Anda di halaman 1dari 14

Modul Penanganan Demam Pada Anak

A. Konsep Demam
1. Pengertian Demam

Menurut Arvin (2009) Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang

ditandai oleh kenaikan titik ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat

regulasi atau pengatur panas hipotalamus mengendalikan suhu tubuh

dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor neuronal perifer dingin dan

panas.

Demam (febris) adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian

yang normal sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi yang

terletak dalam hipotalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat

dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya

kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan

antara panas yang di produksi oleh jaringa, khususnya oleh otot dan hati

dengan panas yang hilang terjadi peningkatan suhu dalam tubuh (Juliana,

2008).

Demam didefinisikan sebagai suatu bentuk sistem pertahanan

nonspesifik yang menyebabkan perubahan mekanisme pengaturan suhu

tubuh yang mengakibatkan kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian

yang normal sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi yang

terletak di hipotalamus anterior (Wiryawan, 2015)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa demam

adalah kenaikan suhu tubuh yang ditandai oleh kenaikan titik ambang
regulasi sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi yang terletak

dalam hipotalamus anterior.

2. Etiologi Demam

Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali di

derita anak yaitu demamnon-infeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2008)

yaitu:

a. Demam Non-infeksi

Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh

masuknya bibit penyaklit kedalam tubuh. Demam ini jarang diderita

oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam non-infeksi timbul

karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir dan tidak

ditangani dengan baik. Contoh demam non-infeksi antara lain demam

yang disebabkan adanya kelainan degeneratif atau kelainan bawaan

pada jantung, demam karena stres atau demam yang disebabkan oleh

adanya penyakit-penyakit berat misalnya leukemia dan kanker.

b. Demam Infeksi

Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masuknya

patogen kedalam tubuh, misalnya kuman, bakteri, virus atau binatang

kecil lainnya. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk kedalam tubuh

manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara atau

persentuhan tubuh. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan

infeksi dan akhirnya menyebabkan demam pada anak antara lain yaitu
tetanus, mumps atau parotitis epidemic, morbil atau measles atau

rubella, demam berdarah, TBC, tifoid dan radang paru-paru.

Menurut Febri dan Mahendra (2010) penyebab demam dibagi

menjadi 3 yaitu:

a. Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam

berdarah) dan infeksi bakteri (demam tifoid dan pharingitys)

b. Demam non-infeksi, antara lain karena kanker, tumor atau adanya

penyakit autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu

sendiri)

c. Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu

udara terlalu panas dan kelelahan setelah bermain di siang hari.

Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang anak

adalah demam akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry dan Mahendra,

2010).

3. Jenis – jenis Demam

Ada empat jenis demam menurut Koizer, et all (2010) :

a. Demam Intermiten yaitu suhu tubuh normal berubah-ubah dalam

interval yang teratur, antara periode demam dan periode normal secara

abnormal

b. Demam Remiten yaitu terjadinya fluktuasi suhu dalam rentang yang

luas (lebih dari 2ºC) dan suhu tubuh berada diatas normal selama 24

jam
c. Demam Kambuhan yaitu masa febril yang pendek selama beberapa

hari diselingi dengan periode suhu normal selama 1-2 hari

d. Demam Konstan yaitu suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi

berada diatas suhu normal.

4. Mekanisme Demam

Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non-infeksi

berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes. Demam pada

kebanyakan anak atau balita disebabkan oleh agen mikrobiologi yang

dapat dikenali dan demam menghilang sesudah masa yang pendek.

Demam terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas

untuk mengimbangi produksi panas yang berlebih sehingga terjadi

peningkatan suhu tubuh. Demam tidak berbahaya jika dibawah 39ºC dan

pengukuran tunggal tidak menggambarkan demam. Selain adanya tanda

klinis, penentuan demam juga berdasarkan pada pembacaan suhu pada

waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal

individu tersebut (Potter dan Perry, 2009).

Demam terjadi oleh karena pengeluaran zat pirogen dalam tubuh.

Zat pirogen sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu eksogen dan

endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh

seperti mikroorganisme dan toksin. Sedangkan pirogen endogen

merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh meliputi interleukin-1

(IL-1), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosing factor-alfa (TNF-A).

