Anda di halaman 1dari 24

APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 1 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


Direktur
2022 Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban

dr. Yenie Surveyanti


NBM : 1.083.505
1. Pengertian Apendisitis akut adalah radang appendix vermiformis, merupakan
gawat darurat rongga abdomen yang paling sering didapati.
Angkanya di Indonesia belum ada, namun lebih dari 40.000 kasus
didapati tiap tahunnya di Inggris Raya dan 25.000 di Amerika
Serikat. Lebih banyak mengenai penderita laki dibanding wanita
(1.4 : 1) dan tersering didapati pada usia 10 – 20 tahun, meskipun
anak dan orang tua juga dapat dikenainya. Masalah pada
apendisitis akut adalah keterlambatan diagnosis yang
mengakibatkan keterlambatan terapi dan tingginya angka
morbiditas dan mortalitas. Sebaliknya angka apendektomi negatif
juga masih banyak didapati, antara lain disebabkan tidak
semua penderita memperlihatkan gejala klinik yang khas.
2. Anamnesis Anamnesis yang mencurigakan adanya apendisitis adalah
rasa nyeri perut berupa :
1. nyeri berpindah dari periumbilikal / mid-epigastric ke
perut kanan bawah
2. nyeri perut kanan bawah
3. nyeri sewaktu muntah. Mual dan muntah meskipun
merupakan gejala apendisitis, umum didapati pada
banyak kelainan traktus gastrointestinal lainnya,
sehingga tidak dapat menambah akurasi diagnosis
apendisitis.
3. Pemeriksaan Fisik TD sistolik Pemeriksaan fisik yang prediktif apendisitis terutama
adalah nyeri tekan perut kanan bawah dan rigidity pada titik Mc
Burney. Kurang prediktif adalah tanda rangsangan peritoneum lain
seperti nyeri lepas, psoas sign dan suhu lebih dari 38.3 derajat
Celcius. Yang tidak bermakna banyak adalah nyeri pada colok
dubur dan Rovsing sign. Meski spesifisitas iliopsoas sign 79 –
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 2 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

95%, namun sensitivitasnya rendah (13 – 42%) dan hanya 4% dari


dokter melakukannya dengan benar. Demikian juga obturator sign,
memiliki sensitivitas hanya 8% meski spesifitasnya 94%
4. Kriteria Diagnosis Berdasarkan penggabungan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang baik, ketepatan diagnosis apendisitis akut sebesar 78 – 92%
pada laki- laki dan 58 – 92% pada wanita. Ketepatan lebih
meningkat dengan pemeriksaan penunjang.
Skoring apendisitis yang banyak dipergunakan adalah skor
Alvarado atau MANTRELS (1986), terdiri dari 3 gejala (nyeri
berpindah, anoreksia dan mual/muntah), 3 pemeriksaan fisik (nyeri
tekan, nyeri lepas dan demam) serta 2 pemeriksaan laboratorium
(lekositosis dan “left shift”). Diagnosis apendisitis sangat mungkin
bila skor diatas 7. Skoring lain dengan menggabungkan kadar
CRP, hasilnya tidak terlalu
berbeda banyak.
5. Diagnosis Kerja Apendisitis akut
6. Diagnosis Banding 1. Batu ureter kanan
2. Kelainan ginekologik.
3. Tumor sekum.
4. Crohn’s disease.
5. Kehamilan ektopik terganggu.
6. Kolitis

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Rontgen dada


2. Laboratorium rutin dan urin lengkap (untuk wanita
ditambahkan PPT) USG abdomen (tidakrutin)
8. Terapi Teknik Operasi
1. Penderita dalam posisi terlentang, ahli bedah dalam general
anestesi. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada seluruh
abdomen dan dada bagian bawah, kemudian lapangan operasi
dipersempit dengan doeksteril.
2. Dilakukan insisi dengan arah oblik melalui titik Mc.Burney tegak
lurus antara SIAS dan umbilikus (irisan Gridiron), irisan lain yang
dapat dilakukan adalah insisi traversal dan paramedian.
3. Irisan diperdalam dengan memotong lemak mencapai
aponeurosis muskulus oblikus abdominis Eksternus(MOE)
4. MOE dibuka sedikit dengan skalpel searah dengan seratnya,
kemudian diperlebar ke lateral dan ke medial dengan
pertolongan pinset anatomi. Pengait luka tumpul dipasang di
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 3 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

bawah MOE, tampak di bawah MOE muskulus Oblikus


Internus(MOI)
5. MOI, kemudian dibuka secara tumpul dengan gunting atau klem
arteri searah dengan seratnya sampai tampak lemak
peritoneum, dengan haak LangenBack otot dipisahkan. Pengait
dipasang di bawah muskulus tranversusabdominis.
6. Peritoneum yang berwarna putih dipegang dengan
menggunakan 2 pinset bedah dan dibuka dengan gunting,
perhatikan apa yang keluar pus, udara atau cairan lain (darah,
feses dll) periksa kultur dan tes kepekaan kuman dari cairan
yang keluar tersebut. Kemudian pengait luka diletakkan di
bawah peritonium.
7. Kemudian sekum (yang berwarna putih, memilikitanca koli dan
haustra) dicari dan diluksir. Apendiks yang basisnya terletak
pada pertemuan tiga taenia mempunyai bermacam–macam
posisi antara lain antesekal, retrosekal, anteileal danpelvinal.
8. Setelah ditemukan sekum dipegang dengan darm pinset dan
ditarik keluar, dengan kassa basah sekum dikeluarkan kearah
mediokaudal, sekum yang telah keluar dipegang oleh asisten
dengan ibu jari berada diatas.
9. Mesenterium dengan ujung apendiks di pegang dengan klem
Kocher kemudian mesoapendiks di klem potong dan diligasi
berturut–turut sampai pada basis apendiks dengan
menggunakan benang sutera3/0.
10. Pangkal apendiks di crush dengan apendiks klem kocher
dan pada bekas crush tersebut diikat dengan sutera No. 00 – 2
ikatan
11. Dibagian distal dari ikatan diklem dengan kocherdan
diantara klem kocher dan ikatan tersebut apendiks dipotong
dengan pisau yang telah diolesi betadine, ujung sisa apendiks
digosokbetadine.
12. Sekum dimasukkan ke dalam ronggaperut.
13. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. Pada kasus
perforasi dapat dipasang drain sub fasial.

Komplikasi Operasi
Durante operasi: perdarahan intra peritoneal, dinding perut,
robekan sekum atau usus lain. Pasca bedah dini: perdarahan,
infeksi, hematom, paralitik ileus, peritonitis, fistel usus, abses
intraperitoneal.
Pasca bedah lanjut: obstruksi usus jeratan, herniasikatrikalis.
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 4 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

Mortalitas
Kematian tersering karena sepsis, emboli paru atauaspirasi.

Perawatan Pasca Bedah


Pada hari operasi penderita diberi infus menurut kebutuhan sehari
kurang lebih 2 sampai 3 liter cairan Ringer laktat dandekstrosa.
Pada apendisitis tanpa perforasi: Antibiotika diberikan hanya
1x24jam.
Pada apendisitis dengan perforasi: Antibiotika diberikan hingga
jika gejala klinis infeksi reda dan laboratorium normal (sesuai i
kultur kuman). Mobilisasi secepatnya setelah penderita sadar
dengan menggerakkan kaki, miring ke kiri dan kanan bergantian
dan duduk. Penderita boleh jalan pada hari pertama pasca bedah.
Pemberian makanan peroral dimulai dengan memberi minum
sedikit-sedikit (50cc) tiap jam apabila sudah ada aktivitas usus
yaitu adanya flatus dan bising usus. Bilamana dengan pemberian
minum bebas penderita tidak kembung maka pemberian makanan
peroral dimulai. Jahitan diangkat pada hari kelima sampai hari
ketujuh pascabedah.
Follow Up
Kondisi luka, kondisi abdomen, serta kondisi klinis penderita
secarakeseluruhan
9. Edukasi Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, risiko tindakan dan
komplikasi
Penjelasan alternative tindakan
Penjelasan lama perawatan
10. Prognosis ad vitam : dubia adbonam
ad sanationam : dubia adbonam
ad fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens 1A
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis Konsulen Bedah Umum
14. Indikator Medis Ketepatan kriteria diagnosis
Site marking
15. Referensi 1. Sjamsuhidajat R, de Jong Wim ed 2: Buku Ajar Ilmu
Bedah : 640 - 646
2. Williams S Norman, Bulstrode CJK, O’Connel PR : Bailey &
Love’s
3. Short Practice of Surgery 27th ed: 1204 – 1218
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 5 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

4. Persatuan dokter spesialis bedah umum Indonesia.


Pedoman  pelayanan medik edisi kedua, 2006: 60-61
5. Browse NL, et all. The symptoms and sign of surgical
disease. Fourth edition. Taylor&francis group, 2005.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


Direktur
02 Januari 2022 Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban

dr. Yenie Surveyanti


NBM : 1.083.505
1. Pengertian Protrusi dari viskus melewati pembukaan dari dinding abdomen
2. Anamnesis 1. Lokasi benjolan
2. Waktu kemunculan
3. Pekerjaan dan aktifitas yang sering dilakukan oleh pasien
4. Riwayat penyakit sebelumnya
5. Keluhan penyerta
3. Pemeriksaan Fisik 1. Besar benjolan
2. Regio
3. Finger Test
4. Thumb test
5. Ziemann test
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : Riwayat benjolan, lokasi, hilang timbul
2. Pemeriksaan fisik : lokasi benjolan, finger test, thumb test,
ziemann test
3. Pemeriksaan penunjang : Laboratorium
5. Diagnosis Kerja Hernia inguinalis
6. Diagnosis Banding 1. Hernia femoralis
2. Epididimitis
3. Torsio testis
4. Lipoma
5. Adenopati inguinal
6. Abses inguinal
7. Dilatas vena saphena
8. Hidrocele
9. Varicocele
10. UDT
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 6 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

7. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium: DL, Faal hemostasis, Serum elektrolit, UL


8. Terapi 1. Konservatif
2. Herniotomy
3. Hernioraphy
9. Edukasi 1. Bisa terjadi kekambuhan
2. Menghindari pekerjaan berat
3. Mengobati penyakit predisposisi
4. Mengobati penyakit penyulit
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens 1A
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis Konsulen Bedah Umum
14. Indikator Medis Ketepatan penegakan diagnosis dan terapi
15. Referensi Townsend: Sabiston Textbook of Surgery, 18th Edition. New York,
McGrawHills
Debas, Haile T.Ebook Gastrointestinal Surgery:Patophysiology and
Management. Springer
Zinner, Stanley. Ebook. Maingot’s Abdominal Operation 11th Edition
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 7 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


Direktur
02 Januari 2022 Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban

dr. Yenie Surveyanti


NBM : 1.083.505
1. Pengertian Neoplasma jinak payudara yang terdiri dari campuran
elemen kelenjar (glandular) dan elemen stroma
(mesenkimal), yang terbanyak adaah komponen jaringan
fibrous.
2. Anamnesis 1. Merasa ada benjolan di payudara cukup lama,
dapar membesar ukurannya atau menetap
untuk waktu yang lama
2. Benjolan sering tidak disertai rasa nyeri dan sering
tak ada hubungan dengan menstruasi.
3. Benjolan terasa mobile
4. Usia muda, 15-30 tahun
3. Pemeriksaan Fisik
1. Bentuk bulat dan oval
2. Batas tegas
3. Tidak besar, 2-5 cm
4. Permukaanrata
5. Konsistensi padatkenyal
6. Sangat mobil dalam korpus mammae
7. Tidak ada tanda invasi atau metastase
8. Dapat single atau multiple
9. Lebih dari 4 cm diperlukan FNA untuk
menyingkirkan kemungkinan tumor filodes
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 8 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

4. Kriteria Diagnosis - Anamnesa : benjolan pada payudara dapat single atau


multiple, dapat membesar dalam waktu yang lama atau
menetap ukurannya. Tidak terasa nyeri
- Pemeriksaan fisik : teraba benjolan yang kenyal dan
mobile dengan permukaan yang licin
Pemeriksaan penunjang : USG mammae, mammografi
5. Diagnosis Kerja Fibroadenoma mamae
6. Diagnosis Banding Tumor Phylloides Benigna
Tubular Adenoma
Hipertrofi mamae
Nipple Discharge
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Imaging : USG mammae, mammografi kadang-
kadang MRI payudara
2. Sitologi atau histopatologi: FNA, imprint sitologi
dari cairan putting susu, corebiopsy atau
openbiopsy
8. Terapi Indikasi operasi pada lesi jinak yang memberikan keluhan
atau tidak berhasil dengan terapi konservasi.
Dilakukan eksisi dan pemeriksaan histopatologis spesimen operasi
9. Edukasi 1. Edukasi diagnosis, diagnosis banding,
pemeriksaan penunjang
2. Edukasi rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan
komplikasi
3. Edukasi alternatif tindakan
4. Edukasi tindakan bedah
5. Edukasi perkiraan lama rawat
Edukasi perawatan luka pasca tindakan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis Konsulen Bedah Umum
14. Indikator Medis Kondisi Pasien Membaik
15. Referensi
1. Crofton SJ, Horne N, Miller F. Fibroadenoma mammae. Edisi
ke-1. London: The Mac Millan Press, 1992.
2. Rahajoe N, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB.
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 9 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

