Anda di halaman 1dari 7

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017

The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2017

Gambaran Histopatologi Intravital, Perimortem Dan Post Mortem Luka


Iris Pada Kulit dan Otot Punggung Tikus Wistar Ratus Novegicus
Stephanie Renni Anindita1, Bianti Hastuti Machroes2, Julia Ike Haryanto3

Abstrak PENDAHULUAN
Luka adalah kerusakan atau kehilangan kontinuitas
jaringan. Pada beberapa kasus dimana kematian terjadi Luka adalah kerusakan atau kehilangan
secara cepat, contohnya pada kasus kecelakaan lalu
lintas, dapat ditemukan tanda-tanda peradangan yang
kontinuitas jaringan tubuh akibat gaya
minimal pada luka. Penelitian ini bertujuan untuk mekanistik benda berpermukaan tusmpul
mengamati perbedaan gambaran histopatologi anatomi
luka iris pada kulit dan otot punggung Tikus Wistar pada atau tajam. Perlukaan oleh benda tumpul
periode intravital, perimortem dan post mortem. berbentuk luka memar, luka lecet, dan luka
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode
descriptive observasional dengan mengamati gambaran robek. Sedangkan luka iris, luka tusuk, dan
histopatologi anatomi. dilakukan kepada 6 ekor Tikus
Wistar. Subjek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok. luka bacok merupakan kelompok luka akibat
Dilakukan pemeriksaan histopatologi anatomi untuk benda tajam. Waktu terjadinya kematian
menilai reaksi radang dari tiga kelompok tikus. Pada
kelompok tikus wistar intravital didapatkan serbukan sel menjadi hal yang penting dalam penyelidikan
radang sedang dan perdarahan berat pada kulit dan otot
punggung. Pada kelompok perimortem didapatkan
forensik medis untuk menentukan apakah
serbukan sel radang sedang dan peradarahan sedang luka yang ditemukan di otopsi ditimbulkan
pada kulit dan otot punggung. Pada kelompok post
mortem didapatkan serbukan sel radang dan sebelum atau setelah kematian dan, jika
perdarahan ringan. Pada penelitian ini didapatkan ditimbulkan ante-mortem, berapa lama
gambaran histopatologi keadaan intravital, perimortem,
post mortem. Di bidang patologi forensik, gambaran luka sebelum kematian itu dipertahankan. Sejalan
dibedakan dengan reaksi radang pada gambaran
histopatologi. Peneliti berharap penelitian ini dapat dengan fakta yang telah disebutkan diatas,
menjadi penelitian awal untuk penelitian tentang kita harus mengetahui korban tersebut
penilaian gambaran histopatologi perlukaan secara
kualitatif untuk membedakan gambaran luka intravital meninggal benar-benar karena akibat luka iris
perimortem dan post mortem.
Kata kunci: intravital, post mortem, peri mortem, luka
yang ditemukan pada hasil pemeriksaan atau
iris, tikus wistar. luka iris tersebut didapatkan setelah terjadi
Afiliasi Penulis : 1. Program Pendidikan Dokter Spesialis I, Bagian kematian pada korban.1-3
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, 2. Staf Medis KSM Kedokteran Forensik Rumah Sakit
Dokter Kariadi Semarang, 3. Bagian Forensik dan Medikolegal Pengetahuan mengenai vitalitas luka
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Korespondensi:
Stephanie Renni Anindita, stephie.anindita@gmail.com, Telp. (024) saat ini telah berkembang sehingga dapat
8413476 Fax. (024) 8318350
ditemukan tanda secara makroskopis,
mikroskopis, histokimia, dan enzimologi.
Temuan tersebut menjadi dasar untuk
menentukan jenis luka berdasarkan waktu
terjadinya luka.4-5 Perbedaan yang dapat
terlihat secara makroskopik pada luka terbuka
dapat membedakan waktu terjadinya yaitu
antemortem/intra vital atau post mortem. Hal
ini pada prinsipnya dapat dibedakan karena
adanya fungsi hemostasis yang terjadi pada
manusia yang masih hidup. Sedangkan untuk
luka perimortemnya, hingga saat ini masih

