BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Demam
Panas tinggi atau demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi
daripada biasanya atau di atas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang
antara 36oC-37oC. Jadi, seseorang yang mengalami demam, suhu badannya di atas
37oC. Sebenarnya, suhu badan yang mencapai 37,5oC masih berada di ambang batas
suhu normal. Tentu saja sepanjang suhu tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk
Demam juga diartikan sebagai peningkatan suhu tubuh lebih dari 38 oC,
infeksi pada anak-anak (Rudolph, 2006). Demam merupakan respon tubuh terhadap
stimulus yang membahayakan tubuh. Demam juga sebagai indikator penting untuk
menilai perkembangan penyakit (Totapally, 2005). Demam juga berarti suhu tubuh di
atas batas normal, dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh
2007). Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di
dalam usaha melakukan perlawanan terhadap beragam penyakit yang masuk atau
berada di dalam tubuh. Dengan kata lain, demam adalah bentuk mekanisme
pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit. Apabila ada suatu kuman penyakit
yang masuk ke dalam tubuh, secara otomatis tubuh akan melakukan perlawanan
terhadap kuman penyakit dengan mengeluarkan zat antibodi. Pengeluaran zat antibodi
yang lebih banyak daripada biasanya ini diikuti dengan naiknya suhu badan. Semakin
berat penyakit yang menyerang, semakin banyak pula antibodi yang dikeluarkan, dan
akhirnya semakin tinggi pula suhu badan yang terjadi (Widjaja, 2008).
aktivitas fisik, dan suhu udara. Suhu tubuh akan lebih rendah 0,5oC dari rata-rata pada
pagi hari, dan meningkat pada sore hari. Oleh karena itu tidak ada nilai mutlak suhu
tubuh. Rentang suhu tubuh normal yaitu aksila 34,7oC-37,3oC, suhu oral antara
35,5oC-37,5oC, dan suhu rektal antara 36,6oC-37,9oC (Avner, 2009). Ikatan Dokter
Anak Indonesia menetapkan suhu tubuh normal untuk anak berkisar antara 36,5 oC
sampai 37,5oC.
menjelaskan bahwa jika suhu tubuh lebih rendah dari normal, terjadi vasokontriksi
berlebihan, tubuh berespon dengan cara meningkatkan suhu. Kondisi ini disertai
Vasodilatasi, kulit tampak kemerahan, terasa hangat saat diraba. Kemudian suhu
tubuh akan menurun, anak mulai berkeringat, denyut nadi dan frekuensi pernafasan
kembali normal.
2. Penyebab Demam
Namun, pada umumnya demam yang diderita oleh anak balita diikuti dengan
perubahan sifat atau sikap, misalnya menurunnya gairah bermain, lesu, pandangan
mata meredup, rewel, cengeng, atau sering menangis, dan cenderung bermalas-
malasan. Demam dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, tumor, stress atau
(Cimpella, Goldman, & Khine, 2000; dalam Ball & Blinder, 2003).
Demam selain disebabkan oleh infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, karena keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat. Selain itu juga
temperatur seperti pada heatstroke, perdarahan otak, koma atau gangguan sentral
lainnya (Sodikin, 2012). Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab
(Ismoedijanto, 2000).
dan tidak mempertahankannya di suhu normal tubuh. Jika sebagai contoh, pirogen
bahwa suhu normal pra-demam terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu
(38,9oC). Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas segera
panas, kedua tindakan ini mendorong suhu naik dan mengakibatkan terjadinya demam
(Sherwood, 2014).
Inflamasi
Makrofag
Pirogen Endogen
Antipiretik
Prostaglandin
Menghambat
pembentukan
prostaglandin Titik patokan panas
Demam
Suhu tubuh
Sumber: Sherwood (2014), Potter & perry (2010), Guyton & Hall (2007),
Kania (2007)
Gambar 1.
