Anda di halaman 1dari 15

BOOK READING

MENENTANG STIGMA PUBLIK TENTANG GANGGUAN JIWA

Oleh :
Nurul Furqooniyah
142011101024

Pembimbing:
dr. Justina Evy T, Sp. KJ
dr. Inke K, M. Biomed., Sp. KJ

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


SMF Ilmu Bedah di RSD dr.Soebandi Jember

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
MENENTANG STIGMA PUBLIK TENTANG GANGGUAN JIWA

Stigma dan diskriminasi merupakan sebuah masalah bagi kehidupan masyarakat.


Setiap orang seharusnya mengkaji keyakinan dan tindakan mereka yang memandang
sebelah mata peluang seseorang dengan gangguan jiwa di dalam kehidupannya. Tiga
strategi untuk menghentikan stigma publik dalam bab ini: (1) kontak, anggota masyarakat
umum yang secara teratur berinteraksi dengan orang-orang yang berjuang dengan gangguan
jiwa akan cenderung menstigmatisasi; (2) edukasi, anggota masyarakat yang tahu lebih
banyak tentang gangguan jiwa berkemungkinan kecil untuk mendukung mitos memalukan
tentang gangguan jiwa; dan (3) protes, diskriminasi dapat berkurang apabila segmen penting
masyarakat dengan terang menyatakan "tindakan ini tidak dapat diterima."

Dampak Stigma Gangguan Jiwa Pada Masyarakat

Berikut merupakan dampak stigma bagi masyarakat:

1. Ketidakadilan stigma menginfeksi komunitas

Anggota masyarakat umum yang setuju dengan stereotip tentang gangguan jiwa dan
memilih untuk bertindak berdasarkan stereotip tersebut dapat membahayakan orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ). Namun, tidak hanya penderita saja, segala macam prasangka
(prejudice) merusak anggapan etika dari dari keseluruhan budaya. Orang-orang dengan
gangguan jiwa dikenal sebagai manusia yang lemah, berbhaya, dan tidak bisa mengurus
dirinya sendiri. Setelah kelompok tersebut diidentifikasi, mereka dapat dengan cepat
dipisahkan dari kelompok mayoriitas seperti halnya orang kulit hitam berbeda dari Putih.
Wanita berbeda dari laki-laki. Begitu pula orang dengan gangguan jiwa dianggap berbeda
dari orang normal.

2. Stigma merampas komunitas dari bersumber daya penting

Alih-alih menjadi produktif anggota masyarakat, kebanyakan orang dengan gangguan


jiwa harus bergantung pada takdir yang seakan dibuat dari tetangga mereka. Mereka
mungkin masih bisa bekerja, menghasilkan upah yang wajar, dan hidup mandiri.
Sebaliknya, karena sebuah ketidaktahuan masyarakat, mereka kehilangan kesempatan kerja
dan perumahan dan harus didukung oleh bantuan pemerintah. Pengucilan merampas
kemungkinan interaksi baik yang dibawa seseorang dengan gangguan jiwa dalam sebuah
komunitas.

3. Stigma mempertahankan ketakutan pribadi

Masyarakat menganggap bahwa gangguan jiwa adalah pilihan. Orang dengan


gangguan jiwa merupakan manusia yang gagal untuk memilih jalan hidup yang sehat.
Menurut mereka ODGJ mampu sembuh dengan kekuatan pribadinya dan menganggap
gangguan jiwa adalah sebuah kelemahan moral dari individu. Stigma mempertahankan
ketakutan pribadi. “Jika saya lemah, saya akan sakit mental seperti pria gelandangan yang
berbicara sendiri.” Ketidaktahuan semacam ini membatasi pemahaman orang tentang
gangguan jiwa. Secara tidak langsung anggapan itu membuat orang lebih berusaha menolak
kesengsaraan sehingga mereka tidak terlihat lemah daripada berusaha memahami
bagaimana kejadian dalam hidup dapat menyebabkan kekecewaan emosional.

Apa Peran Pembaca Dalam Mengubah Masyarakat?

Semangat setiap orang bisa membuat sebuah perubahan mungkin bisa mengubah
stigma masyarakat tentang ODGJ yang berpengaruh pada perilaku masyarakat. Perubahan
perilaku masyarakat terhadap ODGJ dapat membantu mereka untuk mennghadapi stigma
yang ada. Bukan hanya para pembaca yang sehat saja, pembaca yang mengidap gangguan
jiwa pun dapat mengobarkan semangat perubahan itu. Stigma dapat ditantang dengan
berbagai cara sesuai dengan skill dan talenta masing-masing dari orang yang sudah memilih
untuk ikut dalam penantangan stigma.

Target dan perubahan stigma lokal

Program antistigma berbasis populasi (misal: public services announcements (PSAs))


diyakini berdampak pada kelompok yang relatif besar. PSA dapat memiliki dampak paling
besar dan luas jika konsisten dengan prinsip-prinsip pemasaran sosial dengan hati-hati.
Advokat fokus pada kelompok orang penting dan lokal untuk mengevaluasi perubahan
stigma (Corrigan, 2004). Pengacara berada dalam posisi berkuasa (khususnya dibandingkan
dengan kelompok yang kehilangan haknya) dan memiliki kendali atas pilihan mereka.
Orang-orang yang berprasangka terhadap pengacara tidak menstigmatisasi mereka kecuali
jika perilakunya tidak sesuai dengan pekerjaannya. Sebaliknya, ODGJ bahkan tidak bisa
mendapatkan tujuan dasar layaknya orang dewasa lainnya karena target/sasaran tertentu
(orang) berpotensi mempromosikan anggapan negaatif tentang gangguan jiwa.

Kelompok sasaran penting termasuk pengusaha, termasuk pengusaha properti,


anggota legislatif, pengajar, dan penyedia layanan kesehatan. Pengusaha mungkin percaya,
“Orang dengan gangguan jiwa tidak mampu untuk melakukan pekerjaan nyata”, sehingga
majikan tidak mau mewawancarai orang-orang dengan gangguan jiwa untuk lowongan
pekerjaan (Bordieri & Drehmer, 1986; Farina & Felner, 1973; Farina, Felner & Boudreau,
1973; Link, 1982, 1987; Wahl, 1999). Pengusaha properti mungkin berpikir, "Orang dengan
gangguan jiwa akan menghancurkan apartemen saya", dan karenanya tidak menyewakan
barangnya kepada mereka (Farina et al., 1974; Hogan, 1985, Page, 1995; Segal, Baumohl &
Moyles, 1980; Wahl, 1999). Salah satu tujuan dari program antistigma berbasis kontak atau
edukasi adalah untuk menggantikan mitos tentang orang-orang dengan gangguan jiwa yang
tidak dapat bekerja secara nyata dengan ide-ide bahwa kebanyakan orang dengan gangguan
jiwa dapat melakukan pekerjaan biasa, terutama dengan dukungan in vivo.
Perubahan stigma tidak hanya ditargetkan, tetapi juga lokal. Pembicara masa lalu
DPR AS Tip O'Neill pernah berkata, "Semua politik adalah lokal!" Perubahan stigma pada
dasarnya adalah upaya politik, membuat satu kelompok mengubah keyakinan dan tindakan
mereka tentang kelompok lain (Corrigan, Watson, Byrne & Davis , 2005). Menargetkan
pengusaha untuk mengubah anggapannya pada stigma ODGJ merupakan tindakan yang
bagus. Namun, alangkah lebih baik lagi jika dilakukan antar kelompok.

PSAs dan pemasaran sosial

Pengumuman Layanan Publik (PSAs): PSAs sangat sering digunakan untuk


kampanye anti-stigma. Secara tradisional PSAs merupakan pengumuman melalui televisi
dan radio sekitar 60 detik untuk disebarluaskan pada populasi yang ditargetkan. Baru-baru
ini, strategi online termasuk Facebook juga dimanfaatkan untuk PSAs. Kunci dari upaya ini
adalah menjangkau populasi daripada menunggu untuk menuangkan kampanye antistigma
dalam sebuah pesta menarik. Pemasaran Sosial merupakan penerapan prinsip-prinsip dan
praktik pemasaran untuk mencapai tujuan yang berhubungaan dengan kehidupan sosial.
Sebagai contoh, pemasaran sosial telah digunakan untuk mengatasi stigma gangguan jiwa
sehingga orang yang mungkin membutuhkan layanan psikiatris mengabaikan stigma dan
berkenan untuk mencari perawatan.

Salah satu contoh tindakan antistigma yang melibatkan PSAs pernah dilakukan oleh
aktris film terkenal Glenn Close. Pada 21 Oktober 2009, Glenn Close dan rekannya
membuat sebuah PSA yang menarik perhatian. PSA berjudul “Change a Mind About
Mental Illness” dapat ditemukan di Youtube. Di dalam video tersebut, terdapat sekelompok
orang mengenakan T-shirt kuning dengan tulisan bertema gangguan jiwa. Setengah dari
kelompok tersebut bertuliskan jenis penyakit gangguan jiwa, kemudian setengahnya lagi
bertuliskan anggota keluarga yang dicintai. Misalnya salah satu orang menggunakan Tshirt
bertuliskan “Skizofrenia” berdampingan dengan orang mengenakan Tshirt bertuliskan
“Mom”. Lalu yang lainnya bertuliskan “Bipolar” bersanding dengan yang bertuliskan
“sister”. Selain di Youtube pengumuman tersebut juga didistribusikan di stasiun televisi,
radio, koran dan beberapa media sosial online. PSA tersebut diatas bertujuan untuk
mempengaruhi jutaan penduduk Amerika.

PSA memiliki beberapa kesulitan yaitu susah diingat. Faktor yang menyebabkan PSA
susah diingat adalah harus bersaing dengan PSA dengan genre lain dan penayangan
dilakukan pada jam istirahat dari acara pokok dari televisi dengan sedikit penonton. Bahkan,
apabila terlihat pun, masyarakat sering kali mengganti channel nya. Penayangan PSA
sangat tergantung pada besarnya dana. Distributor harus membuat kontrak dengan aktor
yang ada dalam video tersebut terkait panjangnya video dan lama waktu penayangannya.
Distributor harus membayar kembali aktor terkait untuk memperpanjang kontrak
penayangan PSA. Biaya yang digunakan untuk penayangan PSA berasal dari penggalangan
dana atau tabungan bersama masyarakat. Jarang sekali bisa didapatkan tambahan uang
untuk mempertahankan PSA tersebut tetap tayang. Hal yang dijelaskan diatas merupakan
contoh PSA melalui televisi. Presentasi online mempunyai kesulitan yang lebih dalam
menjangkau target. Penonton dapat melompati PSA terkait untuk langsung melihat video
atau gambar yang diinginkan.

Evaluasi dari keefektifan PSA dengan cara menanyakan kepada sampel yang diambil
dari sebuah komunitas target mengenai berapa banyak orang yang pernah melihat atau
mendengar PSA tertentu. Biasanya orang akan lupa dan hanya mengingat tentang beberapa
tema saja seperti “oh, PSA yang diperankan aktor itu?”. Selanjutnya, kita bisa masuk ke
dalam media online untuk menayangkan kembali video tersebut kemudian menanyakan
apakah mereka ingat tentang PSA itu. Tujuan utamanya adalah membuat segelintir recall
dan mengenal kembali iklan tersebut. Evaluasi berikutnya untuk mengetahu efek dari PSA
yang dipublikasikan terhadap perilaku dan sikap target. Materi yang ada di bab 2 dari buku
ini diimplementasikan pada bagian ini. Dampak dapat dilihat dengan eksperimen
menggunakan sampel acak dari kelompok kontrol dan kelompok intervensi untuk
membandingkan efek utama dari PSA pada kedua kelompok tersebut.

Efek PSA pada stigma umum atau diri dan penghindaran label. Dampak PSA dapat
bervariasi dalam hal jenis stigma: stigma publik, stigma diri, dan penghindaran label.
Uapaya merubah anggapan dan diskriminasi yang diberikan publik umum terhadap ODGJ
mungkin sulit. Di sisi lain, bukti menyarankan pemasaran sosial mempunyai dampak
terbesar pada penghindaran label. Terdapat PSAs yang memberikan link pada website
tertentu contohnya (www.beyondblu.org.au) yang menyediakan ulasan mengenai gejala
penyakit gangguan jiwa sehingga dapat membantu mereka untuk membedakan depresi dan
penyakit terkait cemas, gangguan bipolar dan depresi postnatal. Disana juga menyajikan
terapi terkait baik medis maupun psikologis (CBT dan terapi keluarga), dan terapi alternatif
(latihan fisik dan pijat).

Ada beberapa kekhawatiran mengenai kampanye layanan publik. (1) Para pemangku
kepentingan tidak dilibatkan dalam pengembangan dan implementasi pendekatan anti-
stigma. (2) PSAs sering membutuhkan layanan khusus, sumber daya, dan bakat (3) Sumber
daya keuangan untuk mengembangkan media kampanye, situs web, dan bahan kertas tidak
tersedia untuk pendekatan yang ditargetkan. Hasil yang lebih besar dan lebih baik untuk
PSAs dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah orang yang terlibat dalam pendekatan
ini. Pengulangan dalam pemberian pesan antistigma terhadap kelompok sasaran memiliki
efek yang lebih baik.
STRATEGI I. MELAKUKAN KONTAK DENGAN PENGIDAP GANGGUAN JIWA

Penelitian telah menunjukkan salah satu cara paling efektif untuk mengubah sikap
publik tentang gangguan jiwa adalah dengan menumbuhkan interaksi antara masyarakat dan
orang-orang dengan gangguan jiwa.

Ceritakan kisah perjuangan dan pemulihan

Hal pertama yang dapat dilakukan adalah menemukan tempat untuk menceritakan
kisah tentang perjuangan dan tantangan seseoorang dengan gangguan jiwa. Banyak
kelompok advokasi di Inggris dan negara-negara Barat lainnya memiliki biro penutur
melalui afiliasi lokal mereka. Biro-biro pembicara ini dapat terhubung dengan gereja-gereja
lokal, kelompok sekolah, organisasi masyarakat, dan lainnya untuk berbagi pengalaman
pedih mereka

Dalam presentasi tipikal seperti ini, pembicara mungkin diberi waktu satu jam. Tiga
puluh menit dapat digunakan untuk menyajikan cerita yang diikuti 30 menit untuk
pertanyaan dan jawaban, serta diskusi umum dari penonton.

Elemen cerita tentang gangguan jiwa

 Personal. Bicara tentang pengalaman seseorang.


- menulis dari hati
- tidak terlalu formal
 konkrit dan to the point.
 Gunakan dan tentukan istilah profesional bila diperlukan.
 Jujur.
- jangan menyembunyikan fakta
- jangan terlalu memperindah
 Hanya diskusikan hal-hal yang nyaman dibicarakan orang.
 Singkat dan terfokus.
 Berikan contoh penyakit spesifik jika diperlukan.
 Tidak ada kerangka di masa kecil.
- dampak timbulnya penyakit
- berjuang dari berbagai kegagalan
- dampak pada keluarga
- perlahan mulai menggenggam dan menang.
 Atasi dampak stigma secara langsung.
- efek penilaian orang lain.
 Ingat moral cerita.
- "Saya bekerja, hidup, dan bermain, sama seperti semua orang"
Ceritakan kisah yang sudah terselesaikan, jangan memaksakan diri untuk berbicara di
depan publik sampai benar-benar siap. Berbicara kepada publik tentang gangguan jiwa bisa
menjadi aktivitas yang memberdayakan, tetapi juga bisa berisiko. Jangan mengikutserakan
sesorang untuk mengikuti tantangan ekstra kecuali orang tersebut merasa dirinya akan
mendapat keuntungan dari pengalaman tersebut.

Moshe mengemukakan bahwa dia memiliki orang tua yang pengasih dan tidak pernah
mengalami trauma pada masa kanak. Pesan semacam ini menantang gagasan bahwa
gangguan jiwa terjadi dari orang tua yang buruk dan perkembangan yang terhambat.
Pendengar perlu mendengar bahwa ini bukan krisis emosional jangka pendek lainnya.
Seseorang sedang berjuang dengan sebuah gangguan biologis yang menggagalkan tujuan
hidup seperti halnya penyakit fisik mayor.

“Penyakit itu membawa bencana bagi hidup saya. Saya tidak pernah gampang
menyerah. Saya tidak pernah gagal mengenai apa pun yang saya pikirkan. Tetapi saat
itu, segalanya sangat berbeda.”

Pembicara juga dapat menggambarkan bagaimana pengalaman dengan gangguan jiwa


mempengaruhi keluarga. Pembicara dapat menceritakan bagaimana orang tua dan saudara
kandung sering kewalahan dalam menghadapi anggota keluarganya yang memiliki
gangguan jiwa. Anggota keluarga dapat menjalani kehidupan melalui berbagai reaksi yang
meliputi kemarahan pada orang tersebut atas gangguan jiwanya, kesedihan terhadap gejala
gangguan jiwa dan penerimaan dari disabilitas. Pesan dibawa pulang dalam cerita Moshe
dan Bob yang seharusnya dapat menjadi momen klimaks dalam presentasi muncul
kemudian. Meskipun ada tantangan gangguan jiwa, saya telah mengatasi cacat saya dan
sekarang dapat mencapai tujuan hidup sehingga secara langsung menantang mitos bahwa
gangguan jiwa tidak dapat diatasi.