269 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017


Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Stephanie Renni Anindita, Gambaran Histopatologi…

dalam penelitian. Definisi luka perimortem bahan dari bahan plastic dan alas serbuk
adalah luka yang terjadi sesaat setelah gergaji dengan siklus pencahayaan 12 jam,
kematian, namun untuk batasan waktu masih mendapat makan dan minum ad libithum
terdapat kontroversi.6 dan suhu kandang 28-32oC. Karakteristik
mencit ini juga mirip manusia dari data dasar
Pada penelitian sebelumnya oleh Chen
et al pada tahun 2015 yang berjudul fisiologis. Pemilihan sampel digunakan
Diagnostic value of ions as markers for dengan cara simple random sampling. Pada
differentiating antemortem from postmortem penelitian ini menggunakan 6 sampel mencit
woundsdilakukan pengukuran ion (Fe, Zn, Mg, yang mewakili masing-masing kelompok
Cu, K dan Na) menggunakan perlakuan. Kriteria Inklusi peneltiian ini
spectrophotometry pada luka antemortem adalah tikus putih galur wistar, tidak ada
dan post mortem dan didapatkan adanya kelainan anatomi yang tampak dan tidak
perbedaan signifikan pada kadar Fe pada luka tampak penampakan rambut kusam, rontok,
antemortem dan post mortem.7 Penelitian atau botak, dan bergerak aktif. Kriteria
lain oleh Farida et al pada tahun 2001 meneliti eksklusi adalah jika terdapat penampakan
kadar histamin pada sediaan luka antemortem rambut kusam, rontok atau botak dan
dan post mortem menggunakan keluarnya eksudat yang tidak normal dari
mata, mulut, anus dan genital serta jika ada
spectrophotometry. Didapatkan hasil tidak
ada perbedaan signifikan antara kelompok kelainan anatomi yang tampak. Sebelum
antemortem, kontrol dan post mortem.8 penelitian dilakukan, ethical clearance telah
Sedangkan pada penelitian tentang Penelitian dimintakan dari Komis Etik Penelitian
ini bertujuan untuk menilai gambaran Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran
histopatologi perdarahan dan sel radang luka Universitas Diponegoro. Seluruh biaya yang
intravital, peri mortem dan post mortem. berkaitan dengan penelitian ditanggung oleh
peneliti.
Bahan percobaan penelitian
METODE menggunakan tikus wistar yamg diperoleh
Penelitian ini merupakan penelitian dari laboratorium biologi UNDIP Semarang.
dengan metode deskriptif. Metode ini Selama percobaan, hewan coba
digunakan penulis karena sesuai dengan ditempatkan pada kandang dan diberi pakan
tujuan penelitian, yaitu mendeskripsikan standar dan minum secukupnya, cairan eter
persentase area resapan darah pada tikus secukupnya serta cairan pengawet (Unbuffer
wistar kelompok luka iris intravital, formalin) secukupnya. Alat-alat yang
perimortem dan post mortem. digunakan adalah kaleng tertutup 1 buah,
Penelitiandilaksanakan di Ruang Kedokteran scalpel 3 buah, bisturi no 22 6 buah, pinset
Forensik RSUP Kariadi, Jl. Doktor Sutomo No. antomis 1 buah, sarung tangan 10 pasang,
16, Randusari, Semarang Sel., Kota serta kandang tikus 1 buah.
Semarang, Jawa Tengah. Pada bulan Maret
Pada kelompok intravital, dua ekor
2017. Populasi target dalam penelitian ini
tikus dimasukkan ke dalam kaleng berisi kapas
adalah tikus putih galur wistar. Sampel yang
yang telah dibasahi eter dan ditunggu hingga
digunakan adalah mencit jantan dan betina
tikus pingsan (kurang-lebih 2 menit). Setelah
Ratus norvegicus umur 8 minggu, berat 20-
tikus pingsan, bagian ekor tikus ditandai
25 gram, dikandangkan dalam kandang dari
dengan spidol sebanyak satu garis. Setelah itu

