Anda di halaman 1dari 42

Askep Kritis pada Post

Bedah Mayor

oleh kelompok 5

Dosen Pengampu
Ns Iskandar Markus Sembiring, S.Kep, M.Kep
Latar Belakang
Appendiksitis akut merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi.
Walaupun Appendiksitis akut dapat terjadi pada setiap usia, namun paling sering
terjadi pada remaja dan dewasa muda.
Laparatomi merupakan tindakan dengan memotong pada dinding abdomen dan
merupakan penatalaksanaan pada Appendiksitis akut. Komplikasi pada pasien post
laparatomi adalah nyeri yang hebat, perdarahan, bahkan kematian.
Asuhan keperawatan Appendiktomi mencakup persiapan pre operasi dan post
operasi. Post operasi masalah keperawatan yang difokuskan yaitu nyeri post op,
resiko infeksi luka post op, dan defisit perawatan diri. Tindakan keperawatan
dilaksanakan yaitu proses keperawatan mulai dari pengkajian kasus, analisa data,
priorritas diagnosa, rencana tindakan keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
Latar Belakang
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
(care giver) berperan dalam melaksanakan intervensi
keperawatan yakni perawatan manajemen nyeri. Peran
perawat sebagai care giver juga untuk membantu pasien
dalam melalui proses penyembuhan dan kesehatannya
kembali atau sembuh dari penyakit tertentu pada
kebutuhan kesehatan klien secara holistik meliputi
emosi, spiritual, dan sosial.
• Tujuan Studi Kasus
Mampu melakukan asuhan keperawatan
dengan post operasi laparatomi appendiksitis akut
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

• Manfaat Studi Kasus


Dapat dijadikan sebagai referensi tentang
pengembangan asuhan keperawatan pada
pasien post operasi laparatomi appendiksitis
Definisi
Appendiksitis akut adalah peradangan pada appendiksitis
vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang
paling sering. Lebih sering menyerang laki-laki usia 10-30
tahun (Mansjoer,2000).
Appendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi
akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen
(Smeltzer c. suzzabbe, 2001)
Appendiksitis akut adalah kondisi dimana terjadi infeksi
pada umbai appendiks dan merupakan penyakit bedah
abdomen yang paling sering terjadi.
1
Appendiksitis
Klasifikasi Akut Akut

Appendiksitis
2

Appendiksitis
Akut Kronik
Etiologi
Appendiksitis akut merupakan infeksi bakteri yang disebabkan
oleh obstruksi atau penyumbatan akibat :

1 Hiperplasia dari folikel limfoid

adanya fekalit dalam lumen


2
appendiksitis

3 Tumor appendiksitis

Adanya benda asing seperti cacing


4
askariasis

Erosi mukosa appendiksitis karena


5
parasit
Manifestasi klinis
Appendiksitis akut sering tampil dengan gejala yang khas didasari oleh radang mendadak umbai
cacing yang memberikan tanda nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Pada appendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat
dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik Mc. Burney yang berada antara umbilikus dan spinalis
iliaka superior interior. Bila appendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri tekan terasa di daerah
lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya dengan pemeriksaan
rektal.
Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau
ureter. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri menjadi menyebar. Pada pasien lansia, tanda dan gejala
appendiksitis akut dapat sangat meragukan, menunjukkan obstruksi usus atau proses penyakit lainnya.
Insiden perforasi pada appendiks lebih tinggi pada lansia karena banyak dari pasien-pasien ini mencari
bantuan perawatan kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang lebih muda (Smeltzer C. Suzanne,
2002).
Patofisiologi
Appendiksitis akut biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks
oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neuroplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang
diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Semakin lama mukus tersebut makin banyak, elastisitas dinding appendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan yang meninngkat tersebut akan menghambat limfe
yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa.
Pada saat inilah terjadi appendiksitis akut akut lokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.
Pemeriksaan Penunjang
• Sel darah putih : lekositosis diatas 1200/mm3, netrofil meningkat sampai 75%
• Urinalisis : normal tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada
• Foto Abdomen/USG : adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus
terlokalisir
• Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah

Komplikasi
Kompllikasi utama appendiksitis akut adalah perforasi appendiks yang
dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Perforasi secara umum
terjadi 24 jam setelah nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7C
atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri tekan abdomen yang
kontinyu.
Penatalaksanaan
Pembedahan di indikasikan bila diagnosa appendiksitis akut telah
ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk
membatasi aktifitass fisik sampai pembedahan dilakukan (akhyar yayan,
2008), analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
Appendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal, secara
terbuka ataupun dengan cara laparoskopi. Bila appendiktomi terbuka, insisi
Mc.Burney banyak dipilih oleh para ahli bedah.
Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi
dulu. Pemeriksaan laboratorium dan USG bisa dilakukan bila observasi masih
terdapat keraguan. Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan
pilihan yang baik adalah appendiktomi. Pada appendiksitis akut tanpa
komplikasi biasanya tidak diperlukan pemberian antibiotik, kecuali pada
appendiksitis akut perforasi. Penundaan tindakan bedah sambil memberikan
antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi (Jamsuhidadjat, 2004)
Kasus
• Pengkajian
Pasien berinisial Tn. W berusia 17 tahun, berdomisili di airnona. Pendididkan
terakhir SMA kelas II, belum menikah, status pelajar, beragama kristen
protestan, pasien masuk rumah sakit pada tanggal 6 September 2023
dengan diagnosa medis appendiksitis akut perforasi.
Pasien mengatakan terasa nyeri dibagian perut pada luka post op, nyeri
seperti tertikam pada area perut bagian kanan bawah dan bagian tengah
dengan skala nyeri 6 (sedang), nyeri hilang timbul biasanya muncul pagi dan
malam hari. Pasien ,mengatakan tidak memiliki riwayat alergi dan pasien
juga memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol lebih 1 botol dalam
waktu 2 tahun, dan tidak memiliki kebiasaan minum kopi.
Pengkajian fisik TTV : TD 110/80 mmHg, HR 88x/i, RR 20x/i, T 37C
• Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah tahap selanjutnya dari pengkajian dalam proses keperawatan.
Dalam tahap ini diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan analisa data terhadap masalah dan
penyebab yang ada. Diagnosa keperawatan menurut Hutahea (2010) adalah: Nyeri Akut
berhubungan dengan agen cedera Fisik ( post operasi laparotomy Appendiksitis Akut
Perforasi ) dan Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi. Berdasarkan teori terdapat 5
diagnosa keperawatan keperawatan akan tetapi pada kasus nyata hanya diangkat 3 (tiga)
diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, risiko infeksi dan defisit perawatan diri. Masalah lain
tidak diangkat karena data pendukung tidak mencukupi dimana pasien sudah paham terkait
sakit dan pasien sangat kooperatif selama perawatan.
• Intervensi Keperawatan
Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan, maka menurut Moorhead,2016 dalam Nursing
Outcome Classification (NOC) dan Nursing Intervention Classification (NIC) digunakan jenis skala likert
dengan semua kriteria hasil dan indikator yang menyediakan sejumlah pilihan yang adekuat untuk
menunjukkan variabilitas didalam status/kondisi, perilaku atau persepsi yang digambarkan oleh kriteria
hasil. Intervensi keperawatan keperawatan merupakan perencanaan tindakan untuk menyelesaikan
masalah atau diagnosa keperawatan yang sudah diangkat. Fokus utama perawatan pada pasien post
operasi laparatomi adalah membantu penyembuhan luka dan tidak terjadi infeksi selama perawatan
sehingga luka dapat sembuh dengan baik. Perawatan luka diberikan 2x sehari, kondisi luka membaik dan
pus tidak ada lagi setekah hari kedua perawatan. Perencanaan yang sudah disusun dapat dilakukan dengan
baik, tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
• Implementasi Keperawatan
• Diagnosa Nyeri akut tindakan perawatan yaitu melakukan pengkajian
terhadap Nyeri secara komprehensif, membantu pasien mengatur posisi yang nyaman
untuk pasien dengan posisi semi fowler, menganjurkan pasien
untuk melakukan latihan napas dalam, memberikan injeksi, melayani obat injeksi,
analgetik ketorolac 30mg 1 amp IV, Cefotaxime 1 gr 1 amp,
Ranitidin 50 gr 1 amp. Ringer Laktat infus 20 tpm.
• Diagnosa Resiko infeksi : Mengkaji tanda – tanda infeksi,
Memonitor Tanda Tanda Vital, Melakukan Perawatan luka dengan prinsip steril.
• Diagnosa keperawatan Defisit perawatan diri berhubungan dengan
Nyeri pada luka post op Mengganti pakaian yang kotor dengan yang bersih,
memberikan Hygine Edukasi pada klien dan keluarganya
tentang pentingnya kebersihan diri
membimbing keluarga klien memandikan/menyeka pasien
dan membersihkan dan rapikan tempat tidur klien.
• Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang diangkat dari 3 masalah, terdapat 1 masalah yang
selesai dimana kebersihan diri pasien terjaga. 2 maasalah lainnya masih perlu di selesaikan
selama pasien dirawat. Melibatkan keluarga selama perawatan sangat penting karena tujuan
perawatan pasien selama dirawat dirumah sakit adalah memandirikan pasien dan keluarga.
Peran keluarga sangat diharapkan sehingga pada akhirnya nanti pasien pulang ke rumah
keluarga mampu merawat pasien dengan baik dan benar. Penyembuhan luka membutuhkan
waktu yang lama sehingga waktu 4 hari tidak dapat menyelesaikan masalah berhubungan
dengan kerusakan integritas kulit melalui perawatan luka. Asupan nutrisiyang baik serta
dukungan keluarga memberi arti penting dalam penyembuhan pasien
Asuhan Keperawatan
• Pengkajian
• Identitas Pasien
Nama pasien : Tn. W Pendidikan Terakhir : SMA
Ruang/kamar : Cempaka/B1 Suku Bangsa : Timor
Diagnosa : Appendiksitis akut post op Pekerjaan : Pelajar
laparatomi Alamat : Airnona
Tanggal pengkajian : 15 Juli 2019
Masuk RS : 14 Juli 2019 • Identitas Penanggung
Umur : 17 tahun Nama : Ny. R
Tanggal Lahir : 11 April 2002 JK : Perempuan
Agama : Kristen Protestan Alamat : Airnona
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : IRT
Status perkawinan : - Hubungan : Ponaan
• Riwayat Kesehatan

• Keluhan Utama : Nyeri di perut yang bekas luka post op laparatomi


• Kapan : 13 Juli 2019
• Lokasi : Nyerinya di perut kanan
2. Riwayat Keluhan Utama
• Mulai timbulnya keluhan : 12 Juli 2019
• Sifat keluhan : Nyerinya tertikam dan panas
• Lokasi : Nyeri Di Perut Kanan
• Keluhan lain yang menyertai : -
• Faktor pencetus yang menimbulkan serangan : Pasien mengatakan
• minum alkohol dan merokok
• Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah : Beristrahat dan
• minum obat,dan atur posisi
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya
• Riwayat penyakit yang pernah diderita: Tidak ada
• Riwayat Alergi: Tidak ada
• Riwayat Operasi: Pernah operasi Usus Buntu,Waktu:
15 Juli 2019

4. Kebiasaan

• Minum alcohol: minum alcohol kurang lebih 1 botol


• Minum kopi : Tidak minum Kopi
• Minum obat-obatan : Tidak
• Merokok : Merokok kurang lebih 1 bungkus/hari
Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram tiga generasi) :
Analisa keadaan kesehatan keluarga dan faktor resiko.
Pemeriksaan Fisik
2. Kepala dan Leher
1. Tanda – Tanda Vital Kepala : Normal
- Tekanan darah: 110/80 mmHg -Sakit kepala : Tidak sakit kepala
- Nadi : 88 x/menit - Bentuk, ukuran dan posisi: Normal
- Pernapasan : 20 x/menit - Lesi : Tidak ada
- Suhu badan : 37oC. - Masa : Tidak ada
- Observasi Wajah : Simetris
3.Pendengaran - Penglihatan :
- Gangguan pendengaran : Tidak - Konjungtiva: Merah muda
- Nyeri : Tidak - Sklera: Putih
- Peradangan : Tidak - Pakai kaca mata : Tidak
- Penglihatan kabur : Tidak
- Nyeri : Tidak ada nyeri
- Peradangan : -
4.Hidung
- Alergi Rhinnitus : Tidak
-Riwayat Polip : Tidak
-Sinusitis : Tidak
-Epistaksis : Tidak

• Bising usus/Peristaltik : 28 x permenit


• Tingkat kesadaran: Compos mentis GCS (E4/M5/V6) : 15
• Kelainan Ekstremitas : Tidak ada
• Turgor kulit: Baik Warna : sawo matang
• BB : 65kg TB : 160 cm
• BAK : 3 kali sehari Warna : Kuning
• BAB : >2 hari Frekuensi dalam sehari : 2 kali sehari Warna :Kuning
Bau : ya
Data Laboratorium & Diagnostik

a. pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan feses : Tidak ada
c. Pemeriksaan urin : Tidak ada

Diagnostik Test

1. Foto Rontgen
a. Foto gigi dan mulut : Tidak ada
b. Cholescystogram : Tidak ada
c. Foto colon : Tidak ada

2. Pemeriksaan-pemeriksaan khusus
Ultrasonographi : Tidak ada
Biopsy : Tidak ada
Colonoscopy : Tidak ada
• Penatalaksanaan/pengobatan
(pembedahan, obat-obatan, dan lain-lain)

• Pembedahan : tidak ada


• Obat :
-IVFD Ringer Laktat 20 tpm
-Ketorolax 2 x 30 mg
-Cefotaxime 2 x 1 gr/IV
- Tradosih 50 mg 2 x 1 kapsul
-Asam Traneksamat 500 mg 2 x 1 tablet
-Ocfixime Trihydrate 100 mg 3 x 1 tablet.
NO Dx Keperawatan Penyebab Masalah

Data subjektif
• Pasien mengatakan Nyeri pada luka
post operasi
• (PQRST) Provokatif : Nyeri muncul
karena luka post op app, kualitas :
Nyeri terasa seperti tertikam, Region : Adanya luka operasi
1 Nyeri akut
Nyeri menyebar sampai ke seluruh area laparatomi
perut, Skala : skala Nyeri 4-6 (nyeri
sedang), Timing : Nyeri Akut muncul
pada pagi dan malam hari saat aktivitas,
Mobilisasi di miring kiri dan kanan,
duduk durasi ± 30 Menit
NO Dx Keperawatan Penyebab Masalah

Data objektif
• Keadaan umum, tampak lemah, raut wajah meringis
Adanya luka
menahan sakit Nyeri akut
laparatomi
• Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, HR : 88 x/menit,
RR : 20 x/menit, T : 37oC.

Data subjektif:
Pasien mengatakan ia merasa sakit pada perut ketika Luka operasi
2 Resiko infeksi
bergerak laparatomi
NO Dx keperawatan Penyebab Masalah

Data objektif :
• Keadaan umum tampak lemah
• Kesadaran composmentis, gcs ; E 4 V5
M 6 = 15
• Luka masih ditutupi kasa steril, Drain
Luka operasi
pada perut sebelah kanan bawah Resiko infeksi
laparatomi
• Terpasang Drain dengan 4 jahitan
terdapat luka sayatan post op di area
perut kurang lebih 15 cm dengan 11
jahitan dan tertutup kasa steril , bising
usus 16 x /m
NO Dx Keperawatan Penyebab Masalah

• Data Subjektif :
Pasien mengatakan ingin bangun duduk tapi perut
terasa Nyeri ketika bergerak atau berpindah
3 Nyeri Defisit perawatan diri
• Data Objektif
Badan bau keringat, pakaian belum diganti.
Catatan Perkembangan Pasien Terintegritas (CPPT)
Hari/tanggal : Senin,15 Juli 2019

Dx
Jam Implementasi Ealuasi
Keperawatan

• Melakukan pengkajian Nyeri yang Subjek : Pasien mengatakan masih nyeri


komprehensif (PQRST) Provokatif : saat miring kiri atau kanan. Skala Nyeri 4-
Nyeri muncul karena luka post op 6( sedang)
Nyeri akut
app, kualitas : nyeri terasa seperti Objektif : Keluhan utama masih lemah,
berhubungan
08.00 tertikam, Region : Nyeri menyebar kesadaran compos mentis, pasien dan
dengan cedera
sampai ke seluruh area perut, Skala : keluarga melakukan ambulasi dini miring
fisik skala Nyeri 4-6 (nyeri sedang), kiri dan kanan.
Timing : Nyeri Akut muncul pada Assesment : Masalah belum teratasi
pagi dan malam hari saat aktivitas Planning : intervensi 1-5 dilanjutkan
Dx Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi

Mengajarkan teknik penggunaan non farmakologis


09.00 (relaksasi, terapi musik, cerita hiburan, aplikasi
panas/dingin dan masase)

• Mendukung istirahat/tidur yang kuat untuk


menurunkan nyeri
12.45
• Membantu pasien untuk mendapatkan posisi yang
nyaman

Berkolaborasi memberikan analgetik ketorolac 30mg 1


12.50
amp IV, cefotaxime 1 gr 1 amp
Dx Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi

• Mengkaji adanya tanda – Jam 14.00


tanda infeksi Subyektif : Pasien mengatakan perut masih
• Memonitor TTV dan sakit jika bergerak
Resiko infeksi perhatikan, demam, Objektif : Keadaan umum pasien nampak
berhubungan menggigil, berkeringat, lemah, tidak ada tanda – tanda infeksi pada
09.00
dengan luka perubahan mental tanda-tanda luka post op, keadaan luka baik, (-)
insisi vital pasien bengkak, merah, pus, CRT < 3 detik
• Melakukan teknik cuci tangan Masalah belum teratasi
efektif bagi pasien dan Planning : intervensi 1-5 dilanjutkan
keluarga
Dx Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi

Pertahankan teknik Aseptik ketat pada perawatan


11.30
luka insisi

Berkolaborasi pemberian antibiotic. Ranitidin 50


12.30
gr 1 amp. Ringer Laktat infus 20 tpm
Dx Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi

08.30

• Mengganti pakaian yang kotor dengan yang


Subjektif: pasien mengatakan ingin
bersih
bangun duduk tapi perut terasa
• Memberikan Hygiene Edukasi pada klien dan
Nyeri ketika bergerak atau
keluarganya tentang pentingnya kebersihan
Defisit perawatan berpindah
diri
diri berhubungan Objektif ; Badan bau keringat,
dengan nyeri pakaian belum diganti .
• Membimbing keluarga klien memandikan /
Assesment : Masalah belum
09.30 menyeka pasien
teratasi
Planing : Intervensi 1-5 dilanjutkan
Hari/tanggal : Selasa, 16 Juli 2019

Dx Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi

08.00
• melakukan pengkajian Nyeri yang
Subjektif : Pasien
komprehensif, Provokatif : Nyeri muncul
mengatakan masih nyeri
karena luka post op app, kualitas : Nyeri
saat miring kanan kiri. Skala
terasa seperti tertikam, Region : Nyeri
nyeri : 4-6 (sedang)
Nyeri akut menyebar sampai ke seluruh area perut,
Objektif : Keluhan utama
berhubungan dengan Skala : skala Nyeri 4-6 (sedang)
masih lemah kesadaran
Agen Cedera Fisik • mengobservasi adanya petunjuk nonverbal
composmentis, pasien dan
dari ketidaknyamanan
keluarga melakukan
ambulasi dini miring kiri
• mengobservasi adanya petunjuk nonverbal
dan kanan.
09.00 dari ketidaknyamanan.
Dx
Jam Implementasi Ealuasi
Keperawatan

Asesment : Masalah belum


09.15 Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologis
teratasi
(relaksasi, terapi musik, cerita hiburan, aplikasi
panas/dingin dan masase)
Planning : intervensi 1-5
dilanjutkan
Mendukung istirahat / tidur yang adekuat untuk
12.45 menurunkan Nyeri
Membantu pasien untuk mendapatkan posisi yang
nyaman

Berkolaborasi pemberian analgetik analgetik


13.00 ketorolac 30mg 1 amp IV, cefotaxime 1 gr 1 amp
Dx Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi

Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi

09.00 Memonitor TTV dan perhatikan demam,


subjektif : px mengatakan perut masih
menggigil, berkeringat
sakit jika bergerak
11.00
Objektif : Keadaan umum pasien
Melakukan teknik cuci tangan efektif bagi
Resiko infeksi nampak lemah, tidak ada tanda – tan
pasien dan keluarga
berhubungan infeksi pada luka post op, rawat luka
11.30
dengan luka secara steril
Pertahankan teknik aseptik ketat pada
insisi Assesment : Masalah belum teratasi.
perawatan luka insisi
Planning : intervensi 1-5 dilanjutkan
12.00
Berkolaborasi pemberian antibiotic.
13.00 Ranitidin 50 gr 1 amp. Ringer Laktat infus
20 tpm
Dx keperawatan Jam Implementasi Evaluasi

