SKENARIO 1
Blok XVI









Tutor : dr. Maria Estela K

Anggota :
Triana Linda Larasati (G1A108015)
Dina Rahayu S (G1A108016)
Siti Annisa Nurfathia (G1A108013)
Erick Gunawan S (G1A108008)
Andharu Primayudha I (G1A108009)
Eka Sepriani (G1A108026)
Lilis Sulistiawati (G1A108030)
Merta Arum Prastika (G1A108031)





Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Jambi
2010/2011

2
SKENARIO
Tn, Y, 45 tahun, seorang wiraswasta yang diketahui usahanya mengalami kebangkrutan
setahun yang lalu, sejak 4 bulan terakhir ini mengeluh insomnia dan sering merasa cemas,
gelisah, jantung berdebar-debar kencang dan nyeri ulu hati.
Hubungan dengan istri juga mengalami gangguan, penderita mengalami ejakulasi dini dan
lekas marah. Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan dokter tidak
menunjukan adanya kelainan.
Tuntutan hidup yang besar membuat 2 minggu terakhir insomnia semakin parah, penderita
merasa depresi, kehilangan minat dan kegembiraaan, sosialisasi dan perawatan diri juga agak
berkurang. Apa yang terjadi dan bagaimana seharusnya Tn.Y bersikap dalam kesulitan yang
dialaminya?

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Insomnia ::
Gangguan tidur dimana adanya kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan dalam
mempertahankan tidur atau tidak cukup tidur.

2. Cemas ::
Perasaan keprihatinan, ketidakpastian dan ketakutan tanpa stimulus yang jelas dan
dikaitkan dengan perubahan fisiologis (takikardi, tremor dll)

3. Gelisah ::
Rasa tidak nyaman atau khawatir yang berlebihan.

4. Ejakulasi Dini ::
Ejakulasi yang terjadi sebelum ejakulasi itu diharapkan terjadi oleh orang yang
bersangkutan.

5. Depresi ::
Rasa sedih berlebihan, berkepanjangan disertai gangguan fungsi pekerjaan sosial.




3
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tn.Y, 45 tahun, seorang wiraswasta yang diketahui usahanya mengalami
kebangkrutan setahun yang lalu, sejak 4 bulan terakhir ini mengeluh insomnia dan
sering merasa cemas, gelisah, jantung berdebar-debar kencang dan nyeri ulu hati.
2. Hubungan dengan istri juga mengalami gangguan, penderita mengalami ejakulasi dini
dan lekas marah.
3. Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan dokter tidak
menunjukan adanya kelainan.
4. Tuntutan hidup yang besar membuat 2 minggu terakhir insomnia semakin parah,
penderita merasa depresi, kehilangan minat dan kegembiraaan, sosialisasi dan
perawatan diri juga agak berkurang.
5. Apa yang terjadi dan bagaimana seharusnya Tn.Y bersikap dalam kesulitan yang
dialaminya?


Tabel identifikasi masalah
No
Objective Expected Concern
1 I Senjang
2 II Senjang
3 III Senjang
4 IV Senjang
5 V Senjang



4
ANALISIS MASALAH

I
1. Mengapa Tn. Y mengalami insomnia?
J awab ::
Adanya stessor ketegangan pikiran mempengaruhi sistem saraf pusat terjadi
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmiter dan sistem pemberi signal
intraneuronal terjadi ketidakseimbangan pelepasan norepinefrin dan serotonin
penurunan aktivitas norepinefrin dan serotonin gangguan tidur insomnia

2. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan insomnia?
J awab ::
a. Faktor Psikologi
b. Problem Psikiatri
c. Sakit Fisik
d. Faktor Lingkungan
e. Gaya Hidup

a. Bagaimana klasifikasi dari insomnia?
J awab ::
Pembagian atas terjadinya penyakit ::
Insomnia Primer
Keluhan subjektif mengenai tidur yang buruk,tidak cukup, tidak dapat
dipertahankan yang berlangsung selam 1 bulan berhubungan dengan distres
ataupun hendaya dan tanpa berhubungan dengan gangguan tidur lainnya, mental
dan medis,ataupun efek fisiologis dari zat.
Insomnia Sekunder
- Berhubungan dengan gangguan mental emosional yang lainnya
- Berhubungan dengan gangguan/keadaan medis umum.
- Berhubungan dengan efek langsung obat ataupun zat-zat tertentu.
Zat-zat tersebut antara lain: beta agonis (terbutaline), dekstroamfetamin,
metilfenidate, pengobatan hormonal (steroid), beta blocker, alkohol, kopi dan
nikotin.

Berdasarkan waktu terjadinya ::
Insomnia Akut berlangsung dari 1 malam sampai beberapa minggu dan ini
diperkirakan 30% dari pada populasi dewasa selama setahun.
Insomnia Kronik berlangsung lebih lama, terjadi paling sedikit 3 malam / minggu
selama 1 bulan atau lebih. Hal ini dialami oleh 10 15% dari populasi dewasa.

b. Apa saja jenis gangguan tidur?
J awab ::

5
Disomnia ::
Insomnia
Adalah kesulitan untuk tidur, sulit untuk mempertahankan tidur, bangun terlalu
pagi, atau bangun di pagi hari namun tidak segar.
Hipersomnia
Adalah tidur yang mubajir.
Parasomnia
Adalah perilaku abnormal yang terjadi selama tidur.
Gangguan jadwal tidur dan bangun
Ini dilihat pada orang yang mengubah siang dan malamnya.

Parasomnia :: nightmare, teror tidur, sleep walking.

c. Bagaimana fisiologis dari tidur?
J awab ::
Tidur merupakan suatu keadaan dibawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan
dengan pemberian rangsangan sensorik atau dengan rangsangan lainnya. Tidur Terjadi
dalam beberapa mekanisme, yaitu:
o Adanya rangsangan pada Nuclei Rafe yang terletak diseparuh bagian bawah pons
dan medulla serat-serat saraf menyebar ke formatio retikularis, ke atas menuju
thalamus, neokorteks hipotalamus dan sebagian besar pada sistem limbik pada
ujung-ujung serat saraf tersebut terdapat serotonin yang berperan dalam proses
tidur.
o Perangsangan pada area dalam nuclei traktus solitarius (merupakan region
sensorik nedulla dan pons) yang dilewati sinyal sensorik visceral yang
memasuki otak melalui saraf IX dan X keadaan tidur.
o Adanya rangkaian SSP dan batang otak saling menghambat dan mengaktifkan
neuron area locus ceruleus dan norepinefrin mencetuskan terjadinya tidur.

Tipe-tipe tidur, yaitu ::
Tidur terdiri atas dua keadaan fisiologis : nonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye
movement (REM).
Pada tidur NREM, yang terdiri atas tahap 1 sampai 4, sebagian besar fungsi
fisiologis sangat berkurang dibandingkan dengan keadaan terjaga.
Tidur REM merupakan jenis tidur yang secara kualitatif berbeda, ditandai dengan
tingginya aktivitas otak dan tingkat aktivitas fisiologis yang menyerupai tingkat
aktivitas saat terjaga.
Hal yang sangat penting dalam tidur REM :
Tidur REM biasanya disertai mimpi yang aktif dan pergerakan otot tubuh
yang aktif.
Seseorang lebih sukar dibangunkan oleh rangsangan sensorik selama
tidur gelombang lambat, namun orang-orang terbangun secara spontan
dipagihari sewaktu episode tidur REM.

6
Tonus otot diseluruh tubuh sangat berkurang, dan ini menunjukkan
adanya hambatan yang kuat pada area pengaturan otot dispinal.
Frekuensi denyut jantung dan pernafasan biasanya menjadi iregular, dan
ini merupakan sifat dari keadaan tidur dengan mimpi.
Walaupun ada hambatan yang sangat kuat pada otot-otot perifer, masih
timbul pergerakan otot yang tidak teratur. Keadaan ini khususnya
mencakup pergerakan mata yang cepat.
Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif, dan metabolisme diseluruh otak
menjadi meningkat sebanyak 20%. Pada elektroensefalogram (EEG) terlihat
pola gelombang otak yang serupa dengan yang terjadi selama keadaan siaga.
Tidur tipe ini disebut juga tidur paradoksikal karena hal ini bersifat paradoks,
yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya meningkat.

Tidur adalah keadaan organisme yang teratur, berulang dan mudah dibalikkan
yang ditandai oleh relative tidak bergerak dan peningkatan besar ambang
respons terhadap stimuli eksternal relative dari keadaan terjaga.monitoring ketat
pada tidur adalah suatu bagian penting dari praktek klinis, karena gangguan
tidur sering kali merupakan gejala awal dari penyakit mental yang mengancam.
Saat seorang tertidur, gelombang otaknya mengalami perubahan karakteristik
tertentu.
1

Elektroensefalogram (EEG) saat terjaga ditandai oleh gelombang alfa
dengan frekuensi 8 12 siklus perdetik dan aktivitas tegangan rendah dari
frekuensi campuran
Saat seorang tertidur Aktivitas alfa mulai menghilang
o Stadium 1 (stadium tidur yang paling ringan) ditandai aktifitas teratur
tegangan rendah dan dengan frekuensi 3-7 siklus perdetik setelah
beberapa detik atau menit masuk ke stadium 2.
o Stadium 2 suatu pola gelombang yang menunjukkan pencatatan
berbentuk pilin (spindle shaped) yang kerap dengan frekuensi 12 14
siklus perdetik (sleep spindle), lambat dan trifasik yang dikenal sebagai
kompleks K.
o Stadium 3 segera setelahnya, gelombang delta yaitu aktivitas
tegangan tinggi dengan frekuensi 0,5 2,5 perdetik membuat
penampakan dan menghabiskan kurang dari 50 % pencatatan.
o Stadium 4 gelombang delta menghabiskan > dari 50 % catatan
rekaman

7

Gambar 01 : gambaran EEG

d. Apa dampak dari insomnia pada penderita?
J awab ::
Kekacauan ego
Halusinasi, waham
Iritabilitas, letargi
Lemah penampilan, penurunan asupan makan
Berat badan menurun
Suhu tubuh menurun
NE plasma meningkat dan tiroksin plasma menurun

e. Bagaimana penatalaksanaan insomnia?
J awab ::
1. Singkirkan atau terapi penyebab insomnia tersebut bila ada.
2. Latih kebiasaan tidur yang baik.
Pertahankan waktu tidur yang teratur, gunakan kamar tidur hanya untuk tidur, jaga
agar ruangan gelap, tenang dan dingin. Kembangkan ritual tidur satu jam sebelum
tidur. Bangun pada waktu yang sama setiap pagi. Latihan/ olah raga yang teratur
pada siang hari tetapi tidak dilakukan setelah makan malam. Hindari aktivitas mental
yang terlampau bersemangat pada saat menjelang malam. Coba makan-makanan

8
ringan pada saat akan tidur ( mis. Susu hangat sangat baik karna mengandung
triptofan ).
3. Psikoterapi
Keberhasilan mengatasi insomnia, sangat tergantung dari kemampuan pasien untuk
santai dan belajar bagaimana cara-cara tidur yang benar. Terapi perilaku bisa
menyembuhkan insomnia kronik dan terapi ini efektif untuk segala usia, terutama
pada pasien usia tua.
4. Herbal
Bahan-bahan seperti valerian (untuk relaksasi otot), melatonin (untuk gangguan
irama sirkadian seperti jetlag). Melatonin menurunkan fase tidur laten, meningkatkan
efisiensi tidur, dan meningkatkan persentasi tidur REM (Rapid Eye Movement), dan
chamomile (untuk mengurangi kecemasan) banyak dipakai untuk terapi insomnia.
5. Terapi cahaya
Prinsip terapi ini adalah bahwa cahaya terang dapat mengurangi rasa mengantuk dan
kegelapan bisa menyebabkan mengantuk.
6. Farmakoterapi
Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk meningkatkan
kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan derajat kewaspadaan pada
siang harinya dan untuk menghilangkan hyperarousal state. Sayangnya, banyak dosis
obat hipnotik yang dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas tidur pada malam hari
juga menyebabkan sedasi pada siang harinya. Untuk menghindari komplikasi ini,
short acting benzodiazepine dapat digunakan. Obat hipnotik long acting bisa
mengganggu kualitas psikomotorik yang bisa menyebabkan kecelakaan yang
berhubungan dengan kendaraan bermotor

f. Bagaiaman cara pemberian obat pada insomnia?
J awab ::
Terapi obat pada kasus insomnia yang dialami Tn. Y disini diakibatkan karena adanya
depresi, sehingga bila depresi nya di tatalaksana maka insomnianya akan hilang.
Terapi dengan obat-obatan hipnotik sedatif harus dimulai dengan dosis kecil dan untuk
maintenancenya menggunakan dosis efektif yang terkecil serta digunakan hanya untuk
waktu yang terbatas. Efek toleransi terjadi pada penggunaan kebanyakan obat hipnotik,
karena itu penggunaan obat ini tidak boleh lebih dari 2 minggu, jika masih tetap harus
mengkonsumsi maka berhenti mengkonsumsi obat atau mengkonsumsinya 2-3x/minggu.
Rebound insomnia bisa terjadi jika penghentian obat dilakukan secara mendadak. Untuk
menghindari efek ini, digunakan obat dengan dosis kecil dan tappering off.

g. Mengapa Tn. Y mengalami cemas dan gelisah?
J awab ::
Adanya stressor gagal melakukan adaptasi terhadap stressor terjadi perubahan
keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberi sinyal intraneuronal
terjadinya perubahan pada pengaturan sistem adrenegik regulasi dari reseptor
adrenergik beta norepinefrin bersama dengan serotonin sinyal di kirim ke

9
korteks serebri, sistem limbik (amigdala dan hipokampus), batang otak dan medulla
spinalis respon rasa takut yang berlebih cemas dan gelisah.

h. Mengapa Tn. Y mengalami jantung berdebar kencang?
J awab ::
Adanya ansietas akan menyebakan terjadinya stimulasi system saraf otonom, maka akan
menimbulkan gejala tertentu, misalnya kardiovaskular (takikardi), muscular (sakit
kepala), gastrointestinal (diare), pernafasan (takipneu).
Mekanisme ::
Stresor mekan epineprin/mekan norepineprin vasokonstriksi terjadi hipoksia
dijaringan perifer mekan CO HR

i. Mengapa Tn. Y mengalami nyeri ulu hati?
J awab ::
Akibat adanya gangguan psikologis berupa cemas dan depresi terjadi perubahan
keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberi signal intraneuronal
terjadi perubahan dapt berupa hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak
sinaptik pengaruh pada faktor biologik terjadi disregulasi heterogen pada amin
biogenik terjadi aktivasi adregenic alfayang berlokasi pada neuron serotogenik
mengatur jumlah serotonin penurunan serotonin stimulasi saraf otonom
meningkatkan tonus simpatis peningkatan kerja lambung peningkatan produksi
HCL nyeri ulu hati

j. Apa hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialaminya?
J awab ::
Kebangkrutan di duga merupakan stressor atau pencetus atau penyebab kelainan
sikologis pada kasus ini. Adapun stressor-stressor pada gangguan sikologis adalah
stressor biologis, stressor biologis, stressor psikologis, stressor social.
Pada kasus ini stressor yang berperan pada keluhan Tn. Y yaitu stressor psikologis dan
social.

k. Apa hubungan dari usia dengan keluhan yang dialaminya?
J awab ::
Pada usia 20 50 tahun merupakan suatu kondisi yang labil, dimana tingkat stressnya
lebih tinggi, sehingga terkadang mereka tidak dapat beradaptasi terhadap permasalahan
(stressor) yang terjadi di hidupnya.

