Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN PRE OPERASI
BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA DI RUANG ANGGREK
RSUD SEJIRAN SETASON BANGKA BARAT”

Disusun oleh:
Kelompok II
1. Eviarty
2. Febby
3. Fitri Yanti
4. Fitriyanti
5. Herwinda
6. Hotmarito
7. Johari
8. Kiki Amalia
9. Kristine Riris

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI


STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
T.A 2020/2021
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

BAB I
LATAR BELAKANG

Menurut Taufan (2011) Pembesaran jinak kelenjar prostat yang disebabkan


karena hyperplasia beberapa/semua komponen prostat. Menurut Tanto (2014)
Hiperplasia prostat jinak (benign prostate hyperplasia-BPH) merupakan tumor
jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki. Insidennya terkait pertambahan
usia, prevelensi yang meningkat dari 20 % pada laki-laki berusia 41-50 tahun
menjadi lebih dari 90% pada laki-laki berusia lebih dari 80 tahun.
Salah satu tindakan dilakukan dalam penanganan BPH adalah dengan
melakukan pembedahan terbuka atau bisa disebut open prostatectomi, tindakan
dilakukan dengan cara melakukan sayatan pada perut bagian bawah sampai
simpai prostat tanpa membuka kandung kemih kemudian dilakukan pengangkatan
prostat yang mengalami pembesaran (Samsuhidajat, 2010).
Di Indonesia BPH menjadi penyakit urutan ke dua setelah penyakit batu
saluran kemih lainnya, dan secara umum diperkirakan hampir 50% pria Indonesia
menderita BPH, jika dilihat dari 200 juta lebih rakyat Indonesia maka dapat di
perkirakan sekitar 2,5 juta pria yang berumur lebih dari 60 tahun menderita BPH
(Purnomo, 2008). Serta penyakit ini perlu diwaspadai karena bila tidak segera
ditangani dapat mengganggu sistem perkemihan, efek jangka panjang yang timbul
adalah retensi urine akut, refluks kandung kemih, hidroureter, dan urinari tract
infection.
Data di Indonesia kejadian Tingginya kejadian BPH di Indonesia telah
menempatkan BPH sebagai penyebab angka kesakitan nomor 2 terbanyak setelah
penyakit batu pada saluran kemih. Tahun 2016 di Indonesia terdapat 9,2 juta
kasus BPH, diantaranya diderita pada pria berusia di atas 60 tahun (Riskesdas,
2016). Berdasarkan Stastik Rumah Sakit Sejiran Setason pada tahun 2019 sampai
2020 ditemukan antara 25 – 50 Orang mengalami penyakit BPH dari
keseluruhan.
Hiperplasia prostat jinak juga dikenal sebagai Benign Prostatic Hypertrophy
(BPH) adalah diagnosis histologis yang ditandai oleh proliferasi dari elemen
seluler prostat. Akumulasi seluler dan pembesaran kelenjar timbul dari proliferasi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Benign Prostat Hyperplasia


1. Definisi
Menurut Taufan (2011) Pembesaran jinak kelenjar prostat yang
disebabkan karena hyperplasia beberapa/semua komponen prostat.
Menurut Tanto (2014) Hiperplasia prostat jinak (benign prostate
hyperplasia-BPH) merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada laki-
laki. Insidennya terkait pertambahan usia, prevelensi yang meningkat dari 20 %
pada laki-laki berusia 41-50 tahun menjadi lebih dari 90% pada laki-laki
berusia lebih dari 80 tahun.
2. Anatomi Fisiologi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak
disebelah inferior buli-buli di depan rektum dan membungkus uretra posterior.
Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang
lebih 20 gram. Kelenjar prostat yang terbagi atas beberapa zona, antara lain
zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler, dan zona
periuretra. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional
(zona yang terdapat bagian salah satu organ genitalia pria yang menjadi besar
akbat penumpukan urine) (Tanto, 2014).

Gambar 2. 1 Kelenjar prostat


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

Kelenjar postat merupaka organ berkapsul yang terletak dibawah


kandung kemih dan ditembus oleh uretra. Uretra yang menembus
kandung kemih ini disebut uretra pars prostatika. Lumen uretra pars
prostatika dilapisi oleh epitel transisional.
3. Klasifikasi
Derajat berat BPH menurut Tanto (2014) adalah sebagai berikut :
a. Stadium I
Ada obstruksi tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan
urine sampai habis.
b. Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan
urine walaupun tidak sampai habis masih tersisa kira-kira 60-150
cc. Ada rasa tidak enak saat BAK atau disuria dan menjadi
nocturia.
c. Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc
d. Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan.
Urinemenetes secara periodik.
4. Etiologi
Menurut Tanto (2014) teori yang umum digunakan adalah bahwa
BPH bersifat multifactorial dan pengaruh oleh sistem endokrin, selain
itu ada pula yang menyatakan bahwa penuaan menyebabkan peningkatan
kadar estrogen yang menginduksi reseptor adrogen sehingga meningkat
sensitivitas prostat terhadap testosteron bebas, secara patologis, pada
BPH terjadi proses hiperplesia sejati disertai peningkatan jumlah sel.
Pemeriksaan micropis menunjukan bahwa bPH tersusun atas stroma dan
epitel dengan rasio yang bervariasi.
5. Patofisiologi
Menurut Tanto (2014) kelenjar prostat terletak dibawah kandung
kemih dan tembus oleh uretra.kelenjar ini dibagi empat zona yaitu zona
perifer, sentral, stoma fibromuskularis anterior, dan transsisional, yang
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

disebut dengan benign prostat obstruksi (BPO). Gejala klinis yang timbul
terbagi atas dua jenis yaitu gejala obstruksi dan gejala iritasi, gejala
obstruksi timbul akibat sumbatan secara langsung akibat uretra, gejala
iritatif terjadi sekunder pada kandung kemih sebagai respon
meningkatkan resitensi pengeluaran dan pengosongan yang tidak
sempurna menyebakan ransangan pada kandung kemih berkontraksi pada
kondisi belum penuh.
Menurut Tanto (2014) perjalanan penyakit BPH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

6. Manifestasi Klinis
Menurut Tanto (2014) pada umumnya pasien BPH datang dengan
gejala-gejala truktus urinarius bawah (lower urinari tract symptoms -
LUTS) yang terdiri atas gejala obstruksi dan iritasi.
Gejala obtruksi :
 Miksi terputus
 Hesitancy: saat miksi pasien harus menunggu sebelum urin keluar
 Harus mengedang saat mulai miksi
 Kurangannya kekuatan dan pancaran urine
 Sensasi tidak selesai berkemih
 Miksi ganda (berkemih untuk kedua kalinya dala waktu ≤ 2 jam
setelahmiksi sebelumnya )
 Menetes pada akhir miksi
Gejala Iritasi
 Frekuensi sering miksi
 Urgensi : rsa tidak dapat menahan lagi, rasa ingin miksi
 Nokuria : terbangun dimalam hari untuk miksi
 Inkotenensia: urine keluar di luar kehendak
7. Kriteria Diagnosa
a. Kebanyakan kepada pria berumur > 50
b. Tanda iritasi : Frekuensi miksi bertambah, nokturia, disuria,
urgency,terakhir miksi belum puas
c. Tanda obstruksi : pancaran lemah, mengedan waktu miksi
d. Dulit miksi
e. Pemeriksaan colok dubur : pembesaran prostat, kenyal, pengukuran
sisa urin
8. Pemeriksaan Penunjang
a. BNO IVP
b. Transrekral ultrasonografi – prostat
c. Lab : rutin persiapan operasi, PSA.
d. Biopsi jarum bila ada kecurigaan pada colok dubur atau PSA 10
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

