Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH STUDENT ORAL CASE ANALYSIS (SOCA) KEPERAWATAN

PERIOPERATIF ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. H YANG MENGALAMI


GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPOSPADIA
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL DI RSUD H. ABDUL MOELOEK

DISUSUN OLEH :
INDA MAHARANNI (1814301014)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
seminar kasus tentang Asuhan Keperawatan Pada An. H Yang Mengalami Gangguan Sistem
Perkemihan Dengan Diagnosa Medis Hipospadia di Instalasi Bedah Sentral RSUD H.
ABDUL MOELOEK. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing dan pembimbing lahan Praktik Keperawatan Perioperatif yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini dan rekan-rekan
dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah
ini dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dan dapat
dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan mahasiswa.

Bandar Lampung , 14 Febuari 2021

Penyusun
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPOSPADIA

A. Dasar Teori
1. Definisi
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “dibawah” dan
“spadon” yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia merupakan suatu
kelainan bawaan dimana meatus uretra eksternus (lubang kencing) terletak di
bagian bawah dari penis dan letaknya lebih kearah pangkal penis dibandingkan
normal. Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa kelainan letak lubang
uretra pada pria dari ujung penis ke sisi ventral.
2. Epidemiologi Kasus
Data epidemiologi menunjukan bahwa insiden hipospadia bervariasi pada setiap
negara. Di Indonesia hipospadia termasuk dalam 6 jenis kelainan congenital yang
menjadi perioritas surveilans. Insiden hipospadia akan meningkat 13 kali lipat
lebih sering pada laki-laki yang orangtua dan saudaranya menderita hipospadia.
Sekitar 8% insiden berasal dari orangtua dan 14% dari saudara laki-laki dengan
hipospadia. Hipospadia distal merupakan kasus terbanyak yaitu 50-80% kasus.
3. Etiologi
Hipospadia sampai saat ini masih belum diketahui tetapi ada beberapa faktor yang
dapat menyebabkan hipospadia adalah sebagai berikut :
1. Faktor genetik
Sebuah kecenderungan genetik telah disarankan oleh peningkatan 8 kali lipat
dalam kejadian hipospadia antara kembar monozigot dibandingkan dengan
tunggal.
2. Faktor endokrin
Penurunan androgen atau ketidakmampuan untuk menggunakan androgen
dapat mengakibatkan hipospadia. Dalam sebuah laporan tahun 1997 oleh
Aeronson dkk, 66% dari anak laki-laki dengan hipospadia ringan dan 40%
dengan hipospadia berat ditemukan memiliki cacat dalam biosentesis
testosteron testis.Mutasi alfa reductase enzim-5, yang mengubah testosteron
(T) menjadi dihidrotestosteron (DHT), secara signifikan telah dihubungkan
dengan kondisi hipospadia.
3. Faktor lingkungan
Gangguan endokrin oleh agen lingkungan adalah mendapatkan popularitas
sebagai etiologi mungkin untuk hipospadia dan sebagai penjelasan atas
kejadian yang semakin meningkat.
4. Tanda&Gejala
Manisfestasi klinis dari hipospadia adalah :
1. Terbuka uretral pada saat lahir, posisi ventral atau dorsal.
2. Adanya chordee (penis melengkung ke bawah ) dengan atau tanpa ereksi.
3. Adanya lekukan pada ujung penis.
4. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian
bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
5. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian
punggung penis.
6. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
7. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.Tunika dartos, fasia Buch dan korpus
spongiosum tidak ada.
8. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
9. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
10. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
11. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah,
menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada
saat BAK.
12. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan
mengangkat penis keatas.
13. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
14. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.
5. Pemeriksaan Penunjang&Hasilnya Secara Teoritis
Untuk menunjang diagnosa hipospadia tidak diperlukan pemeriksaan
penunjang. Tetapi karena penanganan pada hipospadia adalah operasi, maka
diperlukan pemeriksaan penunjang yaitu :
- Rotgen thorax
- Laborat darah rutin dan kimia (lengkap)
- USG abdomen
6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah merekomendasikan
penis menjadi lurus dengan meatus uretra di tempat yang normal atau dekat
normal sehingga arah aliran urine ke depan melakukan koitus dengan normal.
Operasi harus dilakukan sejak dini dan sebelum operasi dilakukan, bayi atau anak
tidak boleh disirkumsisi karena kulit depan penis digunakan untuk pembedahan
nanti. Dikenal banyak teknik operasi hipospadia, yang umumnya terdiri dari
beberapa tahap yaitu :
1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi
chordee dari muara uretra sampai ke glands penis. Setelah eksisi chordee maka
penis akan menjadi lurus tetapi meatus uretra masih terletak abnormal. Untuk
melihat keberhasilan eksisi dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan
menyuntikkan NaCL 0,9% kedalan korpus kavernosum.
2. Operasi uretroplasty.
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari kulit
penis bagian ventral yang di insisi secara longitudinal pararel di kedua sisi.
Tujuan pembedahan :
1. Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial, serta
2. Perbaikan untuk kosmetik pada penis.
7. Patofisiologi/Pathway
Perkembangan uretra dimulai sekitar usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu.
Uretra terbentuk dari penyatuan lipatan uretra sepanjang permukaan ventral penis.
Glandula uretra terbentuk dari kanalisasi funikulus ektoderm yang tumbuh melalui
glands untuk menyatu dengan lipatan uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi
dikarenakan fusi (penyatuan) dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap
terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai
derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada
glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi
dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi
ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis. Tidak ada
masalah fisik yang berhubungan dengan hipospadia pada bayi baru lahir atau pada
anak-anak remaja. Namun pada orang dewasa dapat menghalangi hubungan
seksual.
8. Prosedur Tindakan Operasi
1. Fase pre-operasi
Fase pre-operasi dimulai ketika pasien masuk ke ruang persiapan dan berakhir
ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk operasi. Kemudian
melakukan pengkajian dasar di tatanan klinis, mewawancarai dan
mempersiapkan pasien untuk persiapan psikologis anestesi berupa pendidikan/
pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mengurangi
kecemasan tentang prosedur pembedahan.
2. Fase Intra-operasi
Fase intra-operasi dimulai saat pasien sudah masuk ruang ok atau di pindahkan
ke ruang instalasi bedah, diakhiri saat di pindahkan ke ruang pemulihan
(recovery). Kegiatan termasuk pemasangan kateter iv, pemantauan fisiologis
dan pengaturan posisi.
3. Fase Post-operasi
Fase ini di mulai ketika pasien diterima di ruang pemulihan sampai evaluasi
Tindakan pada tatanan klinik/rumah untuk dilakukan asuhan keperawatan dan
pengkajian memantau fungsi vital.

B. Asuhan Keperawatan
1. Daftar diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus
pre,intra,dan post operatif (minimal 3 diagnosis keperawatan) & define
masalah keperawatan secara teoritis (lihat diagnose SDKI/Nanda)
1. Diagnosa Keperawatan : Defisit Pengetahuan (Pre Operasi)
- Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu.
- Ds&Do yang mendukung :
Subjektif :
1. Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif :
1. Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
2. Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
2. Diagnosa Keperawatan : Hipotermi (Intra Operasi)
- Definisi : Suhu tubu dibawah rentang normal tubuh.
- Ds&Do yang mendukung
Subjektif : -
Objektif :
1. Kulit teraba dingin
2. Menggigil
3. Suhu tubuh dibawah nilai normal
3. Diagnosa Keperawatan : Resiko Infeksi
- Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terseranng organism patogenik.
- Ds&Do yang mendukung
Subjektif : -
Objektif :
Dilakukan insisi jaringan.

2. Rencana Keperawatan
1. Defisit Pengetahuan (Pre Operasi)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan
tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil : Kemampuan
menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat, menurunnya
pertanyaan tentang masalah yang dihadapi.
Rencana Intervensi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi
3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5. Berikan kesempatan untuk bertanya
6. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempenfaruhi kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

2. Hipotermia (Intra Operasi)


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan
termoregulasi membaik dengan kriteria hasil : Menurunnya menggigil,
membaiknya suhu tubuh.
Rencana Intervensi :
1. Monitor suhu tubuh
2. Identifikasi penyebab hipotermi
3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermi
4. Sediakan lingkungan yang hangat
5. Ganti pakaian/ linen yang basah
6. Lakukan penghangatan pasif

3. Resiko Infeksi (Post Operasi)


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan
tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil : Menurunnya demam,
kemerahan, nyeri, bengkak, dan membaiknya sel darah putih.
Rencana Intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2. Berikan perawatan kulit pada edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang beresiko tinggi.
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA An. H YANG MENGALAMI
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPOSPADIA
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL DI RSUD H. ABDUL MOELOEK

I. PENGKAJIAN

Identitas Pasien

Nama : An. H No. RM : 00.66.69.33

Umur : 7 tahun Tgl. MRS : 22 Januari 2022

Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa : Hipospadia

Suku/Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan :-

Pendidikan : SD

Gol. Darah :-

Alamat : Jl. Griya Sukarame blok A no 1

Tanggungan : BPJS

A. Riwayat Praoperatif
1. Pasien mulai dirawat tgl : pkl : 22 januari 2022 Ruang : Bedah
2. Ringkasan hasil anamnese preoperatif :
Sejak kecil An. H mengalami kelainan pada letak lubang uretra di bagian bawah batang penis
yang letaknya lebih kearah pangkal penis, An. H pada tanggal 24 Januari 2022 direncanakan
akan dilakukan tindakan operasi uretroplasty.
3. Hasil pemeriksaan fisik
a) Tanda- tanda vital, Tgl : 24 Januari 2022 Jam : 09.30
Kesadaran : Composmentis GCS :15 Orientasi : -
Suhu :36 C Tensi: 110/70 Nadi : 90x/menit RR : 20x/menit
b) Pemeriksaan Fisik
Kepala & Leher : Kepala dan leher simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan kelenjar tyroid ataupun vena jugularis.
Thorax (jantung & paru) :
I : Bentuk dada simetris, tidak ada luka, dan tidak terlihat adanya pembengkakan
P : Tidak ada benjolan disekitar dada, tidak ada nyeri tekan
P : Tidak ada efusi pleura
A : Tidak terdengar suara nafas tambahan dilapang paru

Abdomen :
Perut simetris, tidak ada luka pada perut, tidak ada nyeri tekan pada abdomen, bising
usus normal.

Ekstremitas (atas dan bawah) :


Ekstremitas atas dan bawah simetris tidak ada benjolan dan nyeri tekan di ekstermitas.

Genetalia & Rectum :


Terdapat kelainan pada bagian penis, dimana letak lubang uretra berada dibawah batang
penis. Pada bagian rectum tidak terdapat kelainan.

Pemeriksaan lain (spesifik) :


Tidak dilakukan pemeriksaan lainnya.

3. Pemeriksaan Penunjang :
a. ECG Tgl: - Jam :-
Hasil :...............................................................................................................
..........................................................................................................................
b. X- Ray Tgl : 22 Januari 2022 Jam : 10.30
Hasil :..............................................................................................................
..........................................................................................................................
c. Hasil laboratorium, Tgl : 3 januari 2022 Jam : 10.00
Hasil :
- Hemoglobin : 12,2
- Trombosit : 371.000
- HT : 39
- Leukosit : 5,300
- Eritrosit : 5,1
d. Pemeriksaan lain: PCR
Hasil : PCR didapatkan negative (-).
Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