270 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017


Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Stephanie Renni Anindita, Gambaran Histopatologi…

dilakukan insisi sepanjang 5 cm pada bagian kelompok perimortem dan kelompok post
punggung tikus. Kemudian tikus diterminasi mortem. Penelitian ini merupakan
dan diambil sediaan histopatologi pada luka. penelitian deskriptif eksperimental.
Pada kelompok perimortem, dua ekor tikus Penelitian dilakukan dengan cara
dimasukkan ke dalam kaleng berisi kapas yang memberikan perlakuan berupa luka iris
telah dibasahi eter dan ditunggu hingga tikus pada punggung pada periode intravital,
mati. Setelah tikus mati, bagian tikus ditandai perimortem dan post mortem. Kemudian
dengan spidol sebanyak dua garis dan tikus dilakukan penilaian secara mikroskopis.
didiamkan selama tiga puluh menit. Kemudian Dari hasil penelitian mikroskopis
diambil sediaan histopatologi pada didapatkan hasil sebagai berikut : Pada
luka.Setelah itu dilakukan insisi sepanjang 5 kelompok intravital didapatkan serbukan
cm pada bagian punggung tikus. Pada sel radang sedang dan perdarhaan sedang
kelompok post mortem, dua ekor tikus hingga berat.
dimasukkan ke dalam kaleng berisi kapas yang
telah dibasahi eter dan ditunggu hingga tikus
mati. Setelah tikus mati, bagian tikus ditandai
dengan spidol sebanyak dua garis dan tikus
didiamkan selama tiga puluh menit. Setelah
itu dilakukan insisi sepanjang 5 cm pada
bagian punggung tikus. Kemudian diambil
sediaan histopatologi pada luka. Pemilihan
waktu intravital, perimortem dan post
mortem berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Krompecher pada tahun 1991
mengenai kaku mayat pada tikus.9

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Perdarahan Berat dan Serbukan


Sel Radang Sedang Pada Tikus Kelompok
Penelitian ‘Gambaran Histopatologi Intravital.
Intravital, Perimortem Dan Post Mortem
Luka Iris Pada Kulit dan Otot Punggung
Tikus Wistar Ratus Novegicus’dilaksanakan
di Ruang Kedokteran Forensik RSUP Dr.
Kariadi pada bulan Maret 2017, dengan
masing-masing indikator yang diteliti
menggunakan 2 tikus, yaitu untuk luka
intravital, perimortem, dan
postmortem.Pada penelitian ini sampel
yang digunakan 6 tikus jantan Galur Wistar
usia 6 minggu sebelum adaptasi dengan
berat 70 – 130 gram yang dibagi menjadi 3
kelompok yaitu kelompok intravital,

271 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017


Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Stephanie Renni Anindita, Gambaran Histopatologi…

Gambar 2. Perdarahan sedang Pada Tikus


Gambar 4. Perdarahan Sedang Pada
Kelompok Intravital.
Kelompok Perimortem.

Gambar 3. Serbukan Sel Radang Sedang


Gambar 5. Perdarahan Ringan Pada
pada Kelompok Intravital.
Kelompok Perimortem.

Pada kelompok perimortem


didapatkan perdarahan ringan dan sedang,
serta serbukan sel radang ringan dan
sedang.

272 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017


Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Stephanie Renni Anindita, Gambaran Histopatologi…

Gambar 6. Serbukan Sel Radang ringan pada Gambar 8. Perdarahan ringan pada
kelompok perimortem. kelompok post mortem.

Gambar 7. Serbukan Sel radang sedang pada


Gambar 9. Serbukan sel radang ringan pada
kelompok perimortem.
kelompok post mortem.

Pada kelompok post mortem


Dari hasil penelitian ini didapatkan
didapatkan gambaran perdarahan ringan dan
adanya perbedaan gambaran histopatologi
serbukan sel radang ringan.
kelompok intraivtal, perimortem dan post
mortem. Hingga kini belum didapatkan
batasan yang jelas untuk pengelompokan
gambaran histopatologi luka intravital, peri
mortem atau post mortem. Adapun

273 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017


Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Stephanie Renni Anindita, Gambaran Histopatologi…

pengertian perimortem adalah dalam konteks Penilaian histopatologi luka pada


trauma skeletal, dimana gambaran luka penelitian ini dilakukan dengan menilai
perimortem memiliki biomekanik serbukan sel PMN dan perdarahan pada
antermortem yang sama yaitu terdapat histopatologi luka. Pada penelitian ini
‘lekukan’ saat terjadi trauma dan memberikan didapatkan perbedaan gambaran
gambaran tepi patahan yang iregular, tajam histopatologi luka intravital, peri mortem
dan memiliki sudut.10-11 Gambaran serta post mortem. Didapatkan perbedaan
histopatologi perlukaan pada jaringan lunak gambaran resapan darah dan serbukan sel
tidak dapat dinilai dari perbedaan jenis sel radang dengan urutan dari nilai terbesar ke
karena pada rentang waktu yang singkat, terkecil yaitu pada keadaan intravital,
hanya akan ditemukan sel PMN pada luka.2 perimortem, hingga post mortem. Pada
Pada penelitian yang dilakukan oleh Lu et al kelompok post mortem, masih didapatkan
pada tahun 1999 dilakukan penliaian terhadap adanya perdahan dan sel radang. Hal ini
serat elastis luka antermotem dan post sesuai dengan teori, yaitu agregasi sel PMN
mortem. Pada penelitian tersebut tidak masih dapat terjadi hingga beberapa jam
didapatkan adanya perbedaan distribusi serat pascakematian.2 Pada penelitian berikut
elastis pada dermis luka antemortem dan post disarankan dapat menggunakan tikus dengan
mortem.12 sampel yang lebih besar dan penentuan
waktu untuk kelompok intravital, perimortem
dan postmortem yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mun’im Idries, Abdul, Pedoman Praktis Ilmu 5. M. Oehmichen. Vitality And Time Course Of
Kedokteran Forensik, 2009. Jakarta: Cv. Sagung Wounds. 2004.Kiel : Forensic Science
Seto. Appleton K, House A, Dowell A. A survey International.
of job satisfaction, sources of stress and
psychological symptoms among general 6. Gauchotte G,Et Al. The Markers Of Wound
practitioners in Leeds. Br J Gen Pract. Vitality In Forensic Pathology. 2012. French :
1998;48(428):1059-63. Ann Pathol. 2013 Apr;33(2):93-101. Doi:
10.1016/J.Annpat.2013.02.006.
2. Knight Et Al. Knight’s Forensic Pathology 4th
Edition. 2015. Wales : Crc Press Novelia E, 7. Chen Et Al. Diagnostic Value Of Ions As Markers
Nurcahyo C, Evita B, Mursalina A, Hermansyah For Differentiating Antemortem From
T, Firdauzie A, et al. Pelayanan Kesehatan Postmortem Wounds . 2015. Guang Zhou :
Berkualitas Melalui Program Obat Rujuk Balik. Forensic International Journal.
Info Askes. 2011:22-3.
8. Farida Mn Et Al. Comparative Histamine Level
3. Dahlan ,Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik : In Antemortem And Post Mortem Wounds In
Pedoman Bagi Dokter Dan Penegak Hukum. The Human Skin By Fuorescence
2007. Semarang : Badan Penerbit Universitas Spechtrophotometry (9). 2012. Kuala Lumpur :
Diponegoro. Malaysian J Patho.
4. Rossana Cecchi. Estimating Wound Age: 9. Krompecher. Experimental Evaluation of Rigor
Looking Into The Future. 2010. Springer-Verlag Mortis. VIII. Estimation Time Since Death by
: International Journal Of Legal Medicine. Repeated Measurement of Intensity of Rigor

274 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017


Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Stephanie Renni Anindita, Gambaran Histopatologi…

Mortis in Rats. 1994. Forensic Science 11. Quatrehomme, G. and İşcan, M. Postmortem
International 1994; 68 (3); 149-519. Skeletal Lesions. Forensic Science International
1997 (89) 155-165.
10. Ortner, D. Differential Diagnosis of Skeletal Injuries. In:
Kimmerle, E and Baraybar, J,editors. Skeletal Trauma:
Identification of Injuries Resulting from Human Rights
Abuse andArmed Conflict. Boca Raton, FL: CRC Press;
2008: 21-87.

275 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai