TENTANG
DISUSUN
Nim : 19-732
Prodi : D3 Keperawatan
Bp 19
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIPOSPADIA
B. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para
ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone
androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang
semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak
mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena
mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari
gen tersebut tidak terjadi. Mekanisme genetik yang tepat mungkin rumit dan
variabel. Penelitian lain adalah turunan autosomal resesif dengan manifestasi
tidak lengkap. Kelainan kromosom ditemukan secara sporadis pada pasien
dengan hipospadia.
3. Prematuritas
Peningkatan insiden hipospadia ditemukan di antara bayi yang lahir dari ibu
dengan terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga lebih sering
dikaitkan dengan hipospadia.
4. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
C. Manifestasi Klinik
a) Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah
penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
b) Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian
punggung penis.
c) Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
d) Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
e) Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
f) Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
g) Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
h) Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
i) Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
j) Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar,
mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
k) Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan
mengangkat penis keatas.
l) Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
m) Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.
D. Klasifikasi
Hipospadia adalah keadaan dimana lubang kencing terletak dibawah batang
kemaluan/ penis. Ada beberapa type hipospadia :
a. Hipospadia type Perenial, lubang kencing berada di antara anus dan buah zakar
(skrotum).
b. Hipospadia type Scrotal, lubang kencing berada tepat di bagian depan buah zakar
(skrotum).
c. Hipospadia type Peno Scrotal, lubang kencing terletak di antara buah zakar (skrotum)
dan batang penis.
d. Hipospadia type Peneana Proximal, lubang kencing berada di bawah pangkal penis.
e. Hipospadia type Mediana, lubang kencing berada di bawah bagian tengah dari batang
penis.
f. Hipospadia type Distal Peneana, lubang kencing berada di bawah bagian ujung batang
penis.
g. Hipospadia type Sub Coronal, lubang kencing berada pada sulcus coronarius penis
(cekungan kepala penis).
h. Hipospadia type Granular, lubang kencing sudah berada pada kepala penis hanya
letaknya masih berada di bawah kepala penisnya.
Hipospadia dibagi menjadi beberapa tipe menurut letak orifisium uretra eksternum
yaitu sebagai berikut :
G. Penatalaksanaan Medis
H. Komplikasi
• Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin
dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu)
• Infertility
• Resiko hernia inguinalis
• Gangguan psikologis dan psikososial
• Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.
Komplikasi paska operasi yang terjadi :
1. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat
bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang
biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
2. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi
dari anastomosis.
3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang
atau pembentukan batu saat pubertas.
4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai
parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini
angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna,
dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang
berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
6. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya
stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPOSPADIA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Suku Bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Status :
Alamat :
Diagnosa Medis :
Sumber Biaya :
Tanggal MRS :
Hubungan dengan Pasien :
2. Keluhan Utama
Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar penis,
penis melengkung kebawah, penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan
pada kulit dengan penis, jika berkemih anak harus duduk.(Muslihatum, 2010:163)
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing
yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang melengkung
kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak lahir
Riwayat Kongenital
1) Penyebab yang jelas belum diketahui.
2) Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
3) Lingkungan polutan teratogenik. (Muscari, 2005:357)
Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran: Hipospadia terjadi karena adanya hambatan
penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-14.
(Markum, 1991: 257
4. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
Pada pengkajian ini dilakukan pengkajian berdasarkan 11 komponen pola fungsi
kesehatan yang terdiri dari :
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien biasanya tidak mengetahui penyakitnya kurangnya pemahaman klien dan
keluarga terkait penyakit yang diderita klien dan pada umumnya pemeliharaan
kesehatan klien tidak ada masalah.
2) Pola Nutrisi
Pada umumnya pasien hipospadia nutrisi cairan dan elektrolit dalam tubuhnya
tidak mengalami gangguan.
3) Pola Eliminasi
Pada saat BAK mengalami gangguan karena anak harus jongkok karena pancaran
kencing pada saat BAK tidak lurus dan biasanya kearah bawah, menyebar dan
mengalir melalui batang penis.
4) Aktivitas dan Latihan
Aktivitas klien hipospadia tidak ada masalah.
5) Tidur dan istirahat
Pada umumnya klien dengan hipospadia tidak mengalami gangguan atau tidak ada
masalah dalam istirahat dan tidurnya.
6) Pola sensori, persepsi, dan kognitif
Secara fisik daya penciuman, perasa, peraba dan daya penglihatan pada klien
hipospadia adalan normal, secara mental kemungkinan tidak ditemukan adanya
gangguan.
7) Konsep diri
Adanya rasa malu pada diri klien sendiri apabila sudah dewasa juga akan merasa
malu dan kurang percaya diri atas kondisi kelainan yang dialaminya.
8) Seksual dan reproduksi
Adanya kelainan pada alat kelamin terutama pada penis klien akan membuat klien
mengalami gangguan pada saat berhubungan seksual karena penis yang tidak bisa
ereksi.
9) Pola peran hubungan
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan
peran dalam menjalankan perannya selama sakit
10) Pola manajemen koping stress
Biasanya orang tua klien akan mengalami stress pada kondisi anaknya yang
mengalami kelainan.
11) Sistem nilai dan keyakinan
Kepercayaan klien, kepatuhan klien dalam melaksanakan ibadah dan keyakinan-
keyakinan pribadi yang bisa mempengaruhi pilihan pengobatan
5. Pemeriksaan Fisik
Sistem kardiovaskuler: Tidak ditemukan kelainan
Sistem neurologi: Tidak ditemukan kelainan
Sistem pernapasan: Tidak ditemukan kelainan
Sistem integument: Tidak ditemukan kelainan
Sistem muskuloskletaL: Tidak ditemukan kelainan
Sistem Perkemihan:
• Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran
pada ginjal.
• Kaji fungsi perkemihan
• Dysuria setelah operasi
Sistem Reproduksi
• Adanya lekukan pada ujung penis
• Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
• Terbukanya uretra pada ventral
• Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan,
drinage. (Nursalam, 2008: 164)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik akibat pembedahan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive
3. Risiko injuri berhubungan dengan tindakan invasive
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomi (aliran urine sulit
diatur)
5. Ansietas berhubungan dengan situasional, tindakan operasi yang akan dilakukan
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan malformasi kongenital
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi
E. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA
A. PENGKAJIAN ANAK
1) Identitas Klien
Nama : An. R
Tanggal lahir : 23 November 2006
Umur : 7 Tahun 11 Bulan
Agama : Islam
Kultur : Jawa-Sunda
Anak ke : 1 (pertama ) dari 2 Bersaudara
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : Fistula Urethracutan Midshaft Post Chordectomy-\
Urethoplasty ai Hipospadia tipe penoskrotal +
chordae
Tanggal Dikaji : 14 November 2014
Tanggal Masuk RS : 3 November 2014
No. Medrek : 0001124564
6. Genogram
Keterangan :
: Laki laki
: Perempuan
: Klien
7. Riwayat Sosial
Keluarga sangat kooperatif dengan perawat dan menerima keberadaan
perawat dengan terbuka. Keluarga juga mampu berkomunikasi dengan baik
dengan keluarga pasien lain. Menurut ibu klien, An.R jarang main keluar rumah,
karena An.R merasa bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar kasar dan
membuatnya tidak nyaman dan lebih memilih untuk main di dalam rumah dengan
adiknya, klien juga disekolahnya ditunjuk sebagai ketua kelas karena memiliki
prestasi yang cukup baik.
Data psikologi :
Ibu klien mengatakan merasa emas dengan anaknya saat ini, apalagi sudah berhari
hari tidak masuk sekolah. Ibu klien juga mengatakan sudah mencari tahu dari
internet mengenai penyakit yang di alami oleh anaknya., dan sudah memahami
tentang apa penyebab kondisi anaknya seperti sekarang serta operasi kedua yang
akan dijalaninya.
8. Riwayat Imunisasi :
Klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
9. Kebutuhan dasar
Pola nutrisi Klien makan 3 kali sehari. Lebih menyukai lauk daging, saat
dikaji tidak ada keluhan mual dan muntah
Pola minum Klien minum air putih +_ 1800 cc per hari, kadang juga
susu.
Pola eliminasi Klien BAB sehari 1 kali. Konsistensi padat berwarna kuning
kecoklatan, kadang berbentuk bulat bulat. Saat ini klien
terpasang kateter.
Pola tidur Klien tidur pada jam 20.00 dan bangun jam 05.00 pagi. Ibu
klien mengatakan klien tidak ada masalah tidur. Tidur siang
di anjurkan oleh ibu klien untuk mengistirahatkan otaknya.
Aktivitas bermain Saat di rumah sakit, klien suka mengobrol dengan pasien
anak dan perawat yang lainnya. Saat dirumah lebih sering
bermain bersama adiknya, ibu klien mengatakan An. R suka
mimisan bila kecapean, sehingga dilarang bermain
berlebihan diluar rumah.
Personal hygiene Ibu klien mengatakan An.R mandi 1 kali sehari saat pagi
hari. Sikat gigi 2 kali sehari pagi hari dan sebelum tidur.
Corte cerebri
D. RENCANA KEPERAWATAN
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
A : Nyeri teratasi
sebahagian
P : lanjutkan intervensi
15 November 2014 1. Mengkaji nyeri secara S : klien mengatakan nyeri di
komprehensif ( lokasi , durasi, area genitalia , nyeri seperti
frekuensi, intensitas nyeri ) ada luka sayatan, perih, nyeri
Memberikan pereda hanya di area genitalia saja,
nyeeri dengan manipulasi nyeri berada pada skala 6 ,
lingkungan ( misal ruangan sakit bertambah ketika akan
tenang, batasi pengunjung ) flatus, berkurang saat di usap
Memberikan posisi usap oleh ibunya. Ibu klien
yang nyaman bagi klien mengatakan akan melakukan
Mengalihkan perhatian cuci tangan sebelum dan
nyeri dengan mengajak anak sesudah kontak dengan klien
ngobrol dan memfasilitasi hal O : Klien tampak meringis,
yang disukai anak ( nonton hampir menangis. Saat diajak
video, belajar, bernyanyi ) ngobrol dan nonton video ,
Mengingatkan untuk klien tampak tidak nyeri
tarik nafas dalam saat nyeri keluarga tampak mengerti
Kolaborasi : pemberian mengenai teknik cuci tangan
obat anti nyeri tramadol ½ amp KU :
drip, ranitidine ½ amp IV, composmentis
ibuprofen 3x ¾ sendok makan HR : 84 x/menit
PO , antibiotik ceftriaon 500 RR : 22x/menit
mg IV S : 36,0 C
Mengajarkan keluarga Skala nyeri : 4
untuk teknik cuci tangan setiap
A : Nyeri teratasi
sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien P : lanjutkan intervensi
Mengajurkan
lingkungan tetap bersih
16 November 2014 1 Mengkaji keluhan S : klien mengatakan sudah
utama klien saat ini tidak nyeri, sudah bisa BAB
Mengkaji TTV klien A : klien tampak ceria, sudah
Memfasilitasi posisi bisa berjalan ke kamar mandi
yang nyaman bagi klien KU :
Memfasilitasi kegiatan composmentis
yang diminati oleh klien HR : 86 x/menit
(seperti bermain gamees, RR : 20 x/menit
membaca dan mengobrol ) S : 35,8 C
Kolaborasi : ranitidine Skala nyeri : 2
½ amp IV, ibuprofen 3x ¾
sendok makan PO, antibiotik A : nyeri teratasi
ceftriaxon 500 mg IV P : lanjutkan intervensi
17 November 2014 1 Mengkaji keluhan S : klien mengatakan tidak ada
utama saat ini keluhan yang dirasakan saat
Mengkaji TTV Klien ini, seharusnya hari ini ganti
Memfasilitasi posisi verban, tapi dokter
yang nyaman bagi klien mengatakan besok baru ganti
Memfasilitasi kegiatan verban.
yang diminati klien : O : klien tampak ceria,
menggambar dan mewarnai antusias dalam kegiatan
Kolaborasi : pemberian mewarnai dan menggambar
ceftriaxon 500 mg KU :
composmentis
HR : 82x/menit
RR : 30x/menit
S : 35,9 C
A : nyeri teratasi
P : lanjutkan intervensi
18 November 2014 Mengkaji keluhan S : klien mengatakan tidak ada
utama saat ini keluhan yang dirasakan saat
Mengkaji TTV klien ini, seharusnya hari ini ganti
Up infus dan kateter verban, tapi dokter
mengatakan besok baru ganti
Memfasilitasi kegiatan verban
yang diminati Klien : O : klien tampak ceria,
menggambar dan mewarnai antusias dalam kegiatan
mewarnai dan menggambar
KU :
composmentis
HR : 80 x/menit
RR : 34x/menit
S : 36,2 C
Skala Nyeri :2
A : nyeri teratasi
P : lanjutkan intervensi
F. EVALUASI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/255811696/Lk-Hipospadia