Anda di halaman 1dari 56

FAKTOR RISIKO FRAKTUR NON-UNION

PADA DIAFISIS TULANG FEMUR


DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
PERIODE JANUARI 2015 - DESEMBER 2016

dr. REZA MAHRUZZA PUTRA

PEMBIMBING : dr. CHAIRIANDI SIREGAR, SpOT(K)


BAB 1 PENDAHULUAN
Insiden non-union telah diperkirakan antara
5-10% dari semua fraktur
Pada beberapa literatur terkini, tulang femur
lebih sering menjadi nonunion dengan
insidensi tulang femur (54,68%) dan tibia
(34,38 %)
Etiologi fraktur nonunion adalah multifaktor,
bisa dari segi fraktur sendiri atau dari status
kesehatan pasien
BAB 1
RUMUSAN MASALAH

Apa saja faktor risiko yang dapat


menyebabkan terjadinya nonunion diafisis
tulang femur di RSUP H. Adam Malik Medan?

TUJUAN UMUM

Mengetahui faktor risiko apa sajakah yang dapat


menyebabkan terjadinya nonunion diafisis
tulang femur.
Kegunaan teoritis: Kegunaan Praktis :
Hasil penelitian ini 1. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah diharapkan dapat
wawasan dan ilmu memberikan manfaat ilmiah
pengetahuan mengenai kepada para klinisi agar
faktor risiko apa saja yang dapat mengetahui tentang
dapat menyebabkan faktor risiko terjadinya
terjadinya nonunion pada nonunion diafisis tulang
diafisis tulang femur femur.
2. Mengetahui insidensi dari
fraktur nonunion diafisis tulang
femur ditinjau dari gambaran
epidemiologisnya sehingga
didapatkan data yang jelas dari
kasus ini.
BAB 2
Secara umum terdiri dari 4 bagian:

1. Epifisis

1. Lempeng
pertumbuhan

1. Metafisis

1. Diafisis
Tulang panjang silindris terbesar, tdd Corpus,
Collum & 2 ujung Proximal dan Distal (Caput &
Condylus)
Corpus : memp 3 permukaan, anterior, lateralis &
media. Linea Aspera memisahkan Facies lateralis &
medial
Caput Femoris mempunyai lekukan di tengah disbt
Fovea Capitis, tempat melekat Lig Capitis Femoris
Distal : Condylus Lateralis & Medialis bergabung ke
anterior menjadi Facies Patellaris
Otot
ADUKTOR PAHA
M. gracillis
M. pectineus
M. adductor brevis
M. adductor longus
M. adductor magnus
M. adductor minimus
Otot
ANTERIOR PAHA
M. Iliacus
M. Sartorius
M. Rectus Femoris
M. Vastus Medialis
M. Vastus Lateralis M. quadriceps
M. Vastus femoris
Intermedius
Otot
POSTERIOR PAHA
(HAMSTRINGS MUSCLES)

M. semitendiosus
M. semimembranosus
M. biceps Femoris
VASKULARISASI
arteri femoralis
arteri profunda femoris
arteri obturatoria

INNERVASI
nervus femoralis
nervus obturatorius
nervus ischiadicus
U.S FDA, 1986

Nonunion: ditetapkan jika telah terjadi


minimum 9 bulan sejak cedera dan fraktur
menunjukkan tidak adanya tanda progresif dari
penyembuhan tulang setelah 3 bulan.

Insidensi terjadinya fraktur nonunion 5% - 10 %


pada tulang panjang dan bertambah seiring
berjalannya waktu. Kejadian non union paling
banyak terjadi pada wanita (57,9%) dan paling
sering pada usia 45 tahun
ETIOLOGI

FAKTOR FAKTOR
FRAKTUR PENDERITA

1. Terbuka
2. Mengalami infeksi; 1. Usia
3. Segmental, dengan 2. Jenis kelamin
gangguan peredaran
darah 3. Riw peny terdahulu
4. Comminuted 4. Merokok
5. Tidak terfiksasi dengan 5. Alkohol
baik
6. Immobilisasi dengan
waktu yang kurang lama
7. Diobati dengan reduksi
terbuka yang keliru
8. Terganggu traksi atau
pemasangan implannya
9. Tulang yang diradiasi.
Hipertropik
(elephant foot)

KLASIFIKASI NONUNION Oligotropik

Avaskular
Riwayat
pasien

Rencana Pemeriksaan
preoperasi fisik

Evaluasi Evaluasi
laboratorium Radiologi
Non operatif
fracture brace immobilization
bone stimulators

Operatif
Nonunion infeksi
Perlu membuang semua jaringan lunak yang terinfeksi /
devitalisasi
Gunakan serbuk antibiotik, dressing VAC untuk menangani luka
Jika terdapat bone loss yang signifikan, bone transport bisa
menjadi pilihan
Muscle flap bisa sangat penting dalam penanganan luka dengan
kehilangan soft tissue yang signifikan
Nonunion hipertrofik
Fiksasi internal dengan penerapan kestabilan mekanik yang tepat.

Nonunion oligoatrofik
Fiksasi internal

Nonunion atrofik
Fiksasi perlu stabil secara mekanis.
Cangkok tulang
Autologous iliac crest (osteoinductive) Gold Standard
BMPs
Agen osteokonduktif (yaitu.crushed cancellous chip, DBM)
Pembentukan flap jaringan lunak yang sehat
Bila rekonstruksi gagal
Bila rencana rekonstruksi akan menghasilkan
fungsi yang kurang baik daripada amputasi
dan prostesis yang terpasang dengan benar.
Bila bahaya operasi lebih besar daripada
manfaat yang diantisipasi.
Bila rekonstruksi tidak memungkinkan.
Penyembuhan cara ini terjadi internal
remodelling tulang pada salah satu sisi korteks
kontak langsung dengan tulang pada sisi lainnya
untuk membangun kontinuitas mekanis.
Tidak ada hubungan dengan pembentukan
kalus. Terjadi internal remodelling dari haversian
system.
Ada 3 persyaratan untuk remodeling Haversian
pada tempat fraktur adalah:
Pelaksanaan reduksi yang tepat
Fiksasi yang stabil
Eksistensi suplai darah yang cukup
Fase
Fase
hematom Fase kalus Osifikasi Remodeling
proliferasi
(inflamasi)
KERANGKA TEORI Riwayat trauma
disertai kaki pincang

Fraktur Femur

Yang mempengaruhi
Bone Healing

Faktor Fraktur Faktor Pasien

Respon yang tidak


adekuat terhadap
fraktur

Nonunion
FAKTOR RISIKO
1. Usia Nonunion Diafisis
2. Jenis kelamin Tulang Femur
3. Insidensi fraktur
4. Riw pengobatan terdahulu
5. Konsumsi alkohol
6. Merokok
BAB 3
Jenis Penelitian Deskriptif

Desain Penelitian Cross Sectional

Waktu Penelitian Januari 2015 Desember 2016

Tempat Penelitian RSUP H. Adam Malik Medan


Pasien nonunion yang termasuk usia
produktif (18-64 tahun) baik berobat
jalan ke poliklinik maupun rawat inap
POPULASI
di Dept Orthopaedi & Traumatologi
RSHAM antara bulan Januari 2015-
Desember 2016

Sampel pada penelitian ini dipilih


dengan menggunakan metode total
sampling. Pada teknik ini semua
SAMPEL
subyek yang datang dan memenuhi
kriteria pemilihan dimasukkan menjadi
sampel penelitian
Jumlah sampel minimal akan dihitung dengan menggunakan
rumus :

n = ( Z S )2
------------
d2

Keterangan
n : jumlah sample
Z: deviat baku alfa
S : standar deviasi variable yang diteliti
d : kesalahan absolut yang dapat ditolerir

n = ( 1,96 . 14,5 )2
-----------
12

n = 813 orang
Oleh karena berdasarkan pengamatan pertahun
dijumpai sekitar 15 kasus nonunion maka untuk
penelitian ini besar sampel adalah Total Sampling
dari Januari 2015 sampai Desember 2016.
INKLUSI EKSKLUSI
Subjek dengan usia produktif (18-64 tahun), Subjek yang tidak
baik pria maupun wanita. mempunyai data rekam
medis tidak lengkap.
Subjek merupakan penderita nonunion
diafisis tulang femur dengan fraktur terbuka Subjek yang merupakan
maupun fraktur tertutup yang dirawat di penderita selain fraktur
Departemen Orthopaedi dan Traumatologi pada daerah diafisis tulang
RSUP H. Adam Malik Medan dengan data femur.
Rekam Medis yang lengkap.
Subjek yang sudah
Subjek yang mempunyai keluhan pincang. dilakukan tindakan operatif
pada tulang femur.
Data radiologis yang menyatakan nonunion.

Subjek menerima informasi serta


memberikan persetujuan ikut serta dalam
penelitian secara sukarela dan tertulis
(informed concent) yang disetujui oleh Komite
Etik Penelitian Bidang Kesehatan FK USU.
Variabel Dependen
Pasien yang didiagnosa menderita nonunion
pada diafisis tulang femur

Variabel Independen
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya
nonunion
Nonunion
Kegagalan permanen dari penyembuhan
tulang yang luka.

Faktor risiko
Faktor risiko yang akan dinilai berupa usia,
jenis kelamin, insidensi fraktur (fraktur
terbuka atau tertutup), riwayat penyakit
terdahulu, konsumsi alkohol, dan merokok.
Usia
Usia penderita sesuai dengan yang tercantum di dalam
rekam medik penderita, untuk mengetahui distribusi
kasus nonunion diafisis tulang femur pada usia tertentu.
Jenis kelamin
Jenis kelamin sesuai dengan yang tercantum di dalam
rekam medik pasien dan dikelompokkan menjadi skala
nominal, yaitu pria atau wanita.
Insidensi Fraktur
Insidensi fraktur merupakan angka kejadian baru terhadap
kasus fraktur diafisis batang tulang femur baik fraktur
terbuka maupun fraktur tertutup
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit terdahulu didapatkan dari anamnesis
yang tertera di rekam medik.

Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol pada penderita didapatkan dari
anamnesis yang tertera di rekam medik.

Merokok
Kebiasaan merokok pada penderita didapatkan dari
anamnesis yang tertera pada rekam medik.
Rekam
Medis

Anamnesis Rontgen

Jenis Konsumsi Sebelum Setelah


Umur Merokok
Kelamin Alkohol Tindakan Tindakan

Nonunion
Nonunion
Nonunion
Nonunion
Data dikumpulkan dalam bentuk data mentah
lalu diurutkan secara sistematis dan dinarasikan
serta diperjelas dalam bentuk tabel dan grafik
BAB 4
Distribusi Frekuensi
Jenis Kelamin

JENIS KELAMIN FREKUENSI PERSENTASE


Laki laki 17 57%
Perempuan 13 43%
Total 30 100%

43%
28 57% Laki-laki
Perempuan
Distribusi Frekuensi
Usia
USIA FREKUENSI PERSENTASE
18-30 tahun 15 50%
31-45 tahun 8 27%
45-60 tahun 3 10%
>60 tahun 4 13%

16
14
12
10
8
6
4
2
0
18-30 tahun 31-45 tahun 46-60 tahun >60 tahun
Distribusi Frekuensi
Riwayat Pengobatan

RIWAYAT PENGOBATAN FREKUENSI PERSENTASE


Pernah melakukan 25 83%
pengobatan alternatif
Melakukan Pengobatan di 5 17%
PUSKESMAS/RS
daerah/RS Swasta

17%
Berobat alternatif
28

Berobat ke
83%
Puskesmas/RS
daerah/RS swasta
Distribusi Frekuensi
Insidensi Fraktur

INSIDENSI FRAKTUR FREKUENSI PERSENTASE


Fraktur terbuka 19 63%
Fraktur tertutup 11 37%

37%

Fraktur terbuka
63%
Fraktur tertutup
Distribusi Frekuensi
Kebiasaan Mengkonsumsi Alkohol

KEBIASAAN FREKUENSI PERSENTASE


Mengkonsumsi alkohol 16 53%
Tidak mengkonsumsi 14 47%
alkohol

47%
Mengkonsumsi
53% alkohol
Tidak mengkonsumsi
alkohol
Distribusi Frekuensi
Kebiasaan Merokok

KEBIASAAN FREKUENSI PERSENTASE


Merokok 20 67%
Tidak merokok 10 33%

33%

Merokok
67%
Tidak merokok
KASUS
Jumlah penderita laki-laki 17 penderita (57%) lebih banyak
dibandingkan perempuan 13 penderita (43%)

Frekuensi umur yang paling banyak adalah 18-30 tahun


sebanyak 15 penderita (50%).

TEORI
Laki-laki lebih sering mengalami fraktur dikarenakan laki-laki
yang usia produktif lebih sering melakukan aktifitas diluar
rumah yang lebih beresiko untuk terjadinya trauma.

Ikpeme: kejadian malunion banyak ditemukan pada laki-laki,


namun dengan usia rata-rata 38,76 14,55 tahun.
KASUS
Sebanyak 25 penderita (83%) mempunyai riwayat
pengobatan alternatif sebelumnya.

TEORI
Ikpeme: 62,9 % pasien lebih memilih untuk berobat alternatif
dan baru datang ke bedah ortopedi setelah terjadi komplikasi
pada rata-rata interval fraktur-operasi 11,35 7,95 bulan.

Kurangnya pengetahuan pasien mengenai fraktur serta


sosioekonomi yang rendah membuat pasien lebih memilih
untuk berobat alternatif daripada berobat ke rumah sakit
KASUS
Sebagian besar mengalami jenis fraktur terbuka yaitu
sebanyak 19 penderita (63%).

TEORI
Ikpeme: penderita nonunion banyak ditemukan pada mereka
yang mengalami fraktur terbuka (76%) dibandingkan dengan
mereka yang mengalami fraktur tertutup (24%).

Pada fraktur terbuka akan memungkinkan terjadinya infeksi


pada tulang dimana menyebebkan pembentukan pus, gaps
osteolitik pada jaringan granulasi, pembentukan kalus,
sehingga dapat mengganggu penyembuhan dari fraktur
tersebut untuk menyatu.
KASUS
Kejadian nonunion pada yang mengkonsumsi alkohol lebih
banyak dari pada yang tidak mengkonsumsi alkohol, yaitu
16 penderita (53 %).

TEORI
Askew: kejadian nonunion lebih banyak ditemukan pada
mereka yang sering mengkonsumsi alkohol dimana waktu
untuk penyembuhan fraktur menjadi lebih lama pada yang
sering mengkonsumsi alkohol (24,1 5.8 minggu)
dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi alkohol (11.4
1.1 minggu).

Alkohol mengganggu proses penyembuhan fraktur dengan


membuat gangguan epigenetik pada fase inflamasi
penyembuhan fraktur
KASUS

Kejadian nonunion pada yang merokok lebih banyak dari


pada yang tidak merokok, yaitu 20 penderita (67%).

TEORI
Scolaro: kejadian nonunion ditemukan pada yang grup perokok 2x
lipat lebih banyak dibandingkan dengan grup yang bukan perokok.
Dari segi masa penyembuhan fraktur juga ditemukan lebih lama pada
yang perokok (30-38 minggu) dibandingkan pada yang bukan perokok
(24-30 minggu)

Nikotin memiliki peran negatif yang signifikan pada system


muskuloskeletal, menyebabkan vasokonstriksi perifer, iskemia
jaringan, menurunkan tekanan oksigen, dan juga menekan aktivitas
osteoblastik. Merokok juga mengurangi kepadatan mineral tulang
karena penurunan penyerapan kalsium.
BAB 5
Karakteristik dari penderita nonunion diafisis tulang femur di RSUP HAM
periode Januari 2015 Desember 2016 didapatkan laki-laki lebih banyak
dari pada perempuan, yaitu 17 penderita (57 %) dengan usia yang
terbanyak pada rentang usia 18-30 tahun sebanyak 15 penderita (50%) dan
yang paling sedikit pada rentang usia 46-60 tahun sebanyak 3 penderita
(10%).
Sebanyak 25 penderita (83%) mempunyai riwayat pengobatan alternatif
sebelumnya.
Kejadian nonunion yang mengalami fraktur terbuka sebanyak 19
penderita (63%) lebih banyak daripada yang mengalami fraktur tertutup.
Kejadian nonunion pada yang mengkonsumsi alkohol sebanyak 16
penderita (53%) lebih banyak dari pada yang tidak mengkonsumsi alkohol.
Kejadian nonunion pada yang merokok sebanyak 20 penderita (67%)
lebih banyak dari pada yang tidak merokok.
Memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
nonunion dan faktor-faktor resikonya.
Melakukan pengobatan di rumah sakit yang mempunyai fasilitas
dan sumber daya manusia yang memadai untuk penanganan
terhadap fraktur.
Melakukan rujukan terhadap kasus nonunion yang tidak dapat
ditangani di daerah.
Perlunya kerjasama antara dinas kesehatan setempat dengan
fakultas kedokteran universitas sumatera utara dalam
memberikan suatu pembinaan dan peningkatan kapasitas sumber
daya manusia yang ada di daerah dalam penanganan kasus-kasus
trauma pada ekstremitas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai