Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Salah satu institusi yang erat kaitannya dengan pelayanan kesehatan yaitu
rumah sakit karena sebagai salah satu organisasi yang bergerak di bidang
kesehatan perlu untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik
kepada masyarakat. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya perlu penataan
atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik salah satunya
pelayanan keperawatan (Saragih, 2018).
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian itegral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan yang ditunjukkan kepada individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat, baik sehat maupun sakit (Asmuji, 2010). Tujuan pelayanan
keperawatan pada umumnya ditetapkan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kualitas rumah sakit serta meningkatkan penerimaan
masyarakat terhadap profesi keperawatan. Pelayanan perawat di rumah sakit
berupa pemberian asuhan keperawatan profesional yang holistik yang meliputi
bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan perawat kepada pasien dengan
menggunakan proses keperawatan berupa pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi serta evaluasi
keperawatan.
Pelayanan keperawatan ini merupakan salah satu faktor penentu image
atau citra rumah sakit itu sendiri sehingga perawat dituntut memiliki kinerja
yang baik agar menjamin kualitas pelayanan keperawatan dalam rumah sakit
tersebut. Nazvia (2014) yang menjelaskan bahwa keberhasilan pelayanan
keperawatan bergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan asuhan

1
2

keperawatan yang berkualitas bagi pasien. Hal ini terkait dengan keberadaan
perawat yang bertugas selama 24 jam melayani pasien, serta jumlah perawat
yang mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40–60%,
oleh karena itu rumah sakit haruslah memiliki perawat yang berkinerja baik
yang akan menunjang kinerja rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan
pelanggan atau pasien (Suroso, 2011).
Menurut Ashraf (2017) menyatakan bahwa kinerja sebagai interaksi
dari perilaku yang ditentukan serta upaya dan kemampuannya untuk
berinteraksi. Sedangkan, kinerja perawat merupakan bagian yang sangat
penting dalam pelayanan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan merupakan
masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Puji (2012) menjelaskan bahwa kinerja perawat adalah aktivitas
perawat dalam mengimplementasikan sebaik–baiknya suatu wewenang, tugas
serta tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan, tugas pokok profesi
dan sasaran unit organisasi. Kinerja perawat berkontribusi besar terhadap
prestasi kerja sebuah rumah sakit, serta menjadi kunci utama dalam
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yaitu perawat yang mempunyai
kinerja tinggi. Kinerja perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Kinerja perawat yang baik merupakan jembatan dalam menjawab
jaminan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan terhadap pasien. Kunci
utama dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan adalah perawat yang
mempunyai kinerja tinggi. Jika kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat
baik maka kepuasan dari pasien akan meningkat, sebaliknya jika kualitas
pelayanan yang diberikan oleh perawat jelek maka akan mengakibatkan
penurunan tingkat kepuasan pasien sehingga penurunan tingkat kepuasan
pasien akan berbanding lurus dengan penurunan tingkat pendapatan rumah
sakit (Suroso, 2011).
3

Kualitas pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit muaranya


berasal dari kinerja perawat, sehingga tidak jarang ditemukan keluhan
berkaitan dengan kualitas pelayanan keperawatan. Permasalahan yang sudah
ada sejak dulu melekat pada pelayanan keperawatan, dimana perawat
merasakan tugas sehari-harinya sebagai suatu rutinitas dan merupakan sebuah
intuisi semata. Untuk itu perlu kiranya rumah sakit memfokuskan masalah
kualitas pelayanan terhadap kinerja perawat.
Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi
sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan
prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Kinerja merupakan hasil pekerjaan
yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen dan kontribusi pada ekonomi. Kinerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan menyelesaikan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya (Sunyoto, 2015)
Pencapaian hasil kinerja dapat dilihat dari prestasi kerja, ketepatan
waktu, kehadiran dan kerjasama. Demikian halnya dengan kinerja perawat,
tingkat pencapaian yang telah dilakukan pada saat memberikan pelayanan
keperawatan dapat dinilai dari prestasi kerja, ketepatan waktu, kehadiran dan
kerjasama yang ditunjukkan oleh perawat (Timothy, 2010). Penilaian kinerja
perawat merupakan proses untuk mengetahui secara kuantitas dan kualitas
pencapaian hasil kerja perawat yang ditunjukkan dari penerapan pengetahuan,
keterampilan dan pertimbangan efektifitas dalam pemberian pelayanan
keperawatan.
Menurut Timple dalam Mangkunegara (2014), faktor-faktor kinerja
terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional)
yaitu faktor yang di hubungkan dengan sifat-sifat seseorang seperti mempunyai
kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, adapun faktor eksternal
yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari
lingkungan seperti prilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan
atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Sedangkan menurut
4

Mulyono (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat antara


lain : kepuasan kerja dan supervisi kepala ruangan.
Diantara semua faktor diatas, faktor supervisi klinik kepala ruangan
menjadi salah satu yang berpengaruh pada kinerja perawat. Supervisi
merupakan bagian fungsi pengarahan yang mempunyai peran untuk
mempertahankan agar segala kegiatan yang telah terprogram dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi dalam keperawatan bukan
hanya sekedar kontrol, tetapi lebih dari itu, kegiatan supervisi mencakup
penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personal maupun material yang
diperlukan untuk tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan secara efektif
dan efisien (Marquis & Huston, 2010 dalam Mua 2011).
Kepala ruangan sebagai ujung tombak tercapainya tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit harus mempunyai kemampuan melakukan
supervisi untuk mengelola kinerja perawat. Kepala ruangan bertanggung jawab
untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien
di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat
pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung
maupun tidak langsung (Hastuti, 2014).
Menurut Ginting (2017) supervisi yang dilakukan kepala ruangan
mencakup kegiatan-kegiatan bagian integral dalam keperawatan yaitu
pelaporan, pembagian tugas, pemberian arahan, pengamatan, penilaian,
pembimbingan dan pendidikan pekerja. Supervisi keperawatan meyakinkan
bahwa semua pasien menerima asuhan seperti yang seharusnya. Hal ini dimulai
dengan memberikan laporan tentang setiap pasien kepada para perawat
pelaksana karena dengan supervise yang baik dapat meningkatkan kualitas
kerja yang baik pula (Ashari, 2017).
Supervisi memerlukan peran aktif semua perawat yang terlibat dalam
kinerja perawat sebagai mitra kerja yang memiliki ide, pendapat dan
pengalaman yang perlu didengar, dihargai, dan diikutsertakan dalam proses
keperawatan. Karenanya supervisi dapat menjadi jembatan tujuan pelayanan
keperawatan menjadi lebih baik. Oleh karena itu untuk mendapatkan kinerja
5

yang baik dari seorang perawat diperlukan supervisi dari kepala ruangan
dengan baik pula karena kepala ruang memiliki fungsi strategis dalam
mendorong peningkatan dan pengembangan sebuah ruang rawat inap menuju
progresifitas yang berkelanjutan dengan meningkatkan salah satunya kinerja
perawat (Manggala, 2013 dalam Raodhah, 2017).
Supervisi kepala ruangan yang baik dapat di nilai dari keberhasilan
perawat ruangan melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan arahan kepala
ruanga. Menurut Gillies (2011), supervisi yang baik dapat mencapai tujuan
supervisi terhadap anggotanya diantaranya memperhatikan anggota unit
organisasi di samping itu area kerja dan pekerjaan itu sendiri, memperhatikan
rencana, kegiatan, dan evaluasi dari pekerjaannya, meningkatkan kemampuan
pekerjaan melalui orientasi, latihan dan bimbingan individu sesuai
kebutuhannya serta mengarahkan kepada kemampuan ketrampilan
keperawatan. Jika semua tujuan tersebut tidak tercapai maka supervisi kepala
ruangan dapar dikatakan tidak berjalan dengan baik (Raodhah, 2017).
Hal ini di perkuat oleh penelitian yang dilakukan Masri Saragih yang
di lakukan di Ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan sebanyak 142
perawat pelaksa, tehnik pengambilan sampel menggunakan accidental
sampling tahun 2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan
supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dimana mayoritas baik sebanyak
62,8% sedangkan Kinerja perawat mayoritas baik sebanyak 69,8%. Hasil
analisa bivariat menunjukan ada hubungan pelaksanaan supervisi kepala
ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep di
ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 dengan
p value =0,004 (Jurnal Mutiara Ners, Januari 2018).
Penelitian Meida Manurung tahun 2017 tentang Hubungan Supervisi
Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar juga
menunjukan hasil yang signifikan dengan p-value < 0,05. Hasil ini menunjukan
bahwa supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan (dalam
fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan
6

yang telah diprogramkan dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar), dengan
itu secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai
hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan mencoba
memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama
dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya. Supervisi penting
dilakukan pada perawat pelaksana karena perawat merupakan kelompok
kesehatan pemberi jasa pelayanan kesehatan dengan jumlah terbesar di rumah
sakit yang mencapai 40%-60%, mengerjakan hampir 90% pelayanan kesehatan
dengan asuhan keperawatannya dan sangat berpengaruh pada pemasukan
pasien.
Rumah Sakit Betha Medika merupakan salah satu Rumah Sakit
Umum Swasta yang berada di wilayah Kabupaten Sukabumi yang beralamat di
Jalan Raya Cibaraja No 596 Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi, hal ini
merupakan posisi yang strategis untuk dapat diakses oleh masyarakat karena
letaknya yang berada di pinggir jalan raya utama menuju Kota Sukabumi. Pada
mulanya RS Betha Medika merupakan sebuah klinik dibangun pada tahun
1984, yang terdiri dari 22 ruang rawat inap dan 53 kapasitas tempat tidur
dengan BOR 45%. Namun dengan perkembangan situasi dan kondisi serta
mempunyai keinginan dan tekad yang kuat, kemudian pada tahun 2002 klinik
tersebut berkembang menjadi sebuah Rumah Sakit Umum.
RS Betha Medika dalam meningkatkan pelayanan dan kualitas standar
Rumah Sakit maka pada bulan Januari 2014 RS Betha Medika bergabung
dengan Grup Kasih. Setelah bergabungnya dengan Group Kasih serta untuk
meningkatkan pelayanan dan kualitas pengelolaan management RS Betha
Medika dilakukan secara profesional dilengkapi dengan penambahan fasilitas
dengan 29 ruangan perawatan 93 kapasitas tempat tidur dengan BOR 80%. RS
Betha Medika salah satu rumah sakit swasta yang mengikuti anjuran
pemerintah dengan menerima pasien BPJS, jamkesda, serta menerima pasien
dari asuransi swasta nasional seperti Prudential, ACA, MCU dan pasien dari
7

