Anda di halaman 1dari 28

Study on Post Mortem Wound Dating

by Gross and Histopathological


Examination of Abrasion

Oleh:
Didi Yudha T.
Roikhatul Khusniyah
Asfarina Prihandini

pembimbing:
dr. Tutik Purwanti, sp.F
sMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK RS BHAYANGKARA KEDIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
2
Sebuah Penelitian Pada Usia Luka Lecet Postmortem dengan Melihat
Langsung dan Pemeriksaan Histopatologi

Abstrak
■ Pendahuluan: Luka lecet merupakan cedera benda tumpul
yang paling sering. Penentuan usia cedera yang tepat
sangat penting dalam praktik kedokteran forensik. Seperti
yang kita ketahui, penyembuhan luka terjadi dalam proses
yang terkoordinasi baik, terdiri dari inflamasi, proliferasi, dan
maturasi. Suatu studi tentang terjadinya fase-fase seperti itu
akan membantu dalam memahami urutan kejadian dalam
penyembuhan luka. Dalam konteks ini, studi tentang
penentuan usia luka dengan melihat langsung dan
mikroskopis ini dilakukan.

3
■ Bahan dan Metode: Studi post mortem tentang
penentuan usia luka dengan pemeriksaan melalui
Hello! secara langsung dan histopatologi
pengamatan
dilakukan di Departemen Kedokteran Forensik, di M.S.
Ramaiah Medical College. Sebanyak 101 luka lecet
berkorelasi dengan waktu terjadinya menyebabkan
perubahan yang berbeda-beda dan perubahan
mikroskopik yang sesuai dengan trauma tumpulnya. Usia
luka lecet mulai dari 0 jam hingga maksimal 45 hari.

4
■ Hasil: Perubahan tampak mata luka lecet berkorelasi dengan
perubahan mikroskopis; Namun, kondisi komorbid
memberikan peran yang signifikan dengan hasil yang
bervariasi, tergantung dari proses penyembuhan yang telah
terjadi.

■ Kesimpulan: Penelitian ini menandakan bahwa, jika


pemeriksaan dengan mata telanjang diteliti bersama dengan
pemeriksaan histopatologi, Reabilitas dan akurasipenentuan
usia luka dapat meningkat. Setiap kali penentuan usia yang
akurat diperlukan, ahli bedah otopsi dapat mengambil sampel
untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi dan mengkorelasi
hasilnya sebelum memberikan pendapat mengenai usia
cedera.

5
■ Pendahuluan
Sebuah luka atau cedera didefinisikan sebagai kerusakan
pada bagian tubuh manapun akibat adanya kekuatan
mekanik. Cedera mekanis mungkin karena gaya tumpul, benda
tajam, atau senjata api. Kematian karena trauma tumpul
akibat kecelakaan lalu lintas jalan, jatuh dari ketinggian,
serangan, dan sebagainya adalah kasus paling umum yang
dihadapi oleh ahli forensik. Dimana pada jenis luka, situs,
ukuran, pola, dan sifat luka seperti antemortem atau
postmortem harus dipastikan, selain itu, usia luka memiliki
peran penting dalam patologi forensik. Cedera benda tumpul
dijumpai baik yang hidup maupun yang mati, yang mungkin
memiliki arti medikolegal.

6
■ Tiga manifestasi cedera tumpul adalah lecet, laserasi, dan
kontusi. Di antaranya, luka lecet paling sering dijumpai cedera
tumpul. Respon tubuh terhadap trauma beragam dan
dipengaruhi oleh variabel yang tak terhitung banyaknya.
Penyembuhan luka kulit dimulai segera setelah cedera dan
terdiri dari 3 fase: inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Karena
hasil yang tidak pasti dan variabel dari pemeriksaan luka yang
berat, penting untuk mempelajari luka secara mikroskopis.
Mengorelasi penampilan kasar dengan perubahan histologis
luka masih sangat diperlukan meskipun metode canggih
seperti histokimia dan imunohistokimia untuk menentukan
usia luka.

7
■ Oleh karena itu, penelitian ini melakukan tentang penentuan
usia luka dari pemeriksaan luka lecet secara kasar dan
mikroskopis diambil untuk melihat keakuratan penentuan usia
luka dengan membandingkan dengan usia yang ditentukan
oleh perubahan warna dan pemeriksaan mikroskopis dengan
waktu terjadinya cedera untuk diinformasikan dengan catatan
polisi, catatan rumah sakit, saksi mata, atau kerabat dan
teman.

8
■ Bahan dan Metode
Penelitian ini dilakukan di Departemen Kedokteran Forensik,
M.S. Ramaiah Medical College dari tanggal Oktober 2011
sampai Maret 2013 selama periode waktu 18 bulan. Sebanyak
101 sampel setelah memenuhi kriteria inklusi diambil dalam
penelitian. Data yang dikumpulkan mengenai waktu cedera,
waktu kematian, dan komorbiditas terkait.Yang termasuk
dalam kriteria inklusi adalah kasus-kasus yang diketahui
waktu terjadinya cedera. Kriteria eksklusinya adalah jenazah
yang telah mengalami proses pembusukan.

9
■ Kemudian, cedera dikelompokan di bawah 7 interval waktu
yang berbeda— 0 – 4 jam ,4 – 12 jam,12 – 24 jam, dan 24
hingga 72 jam, 4 – 6 haridan 7 - 14 hari; dan lebih dari 2
minggu — berdasarkan periode korban dapat bertahan hidup
setelah mendapatkan cedera. Daerah-daerah cedera yang
representatif dengan kulit normal yang berdekatan diambil
sampelnya bersama dengan sampel kontrol dari jaringan luka
yang lebih dekat yang diambil dan disimpan dalam 10%
formalin kemudian diblok menggunakan paraffin. Kemudian
dilakukan pewarnaan menggunakan hematoxylin dan eosin
(sering disingkat sebagai H & E). Kemudian, slide dilihat di
bawah mikroskop. Pewarnaan Von Gieson dilakukan bila
diperlukan untuk mengkonfirmasi keberadaan jaringan
kolagen.

10
Hasil dan Diskusi

Sebanyak 101 sampel diambil untuk penelitian. Dalam


penelitian, dari 101 kasus, 89 kasus (88,1%) adalah laki-laki
karena mereka lebih ke kegiatan di luar ruangan seperti
mengemudi kendaraan, kerja buruh, dan sebagainya, dan 12
kasus yang tersisa (11,9%) adalah perempuan.

11
Di antara 101 kasus, 29 kasus (24,6%) berusia 0 hingga 4
jam, 11 kasus (9,3%) adalah durasi 4 hingga 12 jam, 10
kasus (8,5%) adalah 12 hingga 24 jam, 18 kasus ( 15,3%)
berusia 24 hingga 72 jam, 8 kasus (6,8%) berusia 4 hingga 6
hari, 16 kasus (13,6%) berusia 7 hingga 14 hari, dan 9 kasus
sisanya (7,6%) lebih dari 2 minggu lama (Gbr. 1).

12
■ 101 luka lecet dipelajari (Tabel 2), di antaranya 33 (32,7%) menunjukkan
merah terang, 22 (21,8%) menunjukkan keropeng kemerahan, 16 (15,8%)
menunjukkan keropeng kecoklatan, 3 (3,0%) menunjukkan keropeng coklat
gelap, 10 (9,9%) menunjukkan keropeng hitam, dan pada 13 cedera (12,9%),
keropeng hampir terlepas. Dalam 4 cedera (4,0%), keropeng telah rontok
sepenuhnya.
■ Warna merah terang diamati pada 33 lecet; 29 (87,9%) dari cedera ini
berusia 0 hingga 4 jam. Kemerahan terang diamati paling awal pada 10
menit dan terbaru hingga 5 jam.Keropeng kemerahan tercatat pada 22
cedera, Keropeng kemerahan diamati paling awal pada 6 jam dan terbaru
13
hingga 68 jam.
10 menit – 5 jam 6 jam – 68 jam 18 jam – 132 jam

Merah terang Kemerahan Kecoklatan

7-14 hari, >2 44 jam, 97-144 jam


4-6 hari, 14 hari,
minggu, 45 hari
>2 minggu
Hampir Coklat gelap
Hitam
terlepas
Bertahan selama 5-35 hari Awal: wajah (banyak vaskular)

11 hari, > 2 minggu,


17 hari, 27 hari
Terlepas

14
15
Perubahan Mikroskopis
(0) Perdarahan dan atau kemacetan pembuluh darah, (1) kongesti pembuluh dan atau perdarahan,
(2) Marginasi polimorf, (3) Infiltrasi polimorf awal, (4) Infiltrasi polimorf yang menonjol,
(5) Infiltrasi sel mononuclear, (6) infiltrasi mononuklear yang dominan, (7) Deposisi jaringan granulasi,
17
(8) Jaringan kolagen, (9) Fase regresi, (10) pembentukan pustule terorganisir kaya polimorf
18
A picture is worth a
19 thousand words
Korelasi Perubahan Tampak dengan
Perubahan Mikroskopis
(0) Perdarahan dan atau kemacetan pembuluh darah, (1) kongesti pembuluh dan atau perdarahan,
(2) Marginasi polimorf, (3) Infiltrasi polimorf awal, (4) Infiltrasi polimorf yang menonjol,
(5) Infiltrasi sel mononuclear, (6) infiltrasi mononuklear yang dominan, (7) Deposisi jaringan granulasi,
21
(8) Jaringan kolagen, (9) Fase regresi, (10) pembentukan pustule terorganisir kaya polimorf
22
Maps
our office

Cedera 4 hingga 6 hari, 2 (25%) dari 8 luka lecet menunjukkan


keropeng coklat gelap  studi histologis, 5 (62,5%)
menunjukkan jaringan granulasi  usia cedera menjadi lebih
23
dari 4 hari.
Cedera >2 minggu  3 (33,3%) dari 9 lecet, keropeng terlepas
sepenuhnya  studi histologis, 66,7% cedera menunjukkan
jaringan kolagen padat dengan penurunan reaksi seluler.

24
Kesimpulan

■ Pada pemeriksaan kasar, warna merah terang terlihat


pada cedera kurang dari 5 jam.
■ Keropeng merah terlihat hingga 68 jam.
■ Keropeng coklat terlihat setelah 18 jam.
■ Keropeng coklat gelap diamati hanya setelah 44 jam.
■ Keropeng hitam diamati pada cedera lebih dari 5 hari.
■ Butuh setidaknya 6 hari untuk keropeng terlepas sampai
ke margin dan 11 hari untuk lepas sepenuhnya.

25
■ Pada pemeriksaan mikroskopik, perdarahan dan koagulasi
pembuluh darah terlihat pada cedera kurang dari 14 jam.
■ Infiltrasi sel polimorf dominan hanya diamati setelah 6 jam.
■ Infiltrasi sel mononuklear diamati pada cedera lebih dari 1
hari.
■ Jaringan granulasi terlihat setelah 72 jam
■ Pembentukan jaringan koloid diamati setelah 4 hari

26
■ Di antara lesi usia 4 hingga 6 hari, akurasi penanggalan
luka meningkat dari 25% menjadi 62,5%;
■ Pada lesi yang berusia lebih dari 2 minggu, akurasi
meningkat dari 33,3% menjadi 66,7%

27
Peran Kondisi Komorbid terhadap Penyembuhan Luka

■ • Pada pasien koma dengan atau tanpa komorbiditas


lain seperti diabetes, hipertensi, sepsis, malnutrisi, dan
seterusnya, terjadi perlambatan dalam pembentukan
keropeng.
■ • Dengan mikroskop, infiltrasi sel-sel inflamasi (polimorf
dan sel mononuklear) diamati pada luka yang terinfeksi
bahkan hingga 45 hari. Oleh karena itu, faktor-faktor ini
harus dipertimbangkan saat memberikan pendapat
berkenaan dengan penentuan usia cedera.

28

Anda mungkin juga menyukai