Anda di halaman 1dari 17

HYPOSPADIA

KEL.4
1. YUSTIKA FITRIANI
2. DINDA ALISKA PUTRI
3. ANGGI FARLINA
4. NUR ANISYA
5. MOH. IBRAHIM ISRUN
DEFINISI
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang
berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang
panjang.

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana muara saluran


kencing tidak diujung penis, melainkan di
bawah/dibatang/pangkal penis bahkan dibelakang kantong buah
zakar Kelainan ini seringkali berhubungan dengan
kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang,
yang menyebabkan penis melengkung ke bawah
pada saat ereksi.
klasifikasic
1. Type Pereniallubang kencing berada di antara anus dan skrotum.
2. Type Scrotallubang kencing berada tepat di bagian depan skrotum.
3. Type Peno Scrotallubang kencing terletak di antara skrotum dan batang
penis.
4. Type Peneana Proximallubang kencing berada di bawah pangkal penis.
5. Type Medianalubang kencing berada di bawah bagian tengah dari
batang penis.
6. Type Distal Peneanalubang kencing berada di bawah bagian ujung
batang penis.
7. Type Sub Coronallubang kencing berada pada sulcus
coronarius penis (cekungan kepala penis)
8. Type Granularlubang kencing  sudah berada pada kepala
penis hanya letaknya masih berada di bawah kepala penisnya.
klasifikasic
Berdasarkan letak muara uretra, Brown membagi
hipospadia dalam 3 bagian :
1. Hipospadia anterior : tipe glanular,
subkoronal, dan penis distal.
2. Hipospadia Medius : midshaft, dan penis
proksimal.
3. Hipospadia Posterior : penoskrotal, scrotal,
dan perineal.
etiologi
1. Gangguan dan ketidakseimbangan
hormonhormon androgen/reseptor hormon
androgenmengatur organogenesis kelamin
(pria)
2. Genetika.
3. Lingkunganpolutan dan zat yang bersifat
teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
patofisiologi
Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra
dalam utero. Hypospadia di mana lubang uretra terletak pada perbatasan
penis dan skortum, ini dapat berkaitan dengan crodee kongiental.
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga
meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat
kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada
glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup
sisi dorsal dari glans.chordee,
sebagai Pita jaringan
padafibrosa
sisi yang dikenal
ventral menyebabkan kurvatura
(lengkungan) ventral dari penis.
Manifestasi klinis
1. Percikan urine tidak normal saat buang air kecil.
2. Kulup hanya menutupi bagian atas kepala penis.
3. Bentuk penis melengkung ke bawah.
4. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik berupa


pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan
pemeriksaan tambahan untuk  mendukung
diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan
pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat
hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah
dengan cara operasi, dikenal banyak teknik operasi
hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap
yaitu:
1. Operasi pelepasan chordee dan tunnelingPada usia
satu setengah hingga dua thn.
2. Operasi uretroplasti6 bulan setelah OP pertama
3. Dan pada tahun-tahun terakhir ini, sudah mulai
deterapkan operasi yang dilakukan hanya satu
tahaphanya tipe distal dengan ukuran penis yang
cukup besar.
Komplikasi post op
1. Edema dan juga hematom
2. Striktur
3. Rambut dalam uretrainfeksi saluran kencing
berulang/pembentukan batu saat pubertas
4. Fitula uretrokutan
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak
sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau
pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat
jarang
6. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu
lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang
lanjut.
Pengkajian fokus
1. Genitouria
1. Genitouria
PRE OP
 pemeriksaan genitalia (inspeksi)
 tidak ada kulit katan (foreksin) ventral
 palpasi abdomen untuk melihat distensi bladder atau pembesaran
pada ginjal.
 Kaji fungsi perkemihan
 Adanya lekukan pada ujung penis
 Glans penis berbentuk sekop
 Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
 Terbukanya
POST OP urethral pada ventral (hypospadias)
 Pembengkakan penis  Disuria
 Perdarahan pada sisi
pembedahan
2. Neurologis  Iritabilitas
2. Neurologis  Gelisah

3. Kaji riwayat kelahiran (adanya anomali konginetal, kondisi kesehatan)


3. Kaji riwayat kelahiran (adanya anomali konginetal, kondisi kesehatan)

5. Kaji faktor yang mempengaruhi respon orang tua pada penyakit anak
5. Kaji faktor yang mempengaruhi respon orang tua pada penyakit anak
dan keseriusan ancaman pada anak mereka
dan keseriusan ancaman pada anak mereka
 Prosedur medis yang terlibat dalam diagnosis
dan tindakan
 Ketersediaan sistem pendukung
 Kekuatan ego pribadi
 Kemampuan koping keluarga sebelumnya
 Stress tambahan pada sistem keluarga
 Keyakinan budaya dan agama
6. Kaji pola komunikasi antaranggota keluarga
6. Kaji pola komunikasi antaranggota keluarga

 Menurunnya komunikasi pada anak, ekspresi, dan


kontrol impuls dalam penyampaian penyaluran
perasaan
 Anak dapat merasa terisolasi, bosan, gelisah, adanya
perasaan malu terhadap teman sebaya
 Dapat mengekspresikan marah dan agresi
Diagnosa keperawatan
(YANG MUNGKIN MUNCULL)

Pre OP
1. Kurangnya pengetahuan orang tua b/d
diagnosa, prosedur pembedahn dan perawatan
setelah operasi
2. Kecemasan orang tua b/d ancaman pada status
terkini
3. Kerusakan integritas jaringan b/d kelembapan
Post OP
1. Nyeri akut b/d agen cidera fisik (proses
pembedahan)
2. Risiko infeksi b/d luka post pembedahan
3. Retensi urin b/d sumbatan saluran
perkemihan
DX 1 : Nyeri akut b/d agen cidera fisik (proses pembedahan)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Observasi TTV
keperawatan selama ....x... jam, Manajemen nyeri :
diharapkan nyeri teratasi dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (PQRST)
kriteria hasil : 2. Berikan informasi mengenai nyeri (penyebab, lama dirasakan,
Tingkat nyeri dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur)
 Nyeri berkurang 3. Ajarkan teknik non-farmakologi (nafas dalam) untuk
 Ekspresi wajah tidak mengurangi nyeri
meringis 4. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu
 TTV kisaran normal penurunan nyeri
Akrupressur
5. Lakukan skrining untuk mengetahui indikasi dan kontra
indikasi (bagi anak)
6. Putuskan jenis akupressur
Pemberian analgesik
7. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi
obat yang diresepkan
8. Cek adanya riw. Alergi obat
9. Dokumentasikan respon terhadap analgesik dan adanya efek
DX 2 : Risiko infeksi b/d luka post pembedahan
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol infeksi
selama ....x... jam, diharapkan nyeri 1. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat
teratasi dengan kriteria hasil : universal
Kontrol risiko : proses infeksi 2. Pastikan teknik perawatan luka yangg tepat
 Mengidentifikasi tanda-gejala 3. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
infeksi 4. Berikan imunisasi yang sesuai
 Monitor perubahan status 5. Ajarkan pasien dan keluarga tanda-gejala infeksi dan
kesehatan kapan harus melaporkannya pada penyedia perawatan
 Mengidentifikasi faktor risiko kesehatan
infeksi 6. Ajarkan juga mengenai bagaimana menghindari
Pemulihan pembedahan: penyembuhan infeksi
 Integritas jaringan baik 7. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
 Penyembuhan luka baik 8. Dorong intake cairan yang tepat
9. Dorong istirahat
THANK
THANKYOU
YOU <3
<3

Anda mungkin juga menyukai