perusahaan – perusahaan yang berada di Kota Sukabumi dan sekitarnya. (Profil


RS Betha Medika, 2014).
Keberhasilan Rumah Sakit tergantung pada keberhasilan peran dan
fungsi sumber daya manusia salah satunya kinerja perawat sebagai pemberi
pelayan kesehatan yang dalam pelakasanaan asuhan keperawatannya. Evaluasi
kinerja di lakukan juga oleh manajemen rumah sakit yang dilakukan di tiap
ruang rawat inap di Rumah Sakit Betha Medika sudah berjalan selama 3 bulan
terakhir pada tahun 2018. Berikut ini adalah hasil survei selama 3 bulan
terakhir dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 Hasil Survei Kinerja Perawat Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Betha Medika

No Bulan Tidak Kurang Cukup Baik Sangat


Baik Baik Baik Baik
1. Oktober 0 3% 14% 60% 28%
2. November 0 0 15% 58% 27%
3. Desember 0 1% 21% 57% 21%
(Komite Rumah Sakit Betha Medika, 2018)

Berdasarkan pada tabel 1.1 memperlihatkan bahwa kinerja perawat


ruang rawat inap selama 3 bulan mengalami penurunan di ketahui dengan
kinerja dalam kategori sangat baik berkurang dari bulan Oktober – Desember
2018. Ruang rawat inap Rumah Sakit Betha Medika terdiri dari 4 ruang rawat
inap dengan masing-masing ruang rawat inap terdiri dari 1 kepala ruangan dan
beberapa anggota tim yang terdiri dari kepala tim dan perawat pelaksana.
Pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan setiap kepala ruangan terhadap
anggotanya tidak merata bahkan mengalami penurunan ditunjukkan dengan
berkurangnya perhatian, rencana, kegiatan, dan evaluasi yang dilakukan kepala
ruangan sehingga menghasilkan kinerja perawat yang tidak merata.

Berdasarkan study dokumentasi yang dilakukan pada tanggal 15


Januari 2018 di ruang rawat inap RS Betha Medika dengan cara mewawancarai
10 orang perawat mengatakan jarang dilakukannya supervisi oleh kepala
ruangan. Supervisi kepala ruangan dirarasakan cukup baik oleh perawat salah
8

satunya dalam mengarahkan, membantu perawat dalam melaksanakan asuhan


keperawatan. Sehingga perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
terhadap pasien dan kinerja perawat terus menurun karena tidak ada
peningkatan yang bermakna.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
“hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di
ruang rawat inap Rumah Sakit Betha Medika Kabupaten Sukabumi”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
Apakah ada hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Betha Medika Kabupaten
Sukabumi.

1.3 Rumusan Masalah


Kinerja perawat merupakan prioritas utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan rumah sakit, karena dengan kinerja perawat yang baik dapat
meingkatkan kepuasan pelayanan kepada pasien. Hasil studi pendahuluan
dengan tekhnik wawancara yang telah dilakukan perawat Rumah Sakit Betha
Medika Kabupaten Sukabumi yang telah di gambarkan di latar belakang.
Berdasarkan fenomena tersebut maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah
”adakah hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana
di ruang rawat inap Rumah Sakit Betha Medika Kabupaten Sukabumi?”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau
tidaknya hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Betha Medika Kabupaten
Sukabumi.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui tingkat supervisi kepala ruangan di ruang rawat inap
Rumah Sakit Betha Medika Kabupaten Sukabumi
9

2) Mengetahui kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah


Sakit Betha Medika Kabupaten Sukabumi.
3) Mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Betha Medika
Kabupaten Sukabumi.

1.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasar pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh (Sugiyono, 2012).
Hipotesis dalam penulisan ini adalah :
Ada hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Betha Medika Kabupaten
Sukabumi.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai pengalaman dalam menambah
pengalaman dan wawasan dalam melakukan penelitian ilmiah.
1.6.2 Bagi Lahan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan
manfaat sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja perawat
dan kualitas pelayan keperawatan yang akan berimbas pada kepuasan
pasien di rumah sakit.
1.6.3 Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh
hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana.
Serta dapat memberikan manfaat dan menjadi dasar untuk penelitian
selanjutnya agar dapat melanjutkan dan mencari factor lain yang belum
tercakup dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai