Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPOSPADIA TAHAP II

(PRO URETROPLASTY)
DISUSUN OLEH:
PAVILIUN KEMUNING BAWAH
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata
yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan
“spadon“ yang berarti keratan yang
panjang. Hipospadia adalah suatu
keadaan dimana lubang uretra terdapat di
penis bagian bawah, bukan di ujung
penis. Hipospadia merupakan kelainan
kelamin bawaan sejak lahir.
2. ETIOLOGI
Belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia.
Namun, ada beberapa faktor yang berpengaruh antara
lain :
A. Gangguan Dan Ketidakseimbangan Hormon
Reseptor hormon androgen di dalam tubuh yang
kurang atau tidak ada.
B. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen
C. Lingkungan
Polutan dan zat yang bersifat teratogenik Seperti
alkohol, asap rokok, polusi udara, dll.
3. Patifisiologi
Fusi dari garis tengah lipatan uretra tidak lengkap
sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral
dari penis.
letak meatus mulai dari sedikit pergeseran pada
glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga
akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan
menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari
glans.
Pita jaringan fibrosa (chordee) pada sisi ventral
menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari
penis.
4. Manifestasi Klinik
Terdapat penis yang melengkung ke arah
bawah yang akan tampak lebih jelas pada
saat ereksi
Preputium (kulup) tidak ada dibagian
bawah penis, menumpuk di bagian
punggung penis.
Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa
yang mengelilingi meatus dan membentang
hingga ke glans penis, teraba lebih keras
dari jaringan sekitar.
Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
Chordee dapat timbul tanpa hipospadia
sehingga penis menjadi bengkok
Sering disertai UDT (undescended testis)
5. Klasifikasi
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium
uretra eksternum/ meatus :
A. Tipe sederhana/ Tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe
glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal
glands penis. Secara klinis, kelainan ini
bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan
suatu tindakan.
B. Tipe penil/ Tipe Middle
Terdiri dari distal penile, proksimal
penile, dan penescrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara
glands penis dan skrotum.
Pada kelainan tipe ini, diperlukan
intervensi tindakan bedah secara bertahap
C. Tipe Posterior
Terdiri dari tipe scrotal dan perineal.
Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan
penis akan terganggu, kadang disertai
dengan skrotum bifida, meatus uretra
terbuka lebar dan umumnya testis tidak
turun.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dikenal banyak tehnik operasi hipospadia, yang
umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu :

Operasi pelepasan chordee dan tunneling


Dilakukan pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap
ini dilakukan operasi eksisi chordee dari
muara uretra sampai ke glands penis. Setelah
eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus
tetapi meatus uretra masih terletak abnormal.
Operasi Uretroplasty

Adalah operasi tahap II, 6 bulan pasca


operasi pertama, saat jaringan parut sudah
lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi
uretra sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari
kulit dibagian tengah.
Setelah uretra terbentuk, luka ditutup
dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi
yang ditarik ke bawah dan dipertemukan pada
garis tengah. Tahap kedua ini dikerjakan 6
bulan setelah tahap pertama.
7. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaaan Fisik
a. Pemeriksaan genetalia
b. Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika
urinaria atau pembesaran pada ginjal.
c. Kaji fungsi perkemihan
d. Adanya lekukan pada ujung penis
e. Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa
ereksi
f. Terbukanya uretra pada ventral
g. Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan
penis, perdarahan, dysuria, drainage.
2. Pengkajian Psikososial
a. Sikap pasien sewaktu diperiksa
b. Sikap pasien dengan adanya rencana
pembedahan
c. Tingkat kecemasan
d. Tingkat pengetahuan keluarga dan
pasien
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurangnya pengetahuan orang tua
berhubungan dengan diagnosa, prosedur
pembedahan dan perawatan setelah operasi.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan
pemasangan kateter.
3. Nyeri berhubungan dengan pembedahan
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan
prosedur pembedahan
5. Risiko injuri berhubungan dengan
pemasangan kateter atau pengangkatan kateter.
C. IMPLEMENTASI
Dx 1 dan 4
- Kurang pengetahuan orang tua
- Kecemasan orang tua
Tujuan : memberikan pengajaran dan
penjelasan pada orang tua sebelum
operasi tentang prosedur pembedahan,
perawatan setelah operasi, pengukuran
tanda-tanda vital, dan pemasangan kateter.
a. Kaji tingkat pemahaman orang tua.
b. Berikan informasi dan jelaskan prosedur,
pemasangan kateter, mempertahankan kateter,
perawatan kateter, pengosongan kantong urin,
monitor urine, warna dan kejernihan, dan
perdarahan.
c. Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan,
efek samping dan dosis serta waktu pemberian.
e. Ajarkan orang tua untuk berpartisipasi dalam
perawatan sebelum dan sesudah operasi (pre
dan post)
Dx. 2 (Resiko infeksi)
Tujuan : Mencegah infeksi

a. Pemberian air minum yang adekuat


b. Monitor intake dan output
c. Monitor tanda-tanda vital
d. Kaji urine, drainage, bau, warna
e Gunakan teknik aseptik untuk perawatan kateter
f. Pemberian antibiotik sesuai program
Dx. 3. Nyeri b.d pembedahan
Tujuan : meningkatkan rasa nyaman
a. Pengaturan posisi tidur anak sesuai
kebutuhannya
b. Monitor posisi kateter
c. Monitor adanya tekukan atau sumbatan pada
kateter
d. Pemberian analgetik sesuai program
Dx. 5. Resiko injuri b.d pemasangan kateter

Tujuan : mencegah injuri


a. Pastikan kateter pada anak terbalut dengan
benar dan tidak lepas
b. Gunakan “dingklik” atau pengaman yang
tepat pada saat anak tidur atau gelisah.
c. Hindari alat-alat tenun atau yang lainnya
yang dapat mengkontaminasi kateter dan
penis.
Perencanaan pemulangan

Ajarkan tentang perawatan kateter dan


pencegahan infeksi dengan disimulasikan.
Jelaskan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih dan lapor segera ke dokter atau
perawat.
Jelaskan pemberian obat antibiotik dan
tekankan untuk kontrol ulang (follow up).

Anda mungkin juga menyukai