Kisahnya tidak bisa berakhir di sini. pembicara juga perlu memberi tahu pendengar
tentang bagaimana stigma memperburuk pengalaman mereka tentang gangguan jiwa. Bob
berkata:

“Saya ingat setelah saya mencoba mengambil hidup saya setelah SMA banyak teman
saya mengetahuinya sehingga tercipta gosip hebat. Beberapa teman saya tidak pernah
melihatku dengan cara yang sama lagi”

Penonton perlu tahu dan sadar bahwa stigma publik membuat perjalanan gangguan jiwa
yang sulit menjadi jauh lebih buruk.

Saran tentang cara menceritakan kisah. Berbicara di depan umum bisa menjadi tugas yang
menakutkan, bahkan ketika menceritakan kisahnya sendiri. Ada beberapa nilai dalam Tabel
3.1, yang dapat membantu meningkatkan gaya presentasi seseorang. Pertama, pembicara
perlu merasa yakin dengan presentasi mereka. Perasaan ini dicapai dengan memberi tahu
diri sendiri bahwa ceritanya penting, bahwa ceritanya menantang stigma masyarakat.
Tabel 3.1. Beberapa nilai yang perlu diingat ketika berbicara di depan umum.

Nilai Keyakinan
Kepentingan
Ketertarikan
Kerendahan hati
Antusiasme
Energi

Menangani Kegugupan berbicara di Saya senang saya di sini


depan umum Saya Senang Anda Di Sini
Saya Tahu Apa Saya Tahu
Dan Aku Peduli Kamu (dari Dorothy
Sarnoff)

Persiapan Persiapan sangat penting untuk


menenangkan dan berbicara di depan
umum yang efektif.

Tujuan dari public speaking adalah untuk memperlihatkan penonton sekilas singkat
mengenai kehidupan seseorang dengan gangguan jiwa tidak bertindak seperti yang
disarankan stereotip. Ingatlah pentingnya antusiasme dan energi; mereka menular dan
mendorong audiens untuk berpegang pada kata-kata yang diceritakan. Antusiasme
menunjukkan kepada audiensi bahwa pembicara percaya bahwa pesan yang diberikan itu
penting dan menarik. Antusiasme dikomunikasikan melalui energi. Jangan pernah duduk
saat menyajikan cerita: berdiri, berjalan, dan gerak tubuh bila perlu. Temui audiensi secara
langsung dan lihat mata mereka. Berbicara keras dan gunakan perubahan nada emosi dari
suara dan ekspresi wajah. Mungkin pertimbangan berbicara di depan umum yang paling
penting adalah persiapan.

Berapa banyak yang harus saya persiapkan sebelum presentasi saya?

Gambar 3.1 adalah lembar kerja yang akan membantu menulis biografi yang
mencerminkan bagian penting dari kisah yang menyentuh. Beberapa orang mungkin ingin
menggunakan lembar kerja ini untuk merencanakan semua rincian presentasi. Orang lain
mungkin menggunakannya sebagai garis besar untuk presentasi tanpa persiapan. Ada
kelebihan dan kekurangan persiapan ekstensif versus pidato tanpa persiapan; ini perlu
dipertimbangkan sehingga seseorang dapat memilih gaya yang paling cocok untuknya.
Gambar 3.1

Persiapan yang luas dengan menulis presentasi sepenuhnya atau menyiapkan garis
besar dengan memberikan contoh spesifik dari setiap titik garis besar. Persiapan juga
termasuk gladi resik dengan seorang teman yang akan memberikan umpan balik tentang
poin penting dari cerita dan saran untuk perubahan presentasi. Beberapa pembicara juga
dapat menyiapkan alat bantu visual untuk mengilustrasikan poin-poin penting dalam lembar
kerja. Sebagai contoh, seseorang dapat menyajikan slide foto masa kanak-kanak yang
menggambarkan kehidupan awal yang normal. Perencanaan ekstensif membutuhkan
beberapa jam persiapan sebelum presentasi, waktu yang mungkin tidak dimiliki oleh banyak
orang sibuk.

Banyak orang tidak dapat menyajikan cerita terorganisir tanpa persiapan dimuka.
Tanpa organisasi yang cermat, audiens dapat menjadi bingung tentang tujuan presentasi
sehingga tidak berefek pada sikap stigma. Menempatkan pengalaman dengan mental
penyakit menjadi cerita yang meyakinkan dan membagikannya dengan orang lain tidak
hanya akan bermanfaat bagi audiens, tetapi pembicara juga. Bagi sebagian orang, ini
memberikan sebuah proses terapi, membantu mendalami tantangan dan mendapatkan
pencapaian.

Menceritakan kisah seseorang juga bisa memberdayakan. Bercerita memberikan bukti


bahwa pembicara tidak lagi menjadi responden pasif terhadap gangguan jiwa, atau terhadap
masyarakat yang memandang rendah disabilitas mereka. Sebaliknya, berbicara secara
terbuka tentang penyakit adalah bukti bahwa pembicara menerima tanggung jawabnya
kepada masyarakat (untuk menjadi warga negara yang produktif dan tetangga yang
mendukung) dan menuntut hak atas terlaksananya tanggung jawab ini.

Menceritakan kisah keluarga

Orang tua, saudara kandung, pasangan, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya
sering menjadi korban stigma gangguan jiwa. Liu Ying mempersembahkan Chow sebagai
"putra yang hangat dan penuh kasih." Sayangnya, dia diserang oleh disfungsi otak yang
mengganggu proses sekolahnya. Rasa sakit yang dialami oleh orang-orang dengan
gangguan jiwa sama menakutkannya bagi anggota keluarga. Mereka sering duduk dengan
tak berdaya dan menonton anak yang tidak bersalah tersebut menahan siksaan ini. Keluarga
sering merasa sendirian dan tanpa dukungan karena mereka menghadapi kesulitan-kesulitan
ini. Liu Ying berkata: Gereja tidak ada di sana untuk orang tua dari anak yang sakit jiwa.
menteri bahkan tidak bisa berbicara tentang gangguan jiwa. Kami pikir dia tidak akan bicara
atau berkhotbah tentang hal itu karena dapat menstigmatisasinya.

Rasa malu terhadap gangguan jiwa juga menstigmatisasi anggota keluarga. Kami
merasa sedikit malu sehingga terkadang kami berpikir, “Apa kesalahan yang kami
lakukan?” Meskipun sudah diberitahu itu bukan kesalahan orang tua, hal-hal ini tetap
terpikirkan. Keluarga juga berpikir mengapa tidak dapat memberikan perawatan yang lebih
baik dari situasi tersebut?. Prinsip-prinsip yang sama tentang bagaimana cara menceritakan
kisah pribadi berlaku untuk cara menceritakan sebuah keluarga yakni Jujur, konkret, dan
personal. Kami menyediakan lembar kerja untuk menyiapkan cerita keluarga (pada Gambar
3.2) untuk membantu anggota keluarga yang mungkin memutuskan untuk mengambil tugas
ini di komunitas mereka.
Gambar 3.2
Faktor lain yang memfasilitasi kontak

Banyak psikologis sosial mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat meningkatkan


efek cerita pada perilaku publik

Kontak harus menyangkal stereotip secara halus.Cerita akan memberikan sedikit dampak
apabila berisi pernyataan yang sangat kontras berbeda dengan stereotip yang ada bagi ODGJ.
Audiens akan merespon dengan berkata “ aku tidak bisa percaya hal tersebut terjadi seperti
itu” atau bahkan “ aku tidak peduli apa yang sedang dikatakan, aku tidak percaya orang itu
pernah mengalami gangguan jiwa, aku masih berpikir bahwa semua penderita skizofrenia
seharusnya di kunci dalam sebuah ruangan” sehingga audiens tidak percaya pada cerita yang
sangat berbeda dari ekspektasi mereka terhadap ODGJ. Begitu pula sebaliknya, cerita yang
mendukung stereotip juga merupakan sebuah problem seperti: “lihat, aku sudah katakan
padamu semua ODGJ membutuhkan pendamping, mereka tidak mampu mengurus dirinya
sendiri”. Contoh dari cerita tersebut disediakan pada tabel 3.2.

Advokat perlu menghindar dari overselling prestasi mereka, bahkan jika mereka
benar. ODGJ yang mengatakan mereka bekerja melalui Sekolah Kedokteran Harvard tidak
mewakili "pasien mental" yang khas. Masalah ini dapat dihindari dengan membingkai
pencapaian tersebut dalam hal moral yang perlu ditekankan dalam cerita anti-stigma: Saya
bekerja, hidup, dan bermain, sama seperti kamu. Karenanya, prestasi mereka tidak berbeda
dari orang kebanyakan yang berjuang dalam mencari nafkah, membesarkan keluarga, dan
berurusan dengan stresor sehari-hari.
Kontak memiliki efek yang lebih besar ketika orang berinteraksi dengan pembicara
dan terlibat dalam pertukaran ide. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan
memberikan periode tanya jawab setelah cerita. Beberapa dari semua ini cukup pribadi,
berharap untuk menarik pendengar: "Berapa banyak orang di sini yang mengenal seseorang
dengan gangguan jiwa?". Atau pertanyaan tentang poin utama dari presentasi: “Apa saja
sikap negatif yang cocok dengan gangguan jiwa?”. Skeptisisme bisa muncul dalam bentuk
pertanyaan yang menggelegar. Tugas pembicara adalah mencoba memberikan jawaban
yang sopan dan langsung:

“Itu pertanyaan yang bagus. Ya, saya bisa bekerja seperti orang lain. Bahkan, saya
sudah memegang arus saya pekerjaan selama tujuh tahun dan telah naik ke peran yang
cukup bertanggung jawab. Saya seperti sakit mental orang-orang di TV? Yah, saya
tidak yakin apa yang Anda maksud di TV. Tapi saya punya gangguan jiwa serius yang
bonafid yang menyebabkan banyak rawat inap, dokter, dan obat-obatan selama lebih
dari 20 tahun. Itu adalah sesuatu yang terus saya perjuangkan dengan, sama seperti
orang dengan diabetes.”

Akhirnya, berinteraksi dengan orang-orang dalam sebuah tugas adalah cara terbaik
untuk menantang stigma. Satu kegiatan yang kami temukan bermanfaat untuk pembicara
dan audiens adalah bersama-sama menyetujui bahwa stigma adalah masalah di komunitas
mereka dan bergabung bersama dalam mengembangkan beberapa proyek penghapus
stigma. Ini mungkin memerlukan contoh gambar lokal yang tidak menghormati gangguan
jiwa, contohnya, kampanye iklan toko es krim yang menggunakan tagline “Anda mungkin
orang gila jika tidak membeli soda cokelat kami ” dan bertukar pikiran tentang beberapa
cara untuk mendorong toko tersebut mengubah slogan mereka.

Lembaga harus mendukung kontak. Pembicara cenderung memiliki dampak yang


lebih besar ketika mempresentasikan ke kelompok yang terpandang daripada mencoba
untuk mengumpulkan banyak publik bersama untuk suatu acara tertentu. Kelompok
terpandang biasanya telah mengorganisir keanggotaan, pertemuan rutin, dan tempat
pertemuan umum. Gereja, sinagog, dan masjid menjadikannya sangat sesuai untuk
dihubungi; misi mereka adalah mempromosikan pikiran terbuka kepada kelompok-
kelompok seperti orang dengan gangguan jiwa.

Presentasi semakin ditingkatkan ketika otoritas lembaga-lembaga ini mendukung


cerita secara publik. Sebagai contoh, dampak pada kelompok gereja bahkan lebih besar jika
pendeta menyambut pembicara di depan jemaat dan mendorong peserta untuk
mendengarkan pesan dengan cermat. Demikian pula, kepala sekolah dan presiden.
Kelompok masyarakat harus mendukung presenter di depan penonton. Kadang-kadang,
pemimpin kelompok mungkin tidak menyadari pentingnya dukungan publik sehingga
pembicara harus berbicara dengan pemimpin sebelum presentasi dan dorong mereka untuk
memberikan pengantar dalam rangka mendukung pesan tersebut. Pendahuluan pemimpin
harus mencakup bagian ini:

 Saya adalah orang yang telah berhasil menghadapi tantangan gangguan jiwa;
 Saya datang untuk berdiskusi dengan kelompok tentang fakta bahwa gangguan
jiwa, seperti kebanyakan orang
 cacat, bisa diatasi;
 Saya ingin memberi tahu penonton tentang stigma masyarakat; dan
 setiap orang yang hadir dapat memainkan peran penting dalam mengubah stigma
 dengan mendengarkan pidato dan strategi pendukung.

Temukan peluang untuk kontak "dunia nyata" yang sering. Pergi ke berbagai gereja
dan kelompok masyarakat sebagai pembicara yang diundang, dan berinteraksi dengan
anggota setelah presentasi, adalah cara yang sangat baik untuk memperkenalkan kepada
publik gagasan-gagasan yang bertentangan dengan stereotip tentang gangguan jiwa.

Respon dari penonton.

Audiens sering memiliki reaksi keras terhadap cerita tentang gangguan jiwa. Respons
publik bervariasi dari penerimaan yang sopan hingga penolakan yang marah. Yang
diinginkan responsnya adalah "daftarkan saya." Ini adalah individu-individu yang
mengenali sikap stigmatisasi mereka dan bersumpah untuk menghentikannya. Selain itu,
mereka berharap untuk mengubah kesalahan masa lalu dengan bergabung dengan upaya
penghilang stigma. Terkadang, orang-orang ini merespons dengan "aku juga." Pendengar
"aku juga" mungkin berjuang dengan a cacat kejiwaan dan telah mengalami secara langsung
ketidakadilan yang dibicarakan. Mereka mungkin anggota keluarga yang menderita stigma
karena cobaan dari orang yang mereka cintai. Responden “Saya juga” mungkin adalah
orang-orang ditantang oleh cacat fisik atau anggota kelompok dipandang berbeda lainnya
(seperti etnis minoritas atau kelompok gay dan lesbian).

Mungkin, kelompok yang paling sulit untuk dihadapi adalah kelompok yang saya
tidak percaya. Mereka mungkin mengatakan mereka tidak percaya bahwa seseorang yang
berfungsi dengan baik pernah gangguan jiwa. Atau bahkan mereka berkata: “keluar dari
rumah sakit dan mengatasi sepuluh tahun psikosis bukanlah masalah besar.”Atau mereka
mungkin berpikir orang itu aneh dan tidak mewakili “pasien jiwa” yang sesungguhnya.
Mereka mungkin mengatakan: “Ayo. Stigma tidak begitu buruk terhadap pasien gangguan
jiwa."

Penonton yang berdiri setelah dilakukan presentasi biasanya menanyakan pesan yang
disampaikan. Mereka mewakili yang sekelompok pendengar yang pernah percaya stereotip
tentang gangguan jiwa. Kisah ini menantang keyakinan mereka dan mengubah cara mereka
memandang dunia. Sekarang mereka mencoba mengatur kembali dunia seperti yang mereka
tahu dengan mempertanyakan pesan.

ANGGOTA AUDIENCE: Anda menceritakan kisah yang hebat yang anda alami
sendiri. Tapi Anda tidak benar-benar sakit mental tidak seperti ODGJ yang kita lihat
di koran.
SPEAKER: Menurut anda, apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa?

AA: Baik seperti Anda kehilangan kontak dengan kenyataan, atau mendengar suara-
suara, atau, seperti yang saya tahu, dikurung di rumah sakit untuk sementara waktu.

S: Tapi itu saya. Saya memiliki penyakit yang disebut skizofrenia. Di kali dalam
hidup saya, saya telah mendengar suara-suara. Saya mengalami delusi di mana saya
pikir radio berbicara kepada saya. Saya telah dirawat di rumah sakit hingga tiga bulan
berturut-turut.

AA: Tetapi pasien mental tidak mendapatkan pekerjaan.

S: Ya, tuan. Kami memang mendapatkan pekerjaan, seringkali yang bagus. Kita
mungkin masih butuh bantuan, tetapi banyak dari kita yang bisa mempertahankannya
dan bisa mendapatkan penghasilan.

Salah satu respons yang lebih sulit terhadap presentasi adalah pendengar yang
menerima pesan dengan sopan. Mereka tampaknya tidak menawarkan argumen, juga tidak
ingin untuk bergabung dengan kampanye penghilang stigma. Sulit untuk menentukan
apakah mereka mendengar pesan dan menantang stereotip atau mengabaikan arti dan tidak
melakukan perubahan sikap yang nyata. Akseptor yang sopan mungkin perlu paparan
berulang untuk orang dengan gangguan jiwa untuk dapat merubah pendapat mereka.

Anda mungkin juga menyukai