4. Prosedur khusus sebelum pembedahan

Wakt
No Prosedur Ya Tdk Keterangan
u

1 Tindakan persiapan psikologis pasien Tdk

2 Lembar informed consent Ya

3 Puasa Ya

4 Pembersihan kulit (pencukuran rambut) Tdk

5 Pembersihan saluran pencernaan (lavement / Tdk


Obat pencahar)

6 Pengosongan kandung kemih Ya

7 Transfusi darah Tdk

8 Terapi cairan infus Ya

9 Penyimpanan perhiasan, asesoris, kacamata, Tdk


anggota tubuh palsu

10 Memakai baju khusus operasi Tdk

5. Pemberian obat-obatan :
a. Obat Premedikasi (diberikan sebelum hari pembedahan)

Tgl / jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute

24 januari 2022 Ceftriaxone Anti-biotik 0,5 gr Intravena

b. Obat pra-pembedahan (diberikan 1 – 2 jam sebelum pembedahan)

Tgl / jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute

24 januari 2022 Ceftriaxone Anti-biotik 0,5 gr Intravena

6. Pasien dikirim ke ruang operasi:


Tgl: 24 Januari 2022 Jam : 09.30 WIB Sadar Tidak sadar

Ket : Kesadaran pasien composmentis dengan keadaan sadar/baik.

B. INTRAOPERATIF

1. Tanda- tanda vital, Tgl : 24 Januari 2022 Jam : 09.30 WIB


Suhu : 35 oC Tekanan darah : 100/70mmHg, frekuensi Nadi : 89 x/menit
Frekuensi pernafasan : 20x/menit
2. Posisi pasien di meja operasi

 Dorsal recumbent  Trendelennburg Litotomi

 Lateral √ Lain – lain : Supine

Jenis operasi :  Mayor √ Minor

Nama operasi : Uretroplasty


Area / bagian tubuh yang dibedah : Penis
4. Tenaga medis dan perawat di ruang operasi :
Dokter anestesi : dr. Putu Sp.An asisten : Putri
Dokter bedah : dr. Nurul Azizah Sp.Ba asisten : jazuli
Perawat Instrumentator : Parijah
Perawat Sirkuler : Firdaus
Lainnya : koas dan mahasiswa pkl

SURGICAL PATIENT SAFETY CHEKLIST

SIGN IN TIME OUT SIGN OUT

Pasien telah dikonfirmasi : √ Setiap anggota tim Melakukan pengecekan :


operasi memperke-
√ Identitas pasien √ Prosedur sdh dicatat
nalkan diri dan peran
√ Prosedur masing-masing.  Kelengkapan spons
√ Sisi operasi sudah benar √ Penghitungan instrumen
√ Persetujuan untuk operasi √ Tim operasi memastikan  Pemberian lab Pl pada
telah diberikan spesimen
bahwa semua orang di
√ Sisi yang akan dioperasi ruang operasi saling  Kerusakan alat atau masalah
telah ditandai kenal. lain yang perlu ditangani.
√ Ceklist keamanan anestesi √ Tim bedah membuat peren-
telah dilengkapi canaan   post  operasi  
Sebelum melakukan
sebelum memindahkan
 Oksimeter pulse pada sayatan pertama pada
pasien dari kamar operasi 
pasien berfungsi kulit  :

Apakah pasien memiliki Tim mengkonfirmasi


alergi ? dengan suara yang keras
mereka melakukan :
 Ya
√ Operasi yang benar
√ Tidak
√ Pada pasien yang benar.
Apakah risiko kesulitan jalan
nafas / aspirasi ? √ Antibiotik profilaksis
telahdiberikan dalam 60
 Tidak menit sebelumnya.
√ Ya, telah disiapkan
peralatan

