BEDAH
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH TUBAN
RUMAH SAKIT
MUHAMMADIYAH
TUBAN
APENDISITIS AKUT
1. Apendisitisakut
Indikasi Operasi 2. Periapendikulerinfiltrat
3. Apendisitisperforata
Diagnosis Banding 1. Batu ureterkanan
2. Kelainanginekologik.
3. Tumorsekum.
4. Crohn’sdisease.
5. Kehamilan ektopikterganggu.
6. Kolitis
Pemeriksaan Laboratorium rutin dan urin lengkap (untuk wanita
Penunjang ditambahkan PPT) USG abdomen (tidakrutin)
Terapi Teknik Operasi
1. Penderita dalam posisi terlentang, ahli bedah dalam
general anestesi. Dilakukan tindakan aseptik dan
antiseptik pada seluruh abdomen dan dada bagian
bawah, kemudian lapangan operasi dipersempit dengan
doeksteril.
2. Dilakukan insisi dengan arah oblik melalui titik
Mc.Burney tegak lurus antara SIAS dan umbilikus (irisan
Gridiron), irisan lain yang dapat dilakukan adalah insisi
traversal dan paramedian.
3. Irisan diperdalam dengan memotong lemak mencapai
aponeurosis muskulus oblikus abdominis
Eksternus(MOE)
4. MOE dibuka sedikit dengan skalpel searah dengan
seratnya, kemudian diperlebar ke lateral dan ke medial
dengan pertolongan pinset anatomi. Pengait luka tumpul
dipasang di bawah MOE, tampak di bawah MOE
muskulus Oblikus Internus(MOI)
5. MOI, kemudian dibuka secara tumpul dengan gunting
atau klem arteri searah dengan seratnya sampai tampak
lemak peritoneum, dengan haak LangenBack otot
dipisahkan. Pengait dipasang di bawah muskulus
tranversusabdominis.
6. Peritoneum yang berwarna putih dipegang dengan
menggunakan 2 pinset bedah dan dibuka dengan
gunting, perhatikan apa yang keluar pus, udara atau
cairan lain (darah, feses dll) periksa kultur dan tes
kepekaan kuman dari cairan yang keluar tersebut.
Kemudian pengait luka diletakkan di bawah peritonium.
7. Kemudian sekum (yang berwarna putih, memilikitanca
koli dan haustra) dicari dan diluksir. Apendiks yang
basisnya terletak pada pertemuan tiga taenia
mempunyai bermacam–macam posisi antara lain
antesekal, retrosekal, anteileal danpelvinal.
8. Setelah ditemukan sekum dipegang dengan darm pinset
dan ditarik keluar, dengan kassa basah sekum
dikeluarkan kearah mediokaudal, sekum yang telah
keluar dipegang oleh asisten dengan ibu jari berada
diatas.
9. Mesenterium dengan ujung apendiks di pegang dengan
klem Kocher kemudian mesoapendiks di klem potong
dan diligasi berturut–turut sampai pada basis apendiks
dengan menggunakan benang sutera3/0.
10. Pangkal apendiks di crush dengan apendiks klem
kocher dan pada bekas crush tersebut diikat dengan
sutera No. 00 – 2 ikatan
11.Dibagian distal dari ikatan diklem dengan kocherdan
diantara klem kocher dan ikatan tersebut apendiks
dipotong dengan pisau yang telah diolesi betadine,
ujung sisa apendiks digosokbetadine.
12. Sekum dimasukkan ke dalam ronggaperut.
13. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. Pada
kasus perforasi dapat dipasang drain sub fasial.
Komplikasi Operasi
Durante operasi: perdarahan intra peritoneal, dinding
perut, robekan sekum atau usus lain. Pasca bedah dini:
perdarahan, infeksi, hematom, paralitik ileus, peritonitis,
fistel usus, abses intraperitoneal.
Pasca bedah lanjut: obstruksi usus jeratan,
herniasikatrikalis.
Mortalitas
Kematian tersering karena sepsis, emboli paru
atauaspirasi.
TUMOR FILODES
Tumor pada mammaeyang
1. Bentuk bulat atauoval
2. Batastegas
3. Besar >5cm
4. Permukaan dapat berbenjol-benjol
5. Tidak melekat dengan kulitatau m.pektoral sangat
mobil dalam korpusmammae
6. Tidak ada tanda invasi ataumetastase
7. Vena subkutanmelebar
DISPLASIA MAMMAE
1. Tanpa tumor yangjelas
a. Keluhan nyeri pada mammae yang siklus sesuai
dengan siklus menstruasi nyeri pada mammae pra
menstruasi dan menghilang setelahmenstruasi.
b. Jaringan mammae padat, menyeluruh atau
segmental, uni atau bilateral, noduler
2. Berbentuktumor
a. Kista : dapat uni ataubilateral
Tumor padat ini sering sukar dibedakan dengan
kankermammae
b. Tumor padat
• Bentuk tidak teratur
• Bentuk tidak tegas
• Sering multiple dan bilateral
c. Tumor padat noduler disertai tumor baik yang kistik
maupun yang padat
• Bentuk campuranpadat
• Mammae padat noduler disertai tumor baik
yang kistik maupun yangpadat.
HIPERTROFI MAMMAE
1. Mammae membesar jauh melebihi ukuran normal untuk
orang lain.
2. Kelainan dapat uni ataubilateral
3. Dapat ditemukan pada:
a. Bayi: disebut Hipertrofi mammae neonatorium
b. Anak-anak: disebut Hipertrofi mammaepre-pubertal
c. Laki-laki: disebut Ginekomasti
Komplikasi Operasi
1. Perdarahan: hemostasis yang kurang baik akan
menyebabkan perdarahan dan terjadi hematom.
2. Infeksi
Follow-up
Pemeriksaan klinis 3-6 bulan pasca bedah, imaging
kadang-kadang dilakukan terutama bila ada tumor yang
residif
1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan
pemeriksaan penunjang
2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, risiko
Edukasi
tindakan dan komplikasi
3. Penjelasan alternative tindakan
4. Penjelasan lama perawatan
ad vitam : dubia adbonam
Prognosis ad sanationam : dubia adbonam
ad fungsionam : dubia adbonam
1. R, De Jong Wim. Buku ajar ilmu bedah. Edisi kedua.
Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC 2004.
2. Grace, Borley, At GlanceIlmu bedah. Edisi ketiga.
Jakarta: penerbit Erlangga, 2006.
Kepustakaan
3. Persatuan dokter spesialis bedah umum Indonesia.
Pedoman pelayanan medik edisi kedua, 2006
4. Browse NL, et all. The symptoms and sign of surgical
disease. Fourth edition. Taylor&francis group, 2005
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
MATA
RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH TUBAN
MUHAMMADIYA
H TUBAN
Phacoimulsifikasi
Pengertian Operasi katarak dengan menggunakan mesin Phaco dengan prinsip getaran
(Definisi) ultrasound dilakukan dengan insisi yang kecil(<3mm) pada clear kornea
Anamnesis 1. Penglihatan kabur berlahan – lahan
2. Tidak nyeri , tidak merah
3. Sering ditemui pada pasien diatas umur 50 th walaupun ada pada semua
umur (tergantung jenis katarak)
4. Tidak membaik diberi kacamata dan obat-obatan.
Pemeriksaan Fisik 1. Visus menurun berlahan lahan
2. Lensa terdapat kekeruhan
3. Tidak nyeri
Diagnosa Banding 1. Retinal detacment
2. Retinoblastoma
3. Leukoma kornea
Pemeriksaan 1. Gula acak
Penunjang 2. Tensi darah
3. Biometri Lensa Tanam
4. Keratometri (ARK)
Terapi 1. Tetesan astesitopikan pantokain 2% pada mata
2. Disinfeksi sekitar mata dengan profidon iodin 2% eye drip disposible
steril serta sprider lalu disinfeksi permukaan mata dengan profidon
iodin + aquades
3. Anastesi subtenon dengan lidokain 2% sebanyak 2 cc dengan jarum
bengkok tumpul
4. Menembus BMD dengan keratom pada arah jam 11 clear kornea, lalu
di injeksikan tripan blue untuk mewarnai capsul anterior
5. Dilakukan capsulotomi CCC dengan diameter 6 mm menggunakan
jarum / utrata
6. Dilakukan hidrodiseksi dan hidrodielinasi kemudian memutar nukleus
memastikan sudah lepas dari capsul
7. Menembus clear kornea arah jam 2 dengan slit knife 15 derajat untuk
memasukan 2nd instrument
8. Di berikan viscoelastis dispersif + kohesif untuk melindungi endotel
kornea
9. Di lakukan sculping pada permukaan nukleus dengan Phacotip untuk
membersihkan epinukleus
10.Di lakukan groeffing pada nukleus sedalam inti lalu dilakukan
cracking pada nukleu menjadi 4 segmen
11.Masing-masing segmen di Phaco sampai menyisakan epinukleus
12.Mengganti phaco tipe dengan IA untuk membersihkan epinukleus dan
sisa cortek
13.Memasukan lens fodable dari insisi arah jam 10 dengan injektor lensa
pada posisi lensa in the bag
14.Sisa visco dibersihkan dengan IA luka pada arah jam 10 di tutup
dengan rehidrasi kornea
15.Di berikan salep mata mata di bebat
16.Operasi selesai
Faktor Penyulit Komplikasi
Durante operasi:
1. Ruptur capsul posterior
2. Ablasio iris
3. Drop Nukleus
4. Drop IOL
5. Choroidal Hemorage (perdarahan choroid)
Early Postoperasi (hari pertama pasca operasi)
1. Prolap iris
2. Kebocoran luka operasi (BMD dangkal)
3. Iritis (ringan sampai berat)
4. Dislokasi IOL
5. Destmate kornea
6. TASS
7. Endoftalmitis
8. Sub conjuntivital bleeding
Midle Post operasi (1-4 minggu pertama pasca operasi)
Iritis Dislokasiiol
1. Kebocoran luka operasi (BMD dangkal)
2. Endoftalmitis
Late Postoperasi (lebihdari 1 bulan)
1. Endoftalmitis
Keberhasilan 1. Penglihatan membaik pasca operasi dengan atau tanpa kacamata
perawatan 2. Tidak di dapatkan komplikasi sampai dengan 8 minggu paska
operasi
Lama Perawatan Rawat jalan kecuali dengan penyulit Diabetes mellitus, Hipertensi,
Glaucoma, komplikasi duranteoperasi (di jelaskan dibawah)
Prognosis Katarak tanpa penyulit : dubiat an bonam
Pneukatarak dengan penyulit: dubiaad
Edukasi 1. Larangan angkat berat menunduk dan sujud 2 minggu pasca operasi
2. Larangan terkena air 3 minggu paska operasi
3. Cek kacamata dilakukan setelah 4 minggu atau 1 bulan paska operasi
Kepustakaan 1. AAO, 2015
2. Buku ajar Ilmupenyakitmata 2017 Unair
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ILMU KESEHATAN MATA
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH TUBAN
RUMAH SAKIT
MUHAMMADIYAH
TUBAN
PTERYGIUM
Pengertian
PPenebalan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga, mirip daging
(Definisi) yang menjalar ke kornea
Patologi :
ORTHOPEDI
Anamnesis
1. Nyeri pada bagian tengah dari lenganatas
2. Riwayat trauma (jatuh saat bermain dengan lengan posisi
ekstensi), menahan benturan denganmenangkis
3. Bengkak dan kaku saat menggerakkan lengan atas,siku
4. Keluhan kesemutan dan kelemahan pada jari – jari tangan
ataupun pergelangan tangan
5. Riwayat childabuse
Pemeriksaan fisik
1. Pembengkakan,hematom
2. Ada tidaknya riwayat trauma di tempat lain (childabuse)
3. Deformitasangulasi
4. Nyeri pada lenganatas
5. Gangguan pada ruang lingkupsendi
6. Pemeriksaan motoris, sensoris dan keterlibatan pembuuh darah
ataupun nervus pada daerah sekitarfraktur
kriteria diagnosis
1. Riwayat trauma (jatuh dengan siku posisiekstensi)
2. Tampak deformitas, hematom, pembengkakan pada lenganatas
3. Terdapat gambaran fraktur pada pemeriksaanradiologi
ICD
Diagnosis FRAKTUR HUMERUS 1/3 TENGAH
10:S42.3
Diagnosis banding
1. Fraktur proksimalhumerus
2. Fraktur humerussegmental
Pemeriksaan
Foto polos X-ray humerus AP/lateral/oblique tampak garis fraktur bisa
penunjang
dalam berbagai macam varian (inkomplit, komplit, kominutif, transverse,
oblik). Orthogonal view untuk melihat keterlibatan dari bahu dan siku
Terapi
1. Imobilisasi dan dilakukan sling dan swathe atau collar &cuff
2. Reposisi terbuka bila didapatkan keterlibatan neurvaskular post
reduksi tertututp, disertai floating elbow, pasien dengan multiple
trauma, cedera bahu.
3. Pemberian anti nyeri per oral dengan paracetamol 10 mg/kgbb/hari
atau dengan ibuprofen 5mg/kgbb/hari
Edukasi
1. Prosedur tindakan dan perawatan gips tergantung
2. Komplikasi compartementsyndrom
3. Penyulit pada saat pemasangangips
4. Evakuasi dr keterlibatanneurovaskuler
Kepustakaan 1. Marissy, Raymond T: Weinstein, Shart L, Lovell & Winter’s
th
pediatrics orthopaedis 6 edition2006
2. Canale Terry S, Beaty, James H, Compbell’s Operative
th
Orthopaedics 11 edition 2008
th
3. Miller, Mark D. Review of orthopaedics 5 edition2008
4. Salomon, Luis; warwick, David Nayagam, Selvadurai, Appley’s
th
system of Orthopaedics and Fractures 9 edition
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ORTHOPEDI
DEBRIDEMENT (86.22)
Pengertian
Suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk mengevaluasi dan
(Definisi)
mengeliminasi abses pada sendi mencegah kerusakan sendi
Indikasi
1. Septicarthritis
2. Coxitis
kontraindikasi -
Persiapan
Bila hasil aspirasi cairan sendi tidak terbukti purulent dan tidak
ditemukanadanya pertumbuhan kuman
Prosedur tindakan
1. Signin
2. Pasien terlentang di mejaoperasi
3. Time –out
4. Dilakukan pembiusan(GA)
5. Dilakukan pengambilan sample kultir pus dan sensitivity
test
6. Dilakukan evakuasi cairan sendi dan jaringan nekrotik
serta pencucian berulang – ulang dengan cairanisotonik
7. Dilakukan pengambilan jaringa synovial sendi dan evaluasi
permukaan sendi
8. Dilakukan pemasangan selang drain untuk evakuasi dan
irigasi sendi
9. Dilakukan penjahitan luka operasi
10. Operasi selesai
DEBRIDEME ICD 9 :
Tindakan
86.22
N
UROLOGI
Pengertian
TURP adalahsuatu tindakan pengambilan (pembuangan) jaringan
(Definisi)
prostat secara endoskopi dengan menggunakan alat pemotong
(cutting loop) elektrik.
Indikasi
1. Skor IPPS >8
2. Retensi urin berulang
3. Infeksi saluran kemih brulang
4. Gangguan fungsi ginjal
kontraindikasi
1. Gangguan pembekuan darah
ORTHOPEDI
Pengertian
(Definisi)
Indikasi
kontraindikasi -
Persiapan
Prosedur tindakan
Tindakan
Pasca prosedur
tindakan
Edukasi
Kepustakaan
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ORTHOPEDI
Pengertian
(Definisi)
Indikasi
kontraindikasi -
Persiapan
Prosedur tindakan
Tindakan
Pasca prosedur
tindakan
Edukasi
Kepustakaan
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ORTHOPEDI
Pengertian
(Definisi)
Indikasi
kontraindikasi -
Persiapan
Prosedur tindakan
Tindakan
Pasca prosedur
tindakan
Edukasi
Kepustakaan
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ORTHOPEDI
Pengertian
(Definisi)
Indikasi
kontraindikasi -
Persiapan
Prosedur tindakan
Tindakan
Pasca prosedur
tindakan
Edukasi
Kepustakaan