Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN HIPOSPADIA DI RUANG ANAK LANTAI DASAR


RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun oleh :

Desi Wahyu W. 1708249

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG


PRODI PROFESI NERS
2017

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPOSPADIA

A. Pengertian
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra
externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang
normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000)
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di
bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005)
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana muara saluran kencing tidak diujung
penis, melainkan di bawah/dibatang/pangkal penis bahkan dibelakang kantong buah
zakar. Oleh karena lubang kencing tidak berada di ujung maka saat buang air kecil maka
air kencing akan membasahi celana.
Menurut Corwin (2009), Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa kelainan
letak lubang uretra pada pria dari ujung penis ke sisi ventral.

B. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui
penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap
paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya
sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap
saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan
dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.

2
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi
pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen
tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Bahan teratogenik adalah
bahan-bahan yang dapat menimbulkan terjadinya kecacatan pada janin selama dalam
kehamilan ibu. Misalnya alcohol, asap rokok, polusi udara, dll

C. Manifestasi Klinis
1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah
penis yang menyerupai meatus uretra eksternus
2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung
penis
3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang
hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar
4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis
5. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada
6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis
7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok
8. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum)
9. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal

D. Klasifikasi
Hipospadia adalah keadaan dimana lubang kencing terletak dibawah batang kemaluan /
penis. Ada beberapa type hipospadia :
1. Hipospadia type Perenial, lubang kencing berada di antara anus dan buah zakar
(skrotum)

3
2. Hipospadia type Scrotal, lubang kencing berada tepat di bagian depan buah zakar
(skrotum)
3. Hipospadia type Peno Scrotal, lubang kencing terletak di antara buah zakar (skrotum)
dan batang penis
4. Hipospadia type Peneana Proximal, lubang kencing berada di bawah pangkal penis
5. Hipospadia type Mediana, lubang kencing berada di bawah bagian tengah dari batang
penis
6. Hipospadia type Distal Peneana, lubang kencing berada di bawah bagian ujung
batang penis
7. Hipospadia type Sub Coronal, lubang kencing berada pada sulcus coronarius penis
(cekungan kepala penis)
8. Hipospadia type Granular, lubang kencing  sudah berada pada kepala penis hanya
letaknya masih berada di bawah kepala penisnya.

Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :


1. Tipe sederhana/ Tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini
bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit
dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi
2. Tipe penil/ Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai
dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral,
sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada
kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat
kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan
sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya

4
3. Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya
pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus
uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun 

E. Patofisiologi / Pathway
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari
yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis,
hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi
yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee,
pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.

5
F. Pengkajian Keperawatan
1. Demografi
Meliputi identitas klien
2. Keluhan Utama
Lubang kencing tidak pada tempatnya
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing yang
tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat ibu pada saat kehamilan, misalnya adanya gangguan atau
ketidakseimbangan hormone dan factor lingkungan. Pada saat kehamilan ibu sering
terpapar dengan zat atau polutan yang bersifat tertogenik yang menyebabkan
terjadinya mutasi gen yang dapat menyebabkan pembentukan penis yang tidak
sempurna
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat keturunan atau genetic dari orang tua atau saudara-saudara kandung
dari pasien yang pernah mengalami hipospadia
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Nyeri / Kenyamanan
Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan kenyamanan dan tidak
mengalami nyeri
b. Pola Nutrisi
Pada umumnya pasien hipospadia nutrisi cairan dan elektrolit dalam tubuhnya
tidak mengalami gangguan
c. Pola Aktivitas
Aktifitas pasien hipospadia tidak ada masalah
d. Pola Eliminasi
Pada saat BAK ibu mengatakan anak harus jongkok karena pancaran kencing
pada saat BAK tidak lurus dan biasanya kearah bawah, menyebar dan mengalir
melalui batang penis

6
e. Pola Istirahat dan Tidur
Pada umumnya pasien dengan hipospadia tidak mengalami gangguan atau tidak
ada masalah dalam istirahat dan tidurnya
f. Pola Sensori dan Kognitif
Secara fisik daya penciuman, perasa, peraba dan daya penglihatan pada pasien
hipospadia adalan normal, secara mental kemungkinan tidak ditemukan adanya
gangguan
g. Pola Persepsi Diri
Adanya rasa malu pada orang tua kalau anaknya mempunyai kelainan. Pada
pasien sendiri apabila sudah dewasa juga akan merasa malu dan kurang percaya
diri atas kondisi kelainan yang dialaminya
h. Pola Hubungan dan Peran
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan
peran serta mengalami tmbahan dalam menjalankan perannya selama sakit
i. Pola Seksual
Adanya kelainan pada alat kelamin terutama pada penis pasien akan membuat
pasien mengalami gangguan pada saat berhubungan seksual karena penis yang
tidak bisa ereksi
j. Pola Hygiene
Pada umumnya pola hygiene pasien tidak ada masalah
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan
tambahan untuk  mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan
pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada
ginjal.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan malformasi kongenital
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab injuri
4. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan diagnose, prosedur pembedahan

7
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

H. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi (NIC)
o Keperawatan Hasil (NOC)
1 Gangguan citra tubuh NOC : NIC : Body Image Enhancement
berhubungan dengan Body image 1. Kaji secara verbal dan
malformasi kongenital Self esteem nonverbal respon klien terhadap
Kriteria Hasil: tubuhnya
- Body image positif 2. Monitor frekuensi mengkritik
- Mampu dirinya
mengidentifikasi 3. Jelaskan tentang pengobatan,
kekuatan personal perawatan, kemajuan dan
- Mendiskripsikan prognosis penyakit
secara faktual 4. Dorong klien mengungkapkan
perubahan fungsi perasaannya
tubuh 5. Identifikasi arti pengurangan
- Mempertahankan melalui pemakaian alat bantu
interaksi sosial 6. Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam kelompok
kecil

2 Cemas b/d penyakit NOC : NIC : Anxiety Reduction


kritis, takut kematian Anxiety control (penurunan kecemasan)
atau kecacatan, Coping 1. Gunakan pendekatan yang
perubahan peran Impulse control menenangkan
dalam lingkungan Kriteria Hasil : 2. Nyatakan dengan jelas harapan
social atau - Klien mampu terhadap pelaku pasien
ketidakmampuan yang mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua prosedur dan
permanen mengungkapkan apa yang dirasakan selama
gejala cemas prosedur
- Mengidentifikasi, 4. Pahami prespektif pasien
mengungkapkan dan terhdap situasi stres
menunjukkan tehnik 5. Temani pasien untuk
untuk mengontol memberikan keamanan dan
cemas mengurangi takut
- Vital sign dalam 6. Berikan informasi faktual
batas normal mengenai diagnosis, tindakan
- Postur tubuh, prognosis
ekspresi wajah, 7. Dorong keluarga untuk
bahasa tubuh dan menemani anak
tingkat aktivitas 8. Lakukan back / neck rub
menunjukkan 9. Dengarkan dengan penuh
berkurangnya perhatian

8
kecemasan 10. Identifikasi tingkat kecemasan
11. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
12. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
13. Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
14. Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
15.
3 Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan Pain Level Pain Management
agen injuri Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Comfort Level komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
- Mampu mengontrol kualitas dan faktor presipitasi
nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik 3. Gunakan teknik komunikasi
nonfarmakologi terapeutik untuk mengetahui
untuk mengurangi pengalaman nyeri pasien
nyeri, mencari 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
bantuan) respon nyeri
- Melaporkan bahwa 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
nyeri berkurang lampau
dengan menggunakan 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
manajemen nyeri kesehatan lain tentang
- Mampu mengenali ketidakefektifan kontrol nyeri
nyeri (skala, masa lampau
intensitas, frekuensi 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
dan tanda nyeri) mencari dan menemukan
- Menyatakan rasa dukungan
nyaman setelah nyeri 8. Kontrol lingkungan yang dapat
berkurang mempengaruhi nyeri seperti
- Tanda vital dalam suhu ruangan, pencahayaan dan
rentang normal kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk

9
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)

4 Kurang pengetahuan NOC : NIC : Knowledge : Disease


orang tua berhubungan Knowledge : Disease Proccess
dengan diagnose, Process 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
prosedur pembedahan Knowledge : Health dan keluarga
Behavior 2. Jelaskan patofisiologi dari
Kriteria Hasil : penyakit dan bagaimana hal ini
- Pasien dan keluarga berhubungan dengan anatomi
menyatakan dan fisiologi
pemahaman tentang 3. Gambarkan tanda dan gejala
penyakit, kondisi, yang biasa muncul pada

10
prognosis dan penyakit
program pengobatan 4. Gambarkan proses penyakit
- Pasien dan keluarga 5. Identifikasi kemungkinan
mampu penyebab
melaksanakan 6. Sediakan informasi pada pasien
prosedur yang tentang kondisi
dijelaskan secara 7. Sediakan bagi keluarga
benar informasi tentang kemajuan
- Pasien dan keluarga pasien
mampu menjelaskan 8. Diskusikan pilihan terapi atau
kembali apa yang penanganan
dijelaskan 9. Dukung pasien untuk
perawat/tim mengeksplorasi atau
kesehatan lainnya mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara
yang tepat
5 Resiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan dengan Immune Status Infection Control
prosedur invasif Knowledge : Infection 1. Bersihkan lingkungan setelah
control dipakai pasien lain
Risk control 2. Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil : 3. Batasi pengunjung bila perlu
- Klien bebas dari 4. Instruksikan pada pengunjung
tanda dan gejala untuk mencuci tangan saat
infeksi berkunjung dan setelah
- Mendeskripsikan berkunjung meninggalkan
proses penularan pasien
penyakit, factor yang 5. Gunakan sabun antimikrobia
mempengaruhi untuk cuci tangan
penularan serta 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
penatalaksanaannya, sesudah tindakan kperawtan
- Menunjukkan 7. Gunakan baju, sarung tangan
kemampuan untuk sebagai alat pelindung
mencegah timbulnya 8. Pertahankan lingkungan aseptik
infeksi selama pemasangan alat
- Jumlah leukosit 9. Ganti letak IV perifer dan line
dalam batas normal central dan dressing sesuai
- Menunjukkan dengan petunjuk umum
perilaku hidup sehat 10. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila

11
perlu
NIC : Infection Protection
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
6. Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
11. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif

12
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Doenges, Marlynn, E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III. Jakarta: EGC
Elizabeth, J, Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Jayanti, N. 2010. Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/ (diakses pada
26 September 2017)
Johnson, Marion, 1997, IOWA INTERVENTION PROJECT, Nursing Outcome Classification
( NOC ), St. Louis: Mosby.
Mansjoer, A.  2003. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Mc. Closkey, Joanne C., 1996, IOWA INTERVENTION PROJECT, Nursing Intervention
Classification ( NIC ). St. Louis: Mosby.
Nanda, A. 2000. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta :P Prima
Medika.
Sjamsuhidayat, R. Jong, W.D. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

13

Anda mungkin juga menyukai