Mengganti pakaian yang kotor dengan yang


08.30
bersih

Subjektif : pasien mengatakan ingin


Memberikan Hygiene Edukasi pada klien
09.30 bangun duduk tapi perut terasa nyeri
dan keluarganya tentang pentingnya
Objektif : pasien kelihatan bersih
kebersihan diri
karena sudah merawat diri dengan di
bantu keluarga.
Defisit perawatan Memberikan pujian pada klien tentang
11.00 Assesment : Masalah teratasi
diri berhubungan kebersihannya
sebagian
dengan Nyeri
Planing : Intervensi 2 -5 dilanjutkan.
Membimbing keluarga klien memandikan/
12.00
menyeka pasien

Membersihkan dan rapikan tempat tidur


13.00
klien.
Hari/tanggal : Rabu, 17 Juli 2019

Dx Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi

Melakukan pengkajian Nyeri yang


08.00 komprehensif (PQRST) Subjektif : Pasien mengatakan
nyeri berkurang saat beraktivitas.
Mengajarkan penggunaan teknik non Skala Nyeri 2-3(ringan).
farmakologis (relaksasi, terapi musik, cerita Objektif : Keluhan utama masih
09.00 hiburan, aplikasi panas/dingin dan masase) lemah kesadaran composmentis
Nyeri akut Assesment : Masalah belum
berhubungan dengan Membantu pasien untuk mendapatkan posisi teratasi.
cedera fisik 12.45 yang nyaman Planning : intervensi 1-5
dilanjutkan
Berkolaborasi pemberian analgetik analgetik
ketorolac 30mg 1 amp IV, Cefotaxime 1 gr 1
13.00 amp
Dx Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi

Mengkaji adanya tanda – tanda infeksi Subjektif : Pasien


09.00
mengatakan perut masih
Memonitor TTV dan perhatikan, demam, menggigil, sakit jika bergerak.
berkeringat, perubahan mental Objektif : Keadaan
11.00
umum pasien nampak
Resiko infeksi Melakukan teknik cuci tangan efektif bagi pasien dan lemah, tidak ada tanda –
berhubungan keluarga tan infeksi pada luka post
11.30
dengan luka insisi op.
Pertahankan teknik Aseptik ketat pada perawatan luka Assesment: Masalah
insisi belum teratasi.
12.00
Planning: Intervensi 1 -5
Berkolaborasi pemberian antibiotic. Ranitidin 50 gr 1 dilanjutkan.
13.00
amp. Ringer Laktat infus 20 tpm
Dx Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi

08.30 Mengganti pakaian yang kotor dengan yang Subjektif: Pasien mengatakan
bersih ingin bangun duduk tapi perut
terasa Nyeri
09.00 Memberikan Hynege Edukasi pada klien dan Objektif : pasien kelihatan
Defisit perawatan
keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri bersih karena sudah merawat
diri berhubungan
diri dengan di bantu keluarga
dengan Nyeri
10.00 Membimbing keluarga klien memandikan/ Assesment : Masalah teratasi
menyeka pasien sebagian
Planing : Intervensi 3 -5
11.00 Membersihkan dan rapikan tempat tidur klien. dilanjutkan.
Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian dapat ditemukan kasus pada Tn, W dengan Post
Operasi Laparatomi Appendiksitis akut Perforasi hari ke 3 ( tiga ) dengan
keluhan utama nyeri abdomen, adanya luka post operasi laparatomi dan pus
yang keluar dari luka. Diagnosa keperawatan pada Tn. W mengacu pada NANDA
2015 yaitu , Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik, Resiko infeksi
berhubungan dengan luka Insisi (post operasi hari pertama), Defisit perawatan
diri Berhubungan dengan Nyeri pada abdomen (post operasi laparatomi).
Intervensi keperawatan difokuskan pada penyembuhan luka operasi dan
mencegah luka dari risiko infeksi selama perawatan sehingga direncanakan
perawatan luka 2x sehari dengan teknik aseptik dan kolaborasi pemberian
obat, Implementasi Keperawatan pada Tn. W dengan post op laparatomi
Appendiksitis akut perforasi dilakukan sesuai intervensi yang ditetapkan
difokuskan pada penyembuhan luka operasi dan mencegah luka dari risiko
infeksi selama perawatan sehingga direncanakan perawatan luka 2x sehari
dengan teknik aseptik dan kolaborasi pemberian obat

Anda mungkin juga menyukai