PENDAHULUAN
1
2
keperawatan yang berkualitas bagi pasien. Hal ini terkait dengan keberadaan
perawat yang bertugas selama 24 jam melayani pasien, serta jumlah perawat
yang mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40–60%,
oleh karena itu rumah sakit haruslah memiliki perawat yang berkinerja baik
yang akan menunjang kinerja rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan
pelanggan atau pasien (Suroso, 2011).
Menurut Ashraf (2017) menyatakan bahwa kinerja sebagai interaksi
dari perilaku yang ditentukan serta upaya dan kemampuannya untuk
berinteraksi. Sedangkan, kinerja perawat merupakan bagian yang sangat
penting dalam pelayanan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan merupakan
masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Puji (2012) menjelaskan bahwa kinerja perawat adalah aktivitas
perawat dalam mengimplementasikan sebaik–baiknya suatu wewenang, tugas
serta tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan, tugas pokok profesi
dan sasaran unit organisasi. Kinerja perawat berkontribusi besar terhadap
prestasi kerja sebuah rumah sakit, serta menjadi kunci utama dalam
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yaitu perawat yang mempunyai
kinerja tinggi. Kinerja perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Kinerja perawat yang baik merupakan jembatan dalam menjawab
jaminan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan terhadap pasien. Kunci
utama dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan adalah perawat yang
mempunyai kinerja tinggi. Jika kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat
baik maka kepuasan dari pasien akan meningkat, sebaliknya jika kualitas
pelayanan yang diberikan oleh perawat jelek maka akan mengakibatkan
penurunan tingkat kepuasan pasien sehingga penurunan tingkat kepuasan
pasien akan berbanding lurus dengan penurunan tingkat pendapatan rumah
sakit (Suroso, 2011).
3
yang baik dari seorang perawat diperlukan supervisi dari kepala ruangan
dengan baik pula karena kepala ruang memiliki fungsi strategis dalam
mendorong peningkatan dan pengembangan sebuah ruang rawat inap menuju
progresifitas yang berkelanjutan dengan meningkatkan salah satunya kinerja
perawat (Manggala, 2013 dalam Raodhah, 2017).
Supervisi kepala ruangan yang baik dapat di nilai dari keberhasilan
perawat ruangan melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan arahan kepala
ruanga. Menurut Gillies (2011), supervisi yang baik dapat mencapai tujuan
supervisi terhadap anggotanya diantaranya memperhatikan anggota unit
organisasi di samping itu area kerja dan pekerjaan itu sendiri, memperhatikan
rencana, kegiatan, dan evaluasi dari pekerjaannya, meningkatkan kemampuan
pekerjaan melalui orientasi, latihan dan bimbingan individu sesuai
kebutuhannya serta mengarahkan kepada kemampuan ketrampilan
keperawatan. Jika semua tujuan tersebut tidak tercapai maka supervisi kepala
ruangan dapar dikatakan tidak berjalan dengan baik (Raodhah, 2017).
Hal ini di perkuat oleh penelitian yang dilakukan Masri Saragih yang
di lakukan di Ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan sebanyak 142
perawat pelaksa, tehnik pengambilan sampel menggunakan accidental
sampling tahun 2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan
supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dimana mayoritas baik sebanyak
62,8% sedangkan Kinerja perawat mayoritas baik sebanyak 69,8%. Hasil
analisa bivariat menunjukan ada hubungan pelaksanaan supervisi kepala
ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep di
ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 dengan
p value =0,004 (Jurnal Mutiara Ners, Januari 2018).
Penelitian Meida Manurung tahun 2017 tentang Hubungan Supervisi
Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar juga
menunjukan hasil yang signifikan dengan p-value < 0,05. Hasil ini menunjukan
bahwa supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan (dalam
fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan
6
yang telah diprogramkan dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar), dengan
itu secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai
hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan mencoba
memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama
dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya. Supervisi penting
dilakukan pada perawat pelaksana karena perawat merupakan kelompok
kesehatan pemberi jasa pelayanan kesehatan dengan jumlah terbesar di rumah
sakit yang mencapai 40%-60%, mengerjakan hampir 90% pelayanan kesehatan
dengan asuhan keperawatannya dan sangat berpengaruh pada pemasukan
pasien.
Rumah Sakit Betha Medika merupakan salah satu Rumah Sakit
Umum Swasta yang berada di wilayah Kabupaten Sukabumi yang beralamat di
Jalan Raya Cibaraja No 596 Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi, hal ini
merupakan posisi yang strategis untuk dapat diakses oleh masyarakat karena
letaknya yang berada di pinggir jalan raya utama menuju Kota Sukabumi. Pada
mulanya RS Betha Medika merupakan sebuah klinik dibangun pada tahun
1984, yang terdiri dari 22 ruang rawat inap dan 53 kapasitas tempat tidur
dengan BOR 45%. Namun dengan perkembangan situasi dan kondisi serta
mempunyai keinginan dan tekad yang kuat, kemudian pada tahun 2002 klinik
tersebut berkembang menjadi sebuah Rumah Sakit Umum.
RS Betha Medika dalam meningkatkan pelayanan dan kualitas standar
Rumah Sakit maka pada bulan Januari 2014 RS Betha Medika bergabung
dengan Grup Kasih. Setelah bergabungnya dengan Group Kasih serta untuk
meningkatkan pelayanan dan kualitas pengelolaan management RS Betha
Medika dilakukan secara profesional dilengkapi dengan penambahan fasilitas
dengan 29 ruangan perawatan 93 kapasitas tempat tidur dengan BOR 80%. RS
Betha Medika salah satu rumah sakit swasta yang mengikuti anjuran
pemerintah dengan menerima pasien BPJS, jamkesda, serta menerima pasien
dari asuransi swasta nasional seperti Prudential, ACA, MCU dan pasien dari
7