Sumber utama dari zat pirogen endogen adalah monosit, limfosit dan
neutrofil (Guyton, 2007). Seluruh substansi di atas menyebabkan sel sel

fagosit mononuclear (monosit, makrofag jaringan atau sel kupfeer)

membuat sitokin yang bekerja sebagai pirogen endogen, suatu protein

kecil yang mirip interleukin, yang merupakan suatu mediator proses imun

antar sel yang penting. Sitokin-sitokin tersebut dihasilkan secara sistemik

ataupun local dan berhasil memasuki sirkulasi. Interleukin-1, interleukin-6,

tumor nekrosis factor α dan interferon α, interferon β serta interferon γ

merupakan sitokin yang berperan terhadap proses terjadinya demam.

Sitokin-sitokin tersebut juga diproduksi oleh sel-sel di Susunan Saraf Pusat

(SSP) dan kemudian bekerja pada daerah preoptik hipotalamus anterior.

Sitokin akan memicu pelepasan asam arakidonat dari membrane fosfolipid

dengan bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakidonat selanjutnya diubah

menjadi prostaglandin karena peran dari enzim siklooksigenase (COX,

atau disebut juga PGH sintase) dan menyebabkan demam pada tingkat

pusat termoregulasi di hipotalamus (Setiawan, 2010).

Enzim sikloosigenase terdapat dalam dua bentuk (isoform), yaitu

siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2). Kedua

isoform berbeda distribusinya pada jaringan dan juga memiliki fungsi

regulasi yang berbeda. COX-1 merupakan enzim konstitutif yang

mengkatalis pembentukan prostanoid regulatoris pada berbagai jaringan,

terutama pada selaput lender traktus gastrointestinal, ginjal, platelet dan

epitel pembuluh darah. Sedangkan COX-2 tidak konstitutif tetapi dapat

diinduksi, antara lain bila ada stimuli radang, mitogenesis atau


onkogenesis. Setelah stimuli tersebut lalu terbentuk prostanoid yang

merupakan mediator nyeri dan radang. Penemuan ini mengarah kepada

bahwa COX-1 mengkatalis pembentukan prostaglandin yang bertanggung

jawab menjalankan fungsi-fungsi regulasi fisiologis, sedangkan COX-2

mengkatalis pembentukan prostaglandin yang menyebabkan radang

(Davey, 2009).

Prostaglandin E2 (PGE2) adalah salah satu jenis prostaglandin

yang menyebabkan demam. Hipotalamus anterior mengandung banyak

neuron termosensitif. Area ini juga kaya dengan serotonin dan

norepineprin yang berperan sebagai perantara terjadinya demam, pirogen

endogen meningkatkan konsentrasi mediator tersebut. Selanjutnya kedua

monoamina ini akan meningkatkan adenosine monofosfat siklik (cAMP)

dan prostaglandin di susunan saraf pusat sehingga suhu thermostat

meningkat dan tubuh menjadi panas untuk menyesuaikan dengan suhu

thermostat (Sherwood, 2010).

5. Mekanisme Penurunan Demam

Tubuh akan memiliki mekanisme penurunan temperatur bila suhu

terlalu panas. Sistem pengaturan temperatur menggunakan tiga mekanisme

penting untuk menurunkan panas tubuh yaitu:

a. Vasodilatasi

Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah mengalami dilatasi

dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis
pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi.

Vasokontriksi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas

ke kulit sebanyak delapan kali lipat.

b. Berkeringat

Efek dari peningkatan temperature yang menyebabkan berkeringat.

Peningkatan temperatur tubuh 1ºC menyebabkan keringat yang cukup

banyak untuk membuang 10 kali besar kecepatan metabolism basal

dari pembentukan panas tubuh

c. Penurunan pembentukan panas

Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebihan seperti

menggigil dan termogenesis kimia dihambat dengan kuat (Guyton &

Hall, 2010)

6. Dampak Demam

Demam diatas 41ºC dapat menyebabkan hiperpireksia yang sangat

berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolism,

fisiologis dan akhirnya berdampak pada kerusakan susuanan saraf pusat.