Mekanisme Terjadinya Demam
4. Klasifikasi Demam
Widjaja (2008), mengatakan bahwa secara garis besar ada dua klasifikasi
demam yang sering kali diderita oleh anak (dan manusia pada umumnya), yaitu
Demam non infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh masuknya
bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam non infeksi jarang terjadi dan diderita oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam ini timbul karena adanya kelainan pada
tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non
infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan degeneratif atau
kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres, atau demam yang disebabkan oleh
b. Demam infeksi
misalnya kuman, bakteri, virus, atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Demam
infeksi paling sering terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Bakteri, kuman, atau virus dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara,
misalnya melalui makanan, udara, atau persentuhan tubuh. Imunisasi juga termasuk
pada kategori ini sebab imunisasi adalah tindakan yang secara sengaja memasukkan
kuman, bakteri, atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh balita dengan
5. Penatalaksanaan Demam
keduanya.
a. Tindakan Farmakologis
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan
sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan
kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang
berisiko kejang demam (Kania, 2007). Umumnya, antipiretik diberikan kepada anak untuk
menyebabkan anak berkeringat dan vasodilatasi (Totapally, 2005). Antipiretik yang sering
normal, menggunakan pakaian yang tidak tebal, dan memberikan kompres (Kania,
pembuangan panas lewat evaporasi, konduksi, konveksi, atau radiasi (Potter & Perry,
sirkulasi udara, dan pemberian kompres dingin dan lembap pada kulit (misalnya di
dahi) efektif jika diberikan ± 1 jam setelah pemberian antipiretik sehingga set point
B. Suhu
1. Pengertian Suhu
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh
dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang dihasilkan dikurangi
panas yang
hilang adalah suhu tubuh (Potter & Perry, 2010). Suhu normal adalah 36,5oC-37,5oC (Huda,
2013).
2. Pengaturan Suhu
Suhu tubuh manusia diatur oleh suatu mekanisme umpan balik yang berada
dipusat pengaturan suhu yaitu hipotalamus. Pengaturan suhu suatu mekanisme, pada saat
pusat temperatur di hipotalamus mendeteksi adanya suhu tubuh yang terlalu panas, maka
tubuh akan melakukan umpan balik. Mekanisme umpan balik ini akan terjadi bila suhu inti
tubuh sudah melewati ambang batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, atau
yang disebut titik tetap (sodikin, 2012). Titik tetap (Set point) tubuh dipertahankan supaya
suhu inti tubuh tetap konstan pada kisaran 37oC. Pada saat suhu meningkat melebihi titik
tetap, maka keadaan ini akan merangsang hipotalamus untuk melakukan berbagai
mekanisme agar suhu mampu dipertahankan dengan cara menurunkan produksi panas dan
meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap, tubuh akan
menjalankan suatu mekanisme untuk meningkatkan produksi panas dan menurunkan laju
3. Produksi Panas
Aliran darah yang diatur oleh susunan saraf memiliki peran penting dalam
mendistribusikan panas dalam tubuh. Suhu lingkungan yang panas atau adanya
serabur eferen pada sistem saraf autonom untuk melebarkan pembuluh darah. Peningkatan
aliran darah dikulit menyebabkan pelepasan panas dari pusat tubuh melalui permukaan kulit
ke sekitarnya dalam bentuk keringat (Sodikin, 2012). Pengeluaran keringat melalui kulit
terjadi sebagai efek peningkatan suhu tubuh yang melewati batas kritis. Pengeluaran
panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar (Sodikin, 2012).
4. Kehilangan Panas
a. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara atau cairan yang melindungi
permukaan kulit.
c. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas antara 2 objek secara langsung pada suhu yang
berbeda.
d. Evaporasi
Evaporasi adalah penguapan air dari kulit yang dapat memfasilitasi perpindahan panas
C. Balita
1. Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun (Muaris.H, 2006). Menurut
Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-
3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih
tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi,
buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik.
diusia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang,
2. Pertumbuhan Balita
a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah (sefalokaudal).
Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan berusaha
b. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah anak
Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan
intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi
organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Dalam hal ini
perkembangan sistem pernafasan dan kardiovaskuler anak balita belum matang, anak
balita memiliki tingkat metabolisme yang lebih cepat, yang memerlukan curah
jantung lebih tinggi, pertukaran gas yang lebih besar dan asupan cairan serta asupan
kalori yang lebih tinggi perkilogram berat badan dibandingkan orang dewasa. Hal ini
menyebabkan awitan penyakit pada anak seringkali mendadak dan penurunan dapat
D. Tepid Sponge
kehilangan panas tubuh melalui evaporasi dan konduksi, yang biasanya dilakukan
pada pasien yang mengalami demam tinggi (Hidayati, et al, 2014). Tepid sponge
adalah proses menggosok dengan air hangat untuk mengurangi suhu tubuh dengan
penguapan. Suhu air yang digunakan untuk tepid sponge adalah 26 - 32°C (Jaypee,
2007). Tepid sponge bath adalah suatu prosedur yang diberikan kepada pasien dengan
tujuan untuk menurunkan atau mengurangi suhu tubuh dengan menggunakan air
hangat (Dagoon, et al, 2007). Jadi tepid sponge adalah suatu prosedur yang diberikan
kepada pasien untuk menurunkan atau mengurangi suhu tubuh melalui evaporasi dan
Tujuan dilakukan tindakan tepid sponge yaitu untuk menurunkan suhu tubuh
pada pasien yang mengalami hipertermia (Hidayati, et al, 2014). Manfaat tepid sponge
adalah menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam, memberikan rasa
nyaman, dan mengurangi nyeri yang diakibatkan oleh penyakit yang mendasari
sehingga darah dapat mengalir dengan lancar. Ketika suhu tubuh meningkat dan
dilakukan tepid sponge, hipotalamus anterior memberi sinyal pada kelenjar keringat
untuk melepaskan keringat. Tindakan ini diharapkan akan terjadi penurunan suhu
a. Persiapan
lap mandi/wash lap 6 buah, handuk mandi 2 buah, handuk good morning 2 buah,
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Cuci tangan
2) Beri kesempatan klien untuk buang air sebelum dilakukan tindakan tepid sponge.
3) Ukur suhu tubuh klien dan catat pada buku catatan. Catat waktu pengukuran suhu
4) Buka seluruh pakaian klien dan alasi klien dengan handuk mandi.
5) Tutup tubuh klien dengan handuk mandi. Kemudian basahkan wash lap atau lap
mandi. Letakkan wash lap di dahi klien, aksila, dan lipatan paha.
6) Mengelap bagian ekstremitas, punggung, dan bokong dengan tekanan lembut
yang lama, lap seluruh tubuh, lap tubuh klien selama 15 menit. Pertahankan suhu
air (35°C).
7) Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali dengan air hangat lalu
8) Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau segera setelah suhu
tubuh klien mendekati normal. Selimuti klien dengan handuk mandi dan
keringkan. Pakaikan klien baju yang tipis dan mudah menyerap keringat.
10) Catat suhu tubuh klien sebelum dilakukan tindakan tepid water sponge, kemudian
lakukan pegukuran kembali suhu tubuh klien 15 menit setelah dilakukan tindakan
E. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ashshafa pada tahun 2017 mengenai pengaruh
tepid sponge terhadap perubahan suhu tubuh anak usia prasekolah yang mengalami
suhu tubuh sebelum diberikan intervensi tepid sponge memiliki nilai rata-rata 38,288
dan suhu tubuh sesudah diberikan intervensi tepid sponge memiliki nilai rata-rata
37,763 yang berarti adanya pengaruh yang signifikan pemberian tepid sponge terhadap
perubahan suhu tubuh anak usia prasekolah yang mengalami demam di RSUD Sultan
suhu 32oC dan 37oC dalam menurunkan suhu tubuh anak demam pada tahun 2008
bath
dengan air hangat dengan suhu 32oC sebesar 0,523oC dan rerata penurunan suhu tubuh
setelah dilakukan pemberian tepid sponge bath dengan air hangat dengan suhu 37oC
sebesar 0,815oC. Hal ini berarti pemberian tepid sponge bath dengan air hangat suhu
32oC maupun air hangat suhu 37oC efektif menurunkan suhu tubuh pada anak demam
3. Penelitian yang dilakukan oleh Zahroh dan Khasanah pada tahun 2017
mengenai efektivitas pemberian kompres air hangat dan sponge bath terhadap
perubahan suhu tubuh pasien anak gastroentritis yaitu suhu tubuh sebelum diberikan
kompres air hangat adalah 37,4oC dan setelah diberikan kompres hangat menjadi
37,3oC sedangkan rata-rata suhu tubuh sebelum pemberian sponge bath 37,6oC dan
setelah pemberian sponge bath menjadi 37,3oC. Hal ini menunjukkan bahwa
efektivitas pemberian sponge bath terhadap perubahan suhu tubuh lebih efektif
dilakukan di seluruh tubuh sedangkan kompres air hangat hanya dilakukan pada
4. Penelitian yang dilakukan oleh Liliek, Rizki, dan Mariah mengenai efektivitas
kompres hangat dengan tepid water sponge terhadap penurunan demam pada pasien
Cirebon, maka dapat dijelaskan bahwa rata-rata suhu tubuh setelah dilakukan tindakan
kompres hangat dengan tepid water sponge pada pasien yang mengalami kejadian
penurunan suhu tubuh. Hal ini berarti terdapat efektivitas kompres hangat dengan
tepid water sponge dalam menurunkan demam pada pasien yang mengalami kejadian
demam.
