Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

TENTANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT HIPOSPADIA

DISUSUN

Nama : Nadya Nurul Insani

Nim : 19-732

Prodi : D3 Keperawatan

Dosen : Ns. Nurhaida, M. Kep

POLITEKNIK AISYIYAH SUMATERA BARAT

Bp 19
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIPOSPADIA

I. KONSEP PENYAKIT HIPOSPADIA


A. Pengertian
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan
“spadon“ yang berarti keratan yang panjang.Berikut ini adalah berbagai definisi
hipospadia menurut berbagai sumber yaitu:
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra
externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang
normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374).
Menurut referensi lain, hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang
uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).
Hipospadia adalah kelainan congenital berupa muara uretra yang terletak di
sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa
terletak pada glandular hingga perineal. (Purnomo, B, Basuki,2003).
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra
penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra
tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis (A.H
Markum,1991 : 257).
Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain pada
bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum (daerah antara kemaluan dan
anus). (Davis Hull, 1994 ).
Hipospadia adalah kelainan kongetinal berupa kelainan letak lubang uretra pada
pria dari ujung penis ke sisi ventral (Corwin, 2009).
Hipospadia adalah kegagalan meatus urinarius meluas ke ujung penis, lubang uretra
terletak dibagian bawah batang penis, skrotum atau perineum (Barbara J. Gruendemann
& Billie Fernsebner, 2005).
Hipospadia adalah suatu kondisi letak lubang uretra berada di bawah glans penis
atau di bagian mana saja sepanjang permukaan ventral batang penis. Kulit prepusium
ventral sedikit, dan bagian distal tampak terselubung. (Muscari, 2005)
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di
sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Hipospadia terjadi pada 1
sampai 3 per 1.000 kelahiran dan merupakan anomali penis yang paling sering.
(Muttaqin, 2011).
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian
bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak
lahir. Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada skrotum
dapat berupa undescensus testis, monorchidism, disgenesis testis dan hidrokele. Pada
penis berupa propenil skrotum, mikrophallus dan torsi penile, sedang kelainan ginjal
dan ureter berupa fused kidney, malrotasi renal, duplex dan refluk ureter.

B. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para
ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone
androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang
semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak
mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena
mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari
gen tersebut tidak terjadi. Mekanisme genetik yang tepat mungkin rumit dan
variabel. Penelitian lain adalah turunan autosomal resesif dengan manifestasi
tidak lengkap. Kelainan kromosom ditemukan secara sporadis pada pasien
dengan hipospadia.
3. Prematuritas
Peningkatan insiden hipospadia ditemukan di antara bayi yang lahir dari ibu
dengan terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga lebih sering
dikaitkan dengan hipospadia.
4. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

C. Manifestasi Klinik
a) Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah
penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
b) Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian
punggung penis.
c) Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
d) Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
e) Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
f) Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
g) Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
h) Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
i) Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
j) Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar,
mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
k) Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan
mengangkat penis keatas.
l) Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
m) Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.
D. Klasifikasi
Hipospadia adalah keadaan dimana lubang kencing terletak dibawah batang
kemaluan/ penis. Ada beberapa type hipospadia :

a. Hipospadia type Perenial, lubang kencing berada di antara anus dan buah zakar
(skrotum).
b. Hipospadia type Scrotal, lubang kencing berada tepat di bagian depan buah zakar
(skrotum).
c. Hipospadia type Peno Scrotal, lubang kencing terletak di antara buah zakar (skrotum)
dan batang penis.
d. Hipospadia type Peneana Proximal, lubang kencing berada di bawah pangkal penis.
e. Hipospadia type Mediana, lubang kencing berada di bawah bagian tengah dari batang
penis.
f. Hipospadia type Distal Peneana, lubang kencing berada di bawah bagian ujung batang
penis.
g. Hipospadia type Sub Coronal, lubang kencing berada pada sulcus coronarius penis
(cekungan kepala penis).
h. Hipospadia type Granular, lubang kencing sudah berada pada kepala penis hanya
letaknya masih berada di bawah kepala penisnya.
Hipospadia dibagi menjadi beberapa tipe menurut letak orifisium uretra eksternum
yaitu sebagai berikut :

1. Tipe sederhana/ Tipe anterior (60-70%)


Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini
bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit
dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2. Tipe penil/ Tipe Middle (10-15%)
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai
dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga
penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan
tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di
bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan
sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
3. Tipe Posterior (20%)
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya
pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus
uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.
Semakin ke proksimal letak meatus, semakin berat kelainan yang diderita dan
semakin rendah frekuensinya. Pada kasus ini, 90% terletak di distal, dimana meatus
terletak di ujung batang penis atau pada glans penis. Sisanya yang 10% terletak lebih
proksimal yaitu
ditengah batang penis, skrotum, atau perineum. Kebanyakan komplikasinya
kecil, fistula, skin tag, divertikulum, stenosis meatal atau aliran kencing yang
menyebar. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan mudah melalui prosedur minor.
E. Patofisiologi
Hipospadia merupakan suatu cacat bawaan yang diperkirakan terjadi pada masa
embrio selama pengembangan uretra, dari kehamilan 8-20 minggu.Perkembangan
terjadinya fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus
uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus
ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian di sepanjang batang
penis hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topu yang menutup sisi
dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral
menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
Chordee atau lengkungan ventral dari penis, sering dikaitkan dengan hipospadia,
terutama bentuk-bentuk yang lebih berat. Hal ini diduga akibat dari perbedaan
pertumbuhan antara punggung jaringan normal tubuh kopral dan uretra ventral
dilemahkan dan jaringan terkait. Pada kondisi yang lebih jarang, kegagalan jaringan
spongiosum dan pembentukan fasia pada bagian distal meatus uretra dapat membentuk
balutan berserat yang menarik meatus uretra sehingga memberikan kontribusi untuk
terbentuknya suatu korda (Mutaqqin,2011).

F. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan
tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan
berikut untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada ginjal sebagai komplikasi
maupun kelainan bawaan yang menyertai hipospadia:
• Rontgen
• USG sistem kemih kelamin
• BNO – IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan
kongenital ginjal
• Kultur urine (Anak-hipospadia)

G. Penatalaksanaan Medis

Untuk penatalaksanaan hipospadia pada bayi dan anak biasanya dilakukan


dengan prosedur pembedahan. Tujuaan utama pembedahan ini adalah untuk
merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra di tempat yang normal atau
dekat normal sehingga pancaran kencing arahnya kedepan. Keberhasilan pembedahan
atau operasi dipengaruhi oleh tipe hipospadia dan besar penis. Semakin kecil penis dan
semakin ke proksimal tipe hipospadia semakin sukar tehnik dan keberhasilan operasinya.
Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik
Horton dan Devine.
1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:
a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan
yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis
diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan
luka operasi menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit penis
b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah
lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke
glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka
ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah
dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama
dengan harapan bekas luka operasi pertama telah matang.
2. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar
dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal
(yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit
bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke
bawah. Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia,
maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan
operasi hipospadi.

H. Komplikasi
• Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin
dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu)
• Infertility
• Resiko hernia inguinalis
• Gangguan psikologis dan psikososial
• Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.
Komplikasi paska operasi yang terjadi :
1. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat
bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang
biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
2. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi
dari anastomosis.
3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang
atau pembentukan batu saat pubertas.
4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai
parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini
angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna,
dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang
berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
6. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya
stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPOSPADIA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Suku Bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Status :
Alamat :
Diagnosa Medis :
Sumber Biaya :
Tanggal MRS :
Hubungan dengan Pasien :

2. Keluhan Utama
Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar penis,
penis melengkung kebawah, penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan
pada kulit dengan penis, jika berkemih anak harus duduk.(Muslihatum, 2010:163)

3. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing
yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang melengkung
kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak lahir
Riwayat Kongenital
1) Penyebab yang jelas belum diketahui.
2) Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
3) Lingkungan polutan teratogenik. (Muscari, 2005:357)
Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran: Hipospadia terjadi karena adanya hambatan
penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-14.
(Markum, 1991: 257
4. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
Pada pengkajian ini dilakukan pengkajian berdasarkan 11 komponen pola fungsi
kesehatan yang terdiri dari :
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien biasanya tidak mengetahui penyakitnya kurangnya pemahaman klien dan
keluarga terkait penyakit yang diderita klien dan pada umumnya pemeliharaan
kesehatan klien tidak ada masalah.
2) Pola Nutrisi
Pada umumnya pasien hipospadia nutrisi cairan dan elektrolit dalam tubuhnya
tidak mengalami gangguan.
3) Pola Eliminasi
Pada saat BAK mengalami gangguan karena anak harus jongkok karena pancaran
kencing pada saat BAK tidak lurus dan biasanya kearah bawah, menyebar dan
mengalir melalui batang penis.
4) Aktivitas dan Latihan
Aktivitas klien hipospadia tidak ada masalah.
5) Tidur dan istirahat
Pada umumnya klien dengan hipospadia tidak mengalami gangguan atau tidak ada
masalah dalam istirahat dan tidurnya.
6) Pola sensori, persepsi, dan kognitif
Secara fisik daya penciuman, perasa, peraba dan daya penglihatan pada klien
hipospadia adalan normal, secara mental kemungkinan tidak ditemukan adanya
gangguan.
7) Konsep diri
Adanya rasa malu pada diri klien sendiri apabila sudah dewasa juga akan merasa
malu dan kurang percaya diri atas kondisi kelainan yang dialaminya.
8) Seksual dan reproduksi
Adanya kelainan pada alat kelamin terutama pada penis klien akan membuat klien
mengalami gangguan pada saat berhubungan seksual karena penis yang tidak bisa
ereksi.
9) Pola peran hubungan
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan
peran dalam menjalankan perannya selama sakit
10) Pola manajemen koping stress
Biasanya orang tua klien akan mengalami stress pada kondisi anaknya yang
mengalami kelainan.
11) Sistem nilai dan keyakinan
Kepercayaan klien, kepatuhan klien dalam melaksanakan ibadah dan keyakinan-
keyakinan pribadi yang bisa mempengaruhi pilihan pengobatan

5. Pemeriksaan Fisik
 Sistem kardiovaskuler: Tidak ditemukan kelainan
 Sistem neurologi: Tidak ditemukan kelainan
 Sistem pernapasan: Tidak ditemukan kelainan
 Sistem integument: Tidak ditemukan kelainan
 Sistem muskuloskletaL: Tidak ditemukan kelainan
 Sistem Perkemihan:
• Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran
pada ginjal.
• Kaji fungsi perkemihan
• Dysuria setelah operasi
 Sistem Reproduksi
• Adanya lekukan pada ujung penis
• Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
• Terbukanya uretra pada ventral
• Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan,
drinage. (Nursalam, 2008: 164)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik akibat pembedahan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive
3. Risiko injuri berhubungan dengan tindakan invasive
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomi (aliran urine sulit
diatur)
5. Ansietas berhubungan dengan situasional, tindakan operasi yang akan dilakukan
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan malformasi kongenital
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
Keperawatan (NIC)
(NOC)
1. Nyeri akut NOC : Pain Management
berhubungan
1. Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan cidera
secara komprehensif
fisik akibat 2. Pain Control
termasuk lokasi,
pembedahan 3. Comfort karakteristik, durasi,
Level Kriteria frekuensi, kualitas dan faktor
hasil : presipitasi
1. Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi nonverbal
nyeri (tahu penyebab dari ketidaknyamanan
nyeri, 3. Bantu pasien dan keluarga
mampu untuk mencari dan
menggunakan tehnik menemukan dukungan
nonfarmakologi untuk 4. Kontrol lingkungan yang
mengurangi nyeri) dapat mempengaruhi nyeri
2. Melaporkan bahwa seperti suhu ruangan,
nyeri berkurang pencahayaan dan kebisingan
dengan menggunkan 5. Kurangi faktor presipitasi
manajemen nyeri nyeri
3. Mampu mengenali nyeri 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
4. Menyatakan untuk menentukan intervensi
rasa nyaman setelah 7. Ajarkan tentang teknik non
nyeri berkurang farmakologi: napas dala,
5. Tanda vital dalam relaksasi, distraksi, kompres
kondisi normal hangat/ dingin
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ……...
9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali

2. Resiko infeksi NOC : NIC :


berhubungan
1. Immune Status 1. Pertahankan teknik aseptif
dengan tindakan
invasive 2. Knowledge : Infection 2. Batasi pengunjung bila perlu
control
3. Cuci tangan setiap sebelum
3. Risk control
dan sesudah tindakan
Kriteria hasil :
keperawatan
1. Klien bebas dari tanda
4. Gunakan baju, sarung tangan
dan gejala infeksi
sebagai alat pelindung
2. Menunjukkan
5. Ganti letak IV perifer dan
kemampuan untuk
dressing sesuai dengan
mencegah timbulnya
petunjuk umum
infeksi
6. Gunakan kateter intermiten
3. Jumlah leukosit dalam
untuk menurunkan infeksi
batas normal
kandung kencing
4. Menunjukkan perilaku
7. Tingkatkan intake nutrisi
hidup sehat
5. Status imun, 8. Berikan terapi antibiotik
gastrointestinal, 9. Monitor tanda dan gejala
genitourinaria dalam infeksi sistemik dan lokal
batas normal 10. Pertahankan teknik isolasi
k/p
11. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam

3. Risiko injuri NOC NIC


berhubungan
1. Risk Kontrol Environment
dengan tindakan
Kriteria Hasil : Management (Manajemen
invasive
1. Klien terbebas dari lingkungan)
cedera 1. Sediakan Iingkungan yang
2. Klien mampu aman untuk pasien
menjelaskan cara/metode 2. Identifikasi kebutuhan
untuk mencegah keamanan pasien, sesuai
injury/cedera dengan kondisi fisik dan
3. Klien mampu fungsi kognitif pasien dan
menjelaskan faktor riwayat penyakit terdahulu
resiko dari pasien
lingkungan/perilaku 3. Menghindarkan lingkungan
personal yang berbahaya (misalnya
4. Mampu memodifikasi memindahkan perabotan)
gaya hidup untuk 4. Memasang side rail tempat
mencegah injury tidur
5. Menggunakan fasilitas 5. Menyediakan tempat tidur
kesehatan yang ada yang nyaman dan bersih
6. Mampu mengenali 6. Menempatkan saklar lampu
perubahan status ditempat yang mudah
kesehatan dijangkau pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
9. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
10. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
11. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.

4. Gangguan NOC NIC


eliminasi urine
1. Urinary elimination Urinary Retention Care
berhubungan
dengan obstruksi 2. Urinary Contiunence 1. Lakukan penilaian kemih
anatomi (aliran Kriteria Hasil : yang komprehensif berfokus
urine sulit diatur) 1. Kandung kemih kosong pada inkontinensia
secara penuh (misalnya, output urin, pola
2. Tidak ada residu urine > berkemih kemih, fungsi
100-200 cc kognitif, dan masalah
3. Intake cairan dalam kencing praeksisten)
rentang normal 2. Memantau penggunaan obat
4. Bebas dari ISK dengan sifat antikolinergik
atau properti alpha agonis
5. Tidak ada spasme
3. Memonitor efek dari obat-
bladder
obatan yang diresepkan,
6. Balance cairan seimbang
seperti calcium channel
blockers dan antikolinergik
4. Menyediakan penghapusan
privasi
5. Gunakan kekuatan sugesti
dengan menjalankan air atau
disiram toilet
6. Merangsang refleks kandung
kemih dengan menerapkan
dingin untuk perut, membelai
tinggi batin, atau air
7. Sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongan kandung
kemih (10 menit)
8. Gunakan spirit wintergreen
di pispot atau urinal
9. Menyediakan manuver
Crede, yang diperlukan
10. Gunakan double-void teknik
11. Masukkan kateter kemih,
sesuai
12. Anjurkan pasien / keluarga
untuk merekam output urin,
sesuai
13. Instruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau
impaksi tinja
14. Memantau asupan dan
keluaran
15. Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
16. Membantu dengan toilet
secara berkala
17. Memasukkan pipa ke dalam
lubang tubuh untuk sisa
18. Menerapkan kateterisasi
intermiten
19. Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih

5. Ansietas NOC : NIC :


berhubungan
1. Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan
dengan
kecemasan)
situasional, 2. Anxiety level
1. Gunakan pendekatan yang
tindakan operasi 3. Coping menenangkan
yang akan Kriteria Hasil: 2. Nyatakan dengan jelas
dilakukan 1. Klien mampu
harapan terhadap pelaku
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala pasien
cemas
3. Jelaskan semua prosedur dan
2. Mengidentifikasi,
apa yang dirasakan selama
mengungkapkan dan
prosedur
menunjukkan tehnik
4. Temani pasien untuk
untuk mengontol cemas
memberikan keamanan dan
3. Vital sign dalam batas
mengurangi takut
normal
5. Berikan informasi faktual
4. Postur tubuh, ekspresi
mengenai diagnosis, tindakan
wajah, bahasa tubuh dan
prognosis
tingkat aktivitas
6. Libatkan keluarga untuk
menunjukkan
mendampingi klien
berkurangnya kecemasan
7. Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan tehnik
relaksasi
8. Dengarkan dengan penuh
perhatian
9. Identifikasi tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12. Kelola pemberian obat anti
cemas:........

6. Gangguan citra NOC : NIC :


tubuh
1. Body image Body image enhancement
berhubungan
dengan 2. Self esteem 1. Kaji secara verbal dan
malformasi Kriteria Hasil : nonverbal respon klien
1. Body image positif terhadap tubuhnya
kongenital 2. Mampu mengidentifikasi 2. Monitor frekuensi mengkritik
kekuatan personal dirinya
3. Mendiskripsikan secara 3. Jelaskan tentang pengobatan,
faktual perubahan fungsi perawatan, kemajuan dan
tubuh prognosis penyakit
4. Mempertahankan 4. Dorong klien
interaksi sosial
mengungkapkan perasaannya
5. Identifikasi arti pengurangan
melalui pemakaian alat bantu
6. Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil

7. Kurangnya NOC : NIC :


pengetahuan
1. Knowledge : disease 1. Kaji tingkat pengetahuan
berhubungan
process pasien dan keluarga
dengan
2. Kowledge : health 2. Jelaskan patofisiologi dari
keterbatasan
Behavior penyakit dan bagaimana hal
kognitif
Kriteria Hasil : ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan
1. Pasien dan keluarga
cara yang tepat.
menyatakan pemahaman
3. Gambarkan tanda dan gejala
tentang penyakit,
yang biasa muncul pada
kondisi, prognosis dan
penyakit, dengan cara yang
program pengobatan
tepat
2. Pasien dan keluarga
4. Gambarkan proses penyakit,
mampu melaksanakan
dengan cara yang tepat
prosedur yang dijelaskan
5. Identifikasi kemungkinan
secara benar
penyebab, dengan cara yang
3. Pasien dan keluarga
tepat
mampu menjelaskan
6. Sediakan informasi pada
kembali apa yang
pasien tentang kondisi,
dijelaskan perawat/tim
dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya
7. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
8. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat

D. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi
E. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA

Adelucky. 2016. Hipospadia.

Tersedia pada : https://id.scribd.com/doc/307001906/HIPOSPADIA-pdf


(diakses pada tanggal 7 November 2017)
Chonk, Irma. 2015. Laporan Pendahuluan Hipospadia.

Tersedia pada : https://id.scribd.com/document/258450488/LAPORAN-PENDAHULUAN-


HIPOSPADIA-docx (diakses pada tanggal 7 November 2017)
Jingga, Yabniel Lit. 2014. LP Hipospadia.

Tersedia pada : ocw.usu.ac.id/course/download/...anak


dan...anak/dia_122_slide_hipospadia.pdf (diakses pada tanggal 7 November 2017)
Lely, Laily. 2014. Laporan Pendahuluan Hipospadia.

Tersedia pada : https://id.scribd.com/doc/239301425/Laporan-Pendahuluan-


hipospadia (diakses pada tanggal 7 November 2017).
Madridista, Rudi. 2012. Asuhan Keperawatan dengan Hipospadia.

Tersedia pada : https://id.scribd.com/doc/111999934/Asuhan-Keperawatan-Dengan-


Hipospadia (diakses pada tanggal 7 November 2017)
Pyeoruz, Dery. 2015. Laporan Pendahuluan Hipospadia.

Tersedia pada : https://id.scribd.com/document/287569785/LAPORAN-


PENDAHULUAN-HIPOSPADIA (diakses pada tanggal 7 November 2017)
Sugiart, Husna. 2012. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Hipospadia. Tersedia pada : https://id.scribd.com/doc/98191150/LAPORAN-
PENDAHULUAN (diakses pada tanggal 7 November 2017)

Sugihartini, Erma. 2014. Laporan Pendahuluan Hipospadia.

Tersedia pada : https://id.scribd.com/doc/239734770/LAPORAN-PENDAHULUAN-


HIPOSPADIA (diakses pada tanggal 7 November 2017)
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R DENGAN HIPOSPADIA

DI RUANG KEMUNING BEDAH ANAK LT.2

RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

A. PENGKAJIAN ANAK
1) Identitas Klien
Nama : An. R
Tanggal lahir : 23 November 2006
Umur : 7 Tahun 11 Bulan
Agama : Islam
Kultur : Jawa-Sunda
Anak ke : 1 (pertama ) dari 2 Bersaudara
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : Fistula Urethracutan Midshaft Post Chordectomy-\
Urethoplasty ai Hipospadia tipe penoskrotal +
chordae
Tanggal Dikaji : 14 November 2014
Tanggal Masuk RS : 3 November 2014
No. Medrek : 0001124564

2) Identitas Orang Tua


Nama : Tn. L
Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh pabrik
Suku bangsa : Sunda / Indonesia
Alamat : Pasir Biru Cibiru Bandung
1. Keluhan utama / alasan masuk RS
Klien mengatakan saat BAK rembes hingga ke bokong sehingga saat BAK
klien harus jongkok. Saat ini klien telah menjalankan operasi kedua pada tanggal
10 november 2014
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat ini An.R mengatakan nyeri dibagian operasi.Nyeri bertambah ketika
mau flatus,dan berkurang saat tarik nafas dalam,Nyeri dirasa seperti ada luka di
area genitalia, nyeri hanya dirasakan di area genitalia, skala nyeri 6 dengan
intensitas waktu yang hilang timbul.
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a) Prenatal :
Saat hamil G1 P0, ibu klien rutin kontrol ke dokter kandungan karena saat
menjalani kehamilan pertama ini ibu mengalami gatal gatal dari usia
kehamilan 4-9 bulan. Ibu juga menjalani ritual buang ayam, karena
budaya sekitar mengatakan ritual ini dilakukan untuk mengusir makhluk
lain yang mengganggu kehamilannya.
b) Intranatal :
Klien dilahirkan pada usia kehamilan cukup 9 bulan, persalinan ditolong
oleh bidan didekat rumahnya di jawa. Persalinan secara spontan
pervaginam, bayi langsung menangis dengan berat badan lahir 3200 gr,
panjang badan +- 50 cm, tidak ada komplikasi selama persalinan, saat
dilahirkan bidan mengatakan bahwa An.R mengalami Hipospadia karena
bentuk penis seperti sudah disunat.
c) Postnatal :
Klien diberikan ASI selama +_ 4 bulan tanpa makanan pendamping ASI,
dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan makanan pendamping. Klien
sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
4. Riwayat Masa Lalu
Ibu klien mengaku klien belum pernah mengalami sakit berat TBC, BD,
tifoid, epilepsi maupun penyakit keturunan seperti kanker, DM, asma, thalasemia,
penyakit jantung bawaan dan kelainan darah lainnya. Biasanya penyakit yang
sering di alami oleh klien yaitu flu, batuk , pilek dan demam ringan saja.
Klien telah menjalani operasi rekonstruksi pertamanya pada tahun 2012.
Setelah itu klien menjalani terapi penyuntikan hormon untuk memperpanjang
penis sebanyak 4x dan saat ini ukuran penis bertambah 1 cm.
5. Riwayat Keluarga
Ibu klien mengatakan dikeluarganya banyak yang mandul, namun tidak
tau alasan mandul apakah dari hipospadia ataupun gejala yang serupa. Keluarga
tidak ada yang mengalami penyakit seperti hipertensi, DM, dan penyakit berat
lainnya.

6. Genogram
Keterangan :
: Laki laki

: Perempuan

: Klien
7. Riwayat Sosial
Keluarga sangat kooperatif dengan perawat dan menerima keberadaan
perawat dengan terbuka. Keluarga juga mampu berkomunikasi dengan baik
dengan keluarga pasien lain. Menurut ibu klien, An.R jarang main keluar rumah,
karena An.R merasa bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar kasar dan
membuatnya tidak nyaman dan lebih memilih untuk main di dalam rumah dengan
adiknya, klien juga disekolahnya ditunjuk sebagai ketua kelas karena memiliki
prestasi yang cukup baik.
Data psikologi :
Ibu klien mengatakan merasa emas dengan anaknya saat ini, apalagi sudah berhari
hari tidak masuk sekolah. Ibu klien juga mengatakan sudah mencari tahu dari
internet mengenai penyakit yang di alami oleh anaknya., dan sudah memahami
tentang apa penyebab kondisi anaknya seperti sekarang serta operasi kedua yang
akan dijalaninya.

8. Riwayat Imunisasi :
Klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap.

9. Kebutuhan dasar

Pola nutrisi Klien makan 3 kali sehari. Lebih menyukai lauk daging, saat
dikaji tidak ada keluhan mual dan muntah
Pola minum Klien minum air putih +_ 1800 cc per hari, kadang juga
susu.
Pola eliminasi Klien BAB sehari 1 kali. Konsistensi padat berwarna kuning
kecoklatan, kadang berbentuk bulat bulat. Saat ini klien
terpasang kateter.
Pola tidur Klien tidur pada jam 20.00 dan bangun jam 05.00 pagi. Ibu
klien mengatakan klien tidak ada masalah tidur. Tidur siang
di anjurkan oleh ibu klien untuk mengistirahatkan otaknya.
Aktivitas bermain Saat di rumah sakit, klien suka mengobrol dengan pasien
anak dan perawat yang lainnya. Saat dirumah lebih sering
bermain bersama adiknya, ibu klien mengatakan An. R suka
mimisan bila kecapean, sehingga dilarang bermain
berlebihan diluar rumah.
Personal hygiene Ibu klien mengatakan An.R mandi 1 kali sehari saat pagi
hari. Sikat gigi 2 kali sehari pagi hari dan sebelum tidur.

10. Pemeriksaan fisik


 Keadaan umum : compos mentis, kulit bersih dan lembab, turgor kembali
kurang dari 3 detik.
 Tanda tanda vital :
Nadi : 60 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,2 C
Skala nyeri :6
 Antropometri
BB : 20 kg
TB : 122 cm
 Kepala
Bentuk kepala dan wajah simetris, rambut tebal, kebersihan cukup, tidak
ada lesi dan konjungtiva tidak anemis
 Telinga
Bentuk telinga normal, simetris, kebersihan cukup, pendengaran baik.
 Mata
Bentuk mata simetris, sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-),
pergerakan bola mata sesuai, pupil bulat isokor, edema orbita (-)
 Hidung
Bentuk hidung normal, simetris pernafasan normal, tidak ada pernapasan
cuping hidung , sekret (-), kebersihan cukup, patensi hidung baik.
 Mulut
Mukosa bibir lembab, bibir, gusi, langit langit utuh dan tidak ada bagian
yang terbelah
 Leher
Bentuk simetris, tidak ada benjolan dan pembesaran kelenjer tiroid,
peningkatan JVP tidak ditemukan.
 Dada
Bentuk dan gerakan dada simetris , tidak ada nyeri, tidak terdapat retaksi
interkostalis. Suara paru vesikuler, ronkhi (-), whezing (-). Suara jantung
S1 dan S2 murni irama regular lup dup, tidak ada suara tambahan, tidak
ada sianosis.
 Abdomen
Bentuk abdomen datar, kontur lembut, tidak ada distensi. Hepar tidak
teraba, limpa / lien tidak teraba , BU (+) 10 x/ menit
 Genitalia
Daerah genitalia ukup bersih, testis teraba dua berada dalam skrotum dan
pada [puncak ujung penis terdapat lubang kencing setelah dilakukan
operasi pertama, BAK (+) nyeri (+) , perdarahan (-)
 Punggung dan bokong
Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang
belakang, lubang anus (+)
 Ekstremitas
Ekstermitas simetris, pergerakan normal dan kuat 5/5 baik atas maupun
bawah, akral teraba hangat , CTR < 2 detik. Tidak ada edema pada
ekstermitas bawah dan atas, kebersihan cukup, jumlah jari jari tangan dan
kaki normal, tidak ada nyeri , refle patella +/+, tidak terpasang infus.
11. Pemeriksaan perkembangan :
 Pertumbuhan :
BBL = 3200 gr, BB saat dikaji adalah 20 kg
PBL = 50 cm, TB saat dikaji adalah 122 cm
 Perkembangan :
Klien saat ini sudah memasuki sekolah dasar kelas 1 SD. Klien saat ini
sedang memasuki usia belajar. Klien adalah salah satu siswa yang
berprestasi karena mendapatkan ranking 1, senang dalam membaca dan
belajar. Dari segi perkembangan motorik kasar maupun motorik halus
klien sudah banyak hal yang dapat dilakukan seperti lari di dalam lorong
RS, meloncat, dapat berpakaian lengkap. Dilihat dari segi mental, klien
sudah dapat menghitung mundur, mengetahui nama hari dan bulan,lebih
suka membaca, sering menanyakan jam dan suka menggambar mobil.
Dari segi bahasa klien sudah mampu berkomunikasi dengan siapapun dan
sudah memiliki banyak kosakata. Hubungan klien dengan keluarga
maupun lingkungan sekitarnya terlihat baik. Klien cukup mandiri dan
dapat membangun pertemanan baru dilingkungan rumah sakit ( diruangan
khususnya). Klien sudah menunjukkan minat yang disukainya. Ibu klien
mengatakan An.R suka membantu mengerjakan tugas rumah seperti
menyapu, An.R juga selalu menyiapkan kebutuhan sekolahnya sendiri,
dan suka pelajaran olahraga. Ibu klien mengatakan An.R lebih suka
bermain dirumah dengan adiknya, namun saat di RS, klien merupakan
anak yang suka meminjamkan mainnya, sopan dan mandiri. Berdasarkan
hasil uraian diatas, An.R usia 8 tahun mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sesuai dengan usianya.
12. Terapi
 Ceftriaxon 2 x 500 mg
 Ranitidine 2x ½ amp
 Tramadol 2x ½ amp drip
 Ibuprofen 3x ¾ sendok makan
B. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS : Hipospadia Nyeri
 Klien
mengatakan nyeri dan
perih saat BAK Post operasi uretroplastik
menggunakan kateter
 Klien
mengatakan nyeri Terputus kontinuitas jaringan di
dirasakan menusuk area genitalia
seperti ada luka
 Klien
mengatakan nyerinya Stenosis ( obstruksi aliran
timbul pada saat darah ) uretra
sedang BAK

DO : Pengeluaran zat neurosistem


oleh hipotalamus
 Klien tampak
meringis kesakitan
saat BAK
 Skala nyeri 6
Merangsang spinothalamus

Corte cerebri

Nyeri saat berkemih


C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Post operasi
Gangguan rasa nyaman : nyeri saat berkemih berhubungan dengan stenosis uretra post
operasi uretroplasti ditandai dengan klien mengatakan nyeri dan perih saat berkemih.

D. RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Gangguan rasa Tupan : Manajemen nyeri  Mengeta
nyaman : nyeri Nyeri hilang atau Intervensi : hui keadaan
berhubungan berkurang  Kaji nyeri serta untuk
dengan stenosis Tupen : komprehensif mengevaluasi
uretra post Setelah dilakukan tentang karakteristik keefktifan
operasi tindakan nyeri : lokasi, intervensi
uretroplastic keperawatan selama kualitas, frekuensi  Mengkaj
2x , klien  Berikan i mekanisme
mengatakan nyeri kesempatan klien koping dalam
hilang, berkurang untuk menghadapi
atau terkontrol . mengungkapkan nyeri
Kriteria hasil : nyeri  Mengeta
 Meng  Observasi hui
gunakan isyarat isyarat ketidaknyamana
skala nyeri nonverbal dari n pasien
untuk ketidaknyamanan  Meningk
mengidentifi  Berikan atkan
kasi tingkat informasi tentang pengetahuan
nyeri : skala nyeri tentang nyeri
nyeri turun  Ajarkan bagi klien
 Mem teknik distraksi dan  Meningk
eriksa TTV teknik relaksasi atkan kontrol
dengan hasil ( tarik napas dalam, diri dan
dalam batas tahan kemudian menurunkan
normal tiupkan lewat mulut ketidaknyaman
 Klien secara perlahan ) afterpain dengan
mengatakan  Atur posisi mengalihkan
bahwa nyeri klien senyaman perhatian atau
berkurang/hil mungkin sesuai merelaksasi otot
ang/dapat kebutuhan klien otot
dikontrol  Berikan  Mengura
dengan lingkungan yang ngi stimulus
menggunaka nyaman dan tenang dengan
n  Ajak klien menurunkan
managemen untuk melakukan ketegangan
nyeri aktivitas bermain dapat
 Klien atau berbinang menurunkan
mengatakan  Kolaborasi persepsi nyeri
kebutuhan pemberian analgetik  Bermain
tidur dan dengan dokter bila yang dilakukan
istirahat tindakan tidak klien dapat
cukup berhasil sebagai teknik
 Klien distraksi untuk
dapat BAK mengalihkan
tanpa rasa nyeri yang
sakit dirasakan klien
 Klien  Pemberi
tampak an analgetik
tenang. dapat
mengurangi atau
menghilangkan
stimulus nyeri.
Mengantisipasi
bila tindakan
non farmako
tidak berhasil.

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TANGGAL DX IMPLEMENTASI EVALUASI


14 November 2014 1.  Melakukan pengkajian S : klien mengatakan bila nyeri
 Mengkaji TTv klien akan tarik napas dalam
 Memberikan O : klien tampak
th/ranitidine ½ amp IV, mempraktekan tarik napas
ibuprofen 3x ¾ sendok makan dalam, saat dikaji ulang
PO, antibiotik ceftriaon 500 mengenai nyeri post operasi
mg IV klien mengatakan sudah
 Mengajarkan teknik dilakukan tarik napas dalam
distraksi nyeri dengan tarik  KU :
napas dalam
composmentis
 TD : 110/80
mmHg
 HR : 84 x /
menit
 RR : 20 x/
menit
 S : 35,6 C
 Skala nyeri :
pasca operasi : 6

A : Nyeri teratasi
sebahagian

P : lanjutkan intervensi
15 November 2014 1.  Mengkaji nyeri secara S : klien mengatakan nyeri di
komprehensif ( lokasi , durasi, area genitalia , nyeri seperti
frekuensi, intensitas nyeri ) ada luka sayatan, perih, nyeri
 Memberikan pereda hanya di area genitalia saja,
nyeeri dengan manipulasi nyeri berada pada skala 6 ,
lingkungan ( misal ruangan sakit bertambah ketika akan
tenang, batasi pengunjung ) flatus, berkurang saat di usap
 Memberikan posisi usap oleh ibunya. Ibu klien
yang nyaman bagi klien mengatakan akan melakukan
 Mengalihkan perhatian cuci tangan sebelum dan
nyeri dengan mengajak anak sesudah kontak dengan klien
ngobrol dan memfasilitasi hal O : Klien tampak meringis,
yang disukai anak ( nonton hampir menangis. Saat diajak
video, belajar, bernyanyi ) ngobrol dan nonton video ,
 Mengingatkan untuk klien tampak tidak nyeri
tarik nafas dalam saat nyeri keluarga tampak mengerti
 Kolaborasi : pemberian mengenai teknik cuci tangan
obat anti nyeri tramadol ½ amp  KU :
drip, ranitidine ½ amp IV, composmentis
ibuprofen 3x ¾ sendok makan  HR : 84 x/menit
PO , antibiotik ceftriaon 500  RR : 22x/menit
mg IV  S : 36,0 C
 Mengajarkan keluarga  Skala nyeri : 4
untuk teknik cuci tangan setiap
A : Nyeri teratasi
sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien P : lanjutkan intervensi
 Mengajurkan
lingkungan tetap bersih
16 November 2014 1  Mengkaji keluhan S : klien mengatakan sudah
utama klien saat ini tidak nyeri, sudah bisa BAB
 Mengkaji TTV klien A : klien tampak ceria, sudah
 Memfasilitasi posisi bisa berjalan ke kamar mandi
yang nyaman bagi klien  KU :
 Memfasilitasi kegiatan composmentis
yang diminati oleh klien  HR : 86 x/menit
(seperti bermain gamees,  RR : 20 x/menit
membaca dan mengobrol )  S : 35,8 C
 Kolaborasi : ranitidine  Skala nyeri : 2
½ amp IV, ibuprofen 3x ¾
sendok makan PO, antibiotik A : nyeri teratasi
ceftriaxon 500 mg IV P : lanjutkan intervensi
17 November 2014 1  Mengkaji keluhan S : klien mengatakan tidak ada
utama saat ini keluhan yang dirasakan saat
 Mengkaji TTV Klien ini, seharusnya hari ini ganti
 Memfasilitasi posisi verban, tapi dokter
yang nyaman bagi klien mengatakan besok baru ganti
 Memfasilitasi kegiatan verban.
yang diminati klien : O : klien tampak ceria,
menggambar dan mewarnai antusias dalam kegiatan
 Kolaborasi : pemberian mewarnai dan menggambar
ceftriaxon 500 mg  KU :
composmentis
 HR : 82x/menit
 RR : 30x/menit
 S : 35,9 C

A : nyeri teratasi

P : lanjutkan intervensi
18 November 2014  Mengkaji keluhan S : klien mengatakan tidak ada
utama saat ini keluhan yang dirasakan saat
 Mengkaji TTV klien ini, seharusnya hari ini ganti
 Up infus dan kateter verban, tapi dokter
mengatakan besok baru ganti
 Memfasilitasi kegiatan verban
yang diminati Klien : O : klien tampak ceria,
menggambar dan mewarnai antusias dalam kegiatan
mewarnai dan menggambar
 KU :
composmentis
 HR : 80 x/menit
 RR : 34x/menit
 S : 36,2 C
 Skala Nyeri :2

A : nyeri teratasi

P : lanjutkan intervensi

F. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Catatan Perkembangan Paraf


Jumat 14 november 2014 Klien tampak lebih tenang dalam menghadapi hari sebelum
operasi, direncanakan hari senin, 10 November 2014
operasi di jam pertama dan dipuasakan dari jam 1 malam
nanti. Ibu klien sudah tampak lebih tenang dan kecemasan
berkurang. Klien tampak masih bermain dengan teman di
ruangannya.
Sabtu,15 November 2014 Klien tampak lemas dan lemah saat setelah opearsi,
muntah (+), tampak lebih pendiam setelah operasi dan
merasa nyeri juga pusing
Minggu,16 November 2014 Klien tampak lebih baik dari hari sebelumnya, ingin BAB
tapi tidak bisa karena saat flatus nyeri, klien tampak masih
nyeri dan diatasi dengan cara di ajak ngobrol juga
memfasilitasi kegiatan yang klien sukai seperti ngobrol dan
nonton video
Senin,17 November 2014 Klien sudah tidak merasa nyeri dan kondisinya sudah
semakin membaik, BAB sudah ke kamar mandi, klien
tampak ceria saat diajak ngobrol, main games dan nonton
video
Selasa,18 November 2014 Klien tidak merasa nyeri, klien tampak antusias berjalan
jalan sekitar kamarnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/255811696/Lk-Hipospadia

Anda mungkin juga menyukai