9. Terapi
a. Terafi konservatif : keluhan iritatif dan obstruksi ada, sisa urine
kurang dari 50 cc.
b. Pertolongan pertama :
 Pemasangan kateter pada retensi urine kecil
 Memasang sistomi perkutan / terbuka bila pemasangan kateter
gagal
c. Operasi depenitif :
 Sisa urine > 50 cc : Transuretral Resection Of The prostat /
TURPoleh spesialis urologi
 Prostatektomi terbuka oleh dokter spesialis bedah
 Transuretral incision of the prostate / TUIP oleh spesialis urologi
 Visual laser ablation of prostate / VILAP oleh dokter
spesialisurologi terlatih
10. Penyulit
a. Pada operasi terbuka : pendarahan, kebocoran inkkontinenia
b. Pada operasi terbuka dan TUR : ejakulasi retrogadeLama rawatan :
bila tanpa penyulit
 ± 10-14 hari pada operasi terbuka
 5-7 hari pada TURP / TUI
11. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
12. Anamesis
Tanyakan keluhan pasien utama pasien dan berapa keluhan yang
dirasakan mengangu. Seluruh gejala obstruksi dan iritasi perlu
ditanyakan secara lengkap. Tanya pula riwayat penyakit lain dan
penyakit saluran urogenital. Obat-obat tetentu yang menyebabkan miksi,
alat diagnostik yang luas digunakan untuk menilai gejala pada penderita
BPH.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

13. Pemeriksaan fisik


Colok dubur merupakan pemerikssan yang sangat penting pada
kasus BPH. Pelaporan yang dilakukan adalah adanya pelaporan
pembesaran prostat, konsistensinya ada tidak adanya nodul, selain itu
dapat dilakukan pemeriksaan ragio suprapublik untuk menilai distensi
vesika dan fungsi neuromuskular ekstremitas bawah.
14. Pemeriksaan Penunjang
a. Prostat spesifik anti gen (PSA), bersifat spesifik tetapi tidak spesifik
kanker. Pemeriksaan ini dpat dilakukan untuk menilai bagaimana
perjalan penyakit BPH selanjutnya, keluhan alkibat BPH lebih berat
atau lebih mudah terjadi retensi urine akut, rentang normal nilai PSA
adalah:
 40-49 tahun : 0-2,5 ng/mL
 50-59 tahun : 0-3,5 ng/mL
 60-69 tahun : 0-4,5 ng/mL
 70-79 tahun : 0-6,5 ng/mL
b. Nilai PSA >4 ng/mL merupakan indikasi tindakan biopsi prostat
c. Flowmetri : Qmax (laju pancaran urine maksimal) turun biasanya <
15 cc
d. USG/kateter untuk menilai volume urine residual
e. Transrectal/transabdominal Ultrasonografi (TRUS/TAUS) mengukur
volume prostat dan menemukan gambaran hipoekoik
f. Pemeriksaan atas indikasi : intravenous
15. Diagnosis banding
Struktur uretra, kontraktur leher kandung kemih, batu buli, kanker
prostat yang meluas secara lokal dan penurunan kontraktivitas kandung
kemih
16. Tata laksana
a. Observasi waspada
Observasi waspada dapat dilakukan pada pasien bergejala ringan
dengan Skor IPSS 0-7 evaluasi dilakukan secara berkala, yaitu 3,6 dan 2
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

bulan kemudian, serta dilanjutkan 1 kali pertahun.


b. Farmakologi
Penyebab adrenergik –a 1 selektif
 Cara kerja
Pemberian penyekat-a bertujuan menghambat kontraksi otot polos
prostat sehingga menurangi resistensi tonus leher kandung kemih
dan uretra;
 Contoh obat
 Prazosin 2 x 1-2 m
 Tamsulosin 1 x 0,2-0,4 mg
 Pilihan lain : terazonin dan daksozosin (diberikan 1 kaliper hari)
 Efek samping : hipostensi postural dizziness atau astenia. Efek
samping sitemik paling ringan ditunjukan oleh obat tamsulosin.
Pengahambat 5 areduktase
 Cara kerja : menghambat ensim 5 alfa-reduktase, suatu katalisator
perubahan testosteron menjadi dihidtestosteron (DHT). Efeknya
maksimumnya terlihat setelah enam bulan
 Contoh obat
 Dutasterid 1 x 0,5 mg
 Finasterid 1 x 5 mg
 Efek samping : penurunan libido, ginekomastia, dan dapat
menurunkan nilai PSA
Fitoterafi
Fitoterafi yang banyak digunakan diantaranya adalah pygeum
fricanum,serenoa respens dan hypoxis rooper.

B. Asuhan Keperawatan Pada Benigh Prostatic Hyperplasia (BPH)


Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam
praktek keperawatan (Nursalam, 2012).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat


mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nursalam,
2012).
Pengkajian data dasar dalam pengkajian klien dengan Benigh Prostatic
Hyperplasia (BPH) dilakukan mulai dari 3 jam–sampai 3 hari adalah :
a. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Inspeksi : merintih, menahan sakit
Rambut : Lurus/keriting, warna, Ketombe, kerontokan
Mata : Simetris/tidak, pupil isokhor, konjunctiva tidak
anemis
Hidung : Terdapat mukus/tidak, pernafasan cuping
Telinga : Simetris, terdapat mukus/tidak
Bibir : Lembab, tidak ada stomatitis
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
2) Dada
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu
pernapasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas,
nyeri tekan (-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal
3) Abdomen
Inspeksi : Terdapat luka post operasi di abdomen region
inguinal
Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah
inguinalis
Perkusi : Dullness
Auskultasi : Terdengar bising usus (N= <5 per menit)
4) Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada edema
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

Bawah : Simetris, tidak ada edema


5) Genetalia
Inspeksi : Scrotum kiri dan kanan simetris, ada lesi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah actual atau resiko dalam rangka
mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan, dan mencegah maslah keperawatan klien
yang ada pada tanggung jawabnya.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Pre Operasi :
1) Retensi urin b.d obstruksi kandung kemih
2) Ansietas b.d kurangnya pengetahuan dan informasi
3) Nyeri akut b.d trauma jaringan (insisi operasi), pemasangan kateter
spasme kandungan
b. Post Operasi :
1) Nyeri akut b.d trauma jaringan (insisi operasi), pemasangan kateter
spasme kandungan
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak
adekuatnya intake
3) Gangguan pola tidur b. perubahan status kesehatan
4) Resiko tinggi infeksi b.d pembedahan
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dapat diartikan sebagai suatu dokumen
tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi
keperawatan. Rencana keperawatan merupakan metode komunikasi
tentang asuhan keperawatan pada klien (Nursalam, 2012).
Menurut Marillyn Doengoes (2008), rencana asuhan keperawatan
pada klien benign prostac hyperplasia dari 4 jam sampai 5 hari adalah :
a. Pre Operasi :
1) Retensi urin b.d obstruksi kandung kemih
2) Ansietas b.d kurangnya pengetahuan dan informasi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

3) Nyeri akut b.d trauma jaringan (insisi operasi), pemasangan kateter


spasme kandungan
b. Post Operasi :
1) Nyeri akut b.d trauma jaringan (insisi operasi), pemasangan kateter
spasme kandungan
2) Gangguan pola tidur b. perubahan status kesehatan
3) Resiko tinggi infeksi b.d pembedahan
Rencana asuhan keperawatan menurut 3S
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1 Retensi urin Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi
keperawatan selama 3 x 24 urine (I.04152)
jam kemampuan berkemih Observasi
membaik dengan Kriteria 1. Identifikasi tanda &
Hasil (L.03019): gejala retensi urine
 Sensasi berkemih 2. Identifikasi factor
meningkat yang menyebabkan
 Distensi kandung kemih retensi urine
menurun 3. Monitor eliminasi
 Volume residu urine urine
menurun Terapeutik
 Berkemih tidak tuntas 1. Catat waktu dan
menurun haluaran berkemih
 Nocturia menurun 2. Batasi asupan cairan
 Dysuriamenurun jika perlu
 Frekuensi BAK membaik 3. Ambil sampel urin
 Karakteristik urine Edukasi
membaik 1. Ajarkan tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih
2. ajarkan mengukur
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

asupan cairan dan


haluaran urine
3. Anjurkan minum
yang cukup, jika
tidak ada
kontraindikasi
4. Anjurkan mengurangi
minum
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat supositoria
uretra , jika perlu
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
keperawatan selama 1 x 24 (l.09314)
jam kecemasan pada klien Obeservasi
berkurang atau hilangdengan 1. Identifikasi saat
kriteria hasil (L09093): tingkat ansietas
 Verbalisasi kebingungan berubah (mis.
menurun Kondisi,waktu,
 Verbalisasi khawatir stresor)
akibat kondisi yang 2. Identifikasi
dihadapi menurun kemampuan
 Perilaku gelisah menurun mengambil
 Perilaku tegang menurun mengambil keputusan
 Frekuensi pernafasan 3. Monitor tanda-tanda
menurun ansietas ( verbal dan
 Frekuensi nadi membaik nonverbal
menurun Terapeutik
 Konsentrasi pola tidur 1. Ciptakan suasana
membaik terapeutik untuk
 Pola berkemih membaik menumbuhkan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
3. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
4. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
1. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
2. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan presepsi
3. Latih Teknik
relaksasi
4. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
5. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
6. Latih penggunaan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
3 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3 hari (I.08238)
nyeri pada klien berkurang Observasi
atau hilangdengan 1. Identifikasi lokasi,
Kriteria Hasil (L.08066): karakteristik, durasi,
 Keluhannyeri menurun frekuensi, kualitas,
 Meringis menurun intensitas nyeri
 Gelisah menurun 2. Identifikasi skala
 Frekuensi nadi membaik nyeri
 Pola napas membaik 3. Identifikasi respons
 Tekanan darah membaik neri non verbal
 Fungsi berkemih 4. Monitor efek
membaik samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberikan analgetik
4 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur
tidur asuhan keperawatan selama 2 (l.05174)
x 24 jam pada pasien dengan Observasi
gangguan pola tidur dapat 1. Identifikasi pola
teratasi dengan kriteria hasil aktivitas dan tidur
(L.05045) : 2. Identifikasi faktor
 Keluhan sulit tidur pengganggu tidur
membaik (fisik dan/atau
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

 Keluhan sering terjaga psikologis)


menurun 3. Identifikasi makanan
 Keluhan tidak puas tidur atau miuman yang
menurun menggangu tidur
 Keluhan pola tidur Terapeutik
berubah menurun 1. Modifikasi
 Keluhan istirahat tidak lingkungan
cukup menurun 2. Fasilitasi penghilang
stress jika perlu
3. Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan
4. Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau tindakan
untuk menunjang
siklus tidur terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnnya
tidur cukup selama
sakit
2. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi
lainnya
5 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
infeksi keperawatan selama 3 hari (l.14539)
masalah resiko infeksi Observasi
teratasi dengan kriteria hasil 1. Monitor tanda dan
(L.14137) : gejala infeksi lokal
 Kebersihan tangan dan sistemik
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

meningkat Terapeutik
 Kadar sel putih membaik 1. Batasi jumlah
 Kemerahan menurun pengunjung
 Kebersihan badan 2. berikan perawatan
meninkat kulit pada area edema
 Demam menurun 3. Cuci tangan sebelum
 Nyeri menurun dan sesudah kontak
 Bengkak menurun dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. Data Umum Pasien


1. Nama inisial klien : Tn. M
2. Umur : 65 tahun
3. Alamat : Simpang Tiga Kec. Simpang Teritip
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS/RB : 04 Maret 2021
6. Nomor Rekam Medis : 36451
7. Dx Medis : Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
8. Bangsal : Anggrek RSUD Sejiran Setason Bangka Barat
9. Tanggal Pengkajian : 08 Maret 2021

B. Pengkajian
Analisa data
Symptom Etiology Problem
DS : Faktor pencetus BPH Retensi urine
 Pasien mengatakan
kesulitan ketika BAK, Pembesaran Kelenjar
tidak lancar hanya Prostat
sedikit-sedikit sejak 1
bulan yang lalu Obstruksi Saluran
 Pasien mengatakan Kemih
Pancaran miksi
menurun RETENSI URINE
 Pasien mengatakan
ketika BAK tidak
merasakan puas
DO :
 BAK menggunakan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

kateterisasi 3 jalur
untuk dilakukan irigasi
 Urine berwarna merah
sebanyak 2100 cc/hari.
 Balance cairan: 2820
cc/24 jam
 USG: dengan hasil
BPH
DS : Produksi Urine Nyeri akut
 Pasien mengatakan
terasa nyeri di area Vesika urinaria tak
kelamin dan nyeri mampu Menampung
ketika BAK,
 Pasien mengatakan Vesika Urinaria Penuh
nyerinya datang tiba-
tiba dan ketika dibawa Distensi Kandung
istriharat nyerinya Kemih
mulai berkurang tetapi
nanti muncul lagi NYERI AKUT
apabila mau BAK,
 Pasien mengatakan
nyeri seperti ditusuk-
tusuk
DO :
 skala nyerinya 5
 Muka meringis
kesakitan
 Vital sign
TD: 140/80 mmHg
N: 100 x/ menit
S: 37 oC
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

RR: 20 x/ menit
DS : BPH Ansietas
 Pasien mengatakan
cemas dengan Rencana Operasi
keadaanya, merasa
was-was tentang proses Pengetahuan
operasi dan pasien
mengatakan jantungnya Informasi
berdebar-debar.
DO : ANSIETAS
 Wajah pasien tampak
pucat dan tegang

C. Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Retensi urine
3. Ansietas
D. Diagnosa Keperawatan
A. Nyeri akut berhubungan dengan distensi kandung kemih
B. Retensi urine berhubungan dengan obstruksi saluran kemih
C. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan & informasi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

D. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
Tanggal/Jam Keperawatan Assessment SLKI SIKI Implementasi Evaluasi
(SDKI)
08 Maret 2021 Nyeri akut DS : Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238) Jam 10.00 WIB Jam 14.00 WIB
berhubungan  Pasien tindakankeperawatan Observasi 1. Melakukan S : Pasien
dengan mengatakan selama 3 harinyeri 1. Identifikasi lokasi, pengkajian nyeri mengatakan nyeri
distensi terasa nyeri pada klien berkurang karakteristik, durasi, dengan format hilang timbul,
kandung di area atau hilangdengan frekuensi, kualitas, PQRST nyeri berkurang
kemih kelamin dan Kriteria Hasil intensitas nyeri P : nyeri muncul O : Skala nyeri 2
nyeri ketika (L.08066): 2. Identifikasi skala nyeri tiba-tiba TD 130/80 mmHg
BAK,  Keluhannyeri Terapeutik Q : nyerinya seperti Nadi 80 kali/menit
 Pasien menurun 1. Berikan teknik ditusuk-tusuk Suhu 36.5 C
mengatakan  Meringis nonfarmakologis untuk R : nyerinya di area RR 18 kali/menit
nyerinya menurun mengurangi rasa nyeri kelamin sampai ke A : Masalah
datang tiba-  Gelisah menurun 2. Fasilitasi istirahat dan kandung kemih belum teratasi
tiba dan  Frekuensi nadi tidur S : skala nyerinya 5 P : Intervensi
ketika membaik Edukasi T : nyeri terasa dilanjutkan
dibawa  Pola napas 1. Jelaskan penyebab, kurang lebih 5 1. Melakukan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

istriharat membaik periode dan pemicu nyeri menit pengkajian


nyerinya  Tekanan darah Kolaborasi 2. Mengajarkan pasien nyeri dengan
mulai membaik 1. Kolaborasi pemberikan teknik relaksasi format PQRST
berkurang  Fungsi berkemih analgetik untuk mengurangi 2. Berkolaborasi
tetapi nanti membaik nyeri dengan tim
muncul lagi 3. menjelaskan dokter dalam
apabila mau penyebab, periode pemberian
BAK, dan pemicu nyeri terapi
 Pasien Jam 12.00 WIB analgetik,
mengatakan 1. Berkolaborasi injeksi
nyeri seperti dengan tim dokter ketorolac 3x1
ditusuk- dalam pemberian amp via IV
tusuk terapi analgetik,
DO : injeksi ketorolac
 skala 3x1 amp via IV
nyerinya 5
 Muka
meringis
kesakitan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

 Vital sign
TD: 140/80
mmHg
N: 100 x/
menit
S: 37 oC
RR: 20 x/
menit
08 Maret 2021 Retensi urine DS : Setelah dilakukan Manajemen eliminasi urine Jam 10.30 WIB Jam 14.00 WIB
berhubungan  Pasien tindakan (I.04152) 1. Mengidentifikasi S : pasien
dengan mengatakan keperawatan selama Observasi tanda & gejala mengatakan masih
obstruksi kesulitan 3 x 24 jam 1. Identifikasi tanda & gejala retensi urine kesulitan untuk
saluran kemih ketika BAK, kemampuan retensi urine 2. Mengidentifikasi BAK
tidak lancar berkemih membaik 2. Identifikasi faktor yang faktor yang O : Pasien masih
hanya dengan kriteria hasil menyebabkan retensi menyebabkan terpasang
sedikit- (L.03019): urine retensi urine katerisasi
sedikit sejak  Sensasi berkemih 3. Monitor eliminasi urine 3. Mencatat waktu Urine 500cc
1 bulan yang meningkat Terapeutik dan haluaran berwarna merah
lalu  Distensi kandung 1. Catat waktu dan haluaran berkemih A : masalah belum
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

 Pasien kemih menurun berkemih 4. Mengajarkan teratasi


mengatakan  Volume residu 2. Batasi asupan cairan jika mengukur asupan P : Intervensi
Pancaran urine menurun perlu cairan dan haluaran dilanjutkan
miksi  Berkemih tidak Edukasi urine (urine 100cc) 1. Mencatat
menurun tuntas menurun 1. Ajarkan tanda dan gejala 5. Menganjurkan waktu dan
 Pasien  Nocturia infeksi saluran kemih minum yang cukup haluaran
mengatakan menurun 2. ajarkan mengukur asupan berkemih
ketika BAK  Dysuriamenurun cairan dan haluaran urine 2. Menganjurkan
tidak  Frekuensi BAK 3. Anjurkan minum yang minum yang
merasakan membaik cukup, jika tidak ada cukup
puas  Karakteristik kontraindikasi
DO : urine membaik Kolaborasi
 BAK 1. Kolaborasi pemberian
menggunaka obat supositoria uretra ,
n kateterisasi jika perlu
3 jalur untuk
dilakukan
irigasi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

 Urine
berwarna
merah
sebanyak
2100 cc/hari.
 Balance
cairan: 2820
cc/24 jam
 USG:
dengan hasil
BPH
08 Maret 2021 Ansietas DS : Setelah dilakukan Reduksi ansietas (l.09314) Jam 11.00 WIB Jam 14.00 WIB
berhubungan  Pasien tindakan Obeservasi 1. Mengidentifikasi S : pasien
dengan mengatakan keperawatan selama 1. Identifikasi saat tingkat kemampuan pasien mengatakan sudah
kurang cemas 1 x 24 jam ansietas berubah (mis. mengambil siap untuk
pengetahuan dengan kecemasan pada Kondisi,waktu, stresor) keputusan tindakan operasi
& informasi keadaanya, klien berkurang atau 2. Identifikasi kemampuan (Pasien sudah O : Pasien tampak
merasa was- hilang dengan mengambil mengambil mengambil tenang
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

was tentang kriteria hasil keputusan keputusan untuk A : masalah


proses (L09093): 3. Monitor tanda-tanda operasi) teratasi
operasi dan  Verbalisasi ansietas ( verbal dan 2. Memonitor tanda- P : Intervensi
pasien kebingungan nonverbal tanda ansietas dihentikan
mengatakan menurun Terapeutik (muka tegang)
jantungnya  Verbalisasi 1. Ciptakan suasana 3. Menciptakan
berdebar- khawatir akibat terapeutik untuk suasana terapeutik
debar. kondisi yang menumbuhkan untuk
DO : dihadapi kepercayaan menumbuhkan
 Wajah menurun 2. Motivasi mengidentifikasi kepercayaan
pasien  Perilaku gelisah situasi yang memicu 4. Memotivasi
tampak pucat menurun kecemasan mengidentifikasi
dan tegang  Perilaku tegang Edukasi situasi yang
menurun 1. Informasikan secara memicu kecemasan
 Frekuensi faktual mengenai 5. Memberikan
pernafasan diagnosis, pengobatan, informasi secara
menurun dan prognosis faktual mengenai
 Frekuensi nadi 2. Anjurkan keluarga untuk diagnosis,
membaik tetap bersama pasien pengobatan, dan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

menurun prognosis
 Konsentrasi pola 6. Menganjurkan
tidur membaik keluarga untuk
 Pola berkemih tetap bersama
membaik pasien
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan pengkajian keluhan yang ada diteori ditemukan
pada pasien.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Nyeri akut berhubungan
dengan distensi kandung kemih, Retensi urine berhubungan dengan
obstruksi saluran kemih, Ansietas berhubungan dengan kurang
pengetahuan & informasi
3. Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang
muncul dan dibuat berdasarkan rencana asuhan keperawatan secara
teoritis.
4. Implementasi dilakukan sesuai rencana keperawatan yang disusun.
5. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Dari tiga
diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan dan implementasi yang
telah dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan
didapatkan hasil yang dicantumkan dalam evaluasi bahwa Ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan & informasi sudah teratasi.

B. Saran
1. Bagi RSUD Sejiran Setason Bangka Barat
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi RSUD Sejiran
Setason Bangka Barat khususnya dalam peningkatan masalah dalam
mengoptimalkan asuhan keperawatan serta peningkatan mutu dan
pelayanan kesehatan.
2. Bagi Stikes Citra Delima Bangka Belitung
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam memberikan asuhan
keperawatan pada kasus benign prostat hyperplasia serta
meningkatkan perannya dalam meningkatkan pemahaman
mahasiswa.
3. Bagi Mahasiswa
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

Sebagai masukan dan informasi dalam melakukan asuhan


keperawatan yang berhubungan dengan gambaran secara umum dan
mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada kasus benign
prostat hyperplasia di Ruang Anggrek Bedah RSUD Sejiran Setason
Bangka Barat.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI SEMSETER V
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

DAFTAR PUSTAKA

Detter. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan (Terjemahan). Edisi 3. Jakarta.


http://repo.stikesperintis.ac.id

DPP Tim Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Cetakan III. Jakarta

DPP Tim Pokja SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta

DPP Tim Pokja SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta

Nusalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Nasional. Edisi 5. EGC : Jakarta.
http://repo.stikesperintis.ac.id

Sjamjuhidajat, R & Jong Wim De. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC:
Jakarta. http://repo.stikesperintis.ac.id

Tanto. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta.


http://repo.stikesperintis.ac.id

Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan


Penyakita Dalam. Nuha Medika : Jakarta. http://repo.stikesperintis.ac.id

Anda mungkin juga menyukai