Pada awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing,

kejang serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu

mencapai  43ºC dan kematian gterjadi dalam beberapa jam bila suhu

43ºC sampai 45ºC (Plipat et all, 2010). Dampak demam meliputi hal –

halyang signifikan, diperlukan perhatian tinggi dari orang tua yang

menanganinya, diantaranya:
a. Meningkatkan resiko dehiderasi (kekurangan cairan tubuh).

Terjadinya dehiderasi disebabkan oleh peningkatan penguapan cairan

tubuh

b. Kekurangan oksigen, bisa terjadi pada balita yang mengalami

penyakit penyerta lain seperti penyakit paru – paru atau penyakit

jantung

c. Kejang demam, umumnya terjadi pada anak usia balita.

7. Penanganan Demam

Menurut Indonesian Pediatric Society (2014) penanganan demam

dapat dibantu dengan 2 cara yaitu penanganan dengan menggunakan terapi

farmakologi dan dengan menggunakan terapi fisik, terapi farmakologi

biasanya bisa dengan memberikan obat penurun panas (antipiretik)

sedangkan terapi fisik bisa dengan menggunakan teknik tepid sponge, tirah

baring, kompres alcohol, teknik terapi dekapan dan dengan cara herbal

a. Tepid Sponge

Tepid sponge merupakan sebuh teknik kompres dengan sistem blok

pada lipatan ketiak dan lipatan selangkangan dengan menurunkan

panas melalui pori-pori kulit dengan cara penguapan

b. Tirah Baring

Aktifitas yang tinggi dapat meningkatkan suhu tubuh anak, maka

dengan tirah baring dapat menurunkan suhu tubuh apabila anak

terserang demam
c. Kompres Alkohol

Kompres dengan menggunakan etil alcohol 70% bisa sedikit

menurunkan suhu tubuh pada anak yang terserang demam

d. Herbal Bawang Putih dan Teh Jahe

Bawang putih dan teh jahe dianggap mampu menurunkan demam

karena mampu menguatkan sistem imun tubuh, selain itu bawang

putih dan teh jahe juga memiliki anti oksidan dan anti bakteri yang

bisa melawan infeksi yang ada di dalam tubuh.

B. Konsep Tepid Sponge


1. Pengertian Tepid Sponge

Tepid Sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang

menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah besar

superficial dengan teknik seka. Teknik tepid sponge memiliki keunggulan

dalam mempercepat penurunan suhu anak dengan demam pada satu jam

pertama disbanding dengan anak yang hanya diberi obat antipiretik

(Mohammad Ali, 2011). Pemilihan tepid sponge sebagai terapi selain dapat

menurunkan suhu tubuh, tetapi juga mampu mengurangi ansietas yang

diakibatkan oleh penyakit. Dalam jurnal Tia Setiawati (2009) menjelaksan

bahwa tepid sponge sering direkomendasikan untuk mempercepat

penurunan suhu tubuh, akan tetapi selama tepid sponge, terjadi penurunan

suhu tubuh yang menginduksi vasokontriksi perifeal, menggigil, produksi

panas metabolic dan ketidaknyamanan secara umum pada anak.

Temperature tubuh yang mencapai 39ºC akan mengakibatkan kulit

hangat, kemerahan dan nyeri kepala. Pemilihan tepid sponge sebagai terapi
dapat menurunkan suhu dan mnegurangi ansietas yang diakibatkan oleh

penyakitnya (Hamid, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alves

(2009) menjelaskan bahwa setelah 15 menit dilakukan tepid sponge plus

dipyrone, suhu badan per aksila pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun

mengalami penurunan.

2. Tujuan dan Manfaat Tepid Sponge

Tujuan utama dari tepid sponge adalah menurunkan suhu tubuh

pada anak yang sedang mengalami demam (Tia Setiawati, 2009). Menurut

Hamid (2010) manfaat dari pemberian tepid sponge adalah menurunkan

suhu tubuh yang sedang mengalami demam, memberikan rasa nyaman,

mengurangi nyeri dan ansietas yang diakibatkan oleh penyakit yang

mendasari demam. Tepid sponge juga sangat bermanfaat pada anak yang

memiliki riwayat kejang demam dan penyakit liver.

