Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI APENDIKTOMI

Oleh : kelompok 3

1. Muhammad Adhar
2. Ina Kaita Lepir
3. Onceniati Suhartini Woli
4. Maria Goretti Mikku Ate
5. Reksi Umbu Remu Sama Pati
6. Romeo Alexander Al-Fath
7. Serliana Bani
8. Bibiana Susantri Engge
9. Oktaviana Malo
10. Damaris Lani
11. Raimundus H. B. Dodok
12. Matias Irwanto
13. Megawati
14. Maria Kondo
15. Yuli
16. Yeniwati Diana Tanggu

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA


TUNGGADEWI MALANG

2020
Definisi

Apendisitis akut adalah peradangan pada apendiks vermiformis (Grace, &


Borley, 2006, h. 107). Apendisitis adalah inflamasi pada apendiks yang dapat
terjadi karena obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks dan
pembuluh darahnya (Corwin, 2009, h. 607).

Sjamsuhidajat (2004, h. 640) Apendisitis adalah meruapakan infeksi


bakteri pada apendiks. Apendisitis biasanya disebabkab karena sumbatan lumen
apendiks,hiperplasia jaringan limfa, fekalit, dan cacing askaris yang menyebabkan
sumbatan.

Sesuai ketiga di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa apendisitis


merupakan peradangan pada apendiks yang disebabkan karena penyumbatan pada
apendiks. Sedangkan apendiktomi merupakan pengangkatan apendiks yang
mengalami peradangan.

Etiologi

Menurut Irga (2007) dalam Jitowiyono (2010, h. 03) Terjadinya apendisitis


umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun banyak sekali faktor pencetus
penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi
pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang
keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing
dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan
obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.

Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis yaitu


erosimukosa karena parasit seperti E. Histolitica, zat kebiasaan makanan rendah
serat dan pengaruh kontipasi (Sjamsuhidajat, 2004, h. 866).

Patofisiologi

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh


hiperplasia folokel limfoid, fekalit, benda asing, striktutur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mukus
yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut
makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat
tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis
bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritonium
setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini
disebut dengan apendisitis supuraktif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu
akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gengren. Stadium disebut
dengan apendisitis gangrenosa.

Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila
proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak
ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang di sebut infiltrat
apendikularis. Oleh karena itu tindakan yang paling tepat adalah apendiktomi, jika
tidak dilakukan tindakan segera mungkin maka peradangan apendiks tersebut
dapat menjadi abses atau menghilang (mansjoer, 2000, h. 307).

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau


tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing.
Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri
abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam
terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang
terinflamasi berisi pus (Munir,2011).

Manifestasi Klinis

Sjamsuhidajat ( 2004, h. 641 ) mengatakan manifestasi klinis dari


apendisitis adalah:
1. Tanda awal Nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual
dan anoreksia.
2. Nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukan tanda rangsangan
peritoneum lokal dititik Mc Burney a. Nyeri tekan b. Nyeri lepas c. Defans
muskuler.
3. Nyeri rangsangan peritonium tidak langsung a. Nyeri kanan bawah pada
tekanan kiri (Rovsing)
4. Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg) .
5. Nyeri kanan bawah bila peritonium bergerak seperti nafas dalam,berjalan,
batuk, mengedan.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Diagnosis berdasarkan klinis, namun sel darah putih (hampir selalu


leukositosis) dan CRP (biasanya meningkat) sangat membantu
2. Ultrasonografi untuk massa apendiks dan jika masuh ada keraguan
untuk menyingkirkan kelainan pelvis lainnya (misalnya kista ovarium)
3. Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan
ovarium sebelum dilakukan apendisektomi pada wanita muda
4. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau di mana penyebab lain
masih mungkin (Grace, & Borley, 2006, h. 107).

Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pasca oprasi menurut Mansjoer arif (2000, h. 309)

1. Perforasi apendiks
2. Peritonitis
3. Abses

Penatalaksanan

Penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk masalah appendisitis


adalah dengan cara pembedahan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
Dalam penanganan kasus appendisitis, dilakukan tindakan appendiktomi yaitu
tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memotong jaringan appendiks yang
mengalami peradangan. (Smeltzer dan Bare, 2002). Appendiktomi dilakukan
dengan menginsisi transversal atau oblik di atas titik maksimal nyeri tekan atau
massa yang dipalpasi pada fosa iliaka kanan. Otot dipisahkan ke lateral rektus
abdominalis. Mesenterium apendikular dan dasar appendiks diikat dan appendiks
diangkat. Tonjolan ditanamkan ke dinding sekum dengan menggunakan jahitan
purse string untuk meminimalkan kebocoran intra abdomen dan sepsis. Kavum
peritoneum dibilas dengan larutan tetrasiklin dan luka ditutup. Diberikan
antibiotik profilaksis untuk mengurangi luka pasca operasi yaitu metronidazol
supositoria (Syamsuhidayat, 2004).

Fokus Pengkajian

1. Pengkajian pasien (post operasi) apendiktomi yaitu :

a. Identitas Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam
masuk rumah sakit, nomer register, diagnosa, nama orang tua, umur,
pendidikan, pekerjaan, agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang Riwayar penyakit sekarang klien dengan post
appendiktomi mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi
abdomen.
c. Riwayat penyakit dahulu Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh
klien seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah
masuk rumah sakit, obat-obatan yang pernah digunakan apakah 12
mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah didapatkan.
d. Riwayat keperawatan keluarga Adalah keluarga yang pernah menderita
penyakit diabetes mellitus, hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis
lainnya upaya yang dilakukan dan bagaimana genogramnya.
e. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah kebiasaan merokok,
penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama
frekuensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok
dalam mempengaruhi penyembuhan luka.
2) Pola tidur dan istirahat Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri
yang sangat sehingga dapat menggganggu kenyamanan pola tidur klien.
3) Pola aktivitas Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak
karena rasa nyeri luka operasi, aktivitas biasanya terbatas karena harus
badrest berapa waktu lama seterlah pembedahan.
4) Pola hubungan dan peran. Dengan keterbatasan gerak kemungkinan
penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan
dalam masyarakat. Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5) Pola sensorik dan kognitif Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri,
penglihatan, peran serta pendengaran, kemampuan, berfikir, mengingat
masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stres Kebiasaan klien yang digunakan dalam
mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan Bagaimana keyakinan klien pada
agamanya dan bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan
selama sakit.
f. Pemeriksaan fisik.
1. Status kesehatan umum. Kesadaran biasanya compos mentis, ekspresi
wajah menahan sakit ada tidaknya kelemahan.
2. Integumen Ada tidaknya oedema, sianosis, pucat, pemerahan luka
pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah.
3. Kepala dan Leher Ekspresi wajah kesakitan, pada konjungtiva apakah
ada warna pucat.
4. Thorak dan paru Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan
jalan nafas, gerakan cuping hidung maupun alat bantu nafas, frekwensi
pernafasan biasanya normal ( 16-20 kali permenit). Apakah ada
ronchi , whezing, stidor. 14
5. Abdomen Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya
peristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan
mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra
pubis, periksa apakah menglir lancar, tidak ada pembuntuan serta
terfiksasi dengan baik.
6. Ekstermitas Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya
nyeri yang hebat dan apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.

Pengkajian

Klien bernama Ny. P berumur 70 tahun, jenis kelamin perempuan,


beragama Islam, pendidikan terakhir Sekolah Dasar, klien bekerja sebagai ibu
rumah tangga, alamat Desa Bumi Raya, nomor rekam medic 057800, klien masuk
ke rumah sakit pada tanggal 24 Juni 2018 jam 11.39 WITA di ruang Mawar
BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan dengan diagnosa medis appendiksitis,
penulis melakukan pengkajian pada tanggal 26 Juni 2018 pada jam 14.15 WITA.
Sebagai penanggung jawab Tn. K selaku suami klien, umur 65 tahun, agama
Islam, pekerjaan tani, pendidikan Sekolah Dasar, alamat Desa Desa Bumi Raya.
Riwayat penyakit dahulu menurut keterangan klien dan keluarganya 2 tahun yang
lalu klien pernah dirawat dirumah sakit karena penyakit thypus.

Riwayat penyakit sekarang

Satu minggu yang lalu, klien mengeluh lagi sakit pada perutnya dan
kemudian klien dibawa oleh keluargnya ke BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan
pada tanggal 24 Juni 2018 jam 11.39 WITA dan dirawat di ruang mawar dengan
keluhan nyeri pada perut kanan bawah. Pada tanggal 25 Juni 2018 klien menjalani
operasi apendiktomi oleh dr. I dari pukul 09.15 WITA dan selesai pukul 11.00
WITA. Keluhan utama pada saat pengkajian tanggal 26 Juni 2018 jam 14.15
WITA didapatkan data subjektif klien menyatakan nyeri pada luka operasi, nyeri
skala 6 seperti diremas-remas, nyeri terus menerus pada saat bergerak di bagian
perut, klien mengatakan 19 setelah menjalani operasi, klien mengatakan untuk
beraktivitas sulit dan terasa sakit, klien tampak lemas, hanya berbaring di tepat
tidur, klien dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan data
objektif yang diapat KU sedang, kesadaran compos menthis, adanya luka operasi
panjang 8 cm dan lebar 2cm di perut kanan bawah luka masih basah, wajah
tampak pucat, klien tampak lemas, perilaku berhati-hati, ekstremitas hangat, TD:
120/90 mmHg, N 80 x/menit, Rr 19 x/menit, suhu 37,60C . Aktifitas dibantu oleh
keluarga karena klien merasa sakit pada bekas luka operasi dan lemas.
Pemeriksaan laboratorium yang diperoleh pada tanggal 25 Juni 2018 adalah
pemeriksaan laboratorium : leukosit 8.300/mm³, terapi tanggal 26 Juni 2018 injeki
cefotaxime 3x1 gram, injeksi ketorolac 2x30mg, infuse RL 20 tetes/menit.

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Data subjektif: Pembedahan Nyeri Akut
-klien mengatakan nyeri pada apendiktomi
luka operasi seperti di remas-
remas skala 6 dan nyeri Luka Insisi
dirasaakan saat bergerak
dibagian perut. Inkontinuitas
Data objektif: jaringan terputus
-klien terlihat meringis menahan
nyeri dan ada luka bekas operasi Aktivasi reseptor
di bagian perut nyeri Merangsang

thalamus dan
konteks serebri

Nyeri
2 Data subjektif: Pembedahan Hambatan
-klien mengatakan untuk apendiktomi mobilitas tubuh
beraktifitas sulit terasa sakit dan
lemas sehingga semua aktivitas Luka insisi
dibantu suaminya.
Data objektif: Inkontinuitas
-klien terlihat lemas jaringan terputus
-tekanan darah 120/90 mmHg,
suhu 37,60C, nadi 80x/menit, Aktivasi reseptor
respiratori rate 19x/menit Nyeri

Merangsang
thalamus dan
konteks serebri
Nyeri Kelemahan
fisik

Keterbatasan
gerakterhambat

Hambatan
mobilitas fisik

Rencana Tindakan Keperawatan


RE
No Diagnosa keperawatan NC
AN
A
KE
PE
RA
W
AT
AN
Tujuan dan Kriteria
Int R
Objektif er a
ve s
nsi i
o
n
a
l
1. Nyeri akut setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri, catat lokasi, 1. Berguna
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 karakteristik, dalam
dengan insisi jam diharapkan klien akan beratnya (skala 0-10) pengawasan
bedah mengalami penurunan rasa 2. Pertahankan istirahat keefektifan
ditandai dengan: dengan posisi semi obat,
nyeri dengan kriteria hasil:
Data subjektif: - klien mengatakan nyeri fowler kemajuan
- klien mengatakan 3. Dorong ambulansi dini penyembuh
hilang atau terkontrol
nyeri pada luka dengan skala angka nyeri 4. Berikan aktivitas an
operasi seperti di 2 hiburan 2. Gravitasi
remas-remas skala - klien tampak rileks 5. Kolaborasi dengan melokalisasi
6 dan nyeri dokter untuk eksudat
dirasaakan saat memberikan dalam
analgesic sesuai abdomen
bergerak dibagian indikasi bawah/pervi
perut. s,
Data objektif: menghilang
- klien kan
ketegangan
terlihat meringis abdomen
menahan yang
bertambah
dengan
posisi
terlentang
3. Meningkatk
an
normalisasi
fungsi
organ,
contoh
merangsang
peristaltik
dan
kelancaran
flatus,
menurunkan
ketidaknya
manan
abdomen
4. Fokus
perhatian
kembali,
nyeri dan ada luka meningkatkan relaksasi, dan dapat
bekas operasi di meningkatkan kemampuan koping
bagian perut 5. Menghilangkan nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji repon pasien terhadap 1. Menyebutkan parameter,
Berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 aktivitas, dipsnea atau nyeri membantu mengkaji respon
peningkatan kebutuhan jam diharapkan klien akan dada, keletihan dan kelemahan fisiologi terhadap stress aktivitas
metabolik sekunder mampu beraktivitas sesuai berlebihan, diaphoresis, dan bila ada merupakan indikator
akibat operasi kemampuan dengan pusing atau pingsan. dari kelebihan kerja yang berkaitan
apendiktomi ditandai kriteria hasil: 2. Instruksikan pasien tentang dengan aktivitas.
dengan: - Klien mampu tehknik penghematan energi 2. Tehnik menghemat energi
Data subjektif: beraktivitas sesuai misalnya, menggunakan kursi mengurangi penggunaan energi,
- klien mengatakan toleran tanpa bantuan saat mandi, duduk saat juga membantu, keseimbangan
untuk beraktifitas - Tampak segar dan menyisir atau menyikat gigi, antarasuplei dan kebutuhan oksigen.
sulit terasa sakit dan tidak lemas melakukan istirahat dengan 3. Kemajuan aktivitas bertahap
lemas sehingga perlahan. mencegah peningkatan kerja
semua aktivitas 3. Beri dorongan untuk jantung tiba-tiba. Memberikan
dibantu suaminya. melakukan aktivitas bantuan hanya sebatas kebutuhan
Data objektif: perawatan diri bertahap jika akan mendorong kemandirian
- klien terlihat lemas dapat ditoleransi. Berikan dalam melakukan aktivitas.
- tekanan darah bantuan sesuai kebutuhan. 4. Membantu proses penyembuhan
120/90 mmHg, suhu 4. Ajarkan rom pasif pada luka insisi dan rileks tubuh
37,60C, nadi keluarga pasien
80x/menit, respiratori
rate 19x/menit
Implementasi dan Evaluasi

Diagnose Hari Implementasi Paraf Hari Evaluasi Paraf


Keperawatan Tgl & Jam Tgl & Jam SOAP CI

Nyeri akut Selasa, 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, 14.15 Selasa, Subjektif: 16.00
berhubungan 26 karakteristik dan beratnya 26 - klien mengatakan nyeri skala 6
dengan insisi Juni 2018 Hasil: klien mengatakan Juni (sedang) seperti diremas-remas pada
bedah jam 14.15 nyeri dengan skala angka 2018 bagian perut saat bergerak
sampai jam nyeri 6 (sedang), lokasi nyeri jam 21.00 Objektif:
20.00 WITA disekitar luka, karakteristik WITA - klien terlihat meringis menahan nyeri
terasa diremas-remas, nyeri Asesment:
terasa hilang timbul, klien Masalah nyeri akut belum teratasi
tampak meringis Planning:
2. Mempertahankan kaji ulang nyeri, pertahankan istirahat
istirahat dengan posisi semi dengan posisi semi fowler, dorong
fowler ambulansi dini, kolaborasi
14.20
Hasil: klien mengatakan agak dengan dokter untuk memberikan
nyaman posisi setengah
duduk, klien tampak tenang
3. Mendorong ambulansi dini 14.30 analgesic sesuai indikasi
Hasil: klien mengatakan agak
kaku dan takut bergerak,
klien tampak berhati-hati
bergerak 14.40
4. Memberikan aktivitas
hiburan Hasil: klien
mengatakan ingin
mendengarkan lagu-lagu
15.00
islami, klien
tampak tenang
mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic
sesuai indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
Hambatan Selasa, 1. Mengkaji respon pasien 14.25 Selasa, Subjektif: 16.20
mobilitas fisik 26 terhadap aktivitas 26 - klien mengatakan pusing
berhubungan Hasil: klien mengatakan
Juni 2018 Juni 2018 Objektif:
dengan
peningkatan jam 14.15 pusing dan susah bangun jam 21.00 - klien terlihat lemah
kebutuhan sampai jam tidur, klien tampak lemah WITA Asesment:
metabolik 20.00 2. Menginstruksikan pasien 14.35 Masalah intoleransi aktivitas belum
sekunder akibat WITA tehnik penghematan energy teratasi
operasi
Hasil: istirahat dengan Planning:
apendiktomi
perlahan, selalu meminta Kaji respon pasien terhadap
bantuan keluarga bila ingin aktivitas, ajarkan tehnik
bergerak bangun penghematan enegy, beri dorongan
14.45 untuk melakukan perawatan diri,
3. Memberikan dorongan untuk ajarkan keluarga cara rom pasif
melakukan aktivitas
perawatan diri
Hasil: pasien diajarkan
mandiri menyisir rambut dan
14.50
merapikan kancing
pakaiannya sendiri
4. Mengajarkan keluarga pasien
rom pasif
Hasil: klien mengatakan takut
bergerak, klien tampak hati-hati saat
melakukan rom pasif, keluarga dapat
mempraktekkan
rom pasif
Nyeri akut Rabu, 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, 14.22 Rabu, Subjektif:
berhubungan 27 karakteristik dan beratnya 27 - klien mengatakan nyeri skala 4 16.00
dengan insisi Juni Hasil: klien mengatakan nyeri dengan Juni (sedang) seperti teriris pada
bedah 201 skala angka nyeri 4 (sedang), lokasi 2018 bagian perut saat bergerak
8 nyeri disekitar luka, karakteristik jam Objektif:
jam terasa teriris, nyeri terasa hilang 21.00 - klien terlihat rileks
14.1 timbul WITA Asesment:
5 2. Mempertahankan istirahat 14.53 Masalah nyeri akut belum teratasi
sampa dengan posisi semi fowler Planning:
i jam Hasil: klien mengatakan agak nyaman kaji ulang nyeri, pertahankan
20.00 posisi setengah duduk, klien tampak istirahat dengan posisi semi fowler,
WITA tenang dorong ambulansi dini, kolaborasi
3. Mendorong ambulansi dini Hasil: dengan dokter untuk memberikan
klien mengatakan agak kaku dan takut 15.15 analgesic sesuai indikasi
bergerak, klien tampak berhati-hati
bergerak
4. Memberikan aktivitas hiburan 15.30
Hasil: klien mengatakan ingin
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang
mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic sesuai 16.00
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
Hambatan Rabu, 1. Mengkaji respon pasien 14.20 Rabu, Subjektif:
mobilitas fisik 27 terhadap aktivitas 27 - klien mengatakan pusing bila 16.00
berhubungan Juni Hasil: klien mengatakan pusing Juni langsung duduk, klien
dengan
peningkatan 2018 bila langsung duduk, klien 2018 mengatakan sudah belajar jalan
kebutuhan jam mengatakan sudah belajar jalan jam kekamar mandi tapi dibantu
metabolik 14.15 kekamar mandi tapi dibantu 21.00 anaknya
sekunder sampai anaknya, klien tampak lemah WITA Objektif:
akibat
operasi jam 2. Menginstruksikan pasien tehnik 14.50 - klien terlihat lemah, klien
apendiktomi 20.00 penghematan energy tampak rileks
WITA Hasil: istirahat dengan perlahan, Asesment:
selalu meminta bantuan Masalah intoleransi aktivitas belum
keluarga bila ingin bergerak teratasi
bangun Planning:
3. Memberikan dorongan untuk 15.00 Kaji ulang respon pasien terhadap
melakukan aktivitas perawatan aktivitas, ajarkan tehnik
diri penghematan enegy, beri dorongan
Hasil: pasien diajarkan mandiri untuk melakukan perawatan diri,
menyisir rambut, lap basah ajarkan keluarga cara rom pasif
badan sendiri dan merapikan
pakaiannya sendiri
4. Mengajarkan keluarga pasien 15.15
rom pasif
Hasil: klien mengatakan takut
bergerak, klien tampak hati-hati
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif
Nyeri akut Kamis, 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, 08.00 Kamis, Subjektif:
berhubungan 28 karakteristik dan beratnya 28 - klien mengatakan nyeri skala 2
14.00
dengan insisi Juni Hasil: klien mengatakan nyeri Juni (ringan) seperti teriris pada
bedah 2018 dengan skala angka nyeri 2 2018 bagian perut saat bergerak tapi
jam (ringan), lokasi nyeri disekitar jam kadang tidak nyeri
07.30 luka, karakteristik terasa teriris, 14.15 Objektif:
WITA nyeri terasa hilang timbul WITA - klien terlihat rileks, klien
sampai 2. Mempertahankan istirahat 09.00 tampak duduk di tempat tidur
jam dengan posisi semi fowler Asesment:
14.15 Hasil: klien mengatakan agak Masalah nyeri akut teratasi
WITA nyaman posisi setengah duduk, Planning:
klien tampak tenang Pertahankan istirahat posisi
10.00
3. Mendorong ambulansi dini nyaman, dorong lakukan ambulasi
Hasil: klien mengatakan agak sesuai kemampuan, kolaborasi
kaku dan takut bergerak, klien dengan dokter untuk memberikan
tampak berhati-hati bergerak analgesic sesuai indikasi
11.00
4. Memberikan aktivitas hiburan 12.00
Hasil: klien mengatakan ingin
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang
mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic sesuai
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
Hambatan Kamis, 1. Mengkaji respon pasien 08.00 Kamis, Subjektif:
mobilitas fisik 28 terhadap aktivitas 28 - klien mengatakan sudah nyaman 14.00
berhubungan Juni Juni
Hasil: klien mengatakan sudah bergerak tapi barhati-hati
dengan
2018 nyaman bergerak tapi barhati- 2018 - Klien mengatakan sudah jalan
peningkatan
jam hati, klien mengatakan sudah jam kekamar mandi sendiri tapi
kebutuhan
07.30 jalan kekamar mandi sendiri tapi 14.15 pelan-pelan
metabolik
WITA pelan-pelan WITA Objektif:
sekunder 09.00
sampai 2. Menginstruksikan pasien tehnik - klien tampak rileks
akibat
jam penghematan energy Asesment:
operasi
14.15 Hasil: istirahat dengan perlahan, Masalah intoleransi aktivitas
apendiktomi
WITA selalu meminta bantuan teratasi
keluarga bila ingin berjalan Planning:
3. Memberikan dorongan untuk 10.00
Pertahankan kondisi nyaman dalam
melakukan aktivitas perawatan bergerak, beri dorongan untuk
diri melakukan perawatan diri secara
Hasil: pasien diajarkan mandiri mandiri
menyisir rambut, lap basah
badan sendiri, merapikan
pakaiannya sendiri dan sikat
gigi dikamar mandi
4. Mengajarkan keluarga pasien
11.00
rom pasif
Hasil: klien tampak hati-hati
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif

Anda mungkin juga menyukai