Anda di halaman 1dari 45

Rumah Sakit Ibu dan Anak IBUNDA

Jl. A. Syairani RT.004 RW.002 Kelurahan Sarang Halang


Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan
Telp. 0853 49483 703

LEMBARAN PENGESAHAN

HOSPITAL BY LAWS
(PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT )
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBUNDA
PELAIHARI

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR RUMAH SAKIT

Dr Ajeng setiyorini
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T, telah tersusun


Hospital Bylaws/Peraturan Internal Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda .
Kepemimpinan puncak di Rumah Sakit terdiri dari tiga satuan atau organ
fungsional yang berbeda kewenangan, tugas dan tanggung jawabnya, namun semua
itu haruslah bisa bekerja sama secara integral dalam menjalankan misi Rumah Sakit .
Ketiga kepemimpinan puncak Rumah Sakit itu adalah:
1. Pemilik atau yang mewakili Rumah Sakit
2. Direksi
3. Staf Medis
Pemilik atau yang mewakili pemilik sebagai otoritas steering/atau pemegang
kekuasaan dan kebijakan tertinggi. Direksi atau Pimpinan Rumah Sakit mempunyai
fungsi sebagai motor penggerak dan Staf Medis adalah pelaku utama core
business/kegiatan inti Rumah Sakit . Tidak satupun dari ketiga satuan ini akan
berfungsi, jika tidak ada dua yang lain. Mereka sesungguhnya adalah tritunggal yang
bersama-sama secara fungsional memimpin Rumah Sakit dan bertanggung jawab
bersama tentang layanan kepada masyarakat (shared accountability).
Staf Medis merupakan tenaga yang mandiri, karena setiap dokter memiliki
kebebasan profesi dalam mengambil keputusan klinis pada pasien. Dalam
memutuskan tindakan medis maupun pemberian terapi kepada pasien harus
dilakukan atas kebebasan dan kemandirian profesinya dan tidak boleh atas pengaruh
atau tekanan pihak lain. Kebebasan profesi bukan diartikan sebagai kebebasan
mutlak, namun masih harus tetap terikat dengan standar profesi, standar kompetensi
dan standar pelayanan medis.
Di sisi lain, staf medis dalam memberikan pelayanan tidak terikat dengan jam
kerja, khususnya untuk kasus gawat darurat. Tenaga kesehatan lainnya yang bekerja
di Rumah Sakit terkait dengan jam dinas dan jam kerja, yang diatur sesuai dengan
jadwal dinasnya dan peraturan kepegawaian Rumah Sakit . Selain itu tenaga
kesehatan lainnya terikat dengan unit kerja dan bertanggung jawab terhadap kepala
unit kerja. Sebagai contoh tenaga perawat yang dinas di Klinik, selama satu hari
perawat tersebut akan memberitahukan pelayanan di Klinik.
Namun untuk staf medis dalam waktu satu hari bisa berpindah tempat kerja
lebih dari satu unit kerja. Pagi hari staf medis tersebut bisa memberikan pelayanan di
Klinik atau rawat jalan, di siang hari bisa di rawat inap, dan malam hari bisa di unit
kamar operasi Instalasi Gawat Darurat. Jadi staf medis kecuali staf medis yang
bertugas di Bagian Penunjang Medis mobilitasnya sangat tinggi, dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan standar. Sehingga peraturan kepegawaian
Rumah Sakit tidak dapat diterapkan seluruhnya untuk staf medis Rumah Sakit Ibu
dan Anak Ibunda. Di lain pihak, profesi medis diharapkan dapat melakukakan self
governing/memerintah diri sendiri, self controlling/mengontrol diri sendiri dan self
disciplining/mendisiplinkan diri sendiri. Tujuan pengaturan diri sendiri tersebut
adalah untuk tetap menjaga mutu staf medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda.
Mengacu kepada pengertian bylaws Rumah Sakit yang merupakan produk
hukum dari suatu organ yang lebih tinggi dari Direktur Rumah Sakit , dan
konsekuensi logisnya adalah bylaws tersebut tidak memuat hal-hal yang bersifat
teknis manajerial seperti halnya standar operating procedure atau technical task
tertentu atau job description seseorang.
Akhirnya, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan Hospital Bylaws. Kritik yang membangun dan sumbang saran sangat
diharapkan guna penyempurnaan. Semoga HBL ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak

Pelaihari, Januari 2020


RSIA IBUNDA
Direktur,

Dr Ajeng Setiyorini
PERATURAN INTERNAL
(HOSPITAL BYLAWS)
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBUNDA

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBUNDA adalah Rumah Sakit milik
swasta dibawah Yayasan Izdihar, sebagai institusi pelayanan publik yang dalam
melaksanakan tugasnya tidak bisa lepas dari adanya interaksi dengan
masyarakat.
Dalam kerangka tersebut Rumah Sakit tidak lagi dipandang sebagai
lembaga sosial yang kebal hukum, akan tetapi telah bergeser menjadi sebuah
lembaga yang dapat menjadi subyek hukum sekaligus penyandang hak dan
kewajiban sebagaimana subyek hukum yang lain.
Adanya perubahan paradigma Rumah Sakit dari lembaga sosial menjadi
lembaga sosio-ekonomik, berdampak pada perubahan status Rumah Sakit yang
dapat dijadikan sebagai subyek hukum. Oleh karena itu perlu diantisipasi dengan
adanya kejelasan tentang peran dan fungsi dari masing-masing pihak yang
berkepentingan dalam pengelolaan Rumah Sakit baik Pemilik, Pengelola dan
Staf Medis di Rumah Sakit , yang diatur dalam Peraturan Internal Rumah Sakit
(Hospital Bylaws) yang merupakan konstitusi bagi pengelolaan organisasi.
Hospital Bylaws merupakan salah satu bentuk aturan tertulis yang berlaku di
Rumah Sakit dengan tujuan untuk melindungi semua pihak yang terkait secara
baik dan benar berdasarkan rasa keadilan. Pengelolaan Rumah Sakit pada
dasarnya ditentukan oleh ketiga komponen pihak yang berperan besar yaitu
Pemilik yang diwakili Dewan Pengarah, Direksi dan Kelompok Staf Medisyang
tergabung dalam Komite Medik. Oleh karena itu dalam Hospital Bylaws ini akan
diatur hubungan, hak dan kewajiban, wewenang dan tanggung jawab dari Pemilik
atau yang mewakili Pemilik, Pengelola atau Direksi dan Kelompok Staf
Medisyang terhimpun dalam Komite Medik di Rumah Sakit .
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang tenaganya multi
disiplin sarat dengan sumber daya, baik dana dan teknologi yang komplek,
sehingga tidak menutup kemungkinan adanya konflik antar pihak yang
berkepentingan baik antara Pelanggan (Customer) dengan Pemberi Pelayanan,
antara Pemilik dengan Pengelola maupun antara Pengelola dengan stafnya.
Meningkatnya kesadaran serta kepekaan hukum masyarakat akhir-akhir
ini, mendorong timbulnya tuntutan hukum terhadap Rumah Sakit , sehingga
adanya Hospital Bylaws sebagai aturan tertulis di Rumah Sakit akan menjadi
acuan tertulis yang sangat penting.
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) Rumah Sakit Ibu dan
Anak Ibunda ini meliputi "Peraturan Internal Korporasi" dan "Peraturan
Internal Staf Medik" yang disajikan secara berangkai.

B. Maksud dan Tujuan Hospital Bylaws


Secara umum, Peraturan Internal (Hospital Bylaws) Rumah Sakit Ibu dan
Anak Ibunda adalah merupakan peraturan dasar yang bertujuan mengatur
Pemilik (Perusahaan Perseroan/ Swasta) melalui perwakilannya, Direksi Rumah
Sakit (selaku Pengelola) dan tenaga Staf Medis yang terhimpun dalam Komite
Medik, sehingga penyelenggaraan Rumah Sakit dapat berjalan secara efektif,
efisien, dan berkualitas.
Sedangkan secara khusus, dengan adanya Peraturan Internal Rumah Sakit
(Hospital Bylaws) tersebut, diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda, baik yang
berhubungan dengan kebijakan teknis operasional maupun pengaturan Staf
Medis

C. Manfaat Hospital Bylaws


Adapun manfaat dari Peraturan internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws), adalah:
1. Sebagai acuan Pemilik Rumah Sakit dalam melakukan pengawasan.
2. Sebagai acuan bagi Direktur dan Direksi dalam mengelola dan menyusun
kebijakan teknis operasional.
3. Sebagai sarana menjamin efektivitas, efisiensi dan mutu.
4. Sebagai sarana dalam perlindungan hukum.
5. Sebagai acuan penyelesaian konflik.
6. Sebagai persyaratan dalam Akreditasi.
7. Sebagai persyaratan ISO
PERATURAN INTERNAL KORPORASI
(CORPORATE BYLAWS)

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama
Nama, Visi, Misi, Falsafah, Tujuan dan Strategi
Pasal 1
Nama, Visi, Misi, Falsafah, Tujuan dan Strategi

(1) Nama Rumah Sakit ini adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak“IBUNDA” milik
Yayasan Izdihar Ibunda yang dikelola oleh Siti Alikah, AM.Keb yang didirikan
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut,
Kalimantan Selatan Nomor: 440/2460/DINKES tentang Izin Menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Bersalin “IBUNDA”.
(2) Visi Memberikan pelayanan terpadu untuk kesehatan dan keselamatan ibu bayi
dan anak.
(3) Misi Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda adalah:

1. Ikut berperan aktf Memberikan aktif dalam menurunkan angka kematian


ibu , bayi dan anak
2. Melayani dengan hati nurani dan profesional
(4) Moto adalah slogan pencerminan dari sikap kerja karyawan Rumah Sakit yang
ramah, murah senyum dan menjunjung tinggi rasa kekeluargaan sebagai
berikut: Cure and Care
(5) Falsafah/Nilai Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda
Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda adalah Rumah Sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan dengan mutu yang setinggi-tingginya dan melaksanakan
fungsi pendidikan kesehatan kepada setiap masyarakat yang ada disekitarnya.
(6) Tujuan Umum : Memberikan pelayanan prima dan profesional berdasarkan
standar yang ditetapkan dan Menjadi rumah sakit yang mampu mewujudkan
fungsinya sebagai pelayanan yang dapat meliputi seluruh lapisan masyarakat
yang berkunjung.seluruh karyawan Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda
Kabupaten Tanah Laut. Adapun tujuan khususnya adalah
1. Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu memuaskan dan professional
berdasarkan standar yang ditetapkan.
2. Senantiasa mengikuti perkembangan IPTEK yang mutakhir
3. Selalu berupaya meningkatkan mutu pelayanan.
Pasal 2
Sejarah Pendirian, Kelas, Alamat dan Logo
(1) Sejarah Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda terjadi ada beberapa tahap
pembentukan dalam prosesnya.
Tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut :
1. Pembangunan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda diawali tahun 2013 yang
dikelola langsung oleh pemillik Rumah Sakit Yakni Ibu Siti Alikah, AM.
Kebdengan Luas tanah 8.145 m².
2. Pada Awal pembangunan Rumah Sakit diresmikan tanggal 10 Nopember
2016 dengan nama Rumah Sakit “RSIA IBU DAN ANAK IBUNDA”
dengan Surat Izin Penetapan Nomor 440/79-2016/DINKES.
(2) Menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak untuk
menjalin jaringan kerjasama yang saling menguntungkan.
(3) Mewujudkan tingkat kepuasan konsumer baik internal maupun eksternal secara
optimal.
(4) Memberdayakan seluruh potensi sumber daya yang ada di rumah sakit.Strategi
Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda adalah:
1. Menjadi Rumah Sakit pilihan dan kebanggaan masyarakat;
2. Peningkatan kemampuan manajemen Rumah Sakit ;
3. Promosi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat;
4. Peningkatan sarana, prasarana, dan peralatan kantor
5. Pengembangan Rumah Sakit Menjadi sebuah unggulan di Tanah Laut.
(5) Sejarah Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda terjadi ada beberapa tahap
pembentukan dalam prosesnya.
Tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut :
1. Pembangunan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda diawali tahun 2013 yang
dikelola langsung oleh pemillik Rumah Sakit Yakni Ibu Siti Alikah, AM.
Kebdengan Luas tanah 8.145 m².
2. Pada Awal pembangunan Rumah Sakit diresmikan tanggal 10 Nopember
2016 dengan nama Rumah Sakit “RSIA IBU DAN ANAK IBUNDA”
dengan Surat Izin Penetapan Nomor 440/79-2016/DINKES
3. Pada tanggal 31 Juli 2018 berubah status menjadi ”RUMAH SAKIT IBU
DAN ANAK IBUNDA” dengan surat ijin Pentapan Nomor
440/14//VII/SK/2018
(6) RS IBUNDA merupakan Rumah Sakit Tipe ‘C’ sesuai Keputusan Kepala
Dinas Kesehatan Tanah Laut Nomor : 440/149/VII/SK/2018.Rumah Sakit Ibu
dan anak ibunda adalah Rumah Sakit Umum Kelas C.
(7) Alamat Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda adalah Jl. A. Syairani RT.004
RW.002KelurahanSarang Halang KecamatanPelaihari Kabupaten Tanah Laut
Kalimantan Selatan Telp. 0853 49483 703
(8) Logo RSIA IBUNDA :

(9) Makna Logo :Bayi yang tenang dalam dekapan hangat ibu melambangkan
Rumah Sakit Ibu dan Anak “IBUNDA” bertindak sebagai ibu yang selalu
melindungi pasien yang bagaikan anak, baik dalam hal mencegah penyakit,
membantu kesembuhan pasien yang sedang sakit maupun mencegah
kekambuhan suatu penyakit.
DALAM PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BYLAWS) INI, YANG
DIMAKSUD DENGAN:
(1) Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws/Statuta) adalah aturan dasar
yang mengatur tatacara penyelenggaraan Rumah Sakit , yang mengatur hubungan
antara Pemilik dan/atau Yang Mewakili Pemilik (dalam hal ini Owner Rumah
Sakit ), Pengelola atau Direktur dan Kelompok Staf Medis(yang terhimpun
dalam wadah Komite Medik).
(2) Peraturan Perundangan adalah segala ketentuan yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan yang berlaku di Indonesia
(3) Daerah adalah Kabupaten Tanah Laut.
(4) Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan
bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan
persyaratan formal yang ditentukan dalam undang-undang
6) Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada seseorang dalam rangka promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pelayanan Rumah Sakit adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan
oleh Rumah Sakit dalam rangka upaya-upaya penyembuhan dan pemulihan,
peningkatan, pencegahan dan pelayanan rujukan.
(7) Rumah Sakit adalah RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBUNDA Kelas C
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian kepada
masyarakat untuk semua jenis penyakit dari pelayanan dasar sampai dengan sub
spesialistik sesuai dengan kemampuannya.
(8) Pemilik atau pendiri adalah Yayasan Izdihar Ibunda yang dipimpin oleh
seorang pembina yakni Ibu Siti Alikah, AM. Keb.
(9) Direktur adalah seseorang yang ditunjuk oleh Yayasan Izdihar Ibunda untuk
menduduki jabatan sebagai pemimpin tertinggi Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda
yang mengelola rumah sakit dan bertanggung jawab kepada Pembina Yayasan
Izdihar Ibunda serta mewakili Rumah Sakit baik di dalam maupun diluar
pengadilan.
(10)Wakil Direktur adalah seseorang yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit Ibu
dan Anak Ibunda untuk menduduki jabatan sebagai wakil direktur Rumah Sakit Ibu
dan anak ibunda yang membawahi kepala bidang rumah sakit dan bertanggung
jawab kepada Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda.
(11)Kepala Bidang adalah seseorang yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit Ibu dan
Anak Ibunda untuk menduduki jabatan sebagai kepala bidang Rumah Sakit Ibu dan
anak ibunda yang membawahi kepala unit rumah sakit dan bertanggung jawab
kepada Wakil Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda.
(12)Kepala Unit adalah bagian bagian di rumah sakit yang menangani satu bidang
tertentu beserta fungsi dan kewenangan masing masing
(13)Kepala Ruangan adalah bagian dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda yang
bertanggung jawab terhadap staf medis
(14)Staf Medis adalah dokter umum, dokter spesialis, perawat serta bidan yang bekerja
purna waktu maupun paruh waktu di Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda.
BAB II
PEMILIK RUMAH SAKIT
Bagian Pertama
Tugas, Kewajiban dan Wewenang
Pasal 4
Tugas
Tugas Dan Kewajiban Pemilik

(1)Pemilik, bertugas untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap


pengurusan RUMAH SKIT IBU DAN ANAK IBUNDA, yang meliputi
pelaksanaan Rencana
Bisnis dan Anggaran, Rencana Strategis Bisnis Jangka Panjang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(2) Pemilik dalam melakukan tugasnya berkewajiban:
a. Mengikuti perkembangan kegiatan Rumah Sakit dan memberikan pendapat
serta saran setiap masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan Rumah
Sakit ;
b. Memberikan nasehat kepada Direktur dalam melaksanakan pengelolaan
Rumah Sakit;
c. Melakukan evaluasi dan penilaian kinerja baik keuangan maupun non
keuangan, serta memberikan saran dan catatan-catatan penting untuk
ditindaklanjuti oleh pejabat pengelolan Rumah Sakit ; dan
d. Memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja.
Pasal 5
Wewenang Pemilik
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pemilik mempunyai wewenang sebagai
berikut:
1. Melihat buku-buku, surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kas
untuk keperluan verifikasi dan memeriksa kekayaan Rumah Sakit ;
2. Meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan
Direktur mengenai segala persoalan yang menyangkut pengurusan Rumah Sakit ;
3. Menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan terhadap hal-hal
yang dibicarakan;
4. Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan
hukum tertentu.
Mendatangkan ahli, konsultan atau lembaga independen lainnya bila diperlukan
Bagian Kedua
Rapat Rutin
Pasal 6
Rapat Rutin
(1) Rapat rutin adalah setiap rapat terjadual yang diselenggarakan Pemilik yang bukan
termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
(2) Rapat rutin merupakan rapat koordinasi antara Pemilik Rumah Sakit dengan
Direksi Rumah Sakit dan Komite Medik serta Pejabat lain yang dianggap perlu
untuk mendiskusikan, mencari klarifikasi atau alternatif solusi berbagai masalah di
Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda.
(4) Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit sepuluh kali dalam setahun dengan
interval tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Pemilik.Sekretaris
Pemilik Rumah Sakit menyampaikan undangan kepada setiap anggota Direksi,
Komite Medik dan pihak lain untuk menghadiri rapat rutin paling lambat tiga hari
sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
(5) Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Pemilik sebagaimana
diatur dalam ayat (4) harus melampirkan:
a. 1 (satu) salinan agenda;
b. 1 (satu) salinan risalah rapat rutin yang lalu; dan
c. 1 (satu) salinan risalah rapat khusus yang lalu (bila ada).
Pasal 7
Rapat Khusus

(1)Rapat khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pemili Rumah Sakit untuk
menetapkan kebijakan atau hal-hal khusus yang tidak termasuk dalam rapat rutin
maupun rapat tahunan.
(2)Pemilik mengundang untuk rapat khusus dalam hal:
a. Ada permasalahan penting yang harus segera diputuskan; atau
b. Ada permintaan yang ditandatangani oleh paling sedikit tiga orang anggota
Pemilik.
(3)Undangan rapat khusus disampaikan oleh Sekretaris Pemilik kepada peserta rapat
paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum rapat khusus tersebut
diselenggarakan.
(4)Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik.
Rapat khusus yang diminta oleh anggota Pemilik sebagaimana diatur dalam ayat (2)
butir b di atas, harus diselenggarakan paling lambat tujuh hari setelah diteriman
yasurat permintaan tersebut.
Pasal 8
Rapat Tahunan
(1) Rapat Tahunan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pemilik setiap tahun,
dengan tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional Rumah Sakit .
(2) Rapat Tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun.
(3) Pemilik menyiapkan dan menyajikan laporan umum keadaan Rumah Sakit,
termasuk laporan keuangan yang telah diaudit.
Pasal 9
Undangan Rapat
Setiap rapat dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan sesuai aturan,
kecuali Pemilik yang berhak memberikan suara menolak undangan tersebut.
(1) Risalah rapat pemilik harus disahkan dalam waktu maksimal tujuh hari setelah
rapat diselenggarakan, dan segala putusan dalam risalah rapat tersebut tidak boleh
dilaksanakan sebelum disahkan oleh seluruh anggota rapat yang hadir.
Pasal 14
Pemungutan Suara

(1) Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat pemilik
ditentukan dengan mengangkat tangan atau bila dikehendaki oleh para anggota
pemilik, pemungutan suara dapat dilakukan dengan amplop tertutup.
(2) Putusan rapat pemilik didasarkan pada suara terbanyak setelah dilakukan
pemungutan suara.
Pasal 15
Pembatalan Putusan Rapat

(1) Pemilik dapat merubah atau membatalkan setiap putusan yang diambil pada rapat
rutin atau rapat khusus sebelumnya, dengan syarat bahwa usul perubahan atau
pembatalan tersebut dicantumkan dalam pemberitahuan atau undangan rapat
sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital
Bylaws/Statuta) ini.
Dalam hal usul perubahan atau pembatalan putusan pemilik tidak diterima dalam rapat
tersebut, maka usulan ini tidak dapat diajukan lagi dalam kurun waktu tiga bulan
terhitung sejak saat ditolaknya usulan.
BAB III
DIREKTUR RUMAH SAKIT
Pasal 16
Direktur

(1) Pengelolaan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda dipimpin oleh Direktur.
(2) Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Pemilik Rumah Sakit.
(3) Direksi bertanggung jawab kepada Pemilik Rumah Sakit dalam hal pengelolaan
sumber daya dan pelayanan Rumah Sakit .
(4) Tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Direksi ditentukan dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
(5) Dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) direksi wajib memperhatikan peraturan
perundang-undangan, peraturan internal dan mempertimbangkan saran/hasil audit
yang dilakukan oleh Pemilik, Komite Medik, dan SPI.
(6) Direktur Rumah sakit mempunyai tugas dan wewenang untuk :
a. Memimpin dan mengelola Rumah Sakit sesuai dengan Visi dan Misi serta
tujuan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda
b. Bertanggung jawab memelihara dan mengelola kekayaan RS Ibu dan anak
ibunda
c. Menyelesaikan berbagai masalah teknis di rumah sakit dengan menggunakan
berbagai sumber daya secara efektif dan efesien
d. Mewakili Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda, baik di dalam maupun di luar
Pengadilan
e. Melaksanakan kebijakan pengelolaan Rumah Sakit Umum Ibu dan anak
ibunda setelah ditetapkan oleh Pemilik sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan perundangan-undangan dan peraturan kebijakan serta segala
ketentuan umum yang berlaku dan Peraturan Internal (Hospital
Bylaws/Statuta) serta memperhatikan hasil pelaksanaan tindakan/audit yang
dilaksanakan oleh Komite Medik dan SPI (Satuan Pemeriksaan Internal)
Pasal 17
Pengangkatan, Masa Kerja Dan Pemberhentian Direktur
(1) Direktur Rumah sakit diangkat dan diberhentikan oleh Pemilik Rumah
(2) Anggota Direktur Rumah sakit diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
(3) Anggota dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya apabila:
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan rumah sakit
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana,
kejahatan dan/atau kesalahan yang bersangkutan dengan pengurusan rumah
sakit.
(4) Keputusan pemberhentian dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
huruf a, huruf b, dan huruf c, ditetapkan setelah yang bersangkutan diberi
kesempatan membela diri.
(9) Pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf d,
merupakan pemberhentian tidak dengan hormat.
(10) Kedudukan sebagai Direksi berakhir dengan dikeluarkannya keputusan
pemberhentian oleh Pemilik Rumah Sakit.
Pasal 18
Persyaratan Menjadi Direktur Rumah sakit
Yang dapat diangkat menjadi anggota Pengelola Rumah Sakit adalah orang-
perorangan
yang :
(1) Memenuhi kriteria keahlian, leadership, integritas, kepemimpinan dan
pengalaman di bidang perumahsakitan
(2) Berkelakuan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan kinerja guna
kemajuan rumah sakit
(3) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu rumah sakit dinyatakan pailit.
(4) Berkewarganeganaan Indonesia.
(5) Tenaga dokter atau S1 tenaga kesehatan lain
(6) Memiliki sertifikat pelatihan sesuai bidang kerja atau kompetensinya

Pasal 19
Rapat Pengelola RS
(1) Rapat Pengelola rumah sakit (Direktur Rumah Sakit) diselenggarakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan kegiatan RS Ibu dan anak ibunda sesuai dengan tugas,
kewenangan dan kewajibannya.
(3) Keputusan Rapat Direksi diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(4) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.
(5) Dalam rapat-rapat tertentu yang bersifat khusus, Direktur rumah sakit dapat
mengundang Pemilik, yang disampaikan secara tertulis.
(6) Untuk setiap rapat dibuat daftar hadir dan risalah rapat oleh Notulis.
Pasal 20
Koordinasi antar Direksi
(1) Dalam menjalankan tugas-tugas Direktur sebagimana dimaksud dalam Pasal 32,
maka :
a. Direktur bertindak atas nama rumah sakit
b. Direktur dan Kepala Bidang berhak dan berwenang bertindak atas nama rumah
sakit, untuk masing-masing bidang yang menjadi tugas dan wewenangnya.
(2) Apabila salah satu atau beberapa anggota Direksi berhalangan tetap menjalankan
pekerjaannya atau apabila jabatan itu terluang dan penggantinya belum
memangku jabatan, maka kekosongan jabatan tersebut dipangku oleh anggota
Direksi Iainnya yang ditunjuk sementara oleh Direktur Utama atas persetujuan
Pemilik Rumah Sakit.
(3) Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak terjadinya
keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Pemilik Rumah Sakit dapat
menunjuk anggota Direksi yang baru untuk memangku jabatan yang terluang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
Pasal 21
Satuan Pemeriksaan Intern (SPI)

(1) Dalam membantu Direksi dalam bidang pengawasan dan pengelolaan Sumber
Daya yang ada di Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda dibentuk Satuan Pemeriksaan
Intern.
(2) Satuan Pemeriksaan Intern adalah kelompok Fungsional yang bertugas :
a. Melakukan pemeriksaan terhadap setiap unsure/kegiatan di lingkungan Rumah
Sakit yang meliputi pengelolaan administrasi keuangan, administrasi
pelayanan serta administrasi umum dan kepegawaian yang dipandang perlu.
b. Melakukan pengujian serta penilaian atas hasil laporan berkala atau sewaktu-
waktu dari setiap unsure/kegiatan dilingkungan Rumah Sakit atas petunjuk
Direktur Rumah Sakit.
c. Melakukan penelusuran mengenai kebenaran laporan atau informasi tentang
hambatan, penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang yang terjadi.
d. Memberikan saran dan alternative pemecahan kepada Direktur Rumah Sakit
terhadap penyimpangan yang terjadi.
(3) Satuan Pemeriksaan Intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas dibentuk
dan ditetapkan oleh Direktur sesuai dengan kebutuhan.
(4) Pengelolaan Sumber Daya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas adalah
Sumber Daya Keuangan, Sumber Daya Manusia, dan Sumber Daya
Sarana/Prasarana.
(5) Struktur Organisasi dari Satuan Pemeriksaan Intern (SPI) terdiri dari 1 (satu)
orang Ketua, 1 (satu) orang Sekretaris dan beberapa orang Anggota yang
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
(6) Penetapan Keanggotaan dalam Satuan Pemeriksaan Intern dilakukan dengan
mempertimbangkan Kompetensi dan Jabatan seseorang yang disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku.
(7) Masa kerja Satuan Pemeriksaan Intern (SPI) adalah 3 (tiga) tahun.
BAB IV
HUBUNGAN-HUBUNGAN DALAM HOSPITAL BYLAWS
Pasal 22
Hubungan Kepala Rumah Sakit Dengan Pemilik
(1) Pengelolaan Rumah Sakit dilakukan oleh Direktur.
(2) Direktur bertanggung jawab kepada Pemilik Rumah Sakit.
(3) Pemilik melakukan pembinaan dan Pengawasan dalam pengelolaan Rumah Sakit ,
dengan menetapkan kebijakan pelaksanaan, baik di bidang pelayanan medis,
pendidikan dan latihan serta penelitian dan pengembangan kesehatan untuk
tercapainya visi, misi, falsafah dan tujuan Rumah Sakit .
(4) Keberhasilan Rumah Sakit tergantung dari kepengurusan Direktur dan pembinaan
serta Pengawasan dari Pemilik sehingga dalam pertanggungjawaban tugas dan
kewajiban antara Pengelola dan Pemilik adalah bersifat tanggung renteng.
Pasal 23
Hubungan Pemilik Dengan Komite Medik
(1) Pemilik berperan mendorong dan mendukung dalam bentuk kebijakan dalam
upaya memberdayakan Komite Medik untuk mencapai tujuan Rumah Sakit sesuai
dengan Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan RS Ibu dan anak ibunda

(2) Peran terhadap Komite Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
melalui integrasi dan koordinasi secara terus-menerus dan berkesinambungan.
(3) lntegrasi dan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diselenggarakan
melalui pemberdayaan fungsi-fungsi dalam Organisasi Komite Medik Rumah
Sakit Ibu dan anak ibunda.
Pasal 24
Hubungan Direktur Dengan Komite Medik
(1) Komite Medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Rumah
Sakit Ibu dan anak ibunda
(2) Pelaksanaan tugas-tugas Komite Medik dilaporkan secara tertulis kepada Direktur
dalam bentuk rekomendasi.
(3) Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
adalah berdasarkan penugasan dari Direktur.
(4) Direktur RS Ibu dan anak ibunda menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya
yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi komite medik.
Komite Medik beranggung jawab kepada Direktur RS Ibu dan anak ibunda.Pasal 25

Hubungan Direktur Dengan Komite Etik Dan Hukum

(1)Komite Etik dan Hukum berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
RS
(2) Tugas secara terperinci dari Komite Etik dan Hukum adalah:
a. Memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam hal menyusun dan
merumuskan medicoetikolegal dan etika Rumah Sakit serta penyelesaian
masalah etika Rumah Sakit dan pelanggaran terhadap etika pelayanan RS
IBUNDA;
b. Membantu Direktur dalam menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait
medico-legal dan etiko-legal;
c. Pemeliharaan etika penyelenggaraan fungsi Rumah Sakit , yang meliputi
kebijakan yang terkait dengan hospital bylaws dan medical staf bylaws; dan
d. Gugus bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di RS IBUNDA.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Komite Etik
dan Hukum berfungsi:
a. Menyelenggarakan dan meningkatkan komunikasi medikoetikolegal, baik
internal maupun ekternal RS IBUNDA;
b. Menyelenggarakan dan meningkatkan pengetahuan etika dan hukum bagi
petugas di RS IBUNDA; dan
c. Menyelenggarakan dan meningkatkan kemampuan risk manajemen terhadap
masalah-masalah etika dan hukum di RS IBUNDA.
(4) Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) disampaikan
secara tertulis kepada Direktur dalam bentuk rekomendasi;
Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), adalah
berdasarkan penugasan dari Direktur.
Pasal 26
Hubungan Direksi Dengan Satuan Pemeriksaan Intern (SPI)

(1) Satuan Pemeriksaan Intern berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur RS IBUNDA;
(2) Tugas pokok Satuan Pemeriksaan Intern adalah melaksanakan Pengawasan dan
penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan semua unsur di Rumah Sakit agar dapat
berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku;
(3) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Satuan
Pemeriksaan Intern berfungsi:
a. Melaksanakan pemeriksaan/audit keuangan dan operasional;
b. Merancang dan melaksanakan Pengawasan pelaksanaan pengendalian intern;
c. Melakukan identifikasi risiko;
d. Mencegah terjadinya penyimpangan;
e. Memberikan konsultasi pengendalian intern; dan
f. Melakukan hubungan dengan Eksternal Auditor.
(4) Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) disampaikan dalam
bentuk rekomendasi kepada Direktur;
(5) Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
adalah berdasarkan penugasan dari Direktur
Bagian
Kedua
TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG
Pasal 27
Tugas dan Fungsi

(1) Komite medik mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang
bekerja di Rumah Sakit dengan cara :
a. Melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan
pelayanan media di RS IBUNDA;
b. Memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku staf medis.
(2) Dalam pelaksanaan tugas kredensial komite medik memiliki fungsi sebagai
berikut :
a. Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan
masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang
berlaku;
b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
1. Kompetensi;
2. Kesehatan fisik dan mental;
3. Perilaku; dan etika profesi
c. Evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi
berkelanjutan;
d. Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;
e. Penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat;
f. Pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasii
kewenangan klinis kepada komite medik
g. Melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite medik; dan
h. Rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.
(3) Dalam melaksanakan tugas memeliahara mutu profesi staf medis komite medik
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pelaksanaan audit medis;
b. Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf medis;
c. Rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi
staf medis RS IBUNDA; dan
d. Rekomendasi proses pendampingan bagi staf medis yang membutuhkan.
(3) Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf
medis komite medik memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
b. Pemeeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran diplin;
c. Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di RS IBUNDA; dan
d. Pemberin nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada
asuhan medis pasien.
Pasal 28
Wewenang Komite Medik
Wewenang Komite Medik :
1. Memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis;
2. Memberikan rekomendasi surat penugasan klinis;
3. Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis tertentu;
4. Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis;
5. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis;
6. Memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan;
7. Memberikan rekomendasi pendampingan; dan
8. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.
Pasal 29
Rapat Komite Medik

(1) Rapat Komite Medik diselenggarakan sekurang–kurangnya 1 (satu) bulan sekali;


(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibicarakan hal-hal
yang berhubungan dengan Komite Medik sesuai dengan tugas, kewenangan dan
kewajibannya;
(3) Keputusan Komite Medik diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat;
(4) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak;
(5) Untuk setiap rapat dibuat daftar hadir dan risalah rapat oleh Sekretaris Komite
Medik selaku Notulis.
BUKU II
PERATURAN INTERNAL STAF MEDIK
(MEDICAL STAFF BYLAWS)

BAB VI
NAMA DAN TUJUAN

Pasal 30
Nama

(1) Nama kelompok Dokter dan Dokter Spesialis serta Dokter yang berhak
memberikan pelayanan medik di Rumah Sakit ini adalah Kelompok Staf Medik
(KSM) Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda.
(2) Pengelompokan anggota KSM adalah berdasarkan keahlian dan/atau spesialisasi
yang ada di RS Ibu dan anak ibunda, dengan keanggotaan sekurang-kurangnya 2
(dua) orang, apabila kurang dari 2 (dua) orang, maka bergabung di KSM
spesialis lain.
(3) Nama wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari Ketua-ketua
Kelompok Staf Medis dan/atau yang mewakili KSM secara tetap adalah Komite
Medik Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda.
Pasal 31
Tujuan
(1) Tujuan dan pengorganisasian Kelompok Staf Medik (KSM) adalah agar Staf
Medis di Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda dapat lebih menata diri dengan fokus
terhadap pelayanan pasien, sehingga menghasilkan pelayanan medis yang
berkualitas, efisien dan bertanggung jawab.
(2) Secara administratif manajerial, Kelompok Staf Medik (KSM) berada di bawah
Direktur Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda, tetapi secara fungsional sebagai
profesi, anggota Kelompok Staf Medik (KSM) berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Komite Medik melalui Ketua KSM.
BAB VII
PENGORGANISASIAN KELOMPOK STAF MEDIK (KSM)
Pasal 32
Struktur Organisasi

(1). Anggota KSM dikelompokkan dalam masing-masing Kelompok Staf Medik


(KSM) sesuai dengan profesi dan keahliannya.
(2). Pengelompokan anggota KSM berdasarkan bidang spesialisasi medik yang ada di
Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda dengan ketentuan :
1. Kelompok Staf Medik (KSM) Bedah;
2. Kelompok Staf Medik (KSM) Non Bedah;
Pasal 36
Kewajiban Kelompok Staf Medis

(1) Mentaati Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staf Bylaws).


(2) Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.
Mengindahkan kode etik Kedokteran Indonesia dan Etika Rumah Sakit
Indonesia.
(4) Mempunyai surat ijin praktek di Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda.
(5) Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan Standar
Operasional Presedur serta kebutuhan medis pasien.
(6) Mematuhi kebijakan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda tentang penggunaan obat
dan formularium Rumah Sakit , Informed Consent dan Rekam Medis Rumah
Sakit .
(7) Merujuk ke staf medis yang mempunyai kemampuan/keahlian yang lebih.
(8) baik apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan
(9) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia.
(10) Melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
(11) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya secara terus menerus dengan
ikut serta secara aktif dalam program pendidikan, pelatihan, dan penelitian yang
berkesinambungan dan program-program pengembangan medik lainnya yang
diatur KSM dan Rumah Sakit .
(12) Membangun dan membina kerjasama yang baik dengan sesama sejawat anggota
KSM, paramedis dan pegawai Rumah Sakit lain demi kelancaran pelayanan
medik.
(13) Bersedia ikut dalam Sub Komite/Panitia di Komite Medik dan Rumah Sakit .
Ikut dan aktif pada penelitian yang diprogram oleh KSM dan Rumah Sakit .Pasal 37

Penugasan Kelompok Staf Medis(KSM)


(1) Kriteria dan syarat-syarat penugasan setiap staf medis ditetapkan oleh Direktur
setelah disepakati oleh Komite Medik, dan akan disampaikan kepada setiap
tenaga medis yang menghendaki penugasan klinis di Rumah Sakit .
(2) Tenaga medis yang telah mendapat penugasan klinis diRumah Sakit dapat
berstatus sebagai dokter tetap atau tidak tetap.
(3) Jangka waktu penugasan tenaga medis adalah 5 tahun, kecuali ditetapkan lain
oleh Direksi dengan memperhatikan kondisi yang akan menyebabkan penugasan
diRumah Sakit akan berakhir sebagai berikut apabila:
a. Ijin praktek yang bersangkutan sudah tidak berlaku sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ada, atau;
b. Kondisi fisik atau mental tenaga medis yang bersangkutan tidak mampu lagi
melakukan medis secara menetap, atau;
c. Tenaga medis tidak memenuhi ketentuan dan syarat-syarat yang ditetapkan
dalam kontrak, atau;
d. Tenaga medis ditetapkan telah melakukan tindakan yang tidak profesional,
kelainan, atau perilaku meyimpang lainnya sebagaimana ditetapkan oleh
Komite Medik, atau;
e. Tenaga medis diberhentikan oleh Direktur karena yang bersangkutan
mengakhiri kontrak dengan Rumah Sakit setelah mengajukan pemberitahuan
sebelumnya.
(4). Penugasan klinis di Rumah Sakit pada seorang tenaga medis hanya dapat
ditetapkan bila yang bersangkutan menyetujui syarat-syarat sebagai berikut:
a. Memenuhi syarat memiliki STR dan SIP sebagai tenaga medis berdasarkan
peraturan perundang-undangan kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain
sebagaimana ditetapkan dalam statuta ini;
b. Menangani pasien dalam batas-batas sebagaimana ditetapkan oleh Direksi
setelah mempertimbangkan daya dukung fasilitas Rumah Sakit , dan bila
diperlukan rekomendasi dari komite kredensial;
c. Mencatat segala tindakan yang di perlukan untuk menjamin agar rekam medis
tiap pasien yang ditanganinya di Rumah Sakit terpelihara dengan baik dan
rekam medis dilengkapi dalam waktu yang wajar;
d. Memperhatikan segala permintaan Rumah Sakit yang dianggap wajar
sehubungan dengan tindakan di Rumah Sakit dengan mengacu pada ketentuan
pelayanan yang berlaku di Rumah Sakit ;
e. Mematuhi etika kedokteran yang berlaku di Indonesia,baik yang berkaitan
dengan kewajiban terhadap masyarakat pasien, teman sejawat dan diri sendiri;
dan
f. Memperhatikan syarat-syarat umum praktek klinis yang berlaku di Rumah
Sakit ;
Pasal 38
Kewenangan Kelompok Staf Medis
Kelompok Staf Medis (KSM) berwenang:
(1) Memberikan rekomendasi tentang penempatan anggota KSM baru dan
penempatan ulang anggota KSM kepada Direktur melalui Ketua Komite Medik;
(2) Melakukan evaluasi kinerja anggota KSM di dalam kelompoknya dan bersama-
sama dengan Komite Medik menentukan kompetensi dari anggota KSM tersebut;
dan
(3) Melakukan evaluasi dan revisi (bila diperlukan) terhadap Peraturan Internal Staf
Medis (Medical Staff Bylaws), Standar Pelayanan Medis, Standar Prosedur
Operasional tindakan medis dan Standar Prosedur Operasional bidang
administrasi/manejerial.
Pasal 39
Rapat Kelompok Staf Medis (KSM)
(1) Rapat Kelompok Staf Medis diselenggarakan sekurang–kurangnya 1 (satu) bulan
sekali.
(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibicarakan hal–hal yang
berhubungan dengan Kelompok Staf Medis sesuai dengan tugas, kewenangan dan
kewajibannya.
(3) Keputusan Kelompok Staf Medis diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(4) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak.
(5) Untuk setiap rapat dibuat daftar hadir dan risalah rapat oleh Sekretaris Kelompok
Staf Medisselaku Notulis.
(3) . Susunan Kepengurusan KSM terdiri
dari :
a. Ketua KSM merangkap anggota;
dan
b. b. Sekretaris merangkap anggota.
c.Koordinator Pelayanan merangkap anggota;
d. Koordinator Pendidikan merangkap anggota; dan
e.Koordinator Penelitian dan Pengembangan merangkap
anggota.
(4). Masa bakti kepengurusan KSM adalah 3 tahun.

Pasal 33
Ketua Kelompok Staf Medik (KSM)
1. Pemilihan Calon Ketua KSM dilakukan dalam rapat pleno KSM dengan prosedur
yang telah ditetapkan oleh Komite Medik.
2. Ketua KSM yang terpilih disahkan oleh Direktur atas rekomendasi Komite Medik.
3. Ketua KSM terpilih menjadi pengurus Komite Medik
4. Tugas Ketua KSM adalah mengkoordinasikan semua kegiatan anggota KSM,
menyusun uraian tugas, wewenang dan tata kerja anggota KSM dengan rincian sebagai
berikut :
a. Menyusun SPO pelayanan medis bidang administrasi/ managerial, dibawah
koordinasi komite medik dan keperawatan dibawah Komite Medik
b. Mengevaluasi hasil indikator mutu klinis
c. Menyusun uraian tugas dan kewenangan untuk masing-masing anggotanya
5. Ketua KSM mempunyai kewenangan mengatur anggota KSM
Pasal 34
Sekretaris Kelompok Staf Medik (KSM)
(1) Sekretaris dipilih oleh Ketua KSM dari anggota tetap KSM.
(2) Sekretaris KSM bertugas membantu Ketua KSM dalam menjalankan
operasionalnya.
Pasal 35
Pengangkatan dan Penugasan Ketua Kelompok Staf Medik (KSM)
(1) Turut menyusun Standar Prosedur Operasional Pelayanan Medis yang terdiri
dari:
a. Standar Prosedur Operasional Pelayanan Medis bidang keilmuan yang
terdiri dari Standar Pelayanan Medis dan Standar Prosedur Operasional di
bawah koordinasi Komite Medik; dan
b. Standar Prosedur Operasional bidang administrasi/manajerial yang meliputi
pengaturan tugas rawat jalan, rawat inap, pengaturan tugas jaga, rawat
intensif, pengaturan tugas di kamar operasi, kamar bersalin, dan lain
sebagainya, pengaturan visite/ronde, pertemuan klinik, presentasi kasus
(kasus kematian, kasus langka, kasus sulit, kasus penyakit tertentu),
prosedur konsultasi dan lain – lain di bawah koordinasi Direktur Pelayanan.
(2) Turut menyusun indikator kinerja mutu klinis/mutu pelayanan medis yang
meliputi indikator output atau outcome;
(3) Memberikan pelayanan Medik kepada penderita sesuai dengan standar
pelayanan medik yang telah ditentukan oleh KSM dan disahkan oleh Direktur,
dan menghormati hak pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
(4) Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada peserta didik yang ada dalam
program KSM dan Rumah Sakit ;
Menjaga nama baik profesi, Rumah Sakit dan teman sejawat.
BAB VIII
PENERIMAAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGANGKATAN KEMBALI
ANGGOTA KSM
Pasal 40
Penerimaan

Untuk dapat diangkat sebagai staf medis Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda, seorang
dokter hars memenuhi persyarat sebagai berikut :
1. Telah dinyatakan lulus oleh Fakultas kedokteran yang terakreditasi di Indonesia
atau lulusan fakultas kedokteran luar negeri yang telah menyelesaikan masa
adaptasi, dibuktikan dengan dengan Ijazah atau keterangan yang sejenis oleh
lembaga yang berwenang;
2. Telah memiliki Surat tanda Registrasi (STR) dari konsil kedokteran Indonesia yang
masih berlaku;
3. Membuat surat Pernyataan bersedia mengurus ijin praktek setelah diterima secara
resmi sebagai staf medis;
4. Tidak pernah melakukan pelanggaran etika yang diberikan sangsi oleh organisasi
profesi; dan
5. Tidak pernah melakukan pelanggaran hubungan kerja dengan Rumah Sakit tempat
bekerja sebelumnya.
Pasal 41
Pemberhentian
(1) Staf medis dapat diberhentikan baik secara tetap atau sementara apabila :
1. Meninggal Dunia;
2. Menyatakan pengunduran diri sebagai staf medis RS IBUNDA;
3. Pindah tempat tugas Ke Rumah Sakit lain;
4. Mendapat hukuman disiplin karena pelanggaran peraturan kepegawaian, kode
etik profesi dan kode etik Rumah Sakit ;
5. Mendapat hukuman karena karena melakukan tindakan pidana yang telah
memiliki hukum tetap; dan
6. Dinyatakan oleh dokter penguji kesehatan mengalami cacat fisik atau cacat
mental baik yang bersifat permanen atau sementara sehingga tidak
memungkinkan untuk menyelanggarakan praktik kedokteran.
(2) Permintaan untuk melakukan pengujian kesehatan dilakukan oleh direktur atas usul
komite medik.
Pasal 42
Pengangkatan Kembali
Prosedur pengangkatan staf medis dan pengangkatan kembali :
1. Dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang akan diangkat
menjadi staf medis atau akan diangkat kembali mengajukan surat permohonan
kepada direktur;
2. Direktur meneruskan lamaran ke komite medik untuk menilai persyaratan
administrasi;
3. Komite medis menyerahkan hasil penilaian untuk diserahkan kepada direktur; dan
Dalam hal hasil penilaian komite medik memenuhi syarat untuk diangkat atau diangkat
kembali, direktur selanjutnya menerbitkan surat keputusan penempatan pada kelompok
staf medis sesuai kompetensi staf medis.
Pasal 43
Hak-hak Anggota KSM
(1) Menggunakan hak klinik di Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda;
(2) Mendapatkan gaji dan tunjangan lain, hak cuti serta hak lain sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
(3) Mendapatkan imbalan jasa pelayanan sesuai dengan peraturan yang ada di
Rumah Sakit Umum Hadji Boejasin Pelaihari;
(4) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesinya sesuai
dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku;
(5) Memperoleh hak pemeriksaan kesehatan dasar secara cuma-cuma minimal sekali
setahun sesuai kemapuan Rumah Sakit ;
(6) Jika sakit maka yang bersangkutan berhak mendapatkan perawatan rawat inap
dan untuk pembelian obat yang tidak terdapat dalam daftar obat-obat askes,
mendapatkan potongan harga sesuai peraturan Rumah Sakit ;Memperolah hak
untuk meningkatkan kemampuan profesinya dengan dukungan dana dari Rumah
Sakit sesuai dengan kemampuan Rumah Sakit .
Pasal 44
Kategori Keanggotaan KSM

Anggota KSM Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda terdiri dari:
1. Anggota tetap KSM, adalah dokter tetap Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda; dan
2. Anggota tidak tetap KSM adalah dokter tidak tetap Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda.
Pasal 45
Masa Berlaku
Keanggotaan berlaku sejak keputusan Direktur dikeluarkan sampai seluruh hak klinik
anggota dicabut sesuai dengan kategori keanggotaannya.

BAB IX
KEWENANGAN KLINIS
(CLINICAL PREVILEGES)
Pasal 46
Pemberian Kewenangan Klinis

(1) Anggota Staf Medis mempunyai hak untuk melakukan pelayanan medis kepada
pasien, termasuk pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medis lainnya yang
dipandang perlu.
(2) Anggota Staf Medis dalam melakukan pelayanan medis harus sesuai dengan
kualifikasi dan kompetensi individu yang dimilikinya.
(3) Anggota Staf Medis mendapatkan Kewenangan Klinis sesuai dengan kualifikasi dan
kompetensi individu yang dimilikinya.
(4) Kewenangan Klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) termuat dalam Surat
Penugasan Klinis (SPK) yang diterbitkan oleh Direktur Rumah Sakit.
(5) Kewenangan Klinis tersebut ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit atas
rekomendasi dari Komite Medis.
(6) Anggota Staf Medis dalam menjalankan profesinya harus sesuai dengan
kewenangan klinis yang diberikan.
(7) Anggota Staf Medis dalam menjalankan profesinya harus bertanggung jawab penuh
atas pelayanan medis yang dilakukannya.
(8) Anggota Staf Medis akan dinilai secara berkala oleh Direktur Rumah Sakit
berdasarkan masukan dari Komite Medis.
(9) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (8) akan menjadi pertimbangan dalam
proses pengangkatan kembali Staf Medis di lingkungan Rumah Sakit.
Pasal 47
Jenis Kewenangan Klinis
(1) Kewenangan Klinis di Rumah Sakit terdiri atas:
a. Kewenangan Klinis Sewaktu (Locum Tenens)
b. Kewenangan Klinis Darurat; dan
c. Kewenangan Klinis Diperluas.
(2) Kewenangan Klinis Sewaktu (Locum Tenens) sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
merupakan Kewenangan Klinis yang diberikan dalam jangka waktu tertentu kepada
Dokter Tamu untuk melakukan pelayanan medis terhadap pasien pribadinya di
Rumah Sakit atau pasien yang dirujuk oleh Staf Medis lainnya.
(3) Kewenangan Klinis Sewaktu diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Permohonan Kewenangan Klinis Sewaktu diajukan oleh Dokter Tamu kepada
Direktur Rumah Sakit dan/atau diajukan oleh Direktur Rumah Sakit kepada
Dokter Tamu jika diperlukan sebagai Staf Medis pengganti;
b. Dokter tersebut harus sudah terdaftar sebagai anggota Staf Medis di lingkungan
Rumah Sakit
c. Dokter tersebut memiliki kualifikasi dan kompetensi individu yang sesuai
pelayanan medis yang akan diberikan;
e. Kewenangan Klinis Sewaktu diberikan selama pasien berada dalam perawatan
dan pengobatan di lingkungan Rumah Sakit dan berakhir setelah pasien
meninggalkan Rumah Sakit;
f. Kewenangan Klinis Sewaktu hanya diberikan kepada Dokter Tamu untuk
pelayanan medis pasien pribadinya dan/atau pasien yang dirujuk oleh Staf
Medis lainnya.
(4) Kewenangan Klinis Darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
Kewenangan Klinis yang diberikan pada Dokter Tamu untuk melakukan pelayanan
darurat medis pada saat terjadi keadaan darurat.
(5) Kewenangan Klinis Darurat diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kewenangan Klinis Darurat diberikan oleh Direktur kepada dokter yang
bersedia memberikan pelayanan darurat medis.
b. Dokter tersebut bukan merupakan anggota Staf Medis Rumah Sakit.
c. Dokter tersebut memiliki kualifikasi dan kompetensi untuk melakukan tindakan
medis yang dibutuhkan.
d. Jangka waktu Kewenangan Klinis Darurat hanya berlaku selama masa keadaan
darurat. Jika keadaan darurat berakhir, maka pasien atas persetujuannya,
diserahkan kepada anggota Staf Medis Rumah Sakit dengan kualifikasi yang
sesuai.
e. Pelayanan darurat yang dilakukan berada di bawah pengawasan dan penilaian
Direktur dan Komite Medis.
(6) Kewenangan Klinis Diperluas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
Kewenangan Klinis yang diberikan kepada Staf Medis Rumah Sakit, yang
disebabkan oleh adanya tambahan pengetahuan dan/atau kemampuan dan/atau
ketrampilan yang diperolehnya dari institusi pendidikan resmi serta telah
mendapatkan rekomendasi dari Komite Medis.
Pasal 48
Berakhirnya Kewenangan Klinis
(1) Kewenangan klinis seorang staf medis di rumah sakit berakhir bila hubungan
hukum antara staf medis dengan rumah sakit telah berakhir atau penugasan klinis
dokter yang bersangkutan dicabut oleh Direktur Rumah Sakit berdasarkan usulan
Komite Medis.
(2) Direktur Rumah Sakit mempunyai kewenangan penuh untuk mencabut
Kewenangan Klinis dengan atau tanpa rekomendasi dari Komite Medis, apabila
pelayanan medis yang dilakukan diperkirakan dapat membahayakan keselamatan
jiwa pasien dan/atau berlawanan dan/atau bertentangan dan/atau berbeda dengan
standar profesi medis.
(3) Dalam hal hubungan hukum antara staf medis dengan rumah sakit berakhir maka
Direktur Rumah Sakit memberikan surat pemberitahuan tentang hal itu kepada yang
bersangkutan dengan tembusan kepada Komite Medis.
(4) Dalam hal seorang Staf Medis dikenai sanksi disiplin maka setelah melalui rapat
khusus
Komite Medis, Ketua Komite Medis memberikan surat pemberitahuan tentang hal itu
kepada Direktur Rumah Sakit dengan tembusan kepada yang bersangkutan.
(5) Apabila Kewenangan Klinis dicabut, maka Staf Medis yang bersangkutan harus
menyerahkan pasien kepada anggota Staf Medis lainnya yang mempunyai
kualifikasi dan kompetensi yang sesuai.
Pasal 49
Pelimpahan Kewenangan Klinik
(1) Pelimpahan kewenangan dari tenaga medis kepada tenaga medis yang lain dapat
dilakukan dalam keadaan darurat/mendesak (emergensi) serta membutuhkan
pertolongan demi penyelamatan jiwa.
(2) Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur secara tegas
dalam Standar Prosedur Operasional yang dibuat oleh Komite Medis.
(3) Pelimpahan kewenangan tersebut harus dilakukan secara tertulis dan dicatat
dalam Rekam Medis serta harus diusulkan oleh Komite Medis kepada Direktur
Rumah Sakit.
(4) Pelimpahan kewenangan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan
ayat
(3) ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
Pasal 50
Hak Klinik

(1) Hak Klinik adalah kewenangan dari anggota KSM untuk melaksanakan pelayanan
Medik sesuai dengan profesi dan keahliannya di Rumah Sakit Ibu dan anak
ibunda.
(2) Hak Klinik diberikan oleh Direktur Rekomendasi Komite Medik/Sub Komite
Kredensial, sesuai dengan prosedur penerimaan anggota KSM.
(3) Hak Klinik diberikan kepada seorang anggota KSM untuk jangka waktu 5 tahun
bagi yang memiliki STR dan SIP dan sepanjang masa tugas yang diberikan.
(4) Pemberian Hak Klinik ulang dapat diberikan setelah yang bersangkutan mendapat
resertifikasi dari organisasi profesi.
(5) Bagi tenaga medis yang memperoleh penugasan tertentu sesuai aturan yang
berlaku diberikan hak klinis sesuai masa penugasan.
Pasal 51
Pembatasan Hak Klinik
(1). Komite Medik bila memandang perlu dapat memberi rekomendasi (atas usul dari
Sub Komite Kredensial) kepada Direktur agar anggota KSM dibatasi hak
kliniknya;
(2). Pembatasan hak klinik ini dapat dipertimbangkan bila anggota KSM tersebut
dalam pelaksanaan tugasnya di Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda dianggap tidak
melaksanakannya sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku, dapat
dipandang dari sudut kinerja klinik, sudut etik profesi dan sudut hukum;
(3). Sub Komite Kredensial berkoordinasi dengan Sub Komite terkait untuk membuat
rekomendasi pembatasan hak klinik anggota KSM setelah terlebih dahulu :
a.Ketua KSM mengajukan surat untuk mempetimbangkan pencabutan hak klinik
dari anggota KSM nya kepada ketua Komite Medik;
b. Komite Medik meneruskan permohonanan tersebut kepada Sub Komite
Kredensial untuk meneliti kinerja klinis dan etika profesi dari anggota KSM
yang bersangkutan;
c.Sub Komite Kredensial berhak memanggil anggota KSM yang bersangkutan
untuk memberikan penjelasan dan membela diri setelah sebelumnya diberi
kesempatan untuk membaca dan mempelajari bukti-bukti tertulis tentang
pelanggaran yang dibuatnya; dan
d.Sub Komite Kredensial dapat meminta pendapat dari pihak lain yang terkait,
antara lain: Kolegium dari anggota KSM yang bersangkutan.

Pasal 52
Pencabutan Pembatasan Hak Klinik
Pencabutan pembatasan hak klinik dilaksanakan oleh Direktur atas usul Komite Medik
bila anggota KSM tersebut telah menjalankan sanksinya sesuai waktu yang telah
ditentukan.
Pasal 53
Pelimpahan Hak Klinik
(1) Pelimpahan kewenangan dari tenaga medis kepada tenaga medis yang lain dapat
dilakukan dalam keadaan darurat/mendesak (emergency) serta membutuhkan
pertolongan demi penyelamatan jiwa.
(2) Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur secara tegas
dalam Standar Prosedur Operasional yang dibuat oleh Komite Medik.
(3) Pelimpahan kewenangan tersebut harus dilakukan secara tertulis dan dicatat dalam
Rekam Medis serta harus diusulkan oleh Komite Medik kepada Direksi Rumah
Sakit

Pasal 54
Pencabutan Hak Klinik
Pencabutan Hak Klinik dilaksanakan apabila :
1. Pindah dari lingkungan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda;
2. Meninggal dunia;
3. Terbukti melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Melanggar kesepakatan ikatan kerjasama dengan Rumah Sakit .

BAB XI
PENGELOLAAN
Pasal 55
Pengeloaan Pendapatan
(1) Pendapatan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda bersumber dari:
a. Pemilik Rumah Sakit;
b. Jasa Layanan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda;
c. Hibah
d. Hasil kerjasama Rumah Sakit Ibu dan anak ibundad engan pihak ketiga;
dan
e. Pendapatan lain Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda yang sah.
(2) Pendapatan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda yang bersumber dari Pemilik
Rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah pendapatan
yang berasal dari sumbangan dari Pemilik Rumah Sakit, dll.
(3) Pendapatan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda yang bersumber dari jasa
layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah imbalan yang
diperoleh dari layanan yang diberikan.
(4) Pendapatan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda yang bersumber dari hibah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berupa hibah terikat dan
hibah tak terikat.
(5) Hibah terikat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah pendapatan yang
diperoleh dari masyarakat atau badan lainnya yang diperlakukan sesuai
peruntukan dan dapat ditunjukan untuk membiayai kegiatan operasional, aset
tetap, investasi keuangan (endowment fund) atau pembebasan kewajiban,
tergantung tujuan pemberi hibah
(6) Hasil kerjasama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d,
dapat berupa perolehan dari kerjasama operasional, sewa menyewa dan usaha
lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan tugas pokok dan fungsi
Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda.
(7) Pendapatan lain Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda yang sah sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf e, antara lain :
a. Hasil penjualan kekayaan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda yang tidak
dipisahkan;
b. Hasil pemanfaatan kekayaan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda
c. Jasa giro;
d. Pendapatan bunga;
e. Tuntutan ganti rugi;
f. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
g. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan
/atau pengadaan barang dan/ atau jasa oleh Rumah Sakit Ibu dan anak
ibunda.
Pasal 56
Akuntansi Dan Pelaporan

(1) Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda menerapkan sistem informasi manajemen
keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat;
(2) Setiap transaksi keuangan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda harus diakutansikan
dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib; dan
(3) Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda menyelenggarakan akutansi dan laporan
keuangan
Pasal 57
Prosedur Akuntansi Dan Pengeluaran Kas
(1) Prosedur akuntansi pengeluaran kas meliputi serangkai proses manual dan/atau
komputerisasi mulai dari pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan keuangan yang
berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggung jawaban
pelaksanaan bersumber dari Keseluruhan Pendapatan Rumah Sakit
(2) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas/bank
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bersumber dari Pendapatan Rumah
Sakit mengikuti peraturan yang berlaku.
(4) Buku yang digunakan untuk mencatat prosedur akutansi penerimaan
kas/bank
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. Buku jurnal pengeluaran kas/bank; dan
b. Buku besar.
(5) Secara periodik buku jurnal pengeluaran kas ditutup dan diposting ke Buku besar
sesuai dengan rekening yang terkait; dan
(6) Setiap akhir periode semua rekening dalam buku besar ditutup sebagai dasar
menyusun neraca saldo.
Pasal 58
Laporan Keuangan
(1) Laporan keuangan intern Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda meliputi :
a. Laporan posisi keuangan (Neraca);
b. Laporan Realisasi Anggaran (RLA);
c. Laporan Arus Kas;
d. Catatan atas laporan keuangan; dan
e. Laporan akuntansi Manajemen sesuai kebutuhan.
(2) Laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Ibu
dan anak ibunda dikonsolidasikan dalam laporan keuangan Rumah Sakit Ibu dan
anak ibunda.
(3) Lembar muka laporan keuangan unit-unit pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat
(2) dimuat sebagai lampiran laporan keuangan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda.
(4) Laporan keuangan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan pertanggung jawaban keuangan Pemilik Rumah
Sakit.
(5) Laporan keuangan Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda sebagaimana pertanggung
jawaban dana Rumah Sakit berupa laporan realisasi anggaran, laporan kinerja
operasional, laporan keadaan kas, laporan pencapaian target RBA Definitif sesuai
dengan peraturan Perusahaan.

BAB XII
TUNTUTAN UMUM
Pasal 59
Tuntutan Umum

(1) Dalam hal warga Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda dituntut berkaitan dengan
hukum pidana, maka tindak lanjutberdasarkan pada tuntutannya
(2) Apabila tuntutanyang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan dengan institusi,
maka Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda bertanggung jawab selama kesalahan
yang dilakukan masih mengikuti aturan/SPO yang telah ditetapkan.
(3) Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan dengan
individu, maka Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda tidak bertanggung jawab selama
kesalahan yang dilakukan tidak mengikuti aturan/SOP yang telah ditetapkan.
BAB XIII
KETENTUAN LAIN
Pasal 60
(1) Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan anak ibundasesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Direktur Rumah Sakit Ibu dan anak ibunda ditetapkan sesuai dengan Peraturan
Daerah dan Peraturan Bupati Kabupaten tanah laut yang berlaku

BAB XIV
PERUBAHAN HOSPITAL BY LAWS
Pasal 61
1) Perubahan terhadap Hospital Bylaws dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhannya.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 62
(1) Hospital Bylaws (Statuta) ini berlaku sejak tanggal di tetapkan.
(2) Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya statuta ini
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan statuta ini.

Ditetetapkan di Pelaihari
pada tanggal, Januari 2020

Rumah Sakit Ibu Dan Anak Ibunda


Direktur,

Dr. Ajeng Setiyorini

Anda mungkin juga menyukai