PENDAHULUAN
Menurut Panteri dalam Purwanto , tidur adalah suatu fenomena biologis yang terkait
dengan irama alam semesta, irama sirkadian yang bersiklus 24 jam, terbit dan
terbenamnya matahari, waktu malam dan siang hari, tidur merupakan kebutuhan manusia
yang teratur dan berulang untuk menghilangkan kelelahan jasmani dan kelelahan mental.
Fisiologi tidur dapat diterapkan melalui gambaran aktivitas sel-sel otak selama tidur,
dan dapat direkam dengan elektroensefalograf (EEG). Untuk merekam otak orang yang
sedang tidur, digunakan poligrafi EEG. Stadium I dan II disebut sebagai tidur ringan,
sedangkan Stadium III dan IV sebagai tidur dalam. Stadium I, II, III, dan IV disebut
Gangguan tidur bisa mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur atau bisa
fungsi siang hari dan sejumlah perawatan medis, kejiwaan dan masalah psikososial8.
Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal ini juga sesuai
dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan dan Sadock melaporkan
kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita gangguan tidur. Gangguan tidur
alcohol4.
Masalah tidur ini bisa disebabkan berbagai faktor, di antaranya karena hormonal,
obat-obatan, dan kejiwaan. Bisa juga karena faktor luar misalnya tekanan batin,
suasana kamar tidur yang tidak nyaman, ribut atau perubahan waktu karena harus
kerja malam1
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Gangguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan
pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua
lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang
2.2 EPIDEMIOLOGI
menunjukkan bahwa wanita, orang tua, dan orang-orang dengan masalah kesehatan
a. Jenis kelamin
insomnia antara jenis kelamin melaporkan prevalensi yang lebih tinggi pada
wanita. Rasio wanita terhadap laki-laki sekitar 1,5 / 1. Hal ini terutama berlaku
saat membandingkan wanita pre atau postmenopause dengan pria dengan usia
yang sama. Salah satu gejala premenopause yang paling umum pada wanita
berusia antara 35 sampai 55 adalah insomnia. Namun ada penelitian lain yang
pada remaja perempuan, bila dibandingkan dengan rakan pria usia yang cocok.
b. Usia
Usia lanjut dianggap sebagai faktor risiko untuk terjadinya insomnia. Gejala
insomnia dilaporkan lebih dari sepertiga dari populasi berusia 65 dan lebih tua.
2
atas peningkatan insomnia yang sering dilaporkan di usia lanjut orang-orang.
prevalensi gejala insomnia pada lansia sehat sama dengan yang diamati pada
c. Faktor lain
tinggi juga telah dilaporkan di antara orang dewasa bujang, janda, atau orang
tentang tidur yang kurang baik terutama pada wanita. Psikososial stres
tampaknya menjadi faktor risiko insomnia juga. Kesehatan fisik yang buruk
juga dikaitkan dengan prevalensi insomnia yang lebih tinggi seperti kesehatan
3
2.3 ETIOLOGI
kecemasan atau stres psikologis. Seringkali kualitas insomnia seseorang dan gejala
ketidakmampuan seseorang untuk tidur. Bangun awal di pagi hari bisa menjadi
kesedihan dan perubahan nafsu makan atau berat badan. Di sisi lain, penurunan kadar
tidur secara dramatis yang disertai dengan peningkatan energi, atau kurangnya
obsesif-kompulsif (OCD) sering dikaitkan dengan kurang tidur. Serangan panik saat
tidur mungkin akan menimbulkan gangguan panik. Tidur yang buruk akibat mimpi
buruk mungkin terkait dengan gangguan stres posttraumatik. Penyalahgunaan zat juga
bisa menyebabkan masalah dengan tidur. Sementara alkohol memberikan efek sedasi
dalam jumlah tertentu, intoksikasi alkohol bisa membuat anda terbangun berkali-kali
di malam hari dan mengganggu pola tidur. Obat-obatan seperti LSD, ekstasi, Molly
dan ganja juga terkait dengan gangguan tidur. Beberapa obat penenang dapat
menyebabkan masalah tidur yang serius pada orang yang kecanduan atau withdrawal.
Kurang tidur telah terbukti secara signifikan memperburuk gejala bagi kebanyakan
masalah kesehatan mental. Masalah tidur yang parah dapat menurunkan keefektifan
pengobatan tertentu6.
4
2.4 FISIOLOGIS TIDUR
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu
dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama
sirkadian,4.
Tidur tidak dapat diartikan sebagai meanifestasi proses deaktivasi sistem Saraf Pusat. Saat
tidur, susunan saraf pusat masih bekerja dimana neuron-neuron di substansia retikularis ventral
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada
substansia ventrikulo retikularis batang otak yang disebut sebagai pusat tidur (sleep center).
bagian rostral batang otak disebut sebagai pusat penggugah (arousal center) ,4.
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu
diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi
secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16- 20
jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan
kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan
5
dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan.
Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang
gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih
berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari
Tahap ini lebih dalam dari sebelumnya. Pada tahap ini individu sulit untuk
dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan
diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit. Gambaran EEG terdapat lebih
Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat
lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan
energi fisik. Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan
sangat restorative bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan
energik di siang hari. Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung antara 70 menit.
sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam
pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat
menjelang pagi atau bangun. Selama tidur REM, mata bergerak cepat ke berbagai
6
arah, walaupun kelopak mata tetap tertutup. Pernafasan juga menjadi lebih cepat,
Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100
menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya
berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi
atau bangun4.
Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot
yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat
menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi
neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini
pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4
bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini
sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awall tidur
yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan
- NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium 4 :
13%
- REM; 25 %.
Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM
terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami
7
hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah.
Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit4.
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus
dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan
keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis
dapat terganggu4.
Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-rata
timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100 menit setelah seseorang
tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur NREM tingkat I
dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi
jantung dan nafas tidak teratur (pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang
cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit dibangunkan daripada tidur
gelombang lambat atau NREM. Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat
dipengaruhi oleh sistem yang disebut Reticular Activity System. Bila aktivitas
Reticular Activity System ini meningkat maka orang tersebut dalam keadaan sadar jika
aktivitas Reticular Activity System menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur.
Aktivitas Reticular Activity System (RAS) ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas
histaminergik4.
8
2.5 GAMBARAN KLINIS
Secara konsisten terbangun beberapa kali pada malam hari dan mengalami
Sering mengantuk pada tengah hari, menguap, bahkan tertidur saat sedang
beraktivitas.
Sering mengorok dengan kencang saat tidur atau berhenti bernapas beberapa saat.
Sering mimpi sambil berjalan, bicara, atau melakukan gerakan seperti yang
perkiraan etiologic. Tiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV adalah
gangguan tidur primer, gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan tidur
mental lain, dan gangguan tidur lain, khususnya gangguan tidur akibat kondisi medis
9
Dissomnia adalah suatu kelompok gangguan tidur yang heterogen termasuk :
(i) insomnia primer, (ii) hipersomnia primer, (iii) narkolepsi, (iv) gangguan tidur
yang berhubungan dengan pernafasan dan (v) gangguan tidur irama sirkadian.
i. Insomnia primer
Ditandai dengan:
lainnya
mental lainnya
waktu. Misalnya, seseorang yang saat ini mengeluh sulit masuk tidur
impairmentnya bermakna8.
10
Hipersomnia primer merupakan rasa kantuk yang berlebihan sepanjang
alat berat9.
iii. Narkolepsi
melihat tempat
bisa membahayakan diri sendiri atau orang lain. Misalnya pada saat
2000 orang. Gejalanya dapat mencakup kantuk siang hari yang kronis,
serangan rasa lemah pada otot, halusinasi seperti kehidupan dan lumpuh
11
saat tertidur atau waktu bangun. Pengobatan dan perubahan gaya hidup
iv. Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan atau sleep apnea
syndrome
episode apenea atau hypopnea pada saat tidur. Apneaa dapat disebabkan
adalah berhentinya aliran udara pada hidung dan mulut walaupun dengan
dan lama tidur misalnya karena perjalanan melintasi zona waktu yang
12
ini dapat mengeluh insomnia pada waktu tertentu (misalnya malam
hari) dan tidur berlebihan pada siang hari sehingga terjadi gangguan
mimpi menakutkan (nightmare disorder), (ii) gangguan terror tidur, dan (iii)
Gangguan tidur teror berarti perasaan teror yang sangat kuat dan panik
cenderung terjadi cukup cepat setelah masuk tidur. Dua pertiga dari waktu,
dengan mimpi buruk yang merupakan mimpi yang hidup saat tidur REM.
Saat teror malam terjadi pada gelombang tidur perlahan (seperti berjalan
dalam tidur), hanya ada sedikit penarikan. Seseorang yang melalui teror
malam bisa membuat suara bising, menjerit, bergerak tubuh mereka dan
memiliki getaran dan keringat. Orang yang ada teror malam yang sering
tidur berjalan juga. Faktor pendahulunya dan pemicu mirip dengan yang
13
berjalan dalam tidur. Tidak jarang menemukan orang dewasa yang masih
malam selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Selama serangan, relatif
sekurangnya satu bulan. Gangguan tidur yang disertai keletihan pada siang hari
siang hari selama sekurangnya satu bulan seperti yang ditunjukkan oleh episode
tidur yang memanjang atau episode tidur siang hari yang terjadi hamper setiap
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi social, pekerjaan atau fungsi
penting lain3.
14
Gangguan tidur terkait gangguan mental lain yaitu terdapatnya keluhan
gangguan tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan mental lain
(sering karena gangguan mood) tetapi tidak memenuhi syarat untuk ditegakkan
bangun. Gangguan tidur ini terdiri dari : Insomnia terkait aksis I atau II dan
Gangguan akibat kondisi medic umum yaitu adanya keluhan gangguan tidur
yang menonjol yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medic
Gangguan tidur akibat zat yaitu adanya keluhan tidur yang menonjol akibat
evaluasi bentuk gangguan tidur yang spesifik, gangguan mental saat ini, kondisi
medic umum, dan zat atau medikasi yang digunakan perlu dilakukan8.
Anamnesis
tidur dan pasangan tidurnya, karena bisa terjadi salah satu faktor gangguan tidur.
1. Riwayat tidur
Keluhan pasien (onset, durasi, frekuensi, keparahan). Cari tahu stressor dsn
Pola gejala, masa, faktor pencetus dan apa yang dilakukan untuk
menguranginya?
15
Perlakuan pasien saat tidur, mimpi atau mimpi buruk, episode terjaga dan
kualitas tidur.
2. Rutin harian
Persiapan tidur
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara keseluruhan harus dilakukan, fokus pada fungsi pernapasan,
16
Pemeriksaan psikologik
Sekiranya pasien diduga mempunyai masalah gangguan jiwa, metode assesmen harus
bulan;
siang hari;
dan pekerjaan
Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi tidak
tersendiri.
gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak
17
di sini, dapat dimasukkan dalam Reaksi Stres Akut (F43.0) atau Gangguan
Penyesuaian (F43.2).
a) Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan
kurang), dan atau transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur
b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau
dan pekerjaan;
d) Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa
Bila hypersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa lain,
18
a) Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama (out of synchrony) dengan
Adanya gejala gangguan jiwa lain, seperti anxietas, depresi, hipomania, tidak
yang penting adanya dominasi gambaran klinis gangguan ini pada penderita.
Apabila gejala gangguan jiwa lain cukup jelas dan menetap harus dibuat
a) Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat
tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-
staring face), relatif tak memberi respons terhadap upaya orang lain
19
untuk mempengaruhi keadaan atau untuk berkomunikasi dengan
a) Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai
c) Secara relative tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk
berulang;
20
e) Tidak ada bukti adanya gangguan mental organic
Terror tidur harus dibedakan dari Mimpi Buruk (F51.5), yang biasanya terjadi
setiap saat dalam tidur, mudah dibangunkan, dan teringat dengan jelas
kejadiannya.
a) Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi
yang menakutkan yang dapat diingat kembali dengan rinci dan jelas
harga diri; terbangunnya dapat terjadi kapan saja selama periode tidur,
Sangat penting untuk membedakan mimpi buruk dari terror tidur, dengan
1. Farmakologik
i. Benzodiazepine
sangat efektif untuk menginduksi tidur. Obat ini berkerja pada reseptor
21
benzodiazepin, yang mana meningkatkan inhibisi GABA didalam sistem
saraf pusat. Namun, toleransi dan kebergantungan obat bisa terjadi dalam
utama untuk mengatasi insomnia baik primer maupun sekunder. Obat hipnotik
jangka pendek. Dosis harus kecil dan durasi pemberian harus singkat.
Benzodiazepine dapat direkomendasikan untuk dua atau tiga hari dan dapat
diulang tidak lebih dari tiga kali. Penggunaan jangka panjang dapat
merupakan obat pilihan untuk membantu orang-orang yang sulit masuk tidur.
rendah untuk terjadinya kebergantungan dan toleransi. Namun, obat ini bisa
22
No Nama generik Nama dagang Sediaan Dosis anjuran
ZOLMIA Tab 10 mg
ZOLTA Tab 10 mg
iii. Antidepresan
Mekanisme kerja obat ini adalah menghambat reuptake aminergic
berkurang, dan meningkatkan dalamnya tidur. Latensi REM, total waktu tidur,
23
No Nama generik Nama dagang Sediaan Dosis anjuran
1 Amitriptyline AMITRIPTYLINE Drag 25mg 75-300 mg/h
TRILIN Tab 25mg
2 Tianeptine STABLON Tab 12,5mg 25-50 mg
3. Maprotiline SANDEPRIL-50 Tab 50mg 100-225 mg/h
4. Sertralline ZOLOFT Tab 50 mg 50- 100 mg/h
FATRAL Tab 50 mg
ANEXIN Tab 50 mg
FRIDEP Tab 50 mg
SERNADE Tab 50 mg
DEPTRAL Tab 50 mg
SERLOF Tab 50 mg
ZERUN Tab 50 mg
untuk gangguan tidur. Efek nya berkurang dalam jangka masa lama dan
kadangkala menimbulkan rasa oleng. Nyeri kepala adalah efek samping obat
24
beberapa pasien tapi penggunaannya harus hati-hati karena dapat menginduksi
delirium8.
0,25mg atau jenis benzodiazepine lainnya yang bekerja cepat dan hilang cepat
pasien usia lanjut dengan insomnia dan depresi, diberikan antidepresan jenis
2. Non farmakologi
25
lingkungan. Untuk mereka yang mempunyai pola tidur yang normal,
terdapat asosiatif positif antara masa, rasa kantuk dan jatuh tidur.
tidur apabila mulai rasa kantuk dan segala aktivitas selain tidur adalah
tidak dibenarkan termasuk hubungan seks. Pasien juga tidak bisa tidur
masa yang lama untuk tidur diatas katil, dan bisa terjaga dengan sangat
cepat. Proses mengurangi masa tidur diatas katil memberikan rehat yang
menyediakan diari tidur dan mengira rata-rata durasi tidur. Untuk minggu
pertama, pasien hanya dibenarkan tidur pada malam hari dan dilarang
untuk tidur pada siang hari samasekali. Waktu tidur bisa diubah sedikit
26
iii. Memberi dukungan buat pasien
terapi CBT, dan kesannya kekal untuk jangka panjang. Terapi ini
lama.
27
3. Strategi spesifik
Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut
kosong
Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, suram, aman dan enak.
ii. Kronoterapi
iii.Terapi cahaya
masa pada lampu bisa diubah sehingga waktu kepuasan untuk terjaga
terjaga yang lama, terapi ini bisa digunakan untuk memperlama tidur.
28
iv.Melatonin
29
BAB 3
KESIMPULAN
dapat berfungsi dengan baik. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling
sering ditemukan. Sekitar 67% lansia mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur
yang paling sering ditemukan pada lansia yaitu insomnia, gangguan ritmik tidur,
dan apnea tidur. Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi
empat kelompok yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan
mental lain, gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan tidur
pendekatan komprehensif terhadap seluruh kondisi kesehatan fisik dan mentalnya dan
perludiberikan dengan dimulai dosis efektif paling kecil sehingga tidak menimbulkan
efek kumulatif3.
30
DAFTAR PUSTAKA
141-147.
Digital Publishing.
3. Prayitno, A. (2002). Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut dan
8. Amir, N. (2007). Gangguan Tidur pada Lanjut Usia. Cermin Dunia Kedokteran No.
157, 196-206.
9. Triamiyono, H. (2014). Upaya Mengatasi Rasa Kantuk di Kelas dalam Proses Belajar
10. Wongvipat, N. (1999, December). Bangun dari Tidur yang Menyehatkan. Retrieved
31
11. Supriyatno, B., & Deviani, R. (2005). Obstructive sleep apnea syndrome pada Anak.
12. Knott, L. (2014, August 12). Nightmare Disorder. Retrieved December 21, 2017,
13. Sleepwalking & Night Terrors The Non-REM Parasomnias. (2013). Retrieved
December 21, 2017, from Woolcock: Leaders in Breathing & Sleep Research:
https://woolcock.org.au/
14. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa – Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III dan DSM-
32