II
1. Apa yang menyebabkan menyebabkan ejakulasi dini?
J awab ::
Penyebab ejakulasi dini dianggap sebagai faktor psikologis, walaupun tidak seorang pun
tahu penyebab sesungguhnya. Faktor yang mempengaruhinya adalah ::
o Fisik, yaitu penyakit seperti hipertrofi prostat, sering olahraga.

10
o Cacat atau psikis
o Ekonomi
o Gen, yaitu adanya penurunan serotonin atau serotonin tidak ada.
o Hormonal

Sedangkan jenis ejakulasi dini, yaitu ::
a. Ejakulasi Dini Primer
- Pria tidak pernah mengalami hubungan seksual sebelumnya juga tidak pernah
mengalami ejakulasi dini, gangguan emosional yang sangat kuat kemungkinan
terjadi dan penyebabnya dapat beragam.
- Respon terkondisi akibat masturbasi pada masa remaja, namun, seringkali pasien
mengalami kecemasan yang mendalam mengenai sex atau pengalaman traumatic
yang dialami pada masa perkembangan. Contoh dapat berupa inses, pelecehan
sexual, konflik dengan orang tua, atau gangguan serius lainnya.
b. Ejakulasi dini sekunder
- Kecemasan merupakan faktor utama terjadinya ejakulasi dini sekunder.
- Tekanan performa (misal, ketakutan akan kegagalan memuaskan pasangan )
dapat timbul dengan beragam kejadian pemicu.
- Pasien takut ereksinya tidak bertahan atau membayangkan kegagalan, hal
demikian dapat memicu ejakulasi dini.

2. Mengapa mengalami ejakulasi dini?
J awab ::
Adanya faktor stressor depresi mempengaruhi kepuasan nafsu dan kepercayaan
diri ejakulasi dini.

3. Apakah ada hubungan antara masalah hubungan dengan istri dengan keluhan yang
dialaminya?
J awab ::
Ada, keluhan tersebut yang mempengaruhi hubungannya dengan istri sehingga
hubungannya pun jadi tidak baik.

4. Mengapa Tn. Y lekas marah?
J awab ::
Karena dalam kasus ini, pasien mengalami gagalnya beradaptasi dengan stressor
sehingga mudah menimbulkan emosi yang meledak-ledak.
Sebenarnya dalam menhadapai stressor itu orang akan berespon dalam dua macam cara
yaitu :
1. Berusaha menghadapi adaptasi. Bila adaptasi itu berhasil dilakukan, maka orang
tersebut akan berada dalam keadaan homeostasis, sehingga ia akan berada dalam
keadaan sehat
2. Berusaha melakukan adaptasi tetapi gagal. Akibatnya stress dialaminya berubah
menjadi distress yang kemudian menimbulkan berbagai simtom baik fisik maupun
mental. Bahkan dapat menimbulkan kematian mendadak.

11

Adanya stressor gagal melakukan adaptasi terhadap stressor terjadi perubahan
keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberi sinyal intraneuronal
terjadinya perubahan pada pengaturan sistem adrenegik regulasi dari reseptor
adrenergik beta serotonin pada nuclei rafe di batang otak pars rostalis impuls ke
korteks serebri (frontalis dan temporal) dan sistem limbik gangguan fungsi
pengendalian diri dan pengendalian emosi lekas marah.


III
1. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan?
J awab ::
Pemeriksaan yang sudah dilakukan, kemungkinan adalah : vital sign, pemeriksaan fisik
torakal dan abdomen lengkap. Sedangkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
EKG, dan Rontgent.

2. Tujuan pemeriksaan fisik dan penunjang?
J awab ::
Untuk menyingkirkan defferential diagnosis
Untuk menentukan gangguan fungsi fisik akibat gangguan psikologis yang dialami
pasien
Untuk membantu penegakkan diagnosis


IV
1. Apa hubungan tuntutan hidup yang besar 2 minggu terakhir dengan insomnia yang
semakin parah?
J awab ::
Karena adanya tuntutan hidup yang besar menambah stressor pada Tn. Y berlebih
sehingga menimbulkan keluhan yang makin berat dan bertambah banyak.

2. Mengapa depresi?
J awab ::
Adanya stressor gagal melakukan adaptasi terhadap stressor terjadi perubahan
keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberi sinyal intraneuronal
terjadinya perubahan pada pengaturan sistem adrenegik regulasi dari reseptor
adrenergik beta norepinefrin dan serotonin impuls dikirim ke sistem limbik
gangguan emosional Depresif.

3. Bagaimana kriteria dan klasifikasi depresi?
J awab ::


12
Kriteria Depresi Menurut PPDGJ III ::
Gejala utama
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas

Gejala lainnya
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang

Klasifikasi ::
F32.0 Episode Depresif Ringan
o Sekurang-kurangnya harus ada dua dari 3 gejala utama depresi seperti
tersebut diatas
o Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
o Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
o Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang kurangnya sekitar 2
minggu.
o Hanya sedikit kesulitan pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukan.
o Karakter ke lima : F32.00 = Tanpa gejala somatik dan F32.01 dengan
gejala somatik

F32.1 Episode Depresif Sedang
o Sekurang-kurangnya harus ada dua dari 3 gejala utama
o Ditambah sekurang-kurangnya 3 dari gejala lainnya
o Lama seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
o Mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga.
Karakter ke lima : F32.10 = Tanpa gejala somatik dan F32.11 dengan gejala
somatik.

F32.2 Episode Depresif berat tanpa gejala psikotik
o Semua 3 gejala utama depresi harus ada
o Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa gejala
diantaranya harus berintensitas berat.

13
o Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian
secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat
dibenarkan.
o Paling sedikit telah berlangsung dua minggu atau gejala amat berat dan
onset sangat cepat.
o Sangat tidak mungkin melakukan pekerjaan atau urusan rumah tangga dan
kegiatan sosial kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

F32.3 Episode Depresif berat dengan gejala psikotik
o Episode depresif berat memenuhi kriteria episode depresi berat tanpa
gejala psikotik.
o Waham, halusinasi atau stupor depresif

F32.8 Episode Depresif lainnya
F32.9 Episode Depresif YTT

4. Mengapa kehilangan minat dan kegembiraan?
J awab ::
Adanya stressor gagal melakukan adaptasi terhadap stressor terjadi perubahan
keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberi sinyal intraneuronal
terjadinya perubahan pada pengaturan sistem adrenegik regulasi dari reseptor
adrenergik beta dopamin pada substansia nigra (mengatur minat dan konsentrasi)
mempengaruhi traktus dopaminergik impuls diteruskan ke sistem limbik hilangnya
minat dan kegembiraan.

v
1. Apa yang terjadi pada Tn. Y?
J awab ::
Tn. Y mengalami gangguan depresif sedang (F.32.1) dengan gejala somatik (F.32.11).

2. Bagaimana seharusnya Tn.Y bersikap dalam kesulitan yang dialaminya?
J awab ::
Seharusnya Tn.Y melakukan pendekatan psikoterapi berupa terapi kognitif atau
modifikasi perilaku, selain itu untuk mengatasi tuntutan hidup yang berta Tn.Y harus
secepatnya mencari pekerjaan baru, sehingga tidak terjadi akibat-akibat yang tidak
diinginkan seperti gangguan pada hubungan rumah tangganya, gangguan psikoseksual.
Selain itu dapat juga mengkonsumsi obat-obatan hipnotif sedatif yang sesuai dengan
keperluan dan indikasi.

3. Bagaimana cara pendekatan (manajemen) pada pasien ini?
J awab ::

14
1. Penderita diberi kesempatan untuk mengemukakan keluhan keluhannya
2. Psikoterapi suportif dan disertai bantuan memecahkan problem yang dihadapi.
Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap
gangguan mental emosional, pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar
terjadi keseimbangan dalam diri individu tersebut. Dalam melakukan
psikoterapi sangat diperlukan hubungan yang baik antara dokter dengan
pasien
4
.

Tujuan Psikoterapi suportif :
o Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya
o Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang
lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri.
o Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan.

Indikasi Psikoterapi Suportif
o Digunakan untuk semua jenis gangguan jiwa.

Beberapa jenis Psikoterapi Suportif
a. Ventilasi (katarsis)
Psikoterapi ventilasi adalah bentuk psikoterapi yang member
kesempatan seluas luasnya kepada penderita untuk
mengemukakan isi hatinya dan sebagai hasilnya ia akan
merasa lega serta keluhannya akan berkurang.
Sikap terapis Menjadi pendengar yang baik dan penuh
pengertian.
Topik Pembicaraan permasalahan yang menjadi stress
psikologik utama.

b. Persuasi
Persuasi adalah psikoterapi suportif yang dilakukan dengan
menerangkan secara masuk akal tentang gejala gejala
penyakitnya yang timbul sebagai akibat cara berpikir,
perasaan, dan sikapnya terhadap permasalahan yang
dihadapinya.
Sikap terapis :
terapis berusaha membangun, mengubah, dan
menguatkan impuls tertentu serta membebaskannya
dari impuls yang mengganggu secara masuk akal dan
sesuai hati nurani.
Berusaha menyakinkan pasien dengan alasan yang
masuk akal bahwa gejalanya akan hilang.
Topik pembicaraan : Ide dan kebiasaan pasien yang
mengarah pada terjadinya gejala.

15

c. Psikoterapi Reassurance
Psikoterapi Reassurance adalah psikoterapi yang berusaha
menyakinkan kembali kemampuan pasien, bahwa ia sanggup
mengatasi masalah yang dihadapinya.
Sikap terapis menyakinkan dengan tegas dengan
menunjukkan hasil hasil yang telah dicapai pasien.
Topik Pembicaraan pengalaman pasien yang beehasil
secara nyata.

d. Psikoterapi Sugestif
Psikoterapi Sugestif adalah psikoterapi yang berusaha
menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejala gejala
gangguannya akan hilang.
Sikap terapis Menyakinkan dengan tegas bahwa gejala
pasien pasti hilang.
Topik pembicaraan gejala gejala bukan karena kerusakan
organic/ fisik. Dan timbul gejala gejala tersebut tidak logis.

e. Bimbingan
Bimbingan adalah psikoterapi yangmemberikan nasehat
nasehat praktis dan khusus yang berhubungan dengan
masalah kesehatan jiwa pasien, agar ia lebih mampu
mengatasi masalah tersebut.
Sikap terapis menyampaikan nasihat dengan penuh
wibawa dan pengertian.
Topik pembicaraan cara hubungan antar manusia, cara
berkomunikasi, cara bekerja dan belajar yang baik.

f. Penyuluhan
Penyuluhan adalah psikoterapi yang membantu pasien
mengerti dirinya sendiri secara lebih baik, agar ia dapat
mengatasi permasalahannya dan dapat menyesuaikan diri.
Sikap terapis menyampaikan secara halus dan penuh
kearifan
Topik pembicaraan masalah pendidikan, pekerjaan,
pernikahan, pribadi.







16
KERANGKA KONSEP


HIPOTESIS
Tn. Y (45 tahun) mengalami depresi sedang dengan gangguan
psikosomatik

Aksis I :: F32.1 Episode Depresif Sedang
F.32.11 dengan Gejala Somatik
Aksis II :: Tidak di diagnosis
Aksis III :: None
Aksis IV :: Masalah Pekerjaan
Aksis V :: 80 71 ( gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, dll )

Learning issue
Problem What I Know What I dont Know
What I Have
to Prove
How Will I
Learn
Depresi
Definisi
Klasifikasi
Etiologi
Patogenesis
DD
Diagnosis

Text Book
Jurnal
Internet

17
Epidemiologi
Manifestasi Klinis

Penatalaksanaan
Prognosis

Tanya Pakar
Insomnia
Definisi
Klasifikasi
Etiologi
Epidemiologi
Manifestasi Klinis
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Dampak



SINTESIS
Insomnia
Definisi
Merupakan masalah tidur yang paling umum yang secara sederhana didefinisikan sebagai
tidur yang buruk dan bisa diwujudkan oleh :
kesulitan untuk tidur,
sulit untuk mempertahankan tidur,
bangun terlalu pagi,
atau bangun di pagi hari namun tidak segar.

Etiologi
a. Faktor Psikologi
Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis
kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab
insomnia transient.
c. Problem Psikiatri
Depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak
diingininkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi, Cemas, Neorosa, dan
gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.
d. Sakit Fisik
Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang
tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau
sakit fisik tersebut belum dapat ditanggulangi dengan baik, gangguan tidur atau sulit
tidur akan dapat tetap dapat terjadi.
e. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta api,
pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.
f. Gaya Hidup
Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga
dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.


18
Epidemiologi
Rata-rata usia sekitar 40 tahunan. Hampir 50 persen awitan diantara usia 20-50 tahun.
Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa anak atau lanjut usia. Data terkini
menunjukkan, gangguan depresi berat di usia kurang 20 tahun. Mungkin berhubungan
dengan meningkatnya penggunaan alcohol dan penyalahgunaan zat dalam kelompok usia
tertentu.

Patofisiologi
Adanya stessor ketegangan pikiran mempengaruhi sistem saraf pusat terjadi
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmiter dan sistem pemberi signal
intraneuronal terjadi ketidakseimbangan pelepasan norepinefrin dan serotonin penurunan
aktivitas norepinefrin dan serotonin gangguan tidur insomnia

Manifestasi Klinis
Adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang
buruk.
Gangguan minimal 3x dalam seminggu selama minimal satu bulan.
Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap
akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari.
Ketidak-puasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan
yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.

Dampak/ Komplikasi
a. Efek fisiologis. Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat
peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan
produksi melatonin.
b. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable,
kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
c. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
d. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
keluarga.
e. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin
disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka
harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia
mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit.
Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar
untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.


Depresi

19
Definisi
Satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

Etiologi
1) Faktor organobiologi
Amin biogenic
Norepinefrin
Dopamine
Serotonin
2) Faktor genetik
3) Faktor psikososial
4) Faktor kepribadian
5) Faktor psikodinamik pada depresi

Epidemiologi
Gangguan depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidup sekitar
15 persen. Perempuan dapat mencapai 25 persen. Sekitar 10 persen perawatan primer dan 15
persen dirawat di rumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2 persen.
Pada usia remaja didapatkan prevalensi 5 persen dari komunitas memiliki gangguan depresif
ringan.
Perempuan dua kali lipat lebih besar disbanding laki-laki. Diduga adanya perbedaan
hormone, pengaryh melahirkan, perbedaan stressor psikososial dan model prilaku yang
dipelajari tentang ketidak berdayaan.

Patogenesis dan Patofisiologi




20
Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
Gejala utama
1) Afek depresif
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
3) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (ras lelah
yang nyata, sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala tambahan
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6) Tidur terganggu
7) Nafsu makan berkurang

Klasifikasi ::
F32.0 Episode Depresif Ringan
o Sekurang-kurangnya harus ada dua dari 3 gejala utama depresi seperti
tersebut diatas
o Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
o Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
o Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang kurangnya sekitar 2
minggu.
o Hanya sedikit kesulitan pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukan.
o Karakter ke lima : F32.00 = Tanpa gejala somatik dan F32.01 dengan
gejala somatik

F32.1 Episode Depresif Sedang
o Sekurang-kurangnya harus ada dua dari 3 gejala utama
o Ditambah sekurang-kurangnya 3 dari gejala lainnya
o Lama seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
o Mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga.
Karakter ke lima : F32.10 = Tanpa gejala somatik dan F32.11 dengan gejala
somatik.

F32.2 Episode Depresif berat tanpa gejala psikotik
o Semua 3 gejala utama depresi harus ada
o Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa gejala
diantaranya harus berintensitas berat.
o Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk

21
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian
secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat
dibenarkan.
o Paling sedikit telah berlangsung dua minggu atau gejala amat berat dan
onset sangat cepat.
o Sangat tidak mungkin melakukan pekerjaan atau urusan rumah tangga dan
kegiatan sosial kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

F32.3 Episode Depresif berat dengan gejala psikotik
o Episode depresif berat memenuhi kriteria episode depresi berat tanpa
gejala psikotik.
o Waham, halusinasi atau stupor depresif

F32.8 Episode Depresif lainnya
F32.9 Episode Depresif YTT

Penegakan Diagnosa
1. Anamnesis
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dan dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2)
hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif
berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif
berulang (F33.-)

2. PEMERIKSAAN FISIK
i. Tanda Vital :
ii. Nadi
iii. RR
iv. Tekanan darah
v. Suhu

3. PEMERIKSAAN PSIKIATRI
i. Deskripsi umum
ii. Mood, afek dan perasaan
iii. Bicara
iv. Gangguan persepsi
v. Pikiran, dll

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
i. Dexamethasone suppression test (DST)
ii. Peningkatan kortisol serum
iii. Penurunan MHPG urin dan 5-HIAA cairan secebrospinal

22
iv. Uji stimulasi TRH
v. Gangguan tidur
vi. Uji tantangan stimulant

Penatalaksanaan
Psikoterapi
Tujuan tatalaksana:
Keselamatan pasien harus terjamin
Kelengkapan evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan
Rencana terapi bukan hanya untuk gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien ke depan
juga harus diperhatikan.

Psikoterapi adalah pengobatan terpilih untuk gangguan kepribadian depresif. Pasien berespon
terhadap psikoterapi berorientasi tilikan, dan karena tes realitas pasien adalah baik, mereka
mampu menggali tilikan ke dalam psikodinamika penyakitnya dan memahami efeknya pada
hubungan interpersonal mereka. Terapi kemungkinan berlangsung lama. Terapi kognitif
membantu pasien mengerti manifestasi kognitif dan perasaan rendah diri dan pesimisme
mereka. Jenis psikoterapi lain yang berguna adalah psikoterapi kelompok dan terapi
interpersonal. Beberapa orang berespons terhadap tindakan menolong diri sendiri.

Farmakoterapi
Obat antidepresi bila dianggap perlu ::
Pertimbangkan pemberian antidepresan jika suasana perasaan sedih atau kehilangan minat
menonjol selama 2 minggu dan 4 atau lebih gejala berikut ditemukan:
Kelelahan atau kehilangan tenaga
Konsentrasi kurang
Agitasi atau pelambatan gerak dan pembicaraan
Gangguan tidur, khususnya terbangun dini hari dan tidak bias tidur kembali
Pikiran tentang kematian atau bunuh diri
Rasa bersalah atau menyalahkan diri
Nafsu makan terganggu

Obat antidepresi yang diberikan :
Pada farmakoterapi digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan dibagi dalam
beberapa golongan yaitu:
5
1. Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan
opipramol.
2. Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.
3. Mono-Amine-Oxydase Inhibitor (MAOI) seperti : moclobemide.
4. Antidepresan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
5. Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI), seperti : sertraline, paroxetine,
fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.

Mekanisme kerja

23
Mekanisme kerja obat anti-depresi adalah:

Menghambat re-uptake aminergic neurotransmitter
Menghambat penghancuran

Efek samping obat
Efek samping obat anti-depresi dapat berupa:

Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif menurun, dll)
Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardia, dl)
Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)
Efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomania)

Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari penderita), biasanya
berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan dengan dosis yang sama.
Pada keadaan overdosis/intoksikasi trisiklik dapat timbul Atropine Toxic Syndrome
dengan gejala: eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic confulsional state
(confusion, delirium, disorientation).

Tindakan untuk keadaan tersebut:

- Gastric lavage (hemodialisis tidak bermanfaat oleh karena obat trisiklik bersifat
protein binding forced dieresis juga tidak bermanfaat oleh karena renal exrection of
tree drug rendah)
- Diazepam 10 mg (im) untuk mengatasi konvulsi
- Prostigmine 0,5 1,0 mg (im) untuk mengatasi efek anti-kolinergik (dapat diulangi
setiap 30-40 menit sampai gejala mereda)
- Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung

Pemilihan obat
Pada dasarnya semua obat anti-depresi mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada
dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping).

Nama obat Antikolinergik Sedasi
Hipotensi
orthostatik
Ket.
Amitriptyline
Imipramine
Clomipramine
Trazodone
Maprotiline
Mianserin
Amoxapine
Tianeptine
Meclobemide
+ + +
+ + +
+ +
+
+
+
+
+ / -
+ / -
+ + +
+ +
+ +
+ + +
+ +
+ +
+
+ / -
+ / -
+ + +
+ +
+
+
+
+
+ +
+ / -
+
+++ = berat
++ = sedang
+ = ringan
+/- = tidak
ada/ minimal
sekali
= non spesifik
serotonin


24
Sertraline
Paroxetine
Fluvoxamine
fluoxetine
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
= spesifik
serotonin

Pemilihan jenis obat anti-depresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek
samping dan penyesuain efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu,
jenis depresi).

Mengingat profil efek samping, untuk penggunaan pada sindrom depresi ringan dan
sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan umum kesehatan umum, pemilihan
obat anti depresi sebaiknya mengikuti urutan (step care).

Step 1 : golongan SSRI (sertaline, ect)
Step 2 : golongan trisiklik (Amitriptyline, etc)
Step 3 : golongan tetrasiklik (maprotiline, etc)
golongan atypical (trazodone)
golongan MAOI (moclobemide)
Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya sangat minimal
(meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa digunakan pada berbagai kondisi medik),
spectrum efek anti-depresi luas, dan gejala putus obat minimal, serta lethal dose yang
tinggi (>6000 mg) sehingga relatif aman.
Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang cukup
(sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua, golongan trisiklik, yang
spektrum anti depresinya juga luas tetapi efek sampingnya relatif lebih berat.

Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spectrum anti depresi
yang lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan dibandingkan trisiklik, yang teringan
adalah golongan MAOI.

Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAOI membutuhkan
waktu 2-4 minggu istirahat untuk washout period guna mencegah timbulnya serotonin
malignant syndrome.


Pemberian Dosis ::
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
efek sekunder (efek samping) : sekitar 12-24 jam
waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari).

Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu:
1. Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I.
Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV,
100 mg/hari pada hari V dan VI.
2. Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif
kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7 sampai
15 hari (miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari.

25
3. Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan.
Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai dosis
pemeliharaan.
4. Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis
pemeliharaan dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.
5. Tapering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating dosage.
Misalnya amytriptylin 150 mg/hari 100 mg/hari selama 1 minggu, 100 mg/hari 75
mg/hari selama 1 minggu, 75 mg/hari 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari 25
mg/hari selama 1 minggu.
Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian sindrom
depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.


Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one
hour before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan
dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan.

Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan dalam jangka panjang oleh karena
addiction potential-nya sangat minimal.


Kegagalan terapi
Kegagalan terapi pada umumnya disebabkan:

Kepatuhan pasien menggunakan obta (compliance), yang dapat hilang oleh karena
adanya efek samping, perlu diberikan edukasi dan informasi
Pengaturan dosis obat belum adekuat
Tidak cukup lama mempertahankan pada dosis minimal
Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh presepsi pasien yang tendensi negative,
sehingga penilaian menjadi bias.

Kontraindikasi
Kontraindikasi obat anti depresan yaitu:

Penyakit jantung koroner, MCI, khususnya pada usia lanjut
Galukoma, retensi urin, hipertofi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsi
Pada penggunaan obat lithium, kelainan fungsi jantung, ginjal dan kelenjar tiroid
Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan menggunakan TCA, resikoteratogenik besar
(khususnya trimester 1) dan TCA dieksresi melalui ASI.


o ECT; terapi untuk depresi berat.
o Terapi Simptomatik; terapi untuk mengurangi penderitaan pasien dengan berbagai
gejala yang mengganggu kualitas hidupnya.

Komplikasi
Menurunkan kualitas hidup
Mencetuskan dan memperlambat penyembuhan atau memperberat penyakit fisik
Meningkatkan beban ekonomi

26

Prognosis
Prognosis baik : jika episode ringan, tidak ada gejala psikotik, singkatnya rawat inap,
indikator psikososial meliputi mempunyai teman akrab selama masa remaja, fungsi keluarga
stabil, lima tahun sebelum sakit secara umum funsi social baik. Sebagai tambahan, tidak ada
komorbiditas dengan gangguan psikiatri lain, tidak lebih dari sekali rawat inap dengan
depresi berat, onsetnya awal pada usia lanjut.
Prognosis buruk : depresi berat bersamaan dengan distmik, penyalahgunaan alcohol
dan zat lain, ditemukan gejala gangguan cemas, ada riwayat lebih dari sekali episode depresi
sebelumnya.










27
DAFTAR PUSTAKA

1
Dorlan,W.A.Newman ; alih bahasa , Huriawati, Hartanto, dkk ;editor edisi bahasa
indonesia, Huriawati, Hartanto, dkk; 2002: Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29,
Jakarta, EGC

2
A.Price, Sylvia. 2005. Buku Ajar Patofisiologi Konsep Klinis Proses proses
penyakit. Edisi ke 9. Volume 2. Jakarta : EGC.

3
Sadock B, Sadock V A. Kaplan & Sadock, Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2010. Hal

4
Maslim, Rusdi SpKJ. 2007. Panduan Praktis: Pengguanaan Klinis Obat Psikotropik,
Edisi Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai