Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

APENDISITIS AKUT DENGAN TINDAKAN APENDIKTOMI


1. Pengertian (Definisi) Peradangan yang timbul secara mendadak pada apendik dan bila tidak
segera ditangani dapat menyebabkan perforasi.
Penyebab:
Obstruksi lumen merupakan faktor penyebab dominan apendisitis akut
Erosi mukosa usus karena parasit Entamoeba hystolitica dan benda asing
lainnya.
2. Anamnesis Nyeri perut kanan bawah, mula-mula daerah epigastrium kemudian
menjalar ke titik Mc Burney. Apabila telah terjadi inflamasi (> 6 jam)
penderita dapat menunjukkan letak nyeri karena bersifat somatik.

Gejala klinis:
1. Muntah (rangsangan viseral) akibat aktivasi nervus vagus
2. Anoreksia, nausea dan vomitus yang timbul beberapa jam sesudahnya,
merupakan kelanjutan dari rasa nyeri yang timbul saat permulaan
3. Disuria juga timbul apabila peradangan apendiks dekat dengan vesika
urinaria
4. Obstipasi Sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita
mengalami diare, timbul biasanya pada letak apendiks pelvikal yang
merangsang daerah rektum.
5. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara
37,50C - 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi
perforasi.
6. Variasi lokasi anatomi apendiks akan menjelaskan keluhan nyeri
somatik yang beragam. Sebagai contoh apendiks yang panjang
dengan ujung yang mengalami inflamasi di kuadran kiri bawah akan
menyebabkan nyeri di daerah tersebut, apendiks retrosekal akan
menyebabkan nyeri flank atau punggung, apendiks pelvikal akan
menyebabkan nyeri pada supra pubik dan apendiks retroileal bisa
menyebabkan nyeri testikuler, mungkin karena iritasi pada arteri
spermatika dan ureter.

3. Pemeriksaan Fisik Inspeksi


1. Penderita berjalan membungkuk sambul memegangi perutnya yang
sakit
2. Kembung bila terjadi perforasi
3. Penonjolan perut kanan bawah terlihat pada appendikuler abses

!1
3. Pemeriksaan Fisik Palpasi
1. Terdapat nyeri tekan Mc Burney
2. Adanya rebound tenderness (nyeri tekan lepas)
3. Adanya defans muscular
4. Rovsing sign positif
5. Psoas sign positif
6. Obturator sign positif

Perkusi
Nyeri ketok (+)

Auskultasi
Peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada ileus paralitik karena
peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata

Colok dubur
Nyeri tekan pada jam 9-12

Tanda peritonitis umum (perforasi)


1. Nyeri seluruh abdomen
2. Pekak hati hilang
3. Bising usus hilang

Apendiks yang mengalami gangren atau perforasi lebih sering terjadi


dengan gejala-gejala sebagai berikut:
1. Gejala progresif dengan durasi lebih dari 36 jam
2. Demam tinggi lebih dari 38,50C
3. Lekositosis (> 14.000)
4. Dehidrasi dan asidosis
5. Distensi
6. Menghilangnya bising usus
7. Nyeri tekan kuadran kanan bawah
8. Rebound tenderness sign
9. Rovsing sign
10. Nyeri tekan seluruh lapangan abdominal
4. Kriteria Diagnosis Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Apendisitis Akut
No. ICD-10: K. 35.9 Acute Appendicitis
6. Diagnosis Banding 1.Kolesistitis akut
2.Divertikel Mackelli
3.Enteritis regional
4.Pankreatitis
5.Batu ureter
6.Cystitis
7.Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
8.Salpingitis akut

!2
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium darah lengkap (lekositosis), masa perdarahan, masa
pembekuan
2. Pemeriksaan urinalisa untuk menyingkirkan diagnosis banding
3. Pemeriksaan kadar HCG Bila dicurigai kehamilan ektopik pada wanita
usia subur
4. Foto polos abdomen tidak banyak membantu
5. USG abdomen
8. Tatalaksana Operasi cito
- Tindakan operatif Open Appendektomi atau
- Tindakan operatif Apendektomi perlaparoskopik
Bed rest dengan posisi fowler (anti Trandelenburg)
Pemasangan NGT (nasogatric tube) bila diperlukan untuk mengosongkan
lambung agar mengurangi distensi abdomen dan mencegah muntah
Perkiraan lama perawatan 3-4 hari
9. Penyulit 1. Perforasi apendiks
2. Peritoitis umum
3. Sepsis
10. Edukasi 1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemeriksaan penunjang
2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, risiko dan komplikasi
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama Rawat
11. Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
12. Tingkat Evidens *
13. Tingkat Rekomendasi *
14. Penelaah Kritis * SMF Ilmu Penyakit Bedah
15. Indikator (Outcome) 1. Keluhan berkurang
2. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
16. Kepustakaan 1. KEPMENKES RI Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama. Jakarta.
2. Pambudy, I. M., dan Irawati, Y. Katarak. Dalam: Tanto, C., Liwang, F.,
Hanifati, S., Pradipta E.A. Editor. 2014. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi ke-4. Jakarta: Media Aesculapius.
3. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon,
dan Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta,
2005,hlm. 639.645
4. Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. (Seymour, 2000).

!3

Anda mungkin juga menyukai