BAB I
PENDAHULUAN
1998).
Mengingat begitu pentingnya pelayanan keperawatan di rumah sakit, sehingga
dibutuhkan tenaga-tenaga perawat yang handal dan memiliki kinerja yang baik dalam
memberikan asuhan keperawatan. Kinerja (performance) adalah hasil kerja
tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, selain itu
bagaimana menciptakan motivasi dalam diri setiap karyawan, kolega maupun
pimpinan itu sendiri. Berdasarkan uraian tersebut, maka kepemimpinan adalah
aktivitas untuk mempengaruhi pengikutnya guna mencapai tujuan organisasi, oleh
sebab itu setiap pemimpin memiliki gaya (style) yang berbeda-beda dalam
memimpin bawahannya.
Upaya peningkatan motivasi kerja karyawan menuntut peran menejemen
dalam melakukan pendekatan kepemimpinan yang efisien. Dengan kemampuan yang
di milikinya pemimpin dapat mempengaruhi karyawan sehingga termotivasi untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diinginkan. Kepemimpinan merupakan
kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakan sekelompok orang bukan
dengan paksaan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kemampuan yang di
milikinya, pemimpin dapat memotivasi dan mendorong karyawannya untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang di arahkannya dan di inginkannya agar
dapat mencapai tingkat kerja yang di harapkan sehingga tujuan dan keberhasilan
organisasi dapat di capai.
Motivasi kerja merupakan dorongan yang dimulai dengan defisiensi fisiologis
ataupun psikologis yang menggerakan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk
mencapai tujuan atau insentif sehingga seseorang termotivasi dalam bekerja.
Motivasi yang timbul dari dalam diri seorang perawat itu sendiri akan membantu
meningkatkan kinerjanya menjadi lebih baik dan berkualitas, yang pada akhirnya
akan meningkatkan citra dari rumah sakit dimata masyarakat. Motivasi kerja yang
tinggi diharapkan produktifitas kerja meningkat sehingga bisa menguntungkan
semua pihak baik pimpinan, bawahan maupun rumah sakit itu sendiri (Luthans,
2006).
berlaku
bagi
para
pemimpin
saja.
Setiap
manusia,
seyogyanya
mengamalkannya, dalam arti hidup selaras dengan alam, dan menjalankan peran
yang diembannya, sehingga memberi manfaat bagi sesama. Seorang pemimpin yang
tidak mampu melaksanakan Asta brata bagai raja tanpa mahkota. Sebaliknya, rakyat
jelata yang dalam hidupnya mampu melaksanakan Asta brata, berarti ia adalah rakyat
jelata yang bermahkota, dialah manusia yang luhur budi pekertinya.
1.3.2 Konsep Asta Brata
1. Pengertian Asta Brata
Asta Brata adalah delapan sifat utama Para Dewa (penjaga alam semesta)
yang patut dimiliki oleh seorang pemimpin. Uraian tentang Asta Brata, mula-mula
dijelaskan pada ayat Weda Smerti (Menawa Dharmasastra), sebagai berikut :
Indranila yamarkanam Agnecca warunasya ca,
Candrawitteca yocaiwa mantara nirhrtya cacwatih.
Artinya, untuk memenuhi maksud dan tujuan itu, Raja harus memiliki sifat-sifat
partikel yang kekal dari Dewa Indra, Wahyu, Yama, Surya, Agni, Waruna, Candra,
dan Kuwera.
Setelah kitab Menawa Dharmasastra, uraian htentang Asta Brata juga ada
dijelaskan pada kitab Ramayana dalam bentuk:
a. Wejangan Sang Rama kepada Sang Bhatara tentang syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh seorang Raja, ketika Sang Bharata diberi tugas untuk menduduki
tahta Kerajaan Ayodhya atas nama Sang Rama.
b. Wejangan Sang Rama kepada Wibisana, mengenai syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh seorang Raja, ketika Widisana dinobatkan sebagai Raja di Alengka.
2. Bagian-Bagian Asta Brata
Adapun bagian-bagian dari Asta Brata yakni:
a. Indra Brata
Indra brata adalah sifat seorang pemimpn (raja) yang dapat memberikan
kesenangan material (kesejahtraan atau kemakmuran) bagi yang dipimpinnya. Dewa
indra adalah dewa penguasa hujan. Tentang indra brata antara lain dapat dijelaskan
pada ayat kekawin Ramayana berikut:
Niham bratani Sang Hyang Indara lapen
Sire angudanaken tumpraping jagat
Sire tan tudalen ta Indra Brata
Sudana ya hudan ta nag liab irab.
Artinya, inilah perilaku Hyang Indra yang sebaiknya kau ambil, ia mendatangkan
hujan dan mententramkan dunia, sifat dan pikirannya itu henkdaknya kau tiru,
hendaknya kau menghujankan hadiah yang banyak dan merata pada segenap
bawahan mu.
b. Yama Brata
10
11
adalah penting agar seluruh bawahan yang di pimpin memahami apa yang patu
diketauinya. Dan dalam kekawin ramayan di sebutkan bahwa:
Bathara rawi mangisep wai lana
Ndatan kara saneh-saneh denering
Samangkana kita talap pangguhen
Tatar gelasa yeka Sura Brata
Artinya, Bhatara Surya selalu menghisap air tiada hentinya, perlahan-lahan,
demikian tindakannya, demikian pula hendaknya dalam mengambil suatu keputusan,
janganlah tergesa-gesa, inilah Surya Brata namanya.
d. Candra Brata
Candra brata adalah sifat seorang pemimpin yang harus dapat wajah yang
tenang, berseri-seri, dan ceria, sehingga menyejukkan dan memberi kepuasan bathin
bagi rakyatnya. Dewa Candra adalah dewa bulan yang merupakan simbul kesejukan,
dalam kekawin Ramayana di sebutkan bahwa:
Sasi brata humar sukang rat kabeh
Ulatha mardu komala yan katon
Guyu tan mamanis ya tulyamrta
Asing matuha pandidat swagatan
Artinya perilaku Dewa Bulan adalah menggembirakan seluruh dunia, seperti bulan
itulah hendaknya tingkah lakumu kelihatan lemah lembut, hendaknya senyummu
manis seperti amerta, semua orang tua dan cerdik pandai, kamu hormati dengan
selayaknya.
e. Banyunila Brata
Banyunila brata adalah sifat seorang pemimpin yang dalam menerima data
atau laporan hendaknya menyelidiki kebenarannya terlebih dahulu, sedapat mungkin
dari sumber yang paling bawah, tanpa diketahui oleh si pembuat laporan maupun
12
pihak lainnya. Seperti sifat angin yang memasuki semua tempat sampai ke yang
sekecil mungkin. Dalam kekawin Ramayana disebutkan bahwa:
Hanginta kita yat manginta ulah
Huma-weruhana buddhi-ning rat kabeh
Sucara ya panon ta tatan katon
Ya dibhya guna suksma bayu brata
Artinya, hendaknya kamu meniru prilaku Dewa angin, jika menghadapi prilaku
bawahan terutama perbuatan buruk, hendaknya kamu ketahui tanpa diketahui
bawahan lainnya, demikianlah sifat-sifat Dewa Angin, luhur dan tidak tampak oleh
siapapun langkah-langkahnya.
f. Kuwera Brata
Kuwera brata adalah sifat seorang pemimpin yang harus hemat dan cermat
dalam menggunakan keuangan negara, dan juga harus rapi, baik dalam berpakaian,
berbicara, maupun bertindak. Dalam kekawin Ramayana juga dijelaskan bahwa;
Manuk yang uphaboga sinambin inak
Taman panepenging pangan mwang inum
Manandangan mabusana mayusa
Nahan ta dhanaba brata nung tirun
Artinya, kecaplah segala keindahan dan kenikmatan, aturlah dalam makan dan
minum, berpakaianlah yang rapi dan pakailah perhiasan yang pantas, demikianlah
perilaku Dewa Kuwera yang patut ditiru.
g. Baruna Brata
Yaitu sifat seorang pemimpin yang harus berusaha keras dengna segala
kemampuannya untuk menyelamatkan segala hal-hal yang mengganggu kenyamanan
bawahannya, serta berpengetahuan luas sehingga dapat memecahkan segala
permasalahan. Dewas Baruna terkenal sebagai Dewa Laut yang mempunyai senjata
13
ampuh yang disebut Nagaphasa. Dengan senjata ampuh inilah maka tiada masalah
yang terselesaika. Seperti yang terdapat dalam kekawin Ramayana berikut ini:
Bhatara Baruna angega sanjata
Mahawisaya nagapasa ngapus
Sira ta tuladen ta pasa brata
Kita mapusanang watek durjana
Artinya, Dewa Baruna memegang senjata, nagapasa yang sangat berbisa dan
mengikat, dialah hendaknya kamu tiru, yakni dapat memusnahkan semua penjahat.
h. Agni Brata
Agni Brata adalah sifat seorang pemimpin yang harus berani dalam
menghadapi segala rintangan, tuntutan dalam menyelesaikan segala masalah, serta
mampu membangkitkan semangat kerja bawahannya. Seperti halnya yang tercantum
dalam kekawin Ramayana dibawah ini:
Lanang sengi satru bahnibrata
Galakta rimusuh yakapuy
Asing sahina senta sirna pasah
Ya tekana sinangguh Agni Brata
Artinya, perilaku Dewa Api adalah selalu membakar musuh, hendaknya kamu ganas
dan tegas terhadap musuh seperti api, barang siapa kamu serang pasti akan kalah, hal
seperti itulah yang dipandang sebagai laku Dewa Api.
14
BAB II
INOVASI
15
16
17
rumah sakit seorang pimpinan perawatan harus memiliki sifat rendah hati dan moral
yang luhur untuk ditiru oleh yang dipimpinnya.
Dalam Asta Brata sifat rendah hati dan moral yang luhur tercermin dalam
kepemimpinan Vayu Brata. Dalam sifat kepemimpinan Vayu Brata terdapatnorma
bahwa seorang pimpinan perawatan hendaknya ibarat angin, senantiasa memberikan
kesejukan dan kesegaran dengan berintegritas tinggi, moral yang luhur, serta obyektif
dan mempunyai wawasan yang jauh ke masa depan dan selalu turun ke bawah
dengan rendah hati untuk mengenal denyut kehidupan dan gerak kerja para perawat
yang dipimpinnya.
6. Teguh pendirian dan rela berkorban
Teguh pendirian karena benar dan rela mengabdi (tanpa pamrih) artinya orang
yang memiliki sikap yang mudah menyerah dalam bekerja dan memiliki kemampuan
untuk menghadapi rintangan atau tugas yang berat dalam mewujudkan suatu tujuan.
Dengan melaksanakan tugas sebagai abdi Negara seorang pimpinan harus
mempunyai sikap teguh dan rela mengabdi pasti akan dapat diselesaikan dengan baik
tanpa ada perasaan mengeluh dan terbebani.
Nilai-nilai teguh pendirian dan rela mengabdi dalam kepemimpinan Asta
Brata tercermin pada disiplin kerja perawat dapat digambarkan dalam Kuwera Brata
dan Bumi (Danada), bahwa dikatakan seorang perawat hendaknya memiliki sifatsifat utama dari bumi yang teguh, dan rela mengabdi menjadi landasan berpijak dan
memberi segala yang dimiliki untuk kesembuhan pasien. Dengan sifat keteguhan dan
rela mengabdi sebagai landasan berpijak bagi seorang perawat dalam bekerja maka
dalam melaksanakan tugas dan kewajiban tidak lagi ada keragu-raguan. Sifat-sifat
demikian juga bisa dijadikan contoh bagi perawat dalam meningkatkan disiplin
kerjanya. Dalam upaya meningkatkan disiplin kerja, penerapan ajaran yang ada pada
kepemimpinan bumi (Dananda) dalam Asta Brata tersebut sangatlah baik.
18
19
Nilai-nilai kemuliaan dan tanpa pilih kasih dalam kepemimpinan Asta Brata
tercermin pada disiplin kerja perawat terdapat pada penerapan ajaran Agni Brata
dikatakan seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat kemuliaan, tanpa pilih kasih,
tegak dalam prinsif dan menindak/menganguskan yang bersalah tanpa pilih kasih.
Mampu membedakan perbedaan dengan permusyawaratan dan pandai berdiplomasi,
menyerap aspirasi bawahannya. Penerapan ajaran Agni Brata sebagai norma dalam
meningkatkan disiplin kerja perawat sangatlah tepat untuk diterapkan dalam suatu
rumah sakit. Dengan menerapkan kepemimpinan Agni Brata sebagai norma dalam
suatu rumah sakit akan dapat mendorong para perawatnya untuk meningkatkan
disiplin kerja.
2.2 Strategi
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh seorang pimpinan
perawatan dalam menerapkan ajaran Asta Brata sebagai upaya meningkatkan kinerja
perawat. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pimpinan perawatan di
rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan
kontributif,
pendekatan
yang
dilakukan
dengan
cara
20
dan sudut pandang para perawat yang disesuaikan dengan nilai kepemimpinan
Asta Brata.
4. Pendekatan aksi sosial, yaitu pengkombinasian pendekatan transformatif dengan
aktivitas-aktivitas yang berupaya untuk melakukan perubahan kearah disiplin
kerja. Seperti yang berhubungan dengan isu-isu disiplin kerja perawat perlu
ditingkatkan dengan dimulai dari unsur pimpinan, dimana seorang pimpinan
perawat menuntun para perawatnya untuk mampu berperan aktif memecahkan
masalah sesuai dengan kapasitasnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dilihat dari penerapan ajaran Asta Brata tercermin dalam kepemimpinan
perawat dalam meningkatkan kinerja perawat terdapat beberapa nilai diantaranya
yaitu;
1. Penerapan ajaran kearifan, dan kewibawaan sebagai norma yang terdapat dalam
kepemimpinan Indra Brata.
2. Penerapan ajaran keberanian, keadilan dan bijaksana sebagai norma terdapat
dalam kepemimpinan terdapat pada kepemimpinan Yama Brata.
3. Penerpan ajaran semangat, efektif dan efesien dalam kepemimpinan Asta Brata
terdapat pada kepemimpinan Surya Brata.
4. Penerpan ajaran penerangan dan empati sebagai norma terdapat pada
kepemimpinan Candra Brata.
5. Penerpan ajaran rendah hati dan moral yang luhur tercermin dalam
kepemimpinan Vayu Brata.
21
6. Penerapan
ajaran
teguh
pendirian
dan
rela
mengabdi
terdapat
pada