3. Teknik Tepid Sponge

Teknik yang digunakan dalam tepid sponge menurut (Asosiasi

Institusi Pendidikan Vokasi Keperawatan Indonesia , 2015) yaitu:

a. Tahap Pelaksanaan

1) Mencuci tangan sebelum memulai tindakan tepid sponge

2) Mengukur suhu tubuh pasien dengan menggunakan thermometer

air

3) Meletakan perlak atau bahan tahan air di bawah tubuh pasien

4) Mengganti selimut tidur dengan selimut mandi


5) Mempertahankan selimut mandi diatas tubuh pasien yang tidak di

kompres

6) Memeriksa suhu air (39ºc)

7) Mecelupkan washlap atau lap mandi ke dalam air hangat

8) Menaruh washlap di masing – masing ketiak dan lipatan

9) Menyeka atau mengelap ekstermitas, punggung dan bokong setiap

3 sampai 5 menit. Keringkan dengan handuk

10) Mengkaji ulang suhu tiap 15 menit

11) Ganti air, dan kompres kembali ketiak dan lipatan paha selama 5

sampai 10 menit

12) Jika suhu tubuh sudah turun, keringkan ekstermitas dan seluruh

tubuh secara menyeluruh

13) Mengganti selimut mandi dengan selimut tidur, pakaikan pakaian

pasien

8. Mekanisme Kerja Tepid Sponge

Pada dasarnya, mekanisme kerja dari tepid sponge sama dengan

kompres hangat pada umumnya,namun dengan teknik yang sedikit di

modifikasi. Ketika pasien diberikan kompres hangat, maka akan ada

penyaluran sintal ke hipotalamus yang memulai berkeringat dan

vasodilatasi perifer. Karena itulah blocking dilakukan pada titik – titik

yang secara anatomis dekat dengan pembuluh darah besar. Vasodilatasi

inilah yang menyebabkan peningkatan pembuangan panas dari kulit

( Potter and Perry, 2010).


Istrumen Penilaian Prosedur :

TEPID WATER SPONGE


NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK

A FASE PENGETAHUAN AWAL (10%)

1 Menjelaskan indikasi prosedur tindakan

2 Menjelaskan prinsip-prinsip prosedur tindakan

3 Menjelaskan tujuan dan langkah prosedur tindakan

B FASE ORIENTASI (20%)

1 Memberikan salam

2 Memperkenalkan diri

3 Melakukan kontrak waktu

4 Alat dipersiapkan

5 Alat didekatkan dalam posisi yang tepat di samping pasien

C FASE KERJA (60%)

1 Menjaga privacy anak

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

4 Memasang selimut mandi, membuka pakaian anak dan masukan ke


ember kotor

5 Mengatur posisi anak supinasi

6 Memasang pengalas perlak dan alas handuk diatasnya

7 Melakukan pemeriksaan suhu tubuh anak dengan thermometer


sesuai kebutuhan (> 38ºC)

8 Memeriksa suhu air seusuai suhu runangan (37ºC) dengan


thermometer air

9 Melakukan pengompresan di daerah superfisialis (aksila dan


pemoralis) selama 5 menit

10 Memeriksa kembali susu tubuh anak , bila tidak terdapat hipotermi


boleh diteruskan lagi

11 Melakukan pengompresan di daerah punggung dan bokong selama


5menit
12 Memeriksa kembali susu tubuh anak

13 Keringkan tubuh anak, pakaikan kembali pakaian anak

14 Mengangkat perlak dan pengalas

15 Merapihkan alat , membuka sarung tangan

16 Mencuci tangan

D FASE TERMINASI (10%)

1 Ketenangan selama melakukan tindakan

2 Respon pasien selalu dievaluasi

3 Melakukan komunikasi terapeutik salama tindakan

4 Menjaga keamanan anak

5 Efisiensi dalam pemanfaatan alat, bahan dan waktu

Nilai Akhir = Nilai A + Nilai B + Nilai C + Nilai D ................................

Mahasiswa ya diuji, Sukabumi, ............................

Penilai,

………………………………… .......

............................................

Anda mungkin juga menyukai