5. Penelitian yang dilakukan oleh kusumo pada tahun 2016 mengenai perbedaan
penurunan suhu tubuh antara pemberian kompres air hangat dengan tepid sponge bath
pada anak demam menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara suhu
sebelum dilakukan kompres air hangat dengan suhu sesudah dilakukan kompres air
hangat serta ada perbedaan signifikan antara suhu sebelum dilakukan pemberian tepid
sponge bath dengan suhu sesudah tepid sponge bath dan ada perbedaan penurunan
suhu tubuh antara pemberian kompres air hangat dan tepid sponge bath pada anak
F. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk
mengidentifikasi variabel – variabel yang akan diteliti dan diamati yang berkaitan
Farmakologi : Pemberian
Etiologi : Antipiretik
Virus (Influenza,
1. Pneumonia, dan Diare)
Aktivitas fisik Intensifpada
mcuj4ac6a panas
Dehidrasi
2. Hipertermia
Non Farmakologi : Teknik Tepid
Water Sponge Penurunan
Suhu Tubuh
3.
hasil study empiris terdahulu sebagai pedoman dalam melakukan penelitian. Dengan
kata lain kerangka konsep diartikan suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lain atau variabel – variabel dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
Gambar 3.
Kerangka Konsep
H. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.
Pengertian lain dari variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,
sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah teknik tepid water sponge sesuai
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah suhu tubuh balita usia 1-5 tahun
jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, patokan duga, atau diil sementara, yang
Berdasarkan kerangka konsep, hipotesis penelitian ini adalah “Teknik Tepid Water
Sponge efektif dalam mengatasi demam pada balita usia 1-5 tahun.
J. Definisi Operasional
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan serta pengembangan
alat ukur. Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati
atau diteliti, lalu diberi batasan yang disebut dengan “Definisi Operasional”
Tabel 1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
yang diteliti di satu sisi, dan sisi yang lain manusia sebagai peneliti atau yang
melakukan penelitian. Hal ini berarti bahwa ada hubungan timbal balik antara orang
sebagai peneliti dan orang yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Oleh sebab itu dalam
kewajiban-kewajiban dalam melakukan penelitian. Secara rinci hak dan kewajiban itu
adalah :
Hak-hak responden :
Privacy adalah hak setiap orang. Semua orang mempunyai hak untuk
Informasi yang akan diberikan oleh responden adalah miliknya sendiri, maka
kerahasiaan informasi tersebut dijamin oleh peneliti. Apabila informasi tersebut diolah
peneliti maka bentuknya bukan informasi individual dari orang per orang dengan
nama tertentu, tetapi dalam bentuk agregat atau kelompok responden. Oleh sebab itu,
nama responden tidak perlu dicantumkan, cukup dengan kode-kode tertentu saja.
c. Hak memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat dari informasi yang
diberikan:
atau keselamatan bagi dirinya atau keluarganya maka peneliti harus bertanggung
informasi yang diperlukan oleh peneliti atau memberikan informasi yang diperlukan
oleh peneliti atau pewawancara, responden berhak menerima imbalan atau kompensasi
Kewajiban Responden:
Setelah adanya informed concent dari responden atau informan, artinya responden
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, tetapi hal tersebut tidak berlaku selama
Hak Peneliti:
Bila responden bersedia dimintai infonya dengan cara mengisi formulir informed
dan selengkap-lengkapnya. Apabila hak ini tidak diterima oleh responden maka
responden perlu diingatkan kembali terhadap informed concent yang telah diberikan.
Kewajiban Peneliti :
karena itu dalam melakukan wawancara atau memperoleh informasi peneliti harus
menyesuaikan diri dengan responden tentang waktu dan tempat dalam melakukan
privacy-nya.
apapun yang diketahui oleh peneliti diluar untuk kepentingan atau tujuan penelitian
c. Memberikan Kompensasi :
sebagai apresiasi peneliti terhadap responden dan bukan hanya sekedar ucapan terima