Pedoman Tatalaksana FAM. 2005.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


Direktur
02 Januari 2022 Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban

dr. Yenie Surveyanti


NBM : 1.083.505
1. Pengertian Hemoroid adalah pelebaran plexus vena anus, biasanya
plexus vena hemoroidalis internus yang mengakibatkan
perubahan pada bantalan anus / anal cushion. Pelebaran plexus
vena banyak sekali didapati namun sebagian besar
asimptomatis; karenanya hemoroid di artikan sebagai
pelebaran plexus dan anal cushion yang menimbulkan keluhan
pada penderita. Hemoroid eksterna jarang dijumpai, biasanya
merupakan kelanjutan dari hemoroid
interna (hemoroid interna-eksterna)
2. Anamnesis 1. Perdarahan per anus. Perdarahan peranum merupakan
keluhan utama dan muncul sejak awal. Darah keluar
bersamaan atau sesudah buang air besar, mula-mula sedikit
kemudian makin banyak dan sering. Sesudah buang air
besar, darah keluar menetes.
2. Prolaps. Berikutnya penderita mengeluh keluar benjolan
bersamaan dengan buang air besar dan dapat masuk
kembali spontan. Bila dibiarkan lama-lama benjolan yang
keluar tidak dapat masuk sendiri dan harus dimasukkan
dengan jari. Benjolan kemudian keluar bahkan tanpa
menyertai buang air besar, misalnya sewaktu kegiatan fisik
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 10 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

bahkan kegiatan fisik yang ringan sekalipun. Dan benjolan


hemoroid yang keluar pada akhirnya tidak bisa dimasukkan
lagi / prolaps
3. Discharge. Discharge berupa mukus menyertai prolaps
hemoroid dan sangat mengganggu karena menyebabkan
daerah anus selalu basah
4. Nyeri. Hemoroid yang tanpa komplikasi tidak menimbulkan
nyeri, hanya perasaan tidak nyaman saja. Adanya yeri
menunjukkan komplikasi seperti
infeksi atau thrombus
3. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi. Pada hemoroid stadium 1 atau 2 pemeriksaan
pada anus tidak ditemukan kelainan, karena pelebaran
venanya berada didalam anus. Pada hemoroid stadium
lanjut terlihat benjolan pada jam 3, 7, 11 atau adanya
lipatan kulit dan skin tag. Bila penderita diminta mengejan,
benjolan baru terlihat keluar pada stadium 2 dan 3.
2. Pemeriksaan Colok Dubur. Pemeriksaan colok dubur pada
hemoroid interna tidak akan menemukan benjolan apapun,
karena vena yang melebar akan kolaps. Kecuali bila telah
terjadi thrombus, akan teraba benjolan thrombus.
3. Proktoskopi. Dengan pemeriksaan proktoskopi, akan
terlihat pelebaran vena di anus di lumen alat protoskopi /
anuskopi. Pemeriksaan ini diperlukan pada hemoroid
derajat 1 atau 2.
4. Sigmoidoskopi. Sigmoidoskopi diperlukan bila ada
kecurigaan kelainan lain diatas anus, misalnya tumor / polip
pada rektum yang menyebabkan perdarahan dan gejalanya
mirip hemoroid
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis hemproid mudah dilakukan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik daerah anus dan pemeriksaan colok dubur
pada stadium 4 dan 4, namun sulit bila dalam stadium awal.
1. Hemoroid derajat 1: keluhan perdarahan waktu
defekasi, hanya bisa didiagnosis dengan anuskopi
2. Hemoroid derajat 2: prolaps waktu defekasi, namun
masih bisa masuk spontan
3. Hemoroid derajat 3: prolaps waktu defekasi dan tidak dapat
masuk spontan harus dimasukan dengan jari penderita
4. Hemoroid derajat 4: prolaps dan tidak dapat dimasukan
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 11 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

5. Diagnosis Kerja Hemoroid


6. Diagnosis Banding 1. Keganasan pada kolon dan rektum
2. Tuberkulosis kolon dan rectum
3. Prolaps rekti
7. Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis hemoroid.
8. Terapi Prioritas penanganan adalah konfirmasi diagnosis hemoroid dan
menyingkirkan penyakit lain yang gejalanya buang air besar
disertai darah, terutama karsinoma kolon. Hemoroid derajat 1
dan 2 penanganannya secara medikamentosa, diit tinggi serat,
diit mengurangi berat badan dan mengurangi kebiasaan
mengejan pada defekasi.
Terapi operatif dilakukan pada derajat 3 dan 4, berupa :
1. Banding dengan Barron’s bander
2. Operasi terbuka Milligan-Morgan
3. Stapled
hemorhoidectomy
(Longo) Komplikasi
operasi dapat berupa :
1. Nyeri
2. Perdarahan reaksioner
3. Retensi urin
4. Perdarahan sekunder
5. Striktur ani
Inkontinens
9. Edukasi Pada hemoroid stadium 1 dan 2, diit tinggi serat dan kebiasaan
defekasi dapat mengurangi dan menyembuhkan. Bila penderita
gemuk sehingga tekanan abdomen tinggi, dianjurkan juga
mengurangi berat badan. Setelah operasi pada derajat 3 dan 4,
untuk mencegah kekambuhan juga dianjurkan diit tinggi
serat.
10. Prognosis Prognosis untuk kesembuhan baik, penderita dapat sembuh
sempurna dengan terapi konservatif maupun operatif
11. Tingkat Evidens IA
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis Konsulen Bedah Umum
14. Indikator Medis 1. Luka Operasi Baik
2. Keadaan umum baik
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 12 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

3. Skala nyeri daerah operasi 3


15. Referensi 1. Brunicardi FC et al : Schwartz’s Principles of Surgery, 11 th ed
2. Samsjuhidayat, de Jong : Buku Ajar Bedah edisi 3
Williams N, Bulstrode CJK, O’Connel P : Bailey & Love’s Short
Practice of Surgery 25th ed

PANDUAN PRAKTEK KLINIS Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


Direktur
02 Januari 2022 Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban

dr. Yenie Surveyanti


NBM : 1.083.505
1. Pengertian Keganasan dari parenkim, stroma, areola, dan papilla
mammae (termasuk tumor phyllodes maligna, tidak termasuk
tumor ganas dari kulit payudara).
2. Anamnesis -Sebagian besar (85%) mengeluh ada tumor, bisa kecil
sampai besar dan sudah jelas menunjukkan tanda infiltrasi
(mobilitas terbatas/ fixed, perlekatan ke kulit/ ulkus,
penarikan puting susu, sampai perlekatan pada dinding
thoraks).

- Rasa tak enak pada payudara dan besar payudara yang tak
sama besar.

- Ada nipple discharge yang berdarah

- Didapatkan rasa mengganjal di ketiak pada metastase


kelenjar getah bening axilla ipsilateral.
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 13 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

- Gejala metastase di tempat lain (paru-liver-tulang-otak-


payudara kontralateral).

3. Pemeriksaan Fisik - Tumor: letak kuadran, besar tumor, konsistensi, mobilitas,


permukaan, batas, nyeri atau tidak.

- Pemeriksaan kelenjar getah bening axilla ipsilateral,


mobilitas kelenjar getah bening.

4. Kriteria Diagnosis Stadium karsinoma mammae

Stadium T N M
0 In situ 0 0
I 1 0 0
IIA 0 1 0
1 1 0
2 0 0
IIB 2 0 0
3 0 0
IIIA 0 2 0
1 2 0
3 1-2 0
IIIB 0-4 0-2 0
Any 3 0
IV Any Any 1
Keterangan:

T0 : tidak teraba tumor dengan cara pemeriksaan klinis biasa

T1 : teraba tumor dengan diameter < 2 cm

T2 : teraba tumor dengan diameter > 2 dan < 5 cm

T3 : teraba tumor dengan diameter > 5 cm

N0 : tidak ada metastasis regional

N1 : ada metastasis kelenjar aksilla yang mobile

N2 : ada metastasis kelenjar aksilla yang melekat


APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 14 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

N3 : metastasis ke kelenjar mammaria interna

M0 : tidak didapatkan metastasis jauh

M1 : didapatkan metastasis jauh

5. Diagnosis Kerja Carcinoma mammae


6. Diagnosis Banding - Tumor Phylloides Maligna

- Tubular Adenoma
7. Pemeriksaan Penunjang Thorax Xray, USG mammae, mammografi, sitologi
8. Terapi - Kriteria inoperabilitas pada kanker payudara
1. Tumor melekat pada dinding thoraks.
2. Edema lengan.
3. Peau d’orange yang melebih ½ payudara.
4. Satelit nodul di daerah payudara yang luas, melewati
daerah paudara.
5. Mastitis karsinomatosa.
- Indikasi pemerian radioterapi adjuvan loko-regional
1. Stadium IIA dan IIB.
2. Pada stadum I dan II bila:
- letak tumor di medial atau sentral
- bila letak tumor sangat dekat dengan M. Pektoralis
atau menginfiltrasi Mm. Pektoralis
3. Bila pada pemeriksaan histopatologis kelenjar getah
bening aksilla sudah ada metastasis dan menembus kapsul.
4. Bila operator merasa perlu ditambahkan radiasi eksterna
oleh karena kemungkinan terjadi seeding.

- Indikasi pemberian kemoterapi adjuvan sistemik


1. Bila tumor > 3 cm.
2. Bila pada pemeriksaan histopatologis spesimen
mastektomi:
- didapatkan metastasis pada kelenjar getah bening
aksilla > 3 buah
- tumor poorly differentiated
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 15 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

- ada angio dan lymph invasion


- metastasis kelenjar getah bening aksilla yang sudah
menembus kapsul.
- ER dan atau PR negatif
3. Usia kurang dari 35 tahun.
4. Jelas suatu hereditary breast cancer.

- Kemoterapi yang diberikan


Pilihan standard
CAF (Cyclophophamide 500mg/m2 – Doxorubicin 50mg/m2 –
5 Fluorouracyl 500mg/m2 ) tiap siklus, diulang tiap 3
minggu, sebanyak 6 siklus.
CMF (Cyclophosphamide 100mg p.o. hari 1-14,
Methotrexate 40mg/m2 i.v. hari 1 dan 8, 5FU 500mg/m2
i.v. hari 1 dan 8) tiap siklus, diulang lagi hari ke 28,
sebanyak 6 siklus.
Pilihan lain
Docetaxel/Paclitaxel-Doxorubicin
Gemcitabicine-Cisplatin
Docetaxel/Paclitaxel-Gemcitabicine
MMM (Methotrexate-Mitomicine C-Mitoxantrone)

- Indikasi pemberian terapi hormonal ajuvan


sistemik(Tamoxifen)
1. Post menopause dengan ER/PR+ atau tidak diketahui.
2. Post menopause dengan ER/PR-, kemoterapi tidak dapat
diberikan atau tidak sanggup menyediakan.
Pilihan standar: Tamoxifen 20-30mg/ hari p.o. selama 5
tahun.

- Tindak lanjut
Dilakukan cukup lama, seumur hidup. Yang dinilai: status
generalis, keadaan penyakitnya, komplikasi atau akibat
samping dari terapi yang diberikan.
Jadwal follow up:
0-1 tahun : tiap bulan sekali
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 16 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

1-3 tahun : tiap 3 bulan sekali


3-5 tahun : tiap 6 bulan sekali
> 5 tahun : tiap tahun sekali
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa dan angka
kekambuhan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis Konsulen Bedah Umum
14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Referensi Chen, Herbert (2010). Illustrative Handbook of General Surgery.
Berlin: Springer. p. 217

PANDUAN PRAKTEK KLINIS Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


Direktur
02 Januari 2022 Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban

dr. Yenie Surveyanti


NBM : 1.083.505
1. Pengertian benjolan atau pembengkakan abnormal pada
jaringan lunak yang disebabkan oleh neoplasma
atau nonneoplasma
2. Anamnesis STT dapat terjadi pada setiap segmen populasi.
Namun, sarkoma lebih sering terjadi pada anak-
anak dan dewasa muda, serta pada pria jika
dibandingkan dengan wanita.

Usia merupakan faktor risiko untuk jenis STT yang


spesifik. Sebagai contoh, rhabdomiosarkoma (jenis
kanker langka jaringan ikat) lebih sering terjadi
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 17 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

pada anak-anak dan dewasa muda. Sarkoma


sinovial (kanker langka yang menyerang jaringan
ikat pada sendi) ditemukan pada dewasa muda.
Histiositoma fibrosa ganas (sarkoma dari jaringan
lunak) dan liposarkoma (kanker jaringan lemak)
umumnya terjadi pada dewasa lanjut.
3. Pemeriksaan Fisik pemeriksaan fisik untuk menentukan lokasi,
ukuran, menyingkirkan kemungkinan penyebab
nyeri yang lain, dan memeriksa adanya keterlibatan
kelenjar getah bening di dekatnya
4. Kriteria Diagnosis Tumor jinak jaringan lunak

1. Lipoma
Tumor berbentu bulat, oval atau lobuler, tumbuh
pelan, konsistensi lunak, tidak nyeri, single atau
multiple, subkutan.
2. Hemangioma
a. Hemangioma kapilare.
Berbentuk plaque atau nodus pada kulit, berwarna
merah, yang terdapat sejak lahir atau timbul
sewaktu anak-anak.
b. Hemangioma cavernosum
- Tumor dikulit atau subkutan, seperti spons,
berwarna keburuan, sejak lahir atau timbul waktu
bayi.
- Tumor dapat tumbuh dan membesar dengan
cepat tetapi dapat mengecil dan menghilang
spontan, umumnya sebelum umur 5-7 tahun.
c. Hemangioma arteriale (hemangioma racemosum
cirrsoid hemangioma).
- Tumor berbentuk panjang, berbelok-belok,
berdenyut, karena ada shunt antara arteri dan
vena, sejak bayi atau kecil.
- Lokasi biasanya di subkutan di kepala.
2. Limfangioma
a. Limfangioma kapilare (limfangioma simplek)
Berbentuk vesikel atau kutil kecil-kecil multiple,
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 18 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

berisi cairan limfe, dengan kulit berwarna


normal, timbul sejak lahir atau waktu kecil.
b. Limfangioma cavernosum
Berbentuk tumor atau pembesaran organ, seperti bibir
(makrocheili), lidah (makroglosi), dengan kulit diatas tumor
berwarna normal, konsistensi seperti spons.
c. Limfangioma kistikum
- Berupa kista, berisi cairan limfe, dengnan kulit
atas tumor berwarna normal, timbul sejak lahir
atau waktu bayi.
- Lokasi umumnya di leher (higroma coli) atau di
axila (higroma axillare)
d. Fibroma
- Berbentuk tumor padat, berbatas tidak tegas,
konsistensi ada yang keras (fibroma durum), ada
yang lunak (fibroma molle), tergantung
banyaknya jaringan ikat pada tumor
- Lokasi subkutan, fascia, septum intermikulare
- Tumor desmoids ialah fibroma yang terdapat
pada dinding abdomen pada fascia mukulus
rektus atau obliquus abdominus, klinis
keliatannya sebagai tumor ganas, tetapi patologis
sebagai tumor jinak.
e. Neurofibroma
- Berbentuk tumor bulat panjang, sering multiple
sepanjang syaraf perifer, berasal dari bungkus
syaraf.
- Sering timbul nyeri atau paraestehia.

Tumor non neoplasma

1. Neurofibromatosis von Recklinghausen


a. Suatu penyakit congenital herediter, yang terdapat
sejak lahir atau baru manifest setelah dewasa, yang
tumbuh progresif dengan pelan
b. Berbentuk nodus, tumor atau polipoid, di kulit,
subkutis atau subfascial, multiple diseluruh tubuh,
dengan ukuran befariasi, konsistensi lunak.
c. Yang khas ialah terdapat café aux lait, suatu plaque
berwarna coklat susu pada kulit
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 19 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

d. Bila belakangan ada tumor yang tumbuh dengan


cepat, konsistensi berubah menjadi padat, harus
dicurigai mengalami transformasi ganas, menjadi
neurogenic sarcoma.
2. Ganglion
a. Tumor kisteus dari bungkus tendan atau sendi, berisi
cairan seperti gudir
Lokasi umumnya di subkutan di tangan (ganglion karpi), kaki
(ganglion tarsi) atau poplitea (ganglion poplitea).
5. Diagnosis Kerja Tumor jaringan lunak
6. Diagnosis Banding Tumor jinak kulit

7. Pemeriksaan Penunjang Patologis: FNA, biopsy, pemeriksaan spesimen operasi


8. Terapi 1. Bedah:
- Eksisi tumor.
- Cryosurgery.
- Elektro cauter.
- Abrasi/dermobrasi.
2. Non bedah:
- Hemangioma: radiotrapi, kortikosteroid, tatouage
Ganglion: kortokosteroid intra kistik.
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa dan angka
kekambuhan
10. Prognosis Hasil akhir dan prognosis tumor jaringan lunak bergantung
pada beberapa, seringnya faktor-faktor yang saling terkait,
adapun diantaranya : ukuran tumor, kedalaman letak tumor,
tipe histologist, tingkatan klinis, ploidi (genom) DNA,
proliferasi sel, mutasi gen kanker
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis Konsulen Bedah Umum
14. Indikator Medis Sembuh, Bebas tumor
15. Referensi Buku “PERSATUAN DOKTER SPESIALIS BEDAH UMUM
INDONESIA 2002”.
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 20 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


Direktur
02 Januari 2022 Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban

dr. Yenie Surveyanti


NBM : 1.083.505
1. Pengertian Bursitis secara umum didefinisikan peradangan dari satu atau lebih
pada bursa (kantung kecil) yg mengandung cairan sinovial di dalam
tubuh yg disertai nyeri
2. Anamnesis  nyeri sendi atau kaku pada sendi yang meradang. Rasa
nyeri ini akan bertambah parah saat sendi tersebut
digerakkan atau ditekan
3. Pemeriksaan Fisik terlihat pembengkakan dan kemerahan pada bagian bursa yang
mengalami peradangan. suhu oedem hangat dan nyeri
tekan. Penurunan ROM
4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis Kerja Bursitis


6. Diagnosis Banding

7. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium: darah rutin. Xray sendi


8. Terapi 1.
9. Edukasi
10. Prognosis
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 21 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Referensi

PANDUAN PRAKTEK KLINIS Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


Direktur
02 Januari 2022 Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban

dr. Yenie Surveyanti


NBM : 1.083.505
1. Pengertian Ileus obstruksi adalah gangguan pasase usus atau peristaltic
usus akibat adanya sumbatan bagi jalan distal isi usus.
2. Anamnesis 1. Nyeri tekan pada abdomen.
2. Muntah.
3. Konstipasi (sulit BAB).
4. Distensi abdomen.
5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus
3. Pemeriksaan Fisik Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata
dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit
maupun mulut dan lidah kering.
2) Palpasi dan perkusi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan
perkusi tympani yang menandakan adanya
obstruksi.
3) Auskultasi
Terdengar kehadiran episodik gemerincing logam
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 22 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa


tenang.
4) Rectal Toucher
Isi rektum menyemprot: Hirschprung disease. Adanya darah
dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma. Feses
yang mengeras: skibala Feses negatif: obstruksi usus letak
tinggi.
4. Kriteria Diagnosis -

5. Diagnosis Kerja Ileus obstruktif


6. Diagnosis Banding Ileus paralitik

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium ( darah lengkap,elektrolit)


2. Radiologi (foto polos abdomen 3 posisi)
3. Pemeriksaan endoskopi meliputi rektosigmoidoskopi
dan kolonoskopi.
Sonogram berguna untuk menentukan adanya ruang yang
mengandung cairan seperti kista, abses atau cairan bebas
didalam rongga perut atau ruang yang berisi jaringan padat
8. Terapi 1. Pemasangan nasogastric tube bertujuan untuk
mengosongkan lambung, mengurangi resiko
terjadinya aspirasi pulmonal karena muntah dan
meminimalkan terjadinya distensi abdomen.
2. Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya
mengalami dehidrasi dan kekurangan Natrium,
Khlorida dan Kalium yang membutuhkan penggantian
cairan intravena dengan cairan salin isotonic seperti
Ringer Laktat.
3. Urin harus di monitor dengan pemasangan Foley
Kateter.
4. Operatif
a. Koreksi sederhana (simple correction).
Tindakan bedah sederhana untuk membebaskan
usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
b. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus
baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal,
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 23 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

Crohn disease, dan sebagainya.


c. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian
proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca
stadium lanjut.
Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat
anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahankan
kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,
invaginasi strangulata, dan sebagainya.
9. Edukasi
10. Prognosis Nonstrangulasi obstruksi mempunyai suatu angka
kematian sekitar 2 %, banyak terjadi pada orang tua.
Obstruksi strangulata mempunyai tingkat kematian kira-
kira 8 % jika operasi dilakukan dalam 36 jam setelah gejala
timbul dan 2 % jika operasi ditunda lebih dari 36
jam.
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis Konsulen Bedah Umum
14. Indikator Medis Pasien sepsis teratasi dengan atau tanpa komplikasi
dalam waktu 1 hari perawatan, target 75% pasien sepsis
teratasi
dengan atau tanpa komplikasi dalam waktu 10 hari
perawatan
15. Referensi 1. Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku
Ajar Ilmu Bedah . Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal: 623.
2. Guyton A.C., Hall J.E. 2005a. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran . Edisi ke- 9. Jakarta : EGC
APENDISITIS AKUT

No. Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 24 of 24
MUHAMMADIYAH TUBAN

Anda mungkin juga menyukai