Risiko kehilangan darah >


500 ml pada orang dewasa
atau > 7 ml/kg BB pada
anak-anak
√ Tidak

 Ya, peralatan akses cairan

telah direncanakan

5. Pemberian obat anestesi Lokal √ General

Tgl / jam Nama Obat Dosis Rute

24 /01/2022 Dexametashone 5mg Intravena

24 /01/2022 Sulfa Atropin 0,25mg Intravena

24 /01/2022 Atricurium 5mg Intravena

24 /01/2022 Fentanyl 25mg Intravena

6. Tahap – tahap / kronologis pembedahan :

Waktu/tahap Kegiatan
Intra-operasi 1) Pasien datang keruang ok 5 setelah dilakukan sign in oleh perawat
sirkuler diruang persiapan
2) Kemudian perawat sirkuler membantu pasien untuk memposisikan
diatas meja operasi dengan posisi supine
3) Perawat sirkuler dan tim anastesi memasang monitor tensi, spO2
4) Pemberian obat anastesi oleh dokter dan tim anastesi
5) Melakukan cuci tangan bedah, manggunakan gown, dan sarung
tangan steril
6) Perawat intrumen menyiapkan instrument yang akan digunakan
dan dilakukan desinfeksi daerah yang akan di operasi (genetalia)
dengan menggunakan betadine
7) Melakukan drapping pemasangan alat tamahan ESU, Suction,
dibantu perawat sirkuler dan tim anastesi
8) Melakukan time out yang dilakukan oleh perawat sirkuler
9) Dokter melakukan insisi pembedahan pada penis dan melakukan
uretroplasty
10) Setelah dilakukan insisi pada penis lubang uretra dilakukan diversi
urine dengan cystostomi, lalu melakukan pencucian dengan NaCl
11) Setelah dicuci menggunakan NaCl dilakukan penjahitan pada
bagian penis lalu diberikan salep gentamycin mata
12) Melakukan sign out dan penghitungan alat oleh perawat instruemen
13) Pasien disadarkan oleh piñata anastesi
14) Operasi selesai
15) Pasien dibawa eruang RR
16) Perawat membereskan alat yang telah digunakan
17) Melapas baju,handscoon dan Apd
18) Kemudian mencuci tangan
Alat – alat :
Steril
- Linen set
- Duk besar 2
- Duk sedang 2
- Jas operasi
- Duk meja mayo 1
Instrumen
- Sponge holder forceps - Hand mess no 11
- Bengkok - Gunting jaringan
- Kom - Gunting benang
- Hematatic forceps -- Kassa
Pinset steril
anatomis
- Kocher -- Povidone iodine
Pinset sirurgis
- Needle holder -- Alcohol
Canul suction
- Duk kleam -- Nacl
Mata couter
- Hand mess no.3 - Hypafix
Bahan habis pukul - Vaseline
- Handscone steril
- Benang catgut chromic
- Benang monocyn
- Benang silk
- NGT no.16
- Set kateter no.6

7. Tindakan bantuan yang diberikan selama pembedahan


√ Pemberian oksigen
√ Pemberian suction
Resusitasi jantung
Pemasangan drain
√ Pemasangan intubasi
Transfusi darah
Lain –lain : pemasangan kateter no.6

8. Pembedahan berlangsung selama 1,5 jam


9. Komplikasi dini setelah pembedahan (saat pasien masih berada di ruang operasi)
Tidak terjadi komplikasi dini.

C. POST OPERASI
1. Pasien pindah ke : ruang pemulihan
Pindah ke PACU : jam 11.30 WIB
2. Keluhan saat di RR/PACU : pasien tampak meringis menahan sakit didaerah
genetalia.
3. Air Way : Tidak ada suara nafas tambahan,tidak ada produksi secret berlebih dan tidak
ada sumbatan jalan nafas.
4. Breathing : Pola nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
5. Sirkulasi : Tidak ada sionisis , nadi 97x/menit , suhu 36°C , SpO2 98%
6. Observasi Recovery Room
Steward Scor √ Aldrete Scor Bromage Score

ALDRETE SCORING ( DEWASA )

