Anda di halaman 1dari 38

Referat

“APPENDISITIS”
Bimo Wicaksono (1102017051)
Sania Zahra (4112021140)
Melia Hanani Manalis (4112021059)
Dokter pembimbing :
dr. Cesario Budi P, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS YARSI RUMAH SAKIT TK II. MOH. RIDWAN MEURAKSA
PERIODE 20 MARET – 0 6 J U N I 2023
PENDAHULUAN

Appendisitis adalah Peradangan yang bersifat akut pada appendiks


vermiformis dan menempati urutan tertinggi dalam kasus kegawatdaruratan
abdomen yang memerlukan Tindakan pembedahan darurat untuk mencegah
terjadinya keadaan yang berbahaya seperti perforasi.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah seperti peritonitis umum, abses,
komplikasi pasca operasi seperti fistula dan infeksi luka operasi.
ANATOMI
• Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya
bervariasi berkisar antara 2-22 cm.
• Letak basis apendiks berada pada posteromedial caecum pada
pertemuan ketiga taenia koli, kira-kira 1-2 cm di bawah ileum.
• Pertemuan ke-3 tinea coli yaitu : Taenia libra, Taenia
omentalis, Taenia mesocolica.

• Apendiks mempunyai lumen yang sempit, bentuknya seperti


cacing, dan apeksnya menempel pada sekum. .
ANATOMI

• Apendiks mempunyai lapisan muskulus dua lapis. Lapisan dalam


berbentuk sirkuler yang merupakan kelanjutan dari lapisan
muskulus sekum, sedangkan lapisan luar berbentuk muskulus
longitudinal yang dibentuk oleh fusi dari 3 tenia koli.

• Mesoapendiks terletak dibelakang ileum terminal yang bergabung


dengan mesenterium intestinal.
VASKULARISASI
&INERVASI

• Appendiks mendapat vaskularisasi dari a.Appendicularis


a.Iliocolica a. Mesenterica superior.
• A. Appendicularis merupakan suatu arteri yang tidak memiliki
kolateral (end arteri) , sehingga jika tersumbat mengakibatkan
ganggren.
• Darah dari appendiks di drainage ke v. Appendicularis v.
Ileocolica v. Mesenterica superior sirkulasi portal
• Innervasi appendiks dari cabang n.X (parasimpatis), sehingga
nyeri viseral pada appendisitis bermula disekitar umbilikus ( T
10)
Appendisitis
Radang apendiks vermiformis yang merupakan
penyebab nyeri akut abdomen yang paling sering.
ditimbulkan karena adanya infeksi atau obstruksi.
merupakan peradangan yang berbahaya jika tidak
ditangani segera bisa menyebabkan pecahnya lumen
usus
EPIDEMIOLOGI

Pada semua umur

Kecuali pada anak


usia dibawah 1
tahun

LK > PR
Inisiden tertinggi
3:2 usia 2—30 tahun
ETIOLOGI

OBSTRUKSI INFEKSI

- Hiperplasia KGB (60%) Biasanya secara hematogen dari


- Fecolith (35%) : masa feses yang membatu tempat lain, misal : pneumonia,
- Corpus alienum (4%) : biji2an, pin tonsilitis dsb. Antara lain jenis
- Striktur lumen (1%): kiniking, karena kuman : E. Coli, Streptococcus
mesoappendiks pendek, adhesi
ETIOLOGI

4 faktor yang mempengaruhi terjadinya appendisitis :


• Adanya isi lumen
• Derajat sumbatan yang terus menerus
• Sekresi mukus yang terus menerus
• Sifat inelastis / tak lentur dari mukosa
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
APPENDISITIS APPENDISITIS
AKUT KRONIK
Gejala apendisitis akut antara lain nyeri Apendisitis kronis baru bisa ditegakkan apabila
samar dan tumpul merupakan nyeri visceral di ditemukan tiga hal yaitu:
daerah epigastrium disekitar umbilikus. 1. Pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran
Keluhan ini disertai rasa mual muntah dan kanan bawah abdomen (<3 minggu)
penurunan nafsu makan. Dalam beberapa jam 2. Setelah dilakukan apendiktomi, gejala yang
nyeri akan berpindah ke titik McBurney. Pada dialami pasien akan hilang.
titik ini, nyeri yang dirasakan menjadi lebih 3. Secara histopatologik gejala dibuktikan akibat
tajam dan lebih jelas letaknya sehingga dari inflamasi kronis yang aktif atau fibrosis
merupakan nyeri somatik setempat. pada apendiks.

(Hidayat 2005 dalam Mardalena,Ida 2017) (Santacroce dan Craig 2006 dalam Mardalena, Ida
2017).
APPENDIKS NORMAL
APPENDIKS AKUT SUPURATIF
APPENDIKS AKUT PERFORASI
MANIFESTASI
KLINIS
DIAGNOSIS APPENDISITIS
ANAMNESIS

- NYERI / SAKIT PERUT (MC BURNEY)


- NYERI VISCERAL (HILANG TIMBUL)
- NYERI SOMATIK (LEBIH TAJAM DAN HEBAT BILA BATUK /JALAN KAKI)
- MUNTAH (Rangsangan visceral )
- OBSTIPASI (takut mengejan)
- DEMAM (Jika ada komplikasi)
DIAGNOSIS APPENDISITIS
PEMERIKSAAN FISIK
• INSPEKSI
Penderita terlihat jalan membungkuk sambil memegang perutnya yang sakit, kembung (+) bila
terjadi perforasi,
• PALPASI
- Adanya nyeri tekan, ketegangan otot
- NYERI TEKAN MC BURNEY (+)
- NYERI LEPAS TEKAN (+) (Blumberg’s sign) : rangsang peritoneum
- DEFANS MUSKULAR (+): rangsangan m. rectus abdominis, nyeri tekan seluruh lapang
abdomen karena adanya rangsanga peritoneum parietale
• PERKUSI
Nyeri ketuk (+) pada regio inguinal pada titik MC burney
STATUS LOKALIS ABDOMEN
PEMERIKSAAN KHUSUS
APPENDISITIS
ROVSING’ S SIGN (+)
PEMERIKSAAN KHUSUS
APPENDISITIS
PSOAS SIGN (+)
PEMERIKSAAN KHUSUS
APPENDISITIS
OBTURATOR SIGN (+)
DIAGNOSIS APPENDISITIS
PEMERIKSAAN FISIK

• AUSKULTASI
Peristaltik normal, peristaltic (-) pada ileus paralitik karena peritonitis geenralisata
akibat appendicitis perforate. Jika sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar
bunyi peristaltic usus

• RECTAL TOUCHER/ COLOK DUBUR


Nyeri tekan pada arah jam 9-12
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. LABORATORIUM
- NILAI LEUKOSIT DAN NEUTROFIL MENINGKAT
(>10.000/mm3) DENGAN PERGESERAN KEKIRI (>70%
NEUTROFIL)
- C-REACTIVE PROTEIN (CRP)
- URINALISA UNTUK MENYINGKIRKAN KELAINAN UROLOGI
YANG LAIN
PEMERIKSAAN PENUNJANG

2. PEMERIKSAAN IMAGING

A. FOTO POLOS ABDOMEN


Tampak fekalit pada kuadran kanan bawah
Penebalan dinding appendiks dan udara
dalam lumennya
PEMERIKSAAN PENUNJANG

B. USG
Penebalan dinding appendiks 2mm atau lebih dan diameter
anteroposterior 7mm atau lebih. adanya cairan periappendicular
PEMERIKSAAN PENUNJANG

C. CT SCAN
• Distensi hingga 6mm atau lebih
• Dinding appendiks menebal
• Periappendicular fat stranding
• Penebalan mesoappendiks
• Flegmon
• Fekalit tervisualisasikan (kadang)
• Mural enhancement pada appendiks
PEMERIKSAAN PENUNJANG
3. Histopatologi
DIAGNOSIS BANDING

KELAINAN
UROLOGI OBSGYN
GIT
GASTROENTERITIS, BATU URETER, CYSTITIS KET, SALPHIGITIS AKUT,
ILEITIS TERMINAL, INFEKSI RONGGA
INTUSEPSI, PANGGUL, KISTA
PANKREATITIS, OVARIUM
DIVERTIKEL MACKELL
TATALAKSANA
Penatalaksanaan pada penderita apendisitis yaitu dengan tindakan
pembedahan/Apendiktomi
Apendiktomi dapat dilakukan dengan dua metode pembedahan yaitu:
1. Laparotomi = Pembedahan secara terbuka/ pembedahan konveksional. tindakan dengan
cara membuat sayatan pada perut sisi kanan bawah atau pada daerah Mc Burney
sampai menembus peritoneum.
2. Laparoskopi = Teknik pembedahan minimal infasif. Tindakan ini dengan memasukkan
laparoskopi pada pipa kecil (trokar) yang dipasang melalui umbilikus dan dipantau
melalui layar monitor.
TATALAKSANA
Menurut Mansjoer (2007) ada 3 cara yang secara teknik operatif appendicitis :
 Gridiron incision (Mc Burney incision) = Sayatan dilakukan pada garis yang tegak lurus pada
garis yang menghubungkan spina iliaka superior anterior dengan umbilikus pada batas sepertiga
lateral (titik Mc Burney).
 Insisi menurut Roux (muscle cutting incision) = Lokasi dan arah sayatan sama dengan Mc
Burney, hanya sayatannya langsung menembus otot dinding perut tanpa memperdulikan arah
serabut sampai tampak peritoneum.
 Insisi pararektal = Teknik ini dipakai pada kasus apendiks yang belum pasti dan sayatan ini tidak
secara langsung mengarah ke apendiks/sekum, kemungkinan memotong saraf dan pembuluh darah
lebih besar dan untuk menutup luka operasi diperlukan jahitan penunjang.
TATALAKSANA

APPENDIKTOMI TERBUKA (TEKNIK) :


1. Pasien dalam keadaan telentang (supine) dan dilakukan anestesi
2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi.
3. Tentukan jenis atau lokasi insisi
4. Dibuat sayatan menurut lokasi insisi dan dinding abdomen dibelah menurut arah serabut otot-otot abdomen secara
tumpul.
5. Lapisan kulit yang dibuka pada appendiktomi terbuka adalah : cutis – subcutis – fascia scarfa – fascia camfer –
aponeurosis muskulus oblique externus – musculus oblique internus – muskulus transversus abdominis – fascia
transversalis – preperitoneum – peritoneum parietal.
6. Peritoneum disayat cukup lebar untuk eksplorasi.
7. Saekum dan appendiks diluksasi keluar.
8. Mesoappendiks dibebaskan dan dipotong dari appendiks, dari appendiks ke arah basis
9. Semua perdarahan dirawat.
TATALAKSANA

10. Disiapkan teknik jahitan tabac sac / purse string / Z-suture


mengelilingi basis appendiks dengan benang yang dapat diabsorpsi, basis appendiks kemudian dijahit dengan
benang yang dapat diabsorpsi
11. Dilakukan pemotongan appendiks apikal dari jahitan tersebut
12. Sisa appendiks diolesi betadine.
13. Jahitan tabac sac / purse string / Z-suture yang telah disiapkan, disimpulkan dan sisa appendiks
dikuburkan dalam simpul tersebut. Mesoappendiks diikat dengan benang silk 2.0.
14. Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan organ- organ di dalamnya, semua perdarahan
dirawat. Saekum dikembalikan ke dalam abdomen.
15. Peritoneum dijepit dengan 4 klem dan didekatkan untuk memudahkan penutupan peritoneum. Peritoneum
dijahit dengan teknik jahitan jelujur (simple continuous suture) dengan benang yang dapat diabsorpsi.
16. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
17. Luka operasi dibersihkan dan ditutup kasa steril, operasi selesai.
KOMPLIKASI

• a. Nyeri biasanya muncul karena adanya luka insisi pembedahan akibat pengangkat apendiks yang
meradang.
• b. Infeksi komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien post apendektomi. Meskipun infeksi
dapat terjadi dibanyak tempat, lokasi pembedahan adalah tempat terjadinya infeksi yang paling
menonjol
• c. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis post operasi
biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut
lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut alirandarah sebagai emboli ke paru-paru, hati dan
otak.
(Courtney, 2010)
PENCEGAHAN

• Makanan yang harus dimakan dan direkomendasikan adalah makanan tinggi


serat seperti oatmeal pada saat sarapan, nasi merah, buah buahan dan sayur
sayuran segar.
• Adapun makanan yang harus dihindari seperti makanan instan, alkohol,
makanan manis.
• Kegiatan yang dianjurkan seperti olahraga teratur dan rutin, konsumsi
kebutuhan cairan cukup sehari-hari.
• Rutin buang air besar dan tidak menahan buang air besar
PROGNOSIS

Operasi dini akan menurunkan angka kematian dikarenakan appendisitis. Pasien dengan
appendicitis dapat menghabiskan waktu 1-3 hari di rumah sakit dan masa penyembuhan
biasanya cepat dan komplit. Namun, pada orang usia tua akan memerlukan waktu yang
lebih lama dalam masa penyembuhan. Jika pasien appendicitis tidak dilakukan operasi
maupun konsumsi antibitotik, lebih dari 50% pasien dengan appendicitis meninggal dunia.
Untuk appendicitis dengan perforasi, prognosis lebih serius dan rumit. 10 tahun yang lalu,
perforasi mengakibatkan fatalitas.
DAFTAR PUSTAKA

 Ansari, P. (2023) Appendicitis. Available at: https://www.msdmanuals.com/home/dogestive-


disorders/gastrointenstinal-emergencies/appendicitis
 Buckius et al., 2012. Changing Epidemiology of Acute Appendicitis in the United States:
Study period 1993-2008, Journal of surgical research, Philadelphia, US
 Departemen Kesehatan RI. (2015). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan
 Gunawan. (2018). Hubungan Rasio Neutrofil dan Limfosit dengan Appendisitis Akut di
RSUD Pasar Minggu Tahun 2018-2019
 Ikatan Ahli Bedah Indonesia. (2002) Bedah Digestif
 Papadakis, M. et al. (2021) CURRENT Medical Diagnosis and Treatment 2022. 61st edn.
McGraw Hill / Medical
 Sherman, S. et al. (2014) Clinical Emergency Medicine. New York, United States: McGraw- Hill
Education
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai