PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
muara dari uretra terletak ektopik pada bagian ventral dari penis. Muara dari penis
proksimal hingga glands penis. Muara dari uretra dapat pula terletak pada skrotum
atau perineum. Semakin ke proksimal defek uretra maka penis akan semakin
mengalami pemendekan dan membentuk kurvatur, pada abad pertama ahli bedah dari
hipospadia. dilakukan amputasi dari bagian penis distal dari meatus. Selanjutnya cara
ini diikuti oleh Galen dan Paulus dari Agentina. Duplay memulai era moderen pada
bidang ini pada tahun 1874 dengan memperkenalkan secara detail rekonstruksi uretra.
Sekarang lebih dari 200 teknik telah di buat dan sebagian besar merupakan multi-
stage reconstruction yang terdiri dari first emergency stage untuk mengoreksi stentic
meatus jika di perlukan dan second stage untuk menghilangkan chorde dan
recurvatum, kemudian pada third stage yaitu urehtroplasty. Beberapa masalah yang
berhubungan dengan teknik teknik multi- stage yaitu membutuhkan operasi yang
multiple sering terjadi meatus tidak mencapai ujung glands penis, sering terjadi
striktur atau fistel uretra dan dari segi estetika di anggap kurang baik. Pada tahun
komplikasi dari teknik multi-stage repair. Cara ini dianggap sebagai rekonstruksi
uretra yang ideal anatomi dan fungsionalnya, dari segi estetika dianggap lebih baik,
komplikasi minimal dan mengurangi social cost. Kelainan bawan pada saluran
urogenital sering kali ditemukan. Faktor heriditer kadang memegang peran kausal
1
atau karena pengaruh radiasi dan infeksi virus. Beberapa kasus kelainan bawaan tidak
menyebabkan gejala atau tanda dan pada berbagai jenis kelainan bawaan masih dapat
dicegah terjadinya faal yang berat melalui tindakan bedah atau operasi. Salah satu
kelainan bawaan pada saluran urologi yang terjadi pada anak yaitu hipospadia.
Kelainan hipospadia terbatas hanya pada uretra anterior sedangkan leher kandung
kemih dan uretra posterior tidak mengalami kelainan serta kontinesi tidak terganggu.
Kasus hipospadia atau kasus kelainan genetis pada alat kelamin ( pria ) saat ini
tersebut yang enggan melaporkan kasus tersebut ke rumah sakit, baik karena alasan
malu atau aib maupun tidak adanya biaya untuk berobat. Di Indonesia kasus
hipospadia perbandingannya lebih besar yaitu 1 : 300 kelahiran. Sejak tahun 1998
sampai Maret 2004 penderita hipospadi yang sudah menjalani operasi maupun sedang
dirawat di rumah sakit dr. Karyadi (RSDK ) Semarang, Jawa Tengah mencapai 110
orang. (............). Dengan masih banyaknya keluarga penderita yang tidak melaporkan
kasus tersebut dimungkinkan jumlah penderitanya jauh lebih tinggi dari itu.
RSPAD Gatot Soebroto selama 6 bulan dari february sampai dengan bulan Juli 2008
jumlah pasien yang dirawat sebanyak 257 anak dan pasien yang dirawat dengan kasus
Masalah – masalah yang dapat terjadi pada klien dengan hipospadia adalah gangguan
fungsi seksual pada dewasa, infertilitas dan kesulitan dalam mengatur aliran urine,
mengakibatkan terjadinya gangguan konsep diri dimana anak akan malu dengan
pada klien hipospadia baik yang dilihat dari aspek promotif yaitu memberikan
2
dengan menganjurkan pemberian makanan tambahan atau vitamin untuk ibu hamil
aspek kuratif yaitu menganjurkan kepada ibu yang mempunyai anak dengan
keperawatan.
B. Tujuan Penulisan.
Tujuan umum penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk mendapatkan pengalaman
Tujuan khusus :
dengan hipospadia.
3
7. Mengidentifikasian adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara teori
dan kasus nyata serta alternatif pemecahan masalah dan kesenjangan yang
ditemukan.
C. Ruang Lingkup
An. H dengan hipospadia diruang perawatan anak lantai I IKA RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta yang dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal 30 Juni sampai dengan
02 Juli 2008.
D. Metoda Penulisan
dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah primer diperoleh
langsung dari orang tua klien sedangkan data sekunder diperoleh dari keluarga,
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari lima bab yang meliputi :
Bab satu : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua : Tinjauan teori yang
4
terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab lima : Penutup yang terdiri dari
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menguraikan konsep teori tentang asuhan keperawatan
A. Pengertian
eksternus terletak dipermukaan ventral penis lebih ke proksimal dari tempat yang
Hipospadia merupakan kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak dibagian
dimana muara dari uretra terletak ektopik pada bagian ventral dari penis proksimal
hingga glands penis. ( www. medicaste.com/ med/ index.php diambil pada tanggal
Dari ketiga difinisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipospadia merupakan
muara dari uretra terletak dibagian bawah dekat pangkal penis, dari penis proksimal
6
B. Patofisiologi.
benjolan genetalis. Pada laki – laki tuberkulum genitalis berkembang menjadi penis
dan kedua benjolan genitalis berkembang menjadi lipatan uretra sepanjang permukaan
ventral penis sedangkan glandula uretra terbentuk dari kanalis funikulus ektoderm
yang tumbuh melalui gland untuk menyatu dengan lipatan uretra yang menyatu.
Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan
mengakibatkan uretra terbuka dan terlalu pendek sehingga tidak mencapai ujung
gland penis dan lubang uretra bermuara di permukaan ventral penis atau ventro
proksimal. Ada beberapa type hipospadi berdasarkan letak orifisium uretra eksternum
dan meatus antara lain : 1). Hipospadia tipe glanduler (balantik), yaitu dimana meatus
urinarius terletak pada pangkal glens penis. 2). Hipospadia tipe distal penil yaitu
dimana meatus urinarius terletak pada distal penil. 3). Hipospadia tipe penil yaitu
dimana meatus urinarius terletak diantara glens penis dan skrotum. 4). Hipospadia
tipe penoskrotal, yaitu dimana meatus urinarius diantara perineal dan skrotum. 5).
Hipospadia tipe skrotal, yaitu dimana meatus urinarius terletak pada skrotum. 6).
Hipospadia tipe perineal, yaitu diantara meatus urinarius terletak di perineal pada usia
gestasi minggu ke empat kehamilan terjadi pembentukan genital fold. Pada minggu ke
tujuh terjadi agenesis pada mesoderm sehingga genital tubercel tidak terbentuk.
Hipospadia sering disertai dengan terjadinya kurda ( chordee ) yaitu adanya jaringan
parut berada sepanjang meatus uretra eksterna sampai dengan gland penis karena
tidak adanya kulit preposium bagian ventral, sehingga pada psoisi ventral
7
menyebabkan kurvatura ( lengkungan ) ventral dari penis atau gland penis menjadi
pipih, karena kulit dibagian ventral preposium tidak ada, sebaiknya pada bayi tidak
dilakukan sirkum sisi karena sisi kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah
plastik selanjutnya.
Penyebab yang jelas dari hipospadia hingga saat ini belum diketahui, namun dapat
dihubungkan dengan faktor genetik, lingkungan atau pengaruh hormonal. Tidak ada
masalah fisik yang berhubungan dengan hipospadia pada bayi baru lahir dan pada
anak – anak remaja. Kelainan ini hanya terbatas pada uretra anterior sedangkan leher
kandung kemih dan uretra posterior tidak mengalami kelainan dan kontinensia tidak
terganggu. Keluhan miksi tidak terjadi kecuali jika disertai stenosis meatus. Anak
dengan hipospadia berkemih dalam posisi duduk tetapi ada juga yang mau untuk
berkemih berdiri dengan sedikit mengangkat penis keatas. Namun pada orang dewasa
chordee akan menggangu ereksi penis dan menimbulkan kesukaran pada waktu
melakukan hubungan seks, infertilitas dapat terjadi pada hipospadia penoskrotal atau
perinial, dapat timbul stenosis meatus, menyebabkan kesulitan dalam aliran urine,
serta pada hipospadia dapat terjadi radang saluran kencing dan hidronefritis akibat
C. Penatalaksanaan.
diluruskan.
8
Operasi hipospadia sebaiknya dilakukan pada usia prasekolah atau saat usia 1,5 – 2
tahun. Tahap pertama dilakukan pada saat anak usia 1,5 – 2 tahun, koreksi untuk
chodee yaitu chordeetomi penutupan luka operasi dengan preposium bagian dorsal
dan kulit penis bertujuan untuk meluruskan penis. Sedangkan untuk tahab ke dua
dilakukan pada 6 bulan kemudian setelah operasi tahap pertama atau sekitar umur 3 –
5 tahun yaitu tindakan uretroplasi dengan melakukan insisi paralel pada setiap sisi
uretra sampai gland kemudian dibuat pipa dari kulit bagian tengah, lalu uretra yang
terbuka ditutup dengan flap dari kulit preposium lateral. Karena kulit preposium
Menurut Supartini (2004) dan Soetjiningsih (1998) pertumbuhan adalah suatu proses
alamiah yang terjadi pada individu yaitu secara bertahap anak akan terjadi perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, poun, kilogram), ukuran panjang (cm, m),
umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan netrogen tubuh).
Pertumbuhan fisik pada anak umur 8 tahun menurut Wong ( 2004 ) antara lain :
penambahan berat badan pertahun 2,5 kg (BB sekitar 19,6 – 39,6 kg) dan ukuran
tinggi badan mencapai 5 cm / tahun (17 – 141,8 cm). Pertumbuhan lingkar kepala
bejalan lambat yaitu dari 50 cm menjadi 52 – 53 cm. Pada akhir masa pertumbuhan
ini lingkar kepala telah mencapai ukuran kepala dewasa. Gigi tetap pertama yaitu
geraham pertama gigi susu mulai tanggal sesuai dengan waktu erupsinya. Pergantian
gigi susu ini berlangsung dengan kecepatan kira – kira 4 gigi pertahun selama lima
9
tahun berikutnya. Pertumbuhan tulang terus berlanjut terlihat pada perluasan sinus
frontalis yang tampak pada umur 7 tahun dan tulang tumbuh lebih cepat dari pada
ligamen.
rumah dalam hal ini adalah sekolah cukup besar anak sudah mampu menunjukan
kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada, rasa tanggung jawab dan
percaya diri dalam tugas sudah mulai terwujud, perkembangan kognitif psikososial,
pada masa ini. Perkembangan anak pada masa sekolah banyak mengembangkan
kemampuan interaksi sosial, belajar tentang nilai norma dan budaya dari lingkungan
keluarganya dan mulia mencoba mengambil bagian dari kelompok untuk berperan
tulisan sambung, berhitung serta menggambar obyek umum dengan detail dan anak
2. Dampak hospitalisasi
Menurut supartini (2004) hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu
alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
perasaan sering muncul pada anak yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah.
Perawatan anak dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungannya yang
dilakukan aman penuh kasih sayang dan menyenangkan. Reaksi anak terhadap stress
sistem, mekanisme koping dalam mengalani stress. Anak usia 9 tahun (anak usia
sekolah) anak terjadi kehlangan kontrol akibat dirawat di rumah sakit karena adanya
10
pembatasan aktivitas. Hal ini dapat berdampak pada perubahan peran dalam keluarga,
atau pergaulan sosial, perasaan takut mati dan adanya kelemahan fisik. Reaksi
terjadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukan dengan ekspresi baiksecara verbal
seklah sudak mampu mengontrol perilakukanya jika merasa nyeri, yaitu dengan
E. Pengkajian
Pengkajian pada klien hipospadia menurut Morgan (1999), (Fitri Purwanto, 2001).
genitalia antara lain palpasi abdomen untuk melihat adanya distensi boulder atau
pembesaran pada ginjal, kaji fungsi perkemihan, tidak adanya kulit propesium
ventral, lubang atau lekukan ada pada ujung penis, gland penis berbentuk seperti
urinaria antara lain pembengkakan pada penis, perdarahan pada tempat operasi
dan disuria. Pada sistem neurologi antara lain lebih cepat marah dan gelisah.
pembedahan yaitu laboratorium (HB, HT, BT, CT) dan pemeriksaan fungsi paru.
F. Diagnosa Keperawatan.
11
Berdasarkan analisa data menurut Morgan (1999), Suriadi (2001) dan Fitri Purwanro
1. Peri operatif
pembedahan ( uretroplasti ).
obstruksi mekanik ( letak meatus uretra tidak pada tempat yang normal ).
2. Pos operatif
setelah operasi.
kateter klamping.
dirumah.
G. Perencanaan.
12
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan perencanaan dan
evaluasi setiap diagnosa keperawatan menurut Morgan (1999), Suriadi (2001) dan
1. Perioperatif
Intervensi : 1). Jelaskan pada anak dan orang tua tentang prosedur
pembedahan dan perawatan pre operatif. 2). Gunakan gambar – gambar dan
mainan ketika menjelaskan pada anak. 3). Jelaskan bahwa pe,bedahan untuk
memperbaiki tempat dari terbukanya uretra. 4). Jelaskan bahwa akan dipasang
kateter.
urine berhubungan dengan obstruksi mekanik ( letak meatus uretra tidak pada
Kriteria evaluasi : 1). Nyeri diatas poubis tidak ada. 2) buang air kecillancar.
3) distensi bladder tidak ada. 4). Urine output cukup 1 - 2 cc/ kgBB.
2). Observasi aliran urine, catat ukuran dan tekanan. 3). Palpasi dan perkusi
area supra pubis. 4). Monitor TTV. 5). Monitor catat dan dokumntasi jumlah
13
2. Pos operatif
C.
kantong kateter. 3). Monitor urine anak adanya kekeruhan atau sedimentasi
juga cek verban operasi terhadap adanya kotor bau dan cairan purulen, segera
laporkan tanda – tanda tersebut ke dokter. 4). Anjurkan anak untuk minum
sebanyak 60 ml / jam. 5). Berikan anti biotik untuk mencegah infeksi, monitor
anak terhadap efek terapi dan reaksi obat yang tidak baik. 6). Monitot intake
dan output ( pemasukan danpengeluaran, 7). Mionitor TTV. 8). Kaji urine,
kateter invasi.
Kriteria hasi : 1). Pemberian anlgetik sesuai program. 2). Perhatikan setiap
saat posisi kateter. 3). Pengaturan posisi tidur anak. 4). Pastikan kateter pada
14
Kriteria hasil : pemasangan kakteter tetap bertahan hingga dilepas oleh dokter
atau perawat.
Intervensi :1). Pastikan kateter pada anak dengan posisi yang benar dan tidak
lepas. 2). Gunakan restrain atau pengaman yang tepat pada saat anak tidur atau
gelisah. 3). Gunakan ayunan tempat tidur untuk mencegah linen dari kontak
Bantu orang tua mengetahui proses berduka dengan tepat. 3). Tunjukan orang
Kriteria hasil : 1). Urine out put 1- 2 /kgBB/jam, tidak pekat. 2). Kapiler refill
kurang dari 3 detik. 3). Membran mukosa dalam batas normal. 4). TTV dalam
batas normal. 5). Selaput membran normal. 6). Turgor kulit baik. 7). Tidak ada
Intervensi : 1). Monitor intake dan output setiap 1 jam (hitung balance dalam
24 jam). 2). Evaluasi adanya tanda – tanda dehidrasi (catat turgor kulit,
15
pengisian kapiler, membran mukosa, kekentalan urine). 3). Observasi jumlah
dan karakteristik munah. 4). Pasang IV line sesuai dengan instruksi. 5).
Pertahankan ketat dan akurat intake dan output. 6). Kaji perfusi jaringan. 7).
Kaji TTV tiap 1 -2 jam. 8). Timbang BB tiap hari. 9). Kolaborasi dalam
Intervensi : 1). Pertahankan ketat intake dan output. 2). Monitor output setiap
8 jam. 3). Periksa kepatenan kateter. 4). Periksa warna produksi drainase
setiap 4 – 8 jam. 5). Irigasi kateter jika oklusi pada lumen kateter. 6). Kaji
perawatan dirumah.
Intervensi : 1). Ajarkan orang tua tentang tanda dan gejala infeksi saluran
urinaria atau nsis, antara lain pemingkatan suhu tubuh, urine keruh dan
terdapat cairn purulen pada daerah insisi. 2). Ajarkan orang tua bagaimana
perawatan tentang kateter dan penis antara lain bersihkan sekitar kateter,
memonitor warna dan bersihan urine. 3). Jelaskan kepada orang tua untuk
menjaga anak saat menaiki sepeda atau kuda goyang. 4). Sebagai persiapan
16
ajarkan orang tua tujuan dan penggunaan antibiotik atau obat – obatan untuk
H. Implementasi.
keperawatan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
kehidupan sehari – hari, memberikan arahan keperawatan utnuk mencapi tujuan yang
berpusat pada klien, mengevaluasi kerja anggota staf dan mencatat serta melakukan
klien.
Komponen pelaksanaan dari proses keperawatan terdiri dari 5 tahap antara lain :
1. Mengkaji ulang.
hanya pada satu dimensi atau sistem. Fase pengkajian ulang terhadap komponen
apakah intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu.
17
Beberapa situasi keperawatan mengharuskan perawat untuk mencari bantuan.
keperawatan.
salah satu darimetode ini lebih dibutuhkan dari metode lainya dan untuk
5. Mengkomunikasikan intervensikeperawatan.
18
I. Evaluasi.
respon klien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang
keperawatan, rencana indakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan dari
evaluasi adalah untuk melihgat kemampuan klien dalam mencapai tujuan, sehingga
Proses evaluasi terdiri dari 2 tahap yaitu tahap mengukur pencapaian tujuan klien
yang terdiri dari komponen kognitif, afektif, psikomotor dan perubahan fungsi tubuh
serta gejala. Sedangakan tahap kedua adalah tahap penentuan keputusan pada tahap
evaluasi. Dalam tahap yang kedua ini terdapat 2 komponen untuk mengevaluasi
a. Evaluasi proses.
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas daripeoses keperawatan dan hasil
19
segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu
keefektifan terhadap tindakan dan harus dilakukan secara terus menerus sampai
b. Evaluasi hasil.
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atas status kesehatan klien pada
BAB III
TNJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada klien yang
dirawat di ruang perawatan anak lantai I perawatan anak. Dalam memberikan asuhan
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 Juli 2008 dengan diagnosa medik Hipospadia
di lantai I instalasi perawatan anak RSPAD Gatot Soebroto. Klien masuk perawatan
pada tanggal 08 Januari 2008 dengan nomor register 28-56-52, dan diperoleh data
sebagai berikut :
1. Data Biografi
20
Klien bernama An.H, tanggal lahir 24 Januari 1999. umur 9 tahun, jenis
kelamin laki - laki, agama islam, suku bangsa jawa, pendidikan SD.
Ibu klien bernama Ny. S, usia 32 tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan
ibu rumah tangga, agama islam, suku bangsa jawa, alamat klien jalan ds. piasa
Darat), agama Islam, suku bangsa jawa, alamat klien jalan ds. piasa kulon Rt
03/ 01 banyumas.
2. Resume
Klien bernama An H,umur 9.5 tahun masuk melalui perawatan Ika pada tanggal 26
juni 2008 pulul 09.00 WIB melalui poli anak RSPAD Gatot Soebroto dengan
diagnosa medis hispospadia rujukan dai RS Banyumas. Klien datang untuk di lakukan
operasi ke dua, sebelumnya klien pernah operasi dengan kasus hipospadia yaitu
dengan jenis operasi pertama yaitu chordec eksisi dan saat ini akan di lakukan operasi
kedua yaitu urethroplasty pada tanggal 27 juni 2008. klien di lakukan operasi jenis
lantai 1. Pada tangal 30 juni 2008 di lakukabn pengkajian pemeriksaan fisik yang di
temukan ialah kecadaran klien compos mentis, tampak ada luka post op hari ke 4 di
pada daerah luka op dan pemasangan kateter tidak ada tanda-tanda infeksi( panas,
tampak lecet dan merahbadan kllien tampak kotor dan lengket, rambut klien kotor
mulut klien bau belum gosok gigitindakan yang sudah di lakukan yaitu mengukur ttv :
21
110/ 80 mmhg, n: 90 x/ mnt, sh: 36 c,rr 24 x/ mnt, memberikan klien minum air putih,
obat antibiotik amocilin 3x250 mg sesuai programm,injeksi menjadi terapi oral yaitu
amocilin 3x 250 mg, pct 3x250 mg, fisiliam 3 x1/2 tablet dan salep kemicitin sesuai
program .jaga kebersihan tempat tidur dan laken bersih, bantu ADL klien.berdasarkan
data diatas temukan 3 masalah keperawatan yaitu riiko infeksi, kerusakan integritas
1). Antenatal
perdarahan pervagina, anemia, penyakit infeksi, pre eklamsi atau eklamsi. Pada
di rumah sakit dan telah mendapatkan imunisasi tetanus toxoid sebanyak dua
kali
ditolong oleh dokter, keadaan bayi saat lahir terdapat kelainan penisnya bengkok
Ibu mengatakan anaknya ada kelainan bawaan terdapat penisnya bengkok, tidak
ada ikterus, tidak ada kejang, paralysis, perdarahan, tidak ada trauma
22
Ibu klien mengatakan pertumbuhan anaknya baik. Pada usia 9.5 tahun tahun
pada saat dikaji, berat badan klien 28 kg, tinggi badan 120 cm. Lingkar lengan
atas 21 cm, lingkar kepala 51 cm . Namun saat di rumah sakit klien makan
disuapi. Ibu mengatakan sebelum sakit klien aktif dan ceria bermain dengan
temanya.
Ibu klien mengatakan selama ini klien tidak pernah mengalami sakit yang serius,
Orang tua klien mengatakan, klien pernah di operasi hispospadia pertama kali
pada tahun 2007 dan klien pernah sakit hipospadia di rawat di Banyumas
e. Obat-obatan
Menurut orang tua , klien mengatakan tidak ada obat- obatan yang di minum
secara rutin .
f. Tindakan
Ibu klien mengatakan klien pernah di operasi untuk meluruskan penis anaknya
g. Alergi
Orang tua mengatakan, klien tidak ada alergi terhadap obat, makanan,
h. Kecelakaan
I. Imunisasi
23
Orang tua mengatakan klien sudah di berikan imunisasi lengkap dari puskesmas
yaitu telah mendapat imuisasi BCG, DPT I, DPT II, DPT III, Hepatitis B I, II,
Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien aktif, sering bermain bersama
temanya
1). Ibu klien mengatakan sejak lahir klien diberi ASI selama 2 tahun, waktu
pemberian tidak tentu, klien diberi susu formula. Jenis susu formula yang
diberikan saat ini yaitu Milo. Makanan padat/tambahan mulai diberikan pada
usia 6 bulan., diberikan secara bertahap.Jenis vitamin yang diberikan tidak ada.
Orang tua klien mengatakan klien makan dengan frekuansi 3X/hari, jenis
makanan yang diberikan yaitu nasi, sayur, lauk-pauk dan buah. Makanan yang
disenangi yaitu telur ditambah dengan bakso, jeruk, papaya, anggur. Tidak ada
bersama dengan keluarga . Jumlah minum klien dalam satu hari sebanyak 2500
cc, frekuensi minum 7-9 kali dalam sehari. Tidak ada kebiasaan minum teh
Ayah klien mengatakan, klien tidur siang selama 2 jam mulai pukul 13.00 WIB
sampai pukul 15.00 WIB, lama tidur malam 9 jam mulai pukul 09.00 WIB
sampai 06.00 WIB. Tidak ada kelainan waktu tidur. Kebiasaan anak menjelang
tidur membaca komik. Kebiasaan yang membuat anak nyaman saat tidur yaitu
tidak ada.
24
Klien mengatakan sebelum sakit klien bermain bersama temanya . Klien juga
hari pada pagi dan sore hari menggunakan pasta gigi, cuci rambut 3X dalam
Ibu klien mengatakan klien BAB 3X dalam seminggu, waktunya tidak tentu,
warna feses kuning, bau khas. Konsistensi lembek, tidak menggunakan laksatif,
tidak ada kebiasaan khusus pada waktu buang air besar. Klien buang air kecil 5-
6 X/hari, warna kuning jernih, ada keluhan yang berhubungan dengan buang air
Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki kebiasaan menggigit jari, menggigit
Ibu klien mengatakan semenjak lahir hingga saat ini klen tinggal bersama kedua
25
a). Genogram
61 th 60 th 50 th
Tdk tahu Sehat 70 th
32 th 35 th
Sehat Sehat
9th
Keterangan :
: Laki - Laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Menikah
Ibu klien mengatakan anggota keluarga yang lain tidak ada yang menderita
Koping keluarga terhadap anak yang sakit, ayah dan ibu klien memiliki koping
yang adaptif karena ibu klien menerima kenyataan penyakit anaknya, dan orang
26
d). Sistem Nilai
e). Spiritual
Orang tua klien mengatakan tempat tinggalnya dekat jalan raya,jauh dari pasar
dan pabrik serta tempat pembuangan sampah. Jika klien bermain didalam rumah ,
ventilis rumah cukup. Orang tua klien mengatakan dirumah terdapat tempat
penampungan air bersih, tempat minum burung dan bak mandi. Menurut orang tua
Klien masuk rumah sakit pada tangga 27 Juni 2008 dengan keluhan susah BAK.
27
DO : Suhu tubuh klien 36,90C, nadi 80 X/menit, pernafasan 22X/menit, tekanan
2). Nutrisi
DS : Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya baik. Tidak terjadi penurunan
berat badan, BB sebelum sakit 28 kg, BB saat ini 28 kg,. Klien makan
DO : mukosa mulut klien kering, tidak terdapat lesi pada bibir, kelembaban bibir
klien kering, tidak ada bibir sumbing, tidak ada perdarahan pada gusi, lidah
tidak kotor.
3). Respirasi/Sirkulasi
DS : Orang tua klien mengatakan klien tidak sesak nafas, batuk tidak produktif,
DO : Suara nafas vesikuler, batuk kering(non produktif), tidak ada batuk darah
(hemaptu), tidak ada sputum, tidak ada ikterus, tidak ada sianosis, tidak
4). Eliminasi
BAB
28
DS : orang tua klien mengatakan klien BAB 1X/hari, konsistensi lembek, warna
.DO : Warna feses kuning, tidak ada lendir, konsistensi lembek, frekuensi
1X/hari.
BAK.
DO : Urine klien tidak pekat, warna kuning jernih, bau khas, menggunakan
kateter, tidak ada irtasi pada daerah anus, tidak ada atresia ani.
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masih dibantu oleh keluarga, tidak ada
DO : Saat ini klien bedrest karena klien terpasang kateter dan semua aktifitas
baik.
DO : Kotak mata ada, postur tubuh tegap, perilaku klien saat ini kurang mandiri.
29
8). Tidur / Istirahat
ternamgum untuk buang air kecil, tidak ada gangguan waktu tidur.
DS : -
DO : -
c. Dampak Hospitalisasi
Semenjak klien masuk rumah sakit, anak bisa beradaptasi dengan lingkungan RS
beroda 2
huruf sambung.
3). Bahasa
4). Sosialisasi
7. Pemeriksaan Penunjang
30
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 26 Januari 2008
Hematologi
Hematokrit : 40 (40-52%)
8. Penatalaksana
Therapy:
DATA FOKUS
Data subyektif : Klien mengatakan kulit daerah punggung merah, lecet. Klien
31
rumah sakit belum keramas, belum sikat gigi, klien mandi hanya dilap sebanyak 2x
Data obyektif : Klien tampak kulit daerah punggung merah, lecet. Klien mengatakan
an. H gatal- gatal di daerah punggung, kulit daerah punggung tampak bersisik, kulit
sekitar luka tampak kemerahan , badan klien tampak kotor dan lengket, mulut klien
tampak kotor dan bau, rambut klien kotor,segela kebutuhan ADL di batuh oleh
ibunya.Daerah luka post opst tampak mulai mengering, klien terdapat luka post op
hari ke 4 di luka penis,derah luka post dan pemasangan kateter sejak tanggal 27 Juli
2008, daerah pemasangan kateter tidak ada tanda – tanda infeksi ( merah, bengkak,
panas ), klien berhati – hati saat melakukan gerakan terutama ekstremitas bawah. TTV
0
: T : 100/70 mmHG, S : 36,9 C, N : 90 x/mnt, RR : 20 x/mnt. Hasil pemeriksaan
Analisa Data
urethrplasty pemasangan
32
kateter sejak tanggal 27
Juni 2008,daerah
melakukan gerakan
terutama ekstremitas
mmHG, S : 36,9 0 C, N : 90
pemeriksaan Laboratorium
Leukoisit :480
0 (4.800-13500)
TTV : Td : 100/80mmHG,
0
S : 36 C, N : 90x/mnt,
RR : 24x/mnt.
mengatakan An. H
menggaruk -garuk
33
punggung .orang tua klien
tampak bersisik
punggung,kulit daerag
DS : Klien mengatakan
orang tua
34
oleh ibunya.
melakukan gerakan
terutama ekstremitas
bawah.
Diagnosa keperawatan
invasif kateter
yang lama
aktivitas
mikro organisme sekunder terhadap luka operasi dan tindakan pemasangan invasif
kateter
35
Tujuan : setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
Kriteria hasil : 1).Luka tampak kering dan membaik. 2). daerah luka post ops dan
pemasangan kateter tidak ada tanda-tanda infeksi (merah , sakit, bengkak). 3).
Intervensi : a). ukur TTV klien tiap 8 jam. b). Kaji tanda- tanda daerah operasi
terhadap tanda – tanda infeksi c.) Observasi adanya nyeri d). lakukan perawatan
e) kaji status nutrisi. g) Beri antibiotik amocilin 3x 250 mg secara oral sesuai
Implementasi
Tanggal 30 januari
mnt, SH: 36 C. pukul 11.00 wib melakukan perawatan luka menggunakan salep
kemacitin hasil : luka post ops klien tampak kering dan bersih. Pukul 12.30 wib
mengkaji tanda -tanda nyeri hasil : klien mengatakan tidak sakit pada daerah luka
post ops dan ekspresi wajah tampak tenang. Pukul 13.00 wib memberikan obat
amoxicilin 250 mg secara oral sesuai program hasil: obat masuk, klien tidak ada
tanda-tanda alergi (merah , gatal-gatal), tidak muntah. Pukul 14.00 wib mengukur
14.30 wib mengkaji tanda- tanda daerah operasi terhadap tanda – tanda infeksi
hasil : daerah operasi tidak ada tanda – tanda operasi (merah, bengkak, panas).
36
Pukul 1500 wib melakukan perawatan luka menggunakan salep kemacitin hasil :
luka post ops klien tampak kering dan bersih. Pukul 17.00 wib melakuakn
salep kemicitin hasil: luka post ops tampak kering didaerah penis dan bersih.
Pukul 18.00 wib mengkaji status nutrisi klien hasil: klien nafsu makan baik, habis
1 porsi dan klien makan 3 x/ hari dengan nasi, lauk pauk serta sayuran . pukul
19.30 wib menganjurkan klien untuk minum air putih hasil: klien mau minum air
putih. Pukul 20.00 wib mengkaji ada tanda-tanda nyeri luka post ops hasil : klien
mengatakan tidak akit pada daerah luka post op dan ekspresi wajah tampak rileks
pukul 20.30 wib melakukan perawatan luka menggunakan salep kemacitin hasil :
luka post ops klien tampak kering dan bersih. 20.55 wib memberikan obat
amoxicilin 250 mg secara oral sesuai program hasil: obat masuk, klien tidak ada
tanda-tanda alergi (merah , gatal-gatal), tidak muntah. Pukul 22.00 wib mengukur
mnt, SH: 36,7 C. pukul 09.00 wib melakukan perawatan luka menggunakan salep
kemacitin hasil : luka post ops klien tampak kering dan bersih. Pukul 12.30 wib
mengkaji tanda -tanda nyeri hasil : klien mengatakan tidak sakit pada daerah luka
post ops dan ekspresi wajah tampak tenang. Pukul 13.00 wib memberikan obat
amoxicilin 250 mg secara oral sesuai program hasil: obat masuk, klien tidak ada
tanda-tanda alergi (merah , gatal-gatal), tidak muntah. Pukul 14.00 wib mengukur
14.30 wib mengkaji tanda- tanda daerah operasi terhadap tanda – tanda infeksi
hasil : daerah operasi tidak ada tanda – tanda operasi (merah, bengkak, panas).
37
pukul 15.00 wib melakukan perawatan luka menggunakan salep kemacitin hasil :
luka post ops klien tampak kering dan bersih. Pukul 17.00 wib melakuakn
salep kemicitin hasil: luka post ops tampak kering didaerah penis dan bersih.
Pukul 19.00 wib mengkaji ada tanda-tanda nyeri luka post ops hasil : klien
mengatakan tidak sakit pada daerah luka post op dan ekspresi wajah tampak
rileks pukul 20.30 wib melakukan perawatan luka menggunakan salep kemacitin
hasil : luka post ops klien tampak kering dan bersih. 20.55 wib memberikan obat
amoxicilin 250 mg secara oral sesuai program hasil: obat masuk, klien tidak ada
tanda-tanda alergi (merah , gatal-gatal), tidak muntah. Pukul 22.00 wib mengukur
mnt, SH: 36,7 C. pukul 09.00 wib melakukan perawatan luka menggunakan salep
kemacitin hasil : luka post ops klien tampak kering dan bersih. Pukul 12.30 wib
mengkaji tanda -tanda nyeri hasil : klien mengatakan tidak sakit pada daerah luka
post ops dan ekspresi wajah tampak tenang. Pukul 13.00 wib memberikan obat
amoxicilin 250 mg secara oral sesuai program hasil: obat masuk, klien tidak ada
tanda-tanda alergi (merah , gatal-gatal), tidak muntah. Pukul 14.00 wib mengukur
14.30 wib mengkaji tanda- tanda daerah operasi terhadap tanda – tanda infeksi
hasil : daerah operasi tidak ada tanda – tanda operasi (merah, bengkak, panas).
pukul 15.00 wib melakukan perawatan luka menggunakan salep kemacitin hasil :
luka post ops klien tampak kering dan bersih. Pukul 17.00 wib melakuakn
38
perawatan luka dengan teknik antiseptik dan antobiotik dengan menggunakan
salep kemicitin hasil: luka post ops tampak kering didaerah penis dan bersih.
Pukul 19.00 wib mengkaji ada tanda-tanda nyeri luka post ops hasil : klien
mengatakan tidak sakit pada daerah luka post ops dan ekspresi wajah tampak
rileks pukul 20.30 wib melakukan perawatan luka menggunakan salep kemacitin
hasil : luka post ops klien tampak kering dan bersih. 20.55 wib memberikan obat
amoxicilin 250 mg secara oral sesuai program hasil: obat masuk, klien tidak ada
tanda-tanda alergi (merah , gatal-gatal), tidak muntah. Pukul 22.00 wib mengukur
O : daerah pemasangan kateter tidak ada tanda – tanda infeksi ( merah, bengkak,
panas ). dan luka post ops luka daerah penis tampak kering dan bersih, ekspresi
yang lama
Kriteria hasil :1) lokasi kulit tampak bersih. 2) kulit tetap bersih, kering. 3). Tidak
merah.
39
Intervensi : a) Kaji tanda- tanda kerusakan kulit. b) jaga kulit daerah punggung
agar tetapkering. c) berikan lotion yang melembutkan. d) ubah posisi klien setiap
Implementasi
pukul 08.00 wib mengkaji tanda-tanda kerusakan kulit hasil : kilit di daerah
punggung tampak terdapat luka dan lesi serta kemerahan. pukul 09.30
melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan antiseptik hasil : luka
daerah punggung tampak kering dan bersih. pukul 12.30 wib memberikan lotion
pukul 14.30 wib mengubah posisi klien tiap 2 jam sekali hasil: klein tampak
miring kiri dan miring kanan . pukul 15.00 wib mengkaji tanda-tanda kerusakan
kulit hasil : kilit di daerah punggung tampak terdapat luka dan lesi serta
kemerahan. pukul 16.30 melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan
antiseptik hasil : luka daerah punggung tampak kering dan bersih. pukul 17.30
wib memberikan lotion pada daerah punggung hasil : kulit daerah punggung
tampak lembut
pukul 18.30 wib mengubah posisi klien tiap 2 jam sekali hasil: klein tampak
miring kiri dan miring kanan. pukul 19 .00 wib mengkaji tanda-tanda kerusakan
kulit hasil : kilit di daerah punggung tampak terdapat luka dan lesi serta
kemerahan. pukul 20.30 wib mengubah posisi klien tiap 2 jam sekali hasil: klein
40
Tanggal 1 Juli 2008.
Pukul 08.00 wib mengkaji tanda-tanda kerusakan kulit hasil : kulit di daerah
punggung tampak terdapat luka dan lesi serta kemerahan. Pukul 09.30
melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan antiseptik hasil : luka
daerah punggung tampak kering dan bersih. Pukul 12.30 wib memberikan lotion
pada daerah punggung hasil : kulit daerah punggung tampak lembut. Pukul
14.30 wib mengubah posisi klien hasil: klein posisi setengah miring kiri. Pukul
15.00 wib mengkaji tanda-tanda kerusakan kulit hasil : kulit di daerah punggung
tampak terdapat luka dan lesi serta kemerahan. pukul 16.30 melakukan
perawatan luka dengan teknik septik dan antiseptik hasil : luka daerah punggung
tampak kering dan bersih. pukul 17.30 wib memberikan lotion pada daerah
pukul 18.30 wib mengubah posisi hasil: klein tampak miring kanan. pukul 19 .
tampak terdapat luka dan lesi serta kemerahan. pukul 20.30 wib mengubah
pukul 08.00 wib mengkaji tanda-tanda kerusakan kulit hasil : kilit di daerah
punggung tampak terdapat luka dan lesi serta kemerahan. pukul 09.30
melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan antiseptik hasil : luka
daerah punggung tampak kering dan bersih. pukul 12.30 wib memberikan lotion
pada daerah punggung hasil : kulit daerah punggung tampak lembut. Pukul
14.30 wib mengubah posisi klien tiap 2 jam sekali hasil: klein tampak miring
kiri dan miring kanan . pukul 15.00 wib mengkaji tanda-tanda kerusakan kulit
41
hasil : kilit di daerah punggung tampak terdapat luka dan lesi serta kemerahan.
pukul 16.30 melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan antiseptik
hasil : luka daerah punggung tampak kering dan bersih. pukul 17.30 wib
memberikan lotion pada daerah punggung hasil : kulit daerah punggung tampak
lembut
pukul 18.30 wib mengubah posisi klien tiap 2 jam sekali hasil: klein tampak
miring kiri dan miring kanan. pukul 19 .00 wib mengkaji tanda-tanda kerusakan
kulit hasil : kilit di daerah punggung tampak terdapat luka dan lesi serta
kemerahan. pukul 20.30 wib mengubah posisi klien tiap 2 jam sekali hasil: klein
di daerah punggung,
O : Kulit daerah punggung klien tetap bersih, kering dan bebas iritasi
aktivitas
Perencanaan :
42
a). Kaji tingkat keterbatasan klien tiap hari, b). Bantu klien dalam melakukan personal
hygiene (mandi 1 x hari pada pagi, sore) dengan dilap air hangat, keramas 7 hari
Pelaksanaan :
Pukul 08.55 wib. mengkaji kemampuan personil haigyene klien hasil : klien tidak
hygiene), hasil gigi bersih, mulut bersih, mukosa bibir lembab. Pukul 09.30
melakukan personal hygiene (mandi) hasil : badan klien bersih, tidak lengket.
Pukul 08.55 wib. mengkaji kemampuan personil haigyene klien hasil : klien tidak
hygiene), hasil gigi bersi, mulut bersih, mukosa bibir lembab. Pukul 09.30 melakukan
Evaluasi
S :
O : Badan klien tidak lengket dan bersih, gigi bersi, mulut bersi, mukosa bibir
43
P : Tindakan keperawatan dilanjutkan sesuai dengan rencana keperawatan yaitu no
Kriteria hasil : a). Posisi kateter tetap pada tempatnya. b). Kateter tidak ada
Intervensi : a). Observasi kateter terbalut dengan benar dan tidak lepas. ). gunakan
raistrain atau pengaman pada anak tidur atau gelisah. c). jaga kateter dan penis
Implementasi
Pukul 10.30 wib menjaga kateter dan penis dari kontaminasi alat tenun. Hasil :
kateter dan penis tidak terkontaminasi dari alat tenun. Pukul 13.15 wib memasang
restrain hasil : restrain terpasang. Pukul 21.30 wib memasang restrain hasil :
restrain terpasang.
Pukul 08.00 wib mengobservasi posisi kateter Hasil : kateter terbalut pada
posisinya dan tidak lepas. Pukul 10.30 wib menjaga kateter dan penis dari
kontaminasi alat tenun. Hasil : kateter dan penis tidak terkontaminasi dari alat
44
tenun. Pukul 13.15 wib memasang restrain hasil : restrain terpasang. Pukul 21.30
Pukul 08.00 wib mengobservasi posisi kateter Hasil : kateter terbalut pada
posisinya dan tidak lepas. Pukul 10.30 wib menjaga kateter dan penis dari
kontaminasi alat tenun. Hasil : kateter dan penis tidak terkontaminasi dari alat
tenun. Pukul 13.15 wib memasang restrain hasil : restrain terpasang. Pukul 21.30
Evaluasi
S :
45
BAB IV
PEMBAHASAN.
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus serta faktor
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus ditemukan adanya kesenjangan .Pada
sedangkan pada kasus dilakukan pada umur 9 tahun karena keluarga beralasan jarak
46
antara RSPAD jauh dengan rumahnya serta terbentur dengan biaya, di teori ditemukan
adanya pembengkakan pada penis, perdarahan pada tempat operasi, disuria dan
drainase sedangkan pada kasus tidak ditemukan tanda – tanda seperti diatas. Hal ini
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh klien dan tingkat kesterilan alat yang digunakan
untuk membersihkan luka bekas operasi, apabila alat yang digunakan tidak steril akan
menyebabkan infeksi.
pendukung pada pengkajian yaitu penulis dapat memperoleh informasi yang cukup
untuk mendapatkan masalah yang terjadi pada klien serta klien dan kesluarga serta
B. Diagnosa Keperawatan
, untuk diagnosa pre operatif tidak diangkat karena klien telah menjalani operai.
Diagnosa yang ditemukan pada teori tetapi tidak ditemukan pada kasus adalah sebagai
berikut :
anak setelah operasi. Masalah ini tidak diangkat karena sebelum dilaksanakan
operasi orang tua klien telah diberi tahu tentang prosedur dan akibat operasi.
insisi atau operasi. Masalah ini tidak diangkat karena dalam pengkajian ditemukan
47
adanya klien minum 8 gelas/hari dan tidak ada dehidrasi serta klien tidak
mengalami pendarahan.
operasi, kateter klamping. Masalah ini tidak diangkat karena intake dan output
seimbang.
perawatan dirumah. Masalah ini tidak diangkat karena keluarga klien sudah
Diagnosa keperawatan yang tidak terdapat dalam teori ,tetapi ada dalam kasus yaitu
Masalah ini di angkat karena klien harus betress selama 7 samapai 10 haru, kulit
ini di angakat karena klien dalam segala ADL di bantu oleh orang tua dan klien
tampak bedrest.
C. Perencanaan.
menetapkan tujuan dan kriteria hasil serta menyusun rencana tindakan. Pada
keperawatan pada kasus dan teori berbeda. Prioritas pertama pada teori Prioritas
48
dengan adanya tindakan invasif tersebut akan mempermudah terjadinya infeksi
ke dua kerusakn integrits kulit berhubungan dengan penekanan yang lama karena
kllien terdapat luka pada daerah punggung. pada prioritas ke tiga defisit perawatn
adl di bantuh oleh orang tua dan klien tampak bedrst. Pada penetapan tujuan
dalam perencanaan ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus. Pada
teori tidak ada batasan waktu yang ditentukan dalam pencapaian tujuan,
sedangkan pada kasus penulis menetapkan batasan waktu sebagai patokan dalam
pengukuran tujuan yaitu untuk mencapai tujuan terhadap masalah klien ditetapkan
keperawatan selama tiga hari. Penetapan kriteria hasil disesuaikan dengan teori
Dalam rencana tindakan disusun secara sistematis dan operasional agar rencana
yang dibuat dapat ditindak lanjuti oleh perawat di ruangan. Dalam perencanaan,
penulis tidak mengalami hambatan karena setiap rencana disusun sesuai dengan
kondisi klien dan mengacu pada banyaknya buku sumber yang mendukung serta
D Pelaksanaan.
dengan rencana yang telah disusun, tetapi tidak semua tindakan di lakukan oleh
penulis karena penulis hanya berdinas selama satu shift (8 jam) untuk
49
ruangan sehingga pelaksanaanya dapat dilanjutkan. Semua tindakan yang
dilakukan oleh penulis maupun perawat serta respon klien terhadap tindakan
tindakan serta respon klien dan tidak lupa tanda tangan perawat yang
pendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien adalah sikap yang
E. Evaluasi.
pada tanggal 7 Juli 2008 . Dari keempat diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada klien, Dua masalah dapat teratasi dan dua masalah tercapai sebagianmasalah
50
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini pemulis akan menyimpilkan hasilpembahasan yang telah dilakukan
untuk selanjutnya memberikan masukan berupa saran yang nantinya dapat bermanfaat
A Kesimpulan.
51
Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus ditemukan adanya kesenjangan .Pada
sedangkan pada kasus dilakukan pada umur 9 tahun karena keluarga beralasan jarak
antara RSPAD jauh dengan rumahnya serta terbentur dengan biaya, Dalam
pendukung pada pengkajian yaitu penulis dapat memperoleh informasi yang cukup
untuk mendapatkan masalah yang terjadi pada klien serta klien dan kesluarga serta
2 Diagnosa keperawatan
terdapat pada teori yaitu Kerusakan integritas kulit berhubunga dengan tirah
baring yang lama dan Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan
pencapaian tujuan sebagai dasar untuk mencapai tujuan sesuai kriteria evaluasi
dilaksanakan oleh perawat dinas sore dan dinas malam atau perawat yang akan
52
3. Pada pelaksanaan tidak semua perencanaan tindakan yang dibuat
ruang.
B. saran
menyampaikan saran yang ditujukan kepada perawat ruangan, klien serta keluarga
sebagai berikut :
ditingkatkan agar asuhan keperawatan yang diberikan pada klien akan lebih
optmal.
3. Untuk klien dan keluarga agar tetap rutin kontrol kepoliklinik, menjaga
53
54