NO KRITERIA SCORE SCORE

1. WarnaKulit
- Kemerahan / normal 2
- Pucat
1
- Cianosis
0

2. AktifitasMotorik
- Gerak 4 anggotatubuh 2
- Gerak 2 anggotatubuh
1
- Tidakadagerakan
0

3. Pernafasan
- Nafas dalam, batuk dan tangis kuat 2
- Nafas dangkal dan adekuat
1
- Apnea atau nafas tidak adekuat
0

4. TekananDarah
- ± 20 mmHg dari pre operasi 2
- 20 – 50 mmHg dari pre operasi
1
- + 50 mmHg dari pre operasi
0

5. Kesadaran
- Sadar penuh mudah dipanggil 2
- Bangun jika dipanggil
1
- Tidak ada respon
0

KETERANGAN
 Pasien dapat dipindah kebangsal, jika score minimal 8
 Pasien dipindahke ICU, jika score < 8 setelah dirawat selama 2 jam

BROMAGE SCORE

NO KRITERIA SCORE SCORE

1 Dapat mengangkat tungkai bawah 0

Tidak dapat menekuk lutut tetapi dapat


2 1
mengangkat kaki

Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi


3 2
masih dapat mengangkat lutut

4 Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali 3

KETERANGAN
 Pasien dapat di pindah kebangsal, jika score kurang dari 2

STEWARD SCORE UNTUK PASCA ANASTHESI ANAK

NO TANDA KRITERIA SCORE SCORE

- Bangun 1 2
- Respon terhadap rangsang
1 KESADARAN 2
- Tidak ada respon
3

- Batuk / menangis 1 2
- Pertahankan jalan nafas
2 PERNAFASAN 2
- Perlu bantuan nafas
3

- Gerak bertujuan 1 3
- Gerak tanpa tujuan
3 MOTORIK 2
- Tidak bergerak
3

KETERANGAN
Score ≥ 5 boleh keluar dari RR

7. Keadaan Umum : √ Baik  Sedang  Sakit berat


8. Tanda Vital Suhu 36 C , Frekuensi nadi 88x/mnt,
o

Frekuensi napas 20x/mnt, Tekanan darah 110/80mmHg,


Saturasi O2 : 98 %
9. Kesadaran : √ CM  Apatis  Somnolen
 Soporous  Coma

10. Balance cairan


Pukul Intake Jml (cc) Output Jml (cc)

 Oral √ Urine

 Enteral  Muntah

 Parenteral  IWL

 … …

Jumlah Jumlah

Pengobatan
Pemberian cairan RL IV
Cetriaxone 1gr/24 jam IV
Paracetamol 400mg/8 jam 8
Perawatan luka oles salep gentamycin

Catatan penting lain


Pertahankan stent uretra s/d 7-10 hari.

11. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:


Normal Jika tidak normal, jelaskan

YA TIDAK


Kepala


Leher


Dada

Abdomen √

√ Pada bagian genetalia terdapat luka bekas operasi


Genitalia
yang telah diberikan salep gentamycin

Integumen √


Ekstremitas
Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

I. ANALISA DATA

Masalah
Data Subyektif & Obyektif Etiologi
Keperawatan

Pre Operasi Gangguan Outlet kandung kemih


Eliminasi Urin tidak lengkap (letak
Ds : Pasien mengatakan pada saat akan
lubang uretra berada
berkemih mengalami kelainan pada alur
dibawah batang penis)
pengeluaran urin
Do :
- Distensi kandung kemih
- Berkemih tidak tuntas
- Volume residu urin meningkat

Intra Operasi Risiko Proses pembedahan


Ds : Hipotermia
-
Do :
- Keadaan umum somnolen
- TD 100/70 mmhg
- Suhu 35°C
- N 89 x/menit
- RR 20x/menit
- Kulit teraba dingin
- Suhu ruangan 20°C

Post Opersi (di RR/PACU) Nyeri Akut Agen Pencedera Fisik


(Prosedur
Ds : pasien mengatakan nyeri diarea
Pembedahan)
genetalia pasca operasi
-
Do :
- Pasien tampak meringis
- Pasien bersifat protektif diarea
operasi
- Skala nyeri 5

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tahapan Masalah Keperawatan Etiologi

Pre operasi Gangguan Eliminasi Urin Outlet kandung kemih


tidak lengkap (letak lubang
uretra berada dibawah
batang penis)

Intra Operasi Risiko hipotermia Proses pembedahan

Post Operasi Nyeri Akut Agen Pencedera Fisik


(Prosedur Pembedahan)
III. INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DIAGNOSA
NO TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN

1. Gangguan Eliminasi Urin Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tanda dan S:


berhubungan dengan Outlet keperawatan selama 1x24 gejala retensi atau - Pasien mengatakan pada
kandung kemih tidak lengkap saat akan berkemih
jam diharapkan gangguan inkontinuitas urine
(letak lubang uretra berada mengalami kelainan pada
dibawah batang penis) eliminasi urin menurun 2. Identifikasi faktor
alur pengeluaran urin
dengan kriteria hasil : penyebab retensi urine O:
- Distensi kandung 3. Monitor eliminasi urine - Distensi kandung kemih
kemih menurun 4. Catat waktu dan haluan - Berkemih tidak tuntas
- Volume residu urin
- Berkemih tidak berkemih
meningkat
tuntas menurun 5. Batasi asupan cairan A:
- Volume residu 6. Ambil sampel urine
- Masalah belum teratasi
urin menurun tengah (midstream)/ kultur
P:

- Lanjutkan intervensi
1. Monitor eliminasi urine
2. Catat waktu dan haluan
berkemih
3. Batasi asupan cairan
N DIAGNOSA
TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWATAN

2. Risiko hipotermi berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Memonitor TTV / Suhu S:


dengan proses pembedahan keperawatan selama 1x24 2. Memasang alat monitor -
jam diharapkan hipotermi kontinu O:
tidak terjadi dengan 3. Monitor suhu dan warna kulit
- Suhu 36°C
kriteria hasil : 4. Memberi warm blanket
- Bayi teraba hangat
- Suhu dalam batas 5. Menyesuaikan suhu
- Warna kulit normal
normal lingkungan
A:

- Masalah teratasi
P:

- Hentikan intervensi
N DIAGNOSA
TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWATAN

3. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor TTV S:


dengan Agen Pencedera Fisik keperawatan selama 1x24 2. Mengidentifikasi lokasi, - Pasien mengatakan nyeri
(Prosedur Pembedahan) jam diharapkan nyeri akut karakteristik, disekitar genetalia pasca
dengan kriteria hasil : frekuensi ,durasi nyeri operasi
- Keluhan nyeri 3. Memberikan teknik O:
menurun relaksasi dan teknik non
- Pasien tampak meringis
- Meringis menurun farmakologis untuk - Pasien bersifat protektif
mengurangi nyeri diarea operasi
- Skala nyeri 5
4. Kolaborasi pemberian
analgetik jik perlu
A:

- Masalah belum teratasi


P:

1. Monitor TTV
2. Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik,
frekuensi ,durasi nyeri
3. Memberikan teknik
relaksasi dan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
4. Kolaborasi pemberian
analgetik jik perlu

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim pokja SDKI DPP PPNI . 2017 . STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN INDONESIA . Edisi 1 . Jakarta : PPNI
2. Tim pokja SLKI DPP PPNI . 2019 . STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA . Edisi 1 . Jakarta : PPNI
3. Tim pokja SIKI DPP PPNI . 2018 . STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA . Edisi 1 . Jakarta : PPNI
4. https://id.scribd.com/document/368148380/ASKEP-HIPOSPADIA-docx

Anda mungkin